Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68460 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Riviati
"ABSTRAK
Latar Belakang: : Peningkatan populasi usia lanjut di Indonesia diiringi dengan
meningkatnya masalah kesehatan pada populasi tersebut, yang merupakan salah
satu dampak proses menua. Dampak serius proses menua terjadi pada otot rangka,
yaitu terdapat penurunan massa dan kekuatan otot yang disebut sarkopenia.
Kekuatan otot lebih berperan dari massa otot sebagai prediktor hendaya dan
mortalitas, sehingga penilaian kekuatan otot menjadi penting. Kekuatan genggam
tangan dapat mewakili keseluruhan kekuatan otot dan pemeriksaannya sederhana,
murah, serta mudah dilakukan. Berbagai faktor yang mempengaruhi kekuatan
genggam tangan, faktor IMT dan lingkar pinggang masih kontroversi dan faktor
penyakit kronik terhadap kekuatan genggam tangan belum pernah diteliti sehingga
perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara: usia, jenis kelamin, lingkar pinggang,
status gizi dan penyakit kronik (DM, HT, stroke, PJK, PPOK) dengan kekuatan
genggam tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan bulan Agustus 2015 di poliklinik
geriatri RSCM Jakarta dan RSMH Palembang . Subjek adalah pasien usia lanjut
berusia  60 tahun, yang kontrol rutin. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan, lingkar betis, tinggi lutut, berat
badan, dan kekuatan genggam tangan. Uji analisis Cochran Mantel Haenzel
digunakan untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan pada penelitian ini.
Hasil: Dari 352 subjek ,didapatkan jenis kelamin terbanyak perempuan
212(60,2)% rerata usia 69,7 (SB 6,3) tahun, rerata lingkar pinggang 90,6
(SB10,7), Status gizi yang terbanyak adalah status gizi normal (86,4%),
komorbiditas tertinggi hipertensi (44,3%), rerata kekuatan genggam tangan
perempuan 19,8 (SB 5,1) dan laki=laki 29,1 (SB 6,9). Terdapat usia (p=<0,001,
PR=3,6) dan status gizi /MNA (p<0,001, PR=2,8) berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan
Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan kekuatan genggam tangan pada usia
lanjut adalah usia dan status gizi

ABSTRACT
Background: The increasing of the elderly population in Indonesia is
accompanied by increasing health problems in the population, which is one of
impact of the aging process. Serious affect of the ageing process is occured in
skeletal muscle. There is a decreasing of mass and muscle strength, called
sarcopenia. Muscle strength is more instrumental than muscle mass as predictors
of mortality and frailty status, so assessment of muscle strength becomes
important. Handgrip strength can represent the overall muscle strength.The
examination of handgrip strength is simple, inexpensive, and easy to do. There are
many determinand factors that can influence handgrip strength. Body mass index
and waist circumference still on controversy. Chronic diseases is still not observed
yet. This aim of this research is to obtain determinant factors that can influence
handgrip strength in elderly.
Objective : To obtain association of age, gender, waist circumference, nutrional
status, and chronic disease with handgrip strength in elderly patient
Methods: This cross sectional study was conducted to elderly outpatient age 60
years or above who visited Geriatric Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta and Mohammad Hoesin Hospital Palembang in August 2015. Data of age,
gender, nutritional status, chronic diseases, waist circumference, arm
circumference, calf circumference, and handgrip strength were collected. Cochran
Mantel Haenzel was used to obtain determinant factors of handgrip strength
Results: 352 subjects were recruited in this study. women which the most subject
were 212 (60,2%), average of age was 69,7 years old (SB 6,3), average of waist
circumference was 90,6 (SB 10,7), the most nutritional status was normal
(86,4%), the highest comorbidity was hyptertension (44,3%), and average of
handgrip strength were 19,8 (SB 5,1) in women and 29,1 (SB 6,9) in men.
Determinant factors of handgrip strength were age (p=<0,001, PR=3,6) and
nutritional status (p<0,001, PR=2,8).
