Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Cahaya
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena aliran darah ke jantung tersumbat akibat aterosklerosis. Dental kalkulus terjadi sebagai konsekuensi supersaturasi saliva terutama oleh kalsium fosfat. Peningkatan kadar kalsium dalam saliva adalah kharakteristik periodontitis. Hipotesis yang penting dalam kardiologi adalah infeksi kronik berkontribusi pada aterosklerosis.
Tujuan: Menganalisis keterkaitan antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Metode: Pemeriksaan Kalkulus Indeks pada 60 subjek penderita PJK dan 40 subjek kontrol serta pengambilan sampel saliva dan darah yang kemudian dianalisis di Laboratorium Klinik.
Hasil: Tidak terdapat korelasi bermakna dengan p>0,05 antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus pada PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva dan darah penderita PJK tidak berhubungan dengan akumulasi kalkulus. Penelitian lebih jauh perlu dilakukan.

Background: Coronary Artery Disease (CAD) or Coronary Heart Disease (CHD) is a disease that happened because of blood flow being blocked by atherosclerosis. Dental calculus had happened as a consequence of saliva supersaturation by calcium and phosphate. Increasing salivary calcium levels is characteristic of periodontitis patients. An important hypothesis in Cardiology is chronic infections contribute in atherosclerosis.
Objective: To analyse the correlation between calcium and phosphate levels to calculus accumulation on CHD patients.
Method: Calculus index examination on 60 CHD patients and 40 non CHD patient. Collecting saliva and blood serum and then be analysed.
Result: Correlation analysis between calcium and phosphate levels with calculus accumulation in patients with CHD and non-CHD showed no significant p value, p> 0.05.
Conclusion: There are no correlation between calcium levels and phosphate levels with calculus accumulation in CHD patients. Further research need to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi
"Latar Belakang : PJK disebabkan adanya stenosis pembuluh koroner akibat adanya proses aterosklerosis. Aterosklerosis berhubungan dengan penebalan tunika intima media arteri karotis komunis. Penebalan tunika intima media terjadi akibat kondisi inflamasi sebagai konsekuensi peningkatan sekresi sitokin proinflamasi.
Tujuan : Mengetahui gambaran ketebalan tunika intima media pada pasien PJK stabil dan korelasinya dengan derajat stenosis arteri koroner.
Metode : Dilakukan studi potong lintang pada lima puluh enam pasien PJK stabil yang telah menjalani angiografi koroner. Derajat stenosis arteri koroner dinilai dengan skor Gensini > 40 berat dan le; 40 ringan-sedang . Ketebalan tunika intima media arteri karotis komunis dinilai menggunakan alat USG dan dinyatakan tidak normal jika rerata ketebalannya ge;1mm. Dilakukan analisa statistik untuk melihat korelasi antara tebal tunika intima arteri karotis komunis dengan skor Gensini arteri koroner.
Hasil : Didapatkan rerata Tebal Tunika Intima-Media Arteri Karotis Komunis TTIM AKK gabungan sebesar 0,95 mm SB 0,18 . Nilai median skor gensini adalah 71 kisaran 0-256 . Uji spearman correlation menunjukan hasil korelasi bermakna antara derajat beratnya skor Gensini dan TTIM AKK dengan p.

Background Coronary heart disease CHD is caused by stenosis of coronary artery as the effect of atherosclerosis. Atherosclerosis has a correlation with the thicken of intimal media of common carotid artery. The thicken of intimal media of common carotid artery happened because of inflammatory process which is a consequencies of increased proinflammatory cytokines.
Objective To determine the correlation between Intimal media thickness IMT with the severity of coronary artery stenosis in patient with stable CHDMethod A cross sectional study was conducted on fifty six stable CHD patient undergoing coronary angiography. Severity of coronary artery stenosis was evaluated using Gensini scoring system 40 severe and le 40 mild moderate. IMT was measured using USG and determined as abnormal if the mean of IMT ge 1mm. Statistical analytic was perform to determine the correlation between CCA IMT with Gensini score of coronary artery.
