Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Suci Yunita
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan penyempitan arteri koronaria jantung, terdapat hipotesis mengenai infeksi periodontal yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya PJK. Alkaline phosphatase (ALP) sebagai penanda inflamasi akan meningkat pada aterosklerosis dan penyakit periodontal.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar ALP dalam saliva pada penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Saliva dari 104 subjek diambil sebanyak 1 ml, kadar ALP dianalisis menggunakan Abbott architect ci4100.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ALP dalam saliva antara penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: ALP dalam saliva pada penderita PJK lebih tinggi daripada non PJK dan tidak ada hubungan ALP dengan status periodontal.

Background: Coronary heart disease (CHD) is a disease that causes narrowing of the coronary arteries. Currently, there is a hypothesis regarding periodontal infection that increase risk for heart disease. Alkaline phosphatase (ALP) as a marker of inflammation will increase in atherosclerosis and periodontal disease.
Objective: To analyze the relationship between the levels of alkaline phosphatase in saliva with periodontal status in patients with CHD and non CHD.
Methods: saliva of 104 subjects were taken, each 1 ml, and levels of Alkaline Phosphatase was analyzed using Abbott ci4100 architect.
Results: No significant difference of Alkaline Phosphatase levels in saliva between CHD patients and non CHD.
Conclusion: The level of ALP in saliva was higher in patients with CHD and no association between ALP level and periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Elvi
"Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan asam lemak tak jenuh tunggal (ALTJT) serta faktor-faktor lainnya dengan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) plasma penderita penyakit jantung koroner (PJK).
Tempat: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian kasus-kontrol tanpa berpasangan, yang telah disetujui oleh panitia tetap penilai etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sebanyak 134 orang penderita PJK diikut sertakan dalarn penelitian ini, terdiri dari 67 orang kelompok kasus (kadar kolesterol HDL plasma <35 mg/dL) dan 67 orang kelompok kontrol (kadar, kolesterol HDL plasma (35 mg/dL). Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan metode consecutive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi: karakteristik demografi, asupan zat gizi makro dengan metode tanya ulang 1x24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif 3 bulan terakhir, kebiasaan olahraga, merokok, minum alkohol, indeks massa tubuh (IMT) dan rasio lingkar pinggang/lingkar panggul (rasio Lpi/Lpa).
Hasil: Berdasarkan karakteristik demografi, kelompok kasus dan kontrol setara. Asupan ALTJT kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok kasus namun tidak berbeda bermakna. IMT kedua kelompok berada pada kategori obes I dan tidak berbeda bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma (p=0,034;OR=2,55; 95%CI=1,06-6,15). Didapatkan korelasi positif yang bermakna antara asupan ALTJT dengan kadar kolesterol HDL pada kelompok kontrol Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok kontrol (p=0,03;r=0.23). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel-variabel lain yang diteliti dengan kadar kolesterol HDL plasma.
Kesimpulan:
1. Terdapat korelasi positif yang bermakna antara asupan ALTJT dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok control.
2. Terdapat korelasi negatif yang bermakna dari rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma pada kelompok kontrol.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio Lpi/Lpa dengan kadar kolesterol HDL plasma.
4. Hubungan antara asupan ALTJT (15% dari kalori total dengan kadar kolesterol HDL plasma, pada penelitian ini belum dapat dibuktikan.)

Objective: The aim of this study was to determine the relationship between of mono unsaturated fatty acid (MUFA) intake and other factors with plasma high density lipoprotein (HDL) cholesterol level on coronary heart diseases (CHD) patients.
Place: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Method: The design was unmatched case- control study, which has been approved by ethical committee Faculty of Medicine University of Indonesia. One hundred and thirty four patients with CHD as subjects of the study, consist two groups. 67 subjects as case (plasma HDL cholesterol < 35 mg/dL) and 67 subjects as control group (plasma HDL cholesterol (35 mg/dL) respectively. Consecutive sampling method was used to obtain the subjects. Data collected were demographic characteristics, macronutrient intake using 24 hours recall and semiquantitative food frequency questionnaire (FR)) method in the last three month, smoking habit, alcohol consumption, exercise, body mass index (BMI), and waist hip ratio (WHR) measurements.
Results: Demographic characteristic of both groups were similar. MUFA intake in the control group was higher than case, but no significant difference was found between groups. No significant difference was found in term of the BMI between case and control group. There was significant relationship between WHR and plasma HDL cholesterol (p0.034; OR=2,55; 95%CI= 1,06-6,15). Significant positive correlation between MUFA intake and plasma HDL cholesterol in the control group was found (p=O,Ol;r~,29). There was significant negative correlation between WHR and plasma HDL cholesterol in the control group (p=),03;r=-0,23). Other variables did not show any relationship with plasma HDL cholesterol.
Conclusion:
1. There was significant positive correlation between MUFA intake and plasma HDL cholesterol and negative correlation between WHR and plasma HDL cholesterol in the control group.
2. There was significant relationship between WHR and plasma HDL cholesterol. Relationship between of MUFA intake (l5% total calorie and plasma HDL cholesterol has not been proved yet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Valensia
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.
Hasil: Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.

Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of cholesterol and LDL levels of blood.
Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with periodontal status of CHD patients and control group.
Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.
Result: Blood cholesterol level in CHD patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status.
Conclusion: Blood cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth in control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Cahaya
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena aliran darah ke jantung tersumbat akibat aterosklerosis. Dental kalkulus terjadi sebagai konsekuensi supersaturasi saliva terutama oleh kalsium fosfat. Peningkatan kadar kalsium dalam saliva adalah kharakteristik periodontitis. Hipotesis yang penting dalam kardiologi adalah infeksi kronik berkontribusi pada aterosklerosis.
Tujuan: Menganalisis keterkaitan antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Metode: Pemeriksaan Kalkulus Indeks pada 60 subjek penderita PJK dan 40 subjek kontrol serta pengambilan sampel saliva dan darah yang kemudian dianalisis di Laboratorium Klinik.
Hasil: Tidak terdapat korelasi bermakna dengan p>0,05 antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus pada PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva dan darah penderita PJK tidak berhubungan dengan akumulasi kalkulus. Penelitian lebih jauh perlu dilakukan.

Background: Coronary Artery Disease (CAD) or Coronary Heart Disease (CHD) is a disease that happened because of blood flow being blocked by atherosclerosis. Dental calculus had happened as a consequence of saliva supersaturation by calcium and phosphate. Increasing salivary calcium levels is characteristic of periodontitis patients. An important hypothesis in Cardiology is chronic infections contribute in atherosclerosis.
Objective: To analyse the correlation between calcium and phosphate levels to calculus accumulation on CHD patients.
Method: Calculus index examination on 60 CHD patients and 40 non CHD patient. Collecting saliva and blood serum and then be analysed.
Result: Correlation analysis between calcium and phosphate levels with calculus accumulation in patients with CHD and non-CHD showed no significant p value, p> 0.05.
Conclusion: There are no correlation between calcium levels and phosphate levels with calculus accumulation in CHD patients. Further research need to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Rustan
"ABSTRAK
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara kadar kromium serum dengan kadar insulin, gula darah, HbAlc, profit lipid dan tingkat oklusi koroner pada penderita baru penyakit jantung koroner.
Tempat : Bagian Cath-Lab RS Jantung Harapan Kita.
Bahan dan Cara:
Penelitian dilakukan pada laki-laki di atas usia 35 tahun yang memenuhi kriteria dikumpulkan data mengenai sosio-ekonomi, keadaan kesehatan, gaya-hidup, aktivitas, IMT, asupan makanan, proporsi zat dan pemeriksaan tekanan darah, kadar kromium serum, insulin, gula darah, HbAlc, profil lipid dan tingkat oklusi koroner.
Karakteristik subyek disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik chi kuadrat, t, Mann Whitney, dan uji korelasi Spearman.
Hasil:
Dari 65 subyek penelitian yang diteliti, umur rata-rata 51.17 + 7.44 tahun, terbanyak (60 %) antara 40 - 55 tahun, 73.9% golongan ekonomi menengah atas, prevalensi DM 13.8%, Hipertensi 16.9%, Merokok 69.2%, olahraga 28%, Obese dan gemuk 52.3%, aktivitas ringan 100%. Asupan nutrisi secara kualitatif sesuai dengan anjuran diit Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, secara kuantitatif subyek dengan tingkat oklusi > 50%, mempunyai asupan protein hewani dan kolesterol yang lebih besar secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan subyek dengan tingkat oklusi < 50%, dan telah jauh di atas AKG. Nilai rata-rata kromium serum 8.08 ug/L. Nilai ini 431 lebih rendah dari nilai normal. Nilai insulin, gula darah puasa dan trigliserida masih berada dalam batas normal. Nilai HbAlc, LDL, HDL dan Total kolesterol berada dalam batas yang diwaspadai. Berdasarkan Triad Lipid 98.5% menderita Dislipidemia.
Berdasarkan tingkat oklusi koroner, didapatkan 44 orang subyek dengan tingkat oklusi >50%, dan 21 orang dengan tingkat oklusi <50% . Subyek dengan tingkat oklusi >50% mempunyai kadar LDL dan total kolesterol yang lebih besar secara bermakna. Kadar kroaium, insulin, gula puasa, HbAlc, trigliserida dan HDL kolesterol tidak berbeda secara bermakna. Pada tingkat oklusi koroner <50%, tidak ada korelasi yang bermakna antara kromium serum dengan faktor-faktor resiko. Pada tingkat oklusi koroner >50% ada korelasi yang bermakna kromium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol.
Kesimpulan:
Tidak ada hubungan antara kromium serum dengan kadar gula puasa, profil lipid dan tingkat oklusi koroner. Pada tingkat oklusi > 50% ada korelasi yang bermakna antara kroaium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widodo
"Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal.