Conclusions: Determinand factors of handgrip strength were comorbidity
(hypertension, diabetes mellitus, stroke, coronary heart disase, chronic obstructive
pulmonary disease), nutritional status, and increasing of age;;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fenandri Fadillah Fedrizal
"Latar Belakang: Oklusi kronik total (OKT) adalah lesi koroner kronik yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Salah satu proses yang terjadi pada OKT adalah inflamasi, yang berperan penting dalam perkembangan aterosklerosis. Beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular diketahui meningkatkan proses inflamasi. Rasio neutrofil limfosit (RNL) baru-baru ini menunjukkan potensinya sebagai salah satu biomarker inflamasi yang memiliki berbagai fungsi, baik diagnosis maupun prognosis, pada pasien dengan PJK.
Tujuan: Mengetahui hubungan RNL, usia, jenis kelamin, diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, riwayat penggunaan antiplatelet maupun statin, riwayat keluarga dengan PJK dan merokok terhadap kejadian OKT.
Metode: Studi potong lintang yang dilakukan pada Oktober 2020 – April 2021 ini behasil mendapatkan 98 pasien IMA-EST yang menjalani prosedur angiografi di RSCM pada rentang 2015-2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Karakteristik klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium diekstrak dari data rekam medis. Data tersebut dianalisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi-square atau uji Fischer. Variabel dengan nilai p < 0,25 dilibatkan dalam analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Proporsi OKT pada pasien IMA-EST di RSCM pada periode 2015-2018 adalah 77,6%. Analisis bivariat mendapatkan bahwa jenis kelamin, riwayat merokok, dan RNL ≥ 6,42 adalah variabel yang signifikan dan analisis multivariat mendapatkan faktor prediktor independen terhadap kejadian OKT pada pasien IMA-EST. adalah merokok (p= 0,006, OR;IK95% 7,391;1,791-30,508) dan RNL ≥ 6,42 (p<0,001, OR; IK95% 11,157;3,250-38,303). Analisis ROC menunjukkan bahwa RNL ≥ 6,42 memiliki sensitivitas sebesar 73,7 dan spesifisitas sebesar 77,3 dengan AUC 0,888 untuk memprediksi kejadian OKT pada pasien IMA-EST.
Kesimpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian OKT pada pasien IMA-EST secara signifikan adalah RNL ≥ 6,42 dan merokok.

Background: Chronic total occlusion (CTO) is a chronic lesion that has significant morbidity and mortality. Inflammation plays a key role in the development of atherosclerosis. Several risk factors for cardiovascular disease’s are known to increase inflammatory process. The neutrophil lymphocyte ratio (NLR) has recently shown its potential as a inflammation biomarker that has multiple functions, both diagnostic and prognostic, in patients with coronary heart disease.
Objective: To determine the relationship between NLR values, age, gender, diabetes mellitus, hypertension, hyperlipidemia, history of antiplatelet and statin use, family history of CHD and smoking on the incidence of total chronic occlusion.
Methods: A cross-sectional study was conducted in October 2020 – April 2021 that obtained 98 STEMI patients who underwent angiography procedures at the CMGH during 2015-2018 who met the inclusion and exclusion criteria. Clinical characteristics and laboratory results were extracted from medical record data. The data were analyzed bivariately using the Chi-square test or Fischer's test. Variables with p value < 0.25 were included in multivariate analysis using logistic regression
Results: The proportion of chronic total occlusion in STEMI patients at the RSCM in the 2015-2018 period was 77.6%. Bivariate analysis found that gender, smoking history, and RNL ≥ 6.42 were significant variables and multivariate analysis found independent predictors of CTO in STEMI patients. were smoking (p= 0.006, OR; CI95% 7.391; 1.791-30.508) and NLR 6.42 (p<0.001, OR; CI95% 11.157; 3.250-38.303). ROC analysis showed that NLR ≥ 6.42 had a sensitivity of 73.7 and specificity of 77.3 with an AUC of 0.888 for predicting the incidence of CTO in STEMI patients.
Conclusion: Factors that significantly influenced occurence of CTO in STEMI patients were NLR ≥ 6.42 and smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beningtyas Kharisma Bestari
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan perasaan takut atau khawatir yang disebabkan oleh berbagai peristiwa yang bersifat subjektif. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan karakteristik lansia dan fungsi afektif keluarga terhadap kecemasan lansia dengan penyakit kronis di wilayah binaan UPF Puskesmas Pabuaran Indah. Desain penelitian adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 105 lansia dengan penyakit kronis berusia 60 tahun atau lebih yang dipilih dengan teknik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan 83.8% responden berada pada usia lansia muda. Jenis penyakit kronis yang paling banyak dimiliki responden yaitu hipertensi dengan jumlah 67 lansia. Penelitian tidak menemukan hubungan antara fungsi afektif keluarga terhadap kecemasan lansia dengan penyakit kronis (P=0.719). Terdapat hubungan antara jumlah penyakit kronis terhadap kecemasan lansia dengan penyakit kronis (P=0.004). Pelayanan kesehatan disarankan untuk memberikan edukasi kesehatan dan meningkatkan peran keluarga untuk mengurangi kecemasan.