Results Mean value of combined IMT of common carotid artery IMT CCA was 0.95mm SD 0,18. The median value of Gensini score was 71 range 0 256. The Spearman correlation Test showed a significant correlation between Gensini score severity with IMT CCA p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meiny Faudah Amin
"Background: Infeksi Endodontik dapat menjadi faktor prediktor penyakit jantung koroner (PJK) aterosklerosis. Penyakit ini terjadi karena merespon proses inflamatori akibat infeksi bakteri Porphyromonas endodontalis. Beberapa literatur mengatakan bahwa etiologi penyakit kardiovaskular disebabkan infeksi kronik. Diduga bakteri Porphyromonas endodontalis yang ada dalam Infeksi Endodontik (IE) dapat juga menjadi faktor prediktor PJK aterosklerosis. Objective: Mengetahui peran dan potensi IE sebagai faktor predikdi PJK aterosklerosis dan juga peran sitokin inflamatori, IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- dalam kaitannya akan hubungan IE dan PJK aterosklerosis. Method: Dilakukan riset rancangan kasus kontrol dengan mengamati ada terpaparnya IE pada penderita PJK aterosklerosis. Dibagi menjadi kelompok subjek PJK aterosklerosis dengan IE sebagai kasus dan kelompok subjek bukan PJK aterosklerosis dan tanpa IE sebagai kontrol. Subjek dilihat intra oralnya terutama jaringan periapikal dan jaringan periodontal, dicatat faktor-faktor tradisional penyebab PJK serta diukur kadar IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- di dalam darah sirkulasi. Dicatat juga adanya gastritis, psoriosis, dan periodontitis. Results: Dianalisis dengan regresi logistik terlhat ada peran yang potensial (p < 0,041) Infeksi Endodontik sebagai penyebab penyakit jantung koroner aterosklerosis. IL-1, IL-6, dan CRP di dalam darah sirkulasi tidak berbeda bermakna setelah dianalisis denam tes Mann- Whitney, walaupun median setiap kelompok variabel lebih tinggi pada kelompok kasus daripada kontrol. Hanya TNF- yang berbeda bermakna (p < 0,019) setelah danalisis dengan uji-t. Conclusion: Infeksi Endodontik mempunyai peran yang potensial menjadi faktor prediktor penyakit jantung koroner aterosklerosis dan mungkin hanya TNF- yang terlibat dalam mekanisme terjadinya PJK karena IE.

Endodontic infection can be a predictive factor of atherosclerosis coronary heart disease (CHD). This disease occurs because it responds to the inflammatory process caused by infection of Porphyromonas endodontalisbacteria. Several literature state that the etiology of cardiovascular disease is caused by chronic infection. Porphyromonas endodontalis bacteria inside Endodontic Infection (EI) is also assumed to be a predictive factor of atherosclerosis CHD. The purpose of this research is to determine the role and potential of EI as a predictive factor of atherosclerosis CHD as well as the role of inflammatory cytokines, IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- in relation to the relationship of EI and atherosclerosis CHD. This research used a case control design research method by observing EI exposure in atherosclerosis CHD patients. Subjects were divided into atherosclerosis CHD subjects with IE as case and non-atherosclerosis CHD subjects without IE as the control. On the subjects, their intraoral was observed, specifically the periapical tissue and periodontal tissue, the traditional factors causing CHD were recorded and the level of IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- in circulating blood was measured. The presence of gastritis, psoriasis, and periodontitis was also recorded. The results of data analysis in this research with logistic regression showed that there was a potential role (p <0.041) of endodontic infection as a cause of atherosclerosis CHD. IL-1, IL-6, and CRP in circulating blood do not differ significantly after being analyzed by Mann- Whitney test even though the median of each group was higher in the case than the control group. It was only TNF- that was significantly different (p <0.019) after being analyzed by t-test. Therefore, the researcher concludes that endodontic infection has a potential role as a predictive factor of atherosclerosis CHD and probably it is only TNF- that is involved in the mechanism of CHD incidence due to IE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Elvi
"Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan asam lemak tak jenuh tunggal (ALTJT) serta faktor-faktor lainnya dengan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) plasma penderita penyakit jantung koroner (PJK).
Tempat: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian kasus-kontrol tanpa berpasangan, yang telah disetujui oleh panitia tetap penilai etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 134 orang penderita PJK diikut sertakan dalarn penelitian ini, terdiri dari 67 orang kelompok kasus (kadar kolesterol HDL plasma <35 mg/dL) dan 67 orang kelompok kontrol (kadar, kolesterol HDL plasma (35 mg/dL). Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan metode consecutive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi: karakteristik demografi, asupan zat gizi makro dengan metode tanya ulang 1x24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif 3 bulan terakhir, kebiasaan olahraga, merokok, minum alkohol, indeks massa tubuh (IMT) dan rasio lingkar pinggang/lingkar panggul (rasio Lpi/Lpa).