The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Gunawan Lusari
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama pada
sepertiga penduduk dunia. Di Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi penyakit
jantung dan pembuluh darah sebagai penyebab kematian peringkat ke-3. Pada
tahun 2007 prevalensi PJK nasional mencapai 7,2%. C-Reactive Protein (CRP)
dikenal sebagai penanda fase akut inflamasi dan berhubungan dengan peningkatan
kadar plasma karena kerusakan jaringan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan peningkatan kadar CRP.
Peningkatan CRP sedang saja sudah meningkatkan risiko PJK. Pada sampel
penelitian ini terlihat penderita periodontitis menunjukkan risiko yang tinggi
terhadap PJK. Dugaan adanya kaitan efek patogen periodontal secara langsung
maupun tidak langsung memicu infeksi, mekanisme ini mengaktivasi faktor?
faktor inflamasi sehingga CRP sebagai marker respon fase akut dari infeksi juga
akan meningkat.

Abstract
Coronary heart disease (CHD) is the leading cause of death in one third of world
population. In Indonesia, there is increased prevalence of cardiovascular disease
as a cause of death to the rank-3. In 2007 the national prevalence of CHD reached
7.2%. C-Reactive Protein (CRP) is known as acute phase inflammatory marker
and is associated with elevated levels of plasma due to tissue damage. Several
studies have shown an association between chronic periodontitis with increased
levels of CRP. Increased CRP was alone increases the risk of CHD. This study
looks at a sample of periodontitis patients showed a high risk of CHD. Allegations
have linked the effects of periodontal pathogens directly or indirectly lead to
infection, this mechanism activates inflammatory factors that CRP as a marker of
acute-phase response to infection will also increase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati
"Latar belakang : CT jantung merupakan modalitas screening pada pasien resiko tinggi penyakit kardiovaskular. Fungsi diastolik ventrikel kiri kurang umum dinilai dibandingkan fungsi kontraksi sistolik ventrikel kiri (ejection fraction, EF). Pasien gagal jantung menunjukkan nilai EF yang baik meskipun pada kondisi stenosis arteri koronaria berat. Mortalitas gagal jantung sama besarnya pada pasien dengan nilai EF normal dan EF menurun, sehingga penilaian dini disfungsi diastolik menjadi hal penting untuk strategi pengobatan yang tepat. Lemak perikardial merupakan faktor prediktor bebas disfungsi diastolik. Penilaian volume lemak perikardial mudah dilakukan, tidak memberikan radiasi dan biaya tambahan, namun tidak rutin dilakukan pada pemeriksaan CT toraks. Penelitian ini melihat hubungan volume lemak perikardial dengan derajat disfungsi diastolik melalui pemeriksaan CT jantung.
Tujuan : Meningkatkan manfaat CT toraks dalam menilai volume lemak perikardial sebagai faktor prediktor disfungsi diastolik.
Metode : Comparative cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari 82 pasien penyakit jantung koroner yang menjalani pemeriksaan DSCT jantung.
Hasil : Terdapat hubungan positif antara volume lemak perikardial dengan disfungsi diastolik derajat sedang pada pasien penyakit jantung koroner yang menjalani DSCT jantung. Titik potong volume lemak perikardial pada disfungsi diastolik derajat berat adalah 220.26cm3, dengan nilai sensitivitas 81.8% dan spesifisitas 74,1%.
Kesimpulan: Volume lemak perikardial dapat digunakan untuk menentukan disfungsi diastolik derajat sedang, dan dapat dipakai sebagai suatu acuan deteksi dini.

Background: Cardiac CT is a modality used for screening patients with high risk of cardiovascular disease by assessing left ventricular systolic contraction function (ejection fraction, EF). It’s still uncommon to assess left ventricular diastolic function. Patients with heart failure showed good EF value despite the severity of coronary artery stenosis. Early assessment of diastolic dysfunction become essential for treatment strategies since there’s equal mortality rate in heart failure patients with normal or decrease EF. Pericardial fat is an independent predictor factor of diastolic dysfunction. Eventhough pericardial fat volume easily assessed and there’s no additional radiation and cost, it still not routinely done in thoracic CT examination. This study looked at the relationship of pericardial fat volume with a degree of diastolic dysfunction through cardiac CT examination.
Purpose: Increase the benefits of thoracic CT to assess pericardial fat volume as a predictor factor of diastolic dysfunction.
Method : Comparativecross-sectional study using secondary data from 82 patients with coronary artery disease who underwent cardiac DSCT.
Result : There is a positive relationship between pericardial fat volume with moderate degree of diastolic dysfunction in patients with coronary artery disease who underwent cardiac DSCT. A cut off value of220.26cm3, determined a sensitivity 81.8% and specivicity 74,1% to detect moderate diastolic dysfunction.
Conclusion: Pericardial fat volume can be used to determine moderate diastolic dysfunction and can be used as a reference for the early detection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>