ABSTRACT
Anxiety is fear or worry feeling that caused by various event that subjectively. This study aimed to determine the relationship between elderly characteristics and family affective function towards anxiety of elderly with chronic disease in UPF Puskesmas Pabuaran Indah area. Descriptive correlative design with cross-sectional approach was applied. 105 elderly with chronic disease, age 60 years or above were taken in this study, which is using cluster sampling. The result of this study showed that 83.8% respondent were aged young old. The most kind of chronic diseases in respondent is hypertension (67 elderly). Study not found relationship between family affective function towards anxiety of elderly with chronic disease (P value= 0.719). There is relationship between amount of chronic disease towards anxiety of elderly with chronic disease (P value=0.004). Health center is advised to give health education, and increase family role to reduce anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S61395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Nur Ghania
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang menempati peringkat ketiga penyebab kematian di seluruh dunia. PPOK secara umum dapat terjadi karena adanya paparan zat/partikel secara terus menerus sehingga memicu adanya penyempitan saluran napas. Kabupaten Karawang dan Kota Bogor sebagai wilayah industri dapat memicu peningkatan kejadian PPOK. Selain itu, prevalensi perokok ≥ 35 tahun di Kabupaten Karawang sebesar 63,05% dan Kota Bogor sebesar 56,83% juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya PPOK.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang menggunakan data deteksi dini PPOK pada tahun 2022.
Hasil: Penelitian ini memperlihatkan adanya faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK yaitu usia (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; dan POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), riwayat asma (POR 4,84; 95% CI 1,05-22,21), derajat merokok (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), pekerjaan (POR 1,49; 95% CI 0,20-10,68; POR 0,10; 95% CI 0,02-0,46; POR 1,14; 95% CI 0,19-6,91; dan POR 0,03; 95% CI 0,004-0,25) serta konsumsi sayur/buah (POR 8,36; 95% CI 1,93- 36,21).
Kesimpulan: Angka kejadian PPOK yang diketahui sebesar 2,1% memperlihatkan adanya hubungan antara usia, riwayat asma, derajat merokok, pekerjaan, dan konsumsi sayur/buah dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.

Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a health problem that ranks third as the cause of death worldwide. COPD can generally occur due to continuous exposure to substances/particles that trigger narrowing of the airways. Karawang Regency and Bogor City as industrial areas can trigger an increase in the incidence of COPD. In addition, the prevalence of smokers ≥ 35 years in Karawang Regency is 63.05% and in Bogor City is 56.83%, which can also increase the likelihood of COPD.
Objective: This study aims to determine the factors associated with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
Methods: The method used in this study is a quantitative method with a cross-sectional study design that uses early detection data for COPD in 2022.
Results: This study shows the factors associated with the incidence of COPD, namely age (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; and POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), history of asthma (POR 4.84; 95% CI 1.05-22.21), smoking status (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), occupation (POR 1.49; 95% CI 0.20-10.68; POR 0.10; 95% CI 0.02-0.46; POR 1.14; 95% CI 0.19-6.91; and POR 0.03; 95% CI 0.004-0.25), and consumption of vegetables/fruits (POR 8,36; 95% CI 1,93-36,21).
Conclusion: The incidence rate of COPD is known to be 2.1%, which shows the relationship between age, history of asthma, smoking degree, occupation, and consumption of vegetables/fruits with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Lastyana
"Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Wasting adalah suatu keadaan kekurangan gizi akut pada balita. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indeks antropometri yang mengindikasikan terjadinya wasting. Wasting secara langsung disebabkan karena asupan gizi inadekuat dan penyakit infeksi pada anak sedangkan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, pola asuh, ketersedian pangan serta faktor budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder Program Perencanaan Gzi (PPG) 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium, jenis kelamin dan asupan zat besi berhubungan secara signifikan dengan kejadian wasting pada balita dengan (p = 0,027, 0,039 dan 0,013) pada α = 0.05. Hasil uji multivarat menunjukkan bahwa variabel status garam beryodium dan jenis kelamin balita merupakan faktor dominan kejadian wasting pada balita. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan perlu adanya pembaharuan program yang terintegrasi dan multisektoral untuk menanggulangi kejadian wasting pada balita, terutama program-program untuk balita.