Hasil: Berdasarkan karakteristik demografi, kelompok kasus dan kontrol setara. Asupan ALTJT kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok kasus namun tidak berbeda bermakna. IMT kedua kelompok berada pada kategori obes I dan tidak berbeda bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma (p=0,034;OR=2,55; 95%CI=1,06-6,15). Didapatkan korelasi positif yang bermakna antara asupan ALTJT dengan kadar kolesterol HDL pada kelompok kontrol Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok kontrol (p=0,03;r=0.23). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel-variabel lain yang diteliti dengan kadar kolesterol HDL plasma.
Kesimpulan:
1. Terdapat korelasi positif yang bermakna antara asupan ALTJT dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok control.
2. Terdapat korelasi negatif yang bermakna dari rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok kontrol.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma.
4. Hubungan antara asupan ALTJT (15% dari kalori total dengan kadar kolesterol HDL plasma, pada penelitian ini belum dapat dibuktikan.)

Objective: The aim of this study was to determine the relationship between of mono unsaturated fatty acid (MUFA) intake and other factors with plasma high density lipoprotein (HDL) cholesterol level on coronary heart diseases (CHD) patients.
Place: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Method: The design was unmatched case- control study, which has been approved by ethical committee Faculty of Medicine University of Indonesia. One hundred and thirty four patients with CHD as subjects of the study, consist two groups. 67 subjects as case (plasma HDL cholesterol < 35 mg/dL) and 67 subjects as control group (plasma HDL cholesterol (35 mg/dL) respectively. Consecutive sampling method was used to obtain the subjects. Data collected were demographic characteristics, macronutrient intake using 24 hours recall and semiquantitative food frequency questionnaire (FR)) method in the last three month, smoking habit, alcohol consumption, exercise, body mass index (BMI), and waist hip ratio (WHR) measurements.
Results: Demographic characteristic of both groups were similar. MUFA intake in the control group was higher than case, but no significant difference was found between groups. No significant difference was found in term of the BMI between case and control group. There was significant relationship between WHR and plasma HDL cholesterol (p0.034; OR=2,55; 95%CI= 1,06-6,15). Significant positive correlation between MUFA intake and plasma HDL cholesterol in the control group was found (p=O,Ol;r~,29). There was significant negative correlation between WHR and plasma HDL cholesterol in the control group (p=),03;r=-0,23). Other variables did not show any relationship with plasma HDL cholesterol.
Conclusion:
1. There was significant positive correlation between MUFA intake and plasma HDL cholesterol and negative correlation between WHR and plasma HDL cholesterol in the control group.
2. There was significant relationship between WHR and plasma HDL cholesterol. Relationship between of MUFA intake (l5% total calorie and plasma HDL cholesterol has not been proved yet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Suci Yunita
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan penyempitan arteri koronaria jantung, terdapat hipotesis mengenai infeksi periodontal yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya PJK. Alkaline phosphatase (ALP) sebagai penanda inflamasi akan meningkat pada aterosklerosis dan penyakit periodontal.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar ALP dalam saliva pada penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Saliva dari 104 subjek diambil sebanyak 1 ml, kadar ALP dianalisis menggunakan Abbott architect ci4100.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ALP dalam saliva antara penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: ALP dalam saliva pada penderita PJK lebih tinggi daripada non PJK dan tidak ada hubungan ALP dengan status periodontal.

Background: Coronary heart disease (CHD) is a disease that causes narrowing of the coronary arteries. Currently, there is a hypothesis regarding periodontal infection that increase risk for heart disease. Alkaline phosphatase (ALP) as a marker of inflammation will increase in atherosclerosis and periodontal disease.
Objective: To analyze the relationship between the levels of alkaline phosphatase in saliva with periodontal status in patients with CHD and non CHD.
Methods: saliva of 104 subjects were taken, each 1 ml, and levels of Alkaline Phosphatase was analyzed using Abbott ci4100 architect.
Results: No significant difference of Alkaline Phosphatase levels in saliva between CHD patients and non CHD.