The nutritional status of children under five is an important thing that every parent should know. The need for more attention to the development of children at the age of five is based on the fact that malnutrition during this golden period is irreversible, while malnutrition can affect children's brain development. Wasting is a condition of acute malnutrition in toddlers. Body weight for height (BW / TB) is an anthropometric index that indicates the occurrence of wasting. Wasting is directly caused by inadequate nutritional intake and infectious diseases in children, while indirectly it can be influenced by socio-economic factors, parenting styles, food availability and cultural factors. This research is a quantitative study using secondary data from the 2019 Gzi Planning Program (PPG). The research design used is cross-sectional. The results of the bivariate analysis using the chi square test showed that the variables of iodized salt status, gender and iron intake were significantly associated with the incidence of wasting in children under five (p = 0.027, 0.039 and 0.013) at α = 0.05. The results of the multivariate test showed that the variables of iodized salt status and the gender of the children under five were the dominant factors in the incidence of wasting in children under five. Therefore, the government, in this case the health department, needs an integrated and multisectoral program renewal to tackle the incidence of wasting in toddlers, especially programs for toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melody Febriana Andardewi
"Latar Belakang: Pruritus menjadi salah satu gejala yang dialami oleh pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK). Pruritus yang berasosiasi dengan PGK mayoritas terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis (HD) dan dapat terjadi pada resipien transplantasi ginjal (RTG). Gejala pruritus yang tidak ditangani dengan baik dapat memberikan dampak terhadap kualitas hidup. Belum terdapat penelitian yang membandingkan proporsi derajat keparahan pruritus, kualitas hidup, dan korelasi berbagai faktor biokimia antara pasien HD dengan RTG di Indonesia. Tujuan: Membandingkan derajat keparahan pruritus, kualitas hidup, serta korelasi kadar hs-CRP, kalsium, fosfat, dan e-GFR antara pasien PGK yang menjalani HD dengan RTG. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Setiap SP dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium. Skala gatal 5 dimensi (5-D) digunakan untuk evaluasi derajat keparahan pruritus dan Indeks Kualitas Hidup Dermatologi (IKHD) digunakan dalam menilai kualitas hidup. Analisis statistik yang sesuai dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan nilai kemaknaan yang digunakan adalah p <0,05. Hasil: Dari 30 SP di masing-masing kelompok, proporsi pruritus derajat sedang-berat sebesar 76,7% pada kelompok HD sedangkan pada kelompok RTG sebanyak 83,3% mengalami pruritus derajat ringan (RR = 4,6; IK 95% = 2,02–10,5; p <0,001). Median skor IKHD pada kelompok HD adalah sebesar 5 (3–6) sedangkan pada kelompok RTG sebesar 3 (2–4) (p <0,001). Terdapat korelasi positif yang bermakna antara hs-CRP dengan skor skala gatal 5-D pada kelompok HD (r = 0,443; p <0,05). Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara e-GFR dengan skor skala gatal 5-D pada RTG (r = -0,424; p <0,05). Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara kadar kalsium dan fosfat dengan skor skala gatal 5-D pada kedua kelompok. Kesimpulan: Pasien HD lebih banyak mengalami pruritus derajat sedang-berat dibandingkan pada RTG. Pruritus pada kelompok HD berdampak ringan hingga sedang terhadap kualitas hidup sedangkan pada kelompok RTG pruritus berpengaruh ringan terhadap kualitas hidup. Pada pasien HD, semakin tinggi kadar hs-CRP maka semakin meningkat skor skala gatal 5-D. Pada pasien RTG, semakin menurun nilai e-GFR maka semakin meningkat skor skala gatal 5-D.

Background: Pruritus is one of the symptoms experienced by patients with chronic kidney disease (CKD). Most patients with chronic kidney disease-associated pruritus (CKD-aP) occur in dialysis patients and could also happen in kidney transplant (KT) recipients. Inappropriate management of pruritus could impact the quality of life (QoL). No studies have compared the severity of pruritus, QoL, and the correlation of various biochemical factors between hemodialysis (HD) and KT recipients in Indonesia. Objective: To compare the severity of pruritus, QoL, and the correlation of hs-CRP, calcium, phosphate, and e-GFR levels between HD and KT recipients. Methods: This is a cross-sectional analytic observational study. Medical history, physical examination, and laboratory examination were conducted on each subject. The 5-dimensional (5-D) itch scale was used to evaluate the severity of pruritus. Dermatology Life Quality Index (DLQI) was used to assess the QoL. Appropriate statistical analysis was conducted to prove the research hypothesis with a significance value of p <0.05. Results: Out of 30 subjects in each group, the proportion of moderate to severe pruritus was 76.7% in the HD group. In the KT group, 83.3% experienced mild pruritus (RR = 4.6; CI 95% = 2.02– 10.5; p <0.001). The median DLQI score in the HD group was 5 (3–6), while in the KT group was 3 (2–4) (p <0.001). There was a significant positive correlation between hs-CRP and the 5-D itch scale in the HD group (r = 0.443; p <0.05). The KT group had a significant negative correlation between e-GFR and the 5-D itch scale (r = -0.424; p <0.05). Both groups had no statistically significant correlation between calcium and phosphate levels and the 5-D itch scale. Conclusion: Moderate-to-severe pruritus was more common in HD patients than in KT recipients. Pruritus in HD patients had a mild to moderate effect on QoL, whereas pruritus in KT recipients had a mild impact on QoL. A higher level of hs-CRP in HD patients results in a higher 5-D itch scale. In KT recipients, the lower the e-GFR value, the higher the 5-D itch scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumentalia Sulistini
"Chronic Kidney Disease merupakan kumpulan sindrom klinik dengan penurunan fungsi ginjal progresif. Prevalensi fatigue
tinggi pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan Fatigue pada pasien
yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian analitik observasional. Teknik non probability sampling. Hasil penelitian tidak
ada hubungan tingkat fatigue dengan pekerjaan (p= 0,732; α= 0,05), status dukungan (p= 0,679; α= 0,05), jenis kelamin (p=
0,914; α= 0,05), frekuensi (p= 0,676; α= 0,05), jarak fasilitas (p= 0,149; α= 0,05), komplikasi (p= 0,062; α= 0,05), merokok
(p= 0,062; α= 0,05), alkohol (p= 0,075; α= 0,05), riwayat penyakit (p= 0,42; α= 0,05), dan status nutrisi (p= 0,168; α= 0,05).
Ada hubungan tingkat fatigue dengan latihan fisik (p= 0,027; α= 0,05), lama menjalani hemodialisis (p= 0,019; α= 0,05), kadar
hemoglobin (p= 0,029; α= 0,05), penghasilan (p= 0,07; α= 0,05), dan pendidikan (p= 0,040; α= 0.05). Faktor dominan adalah
penghasilan. Perawat hemodialisis diharapkan memonitoring fatigue, memberikan pendidikan kesehatan tentang latihan fisik
dan memberikan asuhan keperawatan holistik."
Poltekkes Depkes Palembang Keperawatan Medikal Bedah ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rumentalia Sulistini
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan Fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. Moh Hoesin Palembang. Desain penelitian analitik observasional. Teknik non probability sampling. Hasil penelitian tidak ada hubungan tingkat fatigue dengan pekerjaan, status dukungan, jenis kelamin, frekuensi, jarak fasilitas, komplikasi, merokok, alkohol, riwayat penyakit, dan status nutrisi. Ada hubungan tingkat fatigue dengan latihan fisik, lama menjalani hemodialisis, kadar hemoglobin, penghasilan dan pendidikan. Faktor dominan adalah penghasilan. Perawat hemodialisis diharapkan memonitoring fatigue, memberikan pendidikan kesehatan tentang latihan fisik dan memberikan asuhan keperawatan holistik.