Conclusion: The level of ALP in saliva was higher in patients with CHD and no association between ALP level and periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatur Yoga Utaman
"Untuk mengetahui sejauh mana peranan arteri karotis membantu deteksi dini penyakit jantung koroner, telah dilakukan
penelitian terhadap 200 orang Indonesia yang diotopsi di Jakarta. Dilakukan pemeriksaan indeks ater o sklerosis secara langsung terhadap arteri karotis komunis dan arteri koronaria pada semua golongan umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan suku bangsa. Hubungan antara aterosklerosis arteri karotis dan arteri koronaria dianalisa secara regresi. Juga dilakukan analisa statistik pengaruh umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan suku terhadap aterosklerosis arteri karotis dan arteri koronaria. Sebagai hasil ternyata didapatkan
hubungan yang sangat kuat antara aterosklerosis arteri karotis dengan aterosklerosis arteri koronaria ( r = 0,96 ). Faktor umur saja hanya berpengaruh 42 % terhadap aterosklerosis arteri koronaria. Umur rata-rata saat timbulnya aterosklerosis untuk orang Indonesia adalah 28 tahun. Hanya sosial ekonomi tinggi saja yang berhubungan secara bermakna terhadap aterosklerosis, sedangkan sosial ekonomi sedang dan rendah tidak berhubungan secara bermakna. Jenis kelamin juga tidak berhubungan secara bermakna terhadap aterosklerosis. Sedang faktor suku terhadap aterosklerosis dalam penelitian ini tidak dianalisa karena penyebaran sampel yang tidak merata."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Rustan
"ABSTRAK
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara kadar kromium serum dengan kadar insulin, gula darah, HbAlc, profit lipid dan tingkat oklusi koroner pada penderita baru penyakit jantung koroner.
Tempat : Bagian Cath-Lab RS Jantung Harapan Kita.
Bahan dan Cara:
Penelitian dilakukan pada laki-laki di atas usia 35 tahun yang memenuhi kriteria dikumpulkan data mengenai sosio-ekonomi, keadaan kesehatan, gaya-hidup, aktivitas, IMT, asupan makanan, proporsi zat dan pemeriksaan tekanan darah, kadar kromium serum, insulin, gula darah, HbAlc, profil lipid dan tingkat oklusi koroner.
Karakteristik subyek disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik chi kuadrat, t, Mann Whitney, dan uji korelasi Spearman.
Hasil:
Dari 65 subyek penelitian yang diteliti, umur rata-rata 51.17 + 7.44 tahun, terbanyak (60 %) antara 40 - 55 tahun, 73.9% golongan ekonomi menengah atas, prevalensi DM 13.8%, Hipertensi 16.9%, Merokok 69.2%, olahraga 28%, Obese dan gemuk 52.3%, aktivitas ringan 100%. Asupan nutrisi secara kualitatif sesuai dengan anjuran diit Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, secara kuantitatif subyek dengan tingkat oklusi > 50%, mempunyai asupan protein hewani dan kolesterol yang lebih besar secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan subyek dengan tingkat oklusi < 50%, dan telah jauh di atas AKG. Nilai rata-rata kromium serum 8.08 ug/L. Nilai ini 431 lebih rendah dari nilai normal. Nilai insulin, gula darah puasa dan trigliserida masih berada dalam batas normal. Nilai HbAlc, LDL, HDL dan Total kolesterol berada dalam batas yang diwaspadai. Berdasarkan Triad Lipid 98.5% menderita Dislipidemia.
Berdasarkan tingkat oklusi koroner, didapatkan 44 orang subyek dengan tingkat oklusi >50%, dan 21 orang dengan tingkat oklusi <50% . Subyek dengan tingkat oklusi >50% mempunyai kadar LDL dan total kolesterol yang lebih besar secara bermakna. Kadar kroaium, insulin, gula puasa, HbAlc, trigliserida dan HDL kolesterol tidak berbeda secara bermakna. Pada tingkat oklusi koroner <50%, tidak ada korelasi yang bermakna antara kromium serum dengan faktor-faktor resiko. Pada tingkat oklusi koroner >50% ada korelasi yang bermakna kromium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol.
Kesimpulan:
Tidak ada hubungan antara kromium serum dengan kadar gula puasa, profil lipid dan tingkat oklusi koroner. Pada tingkat oklusi > 50% ada korelasi yang bermakna antara kroaium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>