Abstract
This Research was aimed to explain the factor related to fatigue in pastients undergoing hemodialisis in RSUP Dr. Moh Hoesin Palembang. This Research was observasional analytic research. Technique sampel was non probability sampling Research result was no relation between level fatigue and job status, gender, support status, frequency, facility distance, complication, smoking habits and alcohol habits, disease history, nutrition status. There was relation between level fatigue and physical exercises, duration of hemodialisis and level of haemoglobin, education level and income. The dominant factor was income. Hemodialysis nurses are expected monitor fatique and give health education about physical practice and give holistic nursing care."
2010
T29401
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ervida Andina
"ABSTRAK
Wasting adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan dan cepat sebagai akibat dari asupan makanan yang tidak memadai dan penyakit menular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan dan faktor lain yang berhubungan dengan wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 261 anak yang dihitung menggunakan CI 90% diambil dari 13 Posyandu di 6 kelurahan dari 3 kecamatan di Jakarta Pusat yang dipilih menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur langsung berat badan dan panjang badan serta pengisian kuesioner menggunakan metode wawancara oleh pengumpul data yang telah terlatih dan memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi wasting pada anak usia 6 - 23 bulan di Jakarta Pusat sebesar 6,9%. Berdasarkan hasil uji chi square, faktor yang berhubungan dengan wasting pada anak usia 6-23 bulan adalah pencapaian AKG (OR = 3,497 90% CI 1,283-11,118), tingkat pendidikan ibu (OR = 2,625 90 % CI 1,090 - 6,855) , dan tingkat pendapatan keluarga (OR = 3,679; 90% CI 1,509-12,974). Hasil analisis menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa pencapaian AKG merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan dengan wasting setelah dikontrol oleh variabel tingkat pendidikan ibu dan tingkat pendapatan keluarga (OR = 3,253; 90% CI 1,114-9,502) .
ABSTRACT
Wasting is a condition characterized by significant and rapid weight loss as a result of inadequate food intake and infectious diseases. The purpose of this study was to determine the dominant factors and other factors related to wasting in children aged 6-23 months in Central Jakarta in 2019. This study was conducted using a cross-sectional design with a sample of 261 children calculated using a 90% CI. taken from 13 Posyandu in 6 kelurahan from 3 sub-districts in Central Jakarta which were selected using multistage random sampling. Data was collected by directly measuring body weight and length and filling out a questionnaire using the interview method by data collectors who have been trained and meet the criteria. The results showed that the prevalence of wasting in children aged 6 - 23 months in Central Jakarta was 6.9%. Based on the results of the chi square test, the factors associated with wasting in children aged 6-23 months were the achievement of the RDA (OR = 3,497 90% CI 1,283-11,118), maternal education level (OR = 2,625 90 % CI 1,090 - 6,855) family income (OR = 3.679; 90% CI 1.509-12.974). The results of the analysis using logistic regression showed that the achievement of the RDA was the only factor associated with wasting after being controlled by the variables of mother's education level and family income level (OR = 3.253; 90% CI 1.114-9.502)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arroyan Wardhana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas gambaran dan hubungan deviasi septum, konka bulosa dan defleksi PU ke lateral yang terjadi bersamaan pada pasien rinosinusitis kronik berdasarkan tomografi komputer dengan menggunakan piranti lunak OsiriX. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode potong lintang. Hasil penelitian ini mendapatkan sebaran deviasi septum, konka bulosa dan defleksi PU ke lateral yang terjadi bersamaan pada rongga hidung sisi kanan sebesar 32,1% dan rongga hidung sisi kiri sebesar 29,5%. Selain itu didapatkan adanya hubungan deviasi septum, konka bulosa dan defleksi PU ke lateral yang terjadi bersamaan sebagai faktor risiko sebesar 9 kali terhadap terjadinya sinusitis maksila homolateral dibandingkan bila ketiga variasi anatomi tersebut tidak bersamaan (OR=9,09).

ABSTRACT
The focus of this study are the descriptions and the relationship in concurrent septum deviation, concha bullosa and lateral deflection of uncinate process (UP) in chronic rhinosinusitis based on CT scan using OsiriX software. This research is an observational researh using cross-sectional method. Results of this research are that concurrent septum deviation, concha bullosa and lateral deflection of uncinate process (UP) in the right nasal cavity is 32,1% and 29,5% in the left nasal cavity. Other result is that concurrent septum deviation, concha bullosa and lateral deflection of uncinate process (UP) has a 9 times risk factor for homolateral maxillary sinusitis when compared with the three anatomical variations each (OR=9,09)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>