Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shofi Adriani
"Jurnal ini membahas tentang kehidupan karyawan Korea Selatan dalam drama televisi yang berjudul Misaeng. Misaeng merupakan salah satu drama televisi yang digemari di Korea Selatan dan mempunyai rating yang cukup tinggi. Tokoh utama dalam drama ini adalah seorang pria yang baru meniti karirnya, sebagai karyawan magang, di suatu perusahaan besar pada umur 26 tahun. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, ia berhasil mengungguli karyawan magang lainnya dan lolos menjadi karyawan tetap walaupun latar belakang yang ia miliki tidak terlalu bagus. Selain tokoh utama, drama ini juga menceritakan kehidupan karyawan lain yang mempunyai kesulitan dan masalahnya masing-masing dalam bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan tentang gambaran kehidupan karyawan dan budaya kerja dalam perusahaan Korea Selatan, serta dampaknya yang direpresentasikan dalam drama televisi Misaeng. Dengan metode kepustakaan dan kualitatif, penulis memfokuskan analisa pada budaya kerja perusahaan Korea Selatan yang ditampilkan dalam drama tersebut. Hasil analisa menunjukkan budaya kerja Korea Selatan yang paling menonjol adalah senioritas dan hierarki yang tinggi, kecenderungan terhadap kelompok, diskriminasi terhadap karyawan wanita, dan etos kerja karyawannya.

This journal discusses the life of South Korean employee which is represented through Korean drama titled Misaeng. Misaeng is one of the well-received high-rating television dramas in South Korea. The drama tells about a man who had just started his career as an intern at a large company at the age of 26. Through diligence and hard work, he managed to outperform his colleagues and be contracted as a permanent employee despite the lack of a clear background. On top of that, this drama also provides the story of the lives of other employees and each one of their problems and difficulties. The purpose of this study is to present an overview of the life and culture of employees working in South Korean company along with its impact to the employees as depicted in the television drama Misaeng. This journal uses text review and qualitative research method to focuses on analyzing the work culture in South Korean company as shown in the drama. The result shows that the prominent of South Korean work culture are pronounced seniority and hierarchy, collectivism tendentiousness, discrimination of female employees, and work ethics of its employee.;"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hendra Mulyana
"Drama Korea ‘Snowdrop’ memicu kontroversi karena dianggap mendistorsi sejarah gerakan demokratisasi Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987. Penelitian ini bertujuan untuk menilai validitas tuduhan tersebut dan menganalisis representasi geopolitik yang muncul di dalam film tersebut. Tulisan ini mengkaji perdebatan yang terjadi dalam media daring mengenai tuduhan atas distorsi sejarah dengan melakukan analisis terhadap film melalui metode analisis komposisi dan analisis dokumen untuk melihat apakah tuduhan tersebut terbukti. Meskipun ‘Snowdrop’ memang mengandung unsur-unsur geopolitik, perbandingan antara unsur-unsur ini dan tuduhan-tuduhan yang terlampir menunjukkan bahwa tidak ada distorsi yang disengaja terhadap peristiwaperistiwa sejarah dengan niatan mengubah pandangan tertentu. Premis dan garis waktu film ini sejalan dengan pemilu Korea Selatan tahun 1987, yang menampilkan kesamaan dalam identitas politik—seperti pemerintahan otoriter, badan intelijen (ANSP) yang menjadi kaki tangan pemerintah, dan kehadiran Korea Utara sebagai musuh. Namun, intrik politik yang digambarkan adalah fiksi untuk mendapatkan efek dramatis dalam film.

online media regarding accusations by examining the film using composition analysis and document analysis methods to determine whether the allegations are proven. While ‘Snowdrop’ does contain geopolitical elements, a comparison between these elements and the attached allegations reveals no deliberate distortion of historical events with intentions to change certain viewpoint. The film’s premise and timeline align with the lead-up to the 1987 South Korean election, featuring similarities in political identities—such as an authoritarian government, an accomplice intelligence agency (ANSP), and North Korea as an adversary. However, the specific political intrigue depicted is fictionalized for dramatic effect on film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Muftia Nur
"Jurnal ini membahas tentang fenomena education fever yang terjadi di Korea Selatan dalam drama yang berjudul Hakkyo 2013. Dengan metode deskriptif-analitik, penulis memfokuskan analisa pada gambaran fenomena education fever yang terdapat dalam drama tersebut. Hasil analisa menunjukkan fenomena education fever dalam drama Hakkyo 2013 diwakili oleh sikap dan perilaku orang tua siswa yang menunjukkan peduli mereka yang berlebihan akan pendidikan anaknya. Mereka tidak segan melibatkan diri mereka sendiri untuk mengkritik sistem pendidikan di sekolah tempat anak mereka belajar. Sedangkan dampak yang signifikan terhadap kelelahan secara fisik yang dialami siswa karena jam belajar yang terlalu panjang, dan juga orientasi siswa terhadap nilai yang bagus sebagai tanda keberhasilan mereka dalam belajar.

This paper discusses about education fever phenomenon on Korean drama titled Hakkyo 2013. It focused on the analysis of the phenomenon as shown on the drama. The results shows that education fever on this drama is represented by the behavior of Korean parents who over concern about the education of their children. They even involve their selves directly to criticize the education system at their children’s school. On the other side, the phenomenon also gives such a significant impact to the students. It shows that the students feel exhausted because of the long hour."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Kholisotun Hasanah Suherman
"Representasi sejarah dalam film-film sejarah merupakan cara penulis menggambarkan atau menceritakan bagian tertentu dari peristiwa-peristiwa sejarah. Lewat film sejarah, para pembuat film dapat memperkenalkan berbagai perspektif yang berbeda tentang suatu peristiwa sejarah. Salah satu sejarah di Korea Selatan yang menarik perhatian para pembuat film dan drama televisi adalah gerakan demokratisasi Gwangju terjadi pada 18 Mei 1980. Peristiwa tersebut melibatkan institusi militer dan warga sipil serta merupakan salah satu titik balik dari perjuangan demokratisasi di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju dalam objek penelitian berupa drama televisi Korea Selatan berjudul Youth of May di tahun 2021. Untuk memahami bagaimana peran agensi militer terutama militer pada peristiwa gerakan demokratisasi Gwangju direpresentasikan dalam drama Youth of May, penulis menggunakan konsep representasi dari Stuart Hall dan Foucault. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif untuk menganalisis data transkrip film berupa dialog, monolog, non-dialog, dan potongan gambar yang ada di dalam drama. Hasil analisis pada drama Youth of May menunjukkan adanya dua bentuk representasi agensi militer dalam gerakan demokratisasi Gwangju, yaitu kekuasaan tidak terbatas yang dimiliki institusi militer dan gerakan demokratisasi menjadi proses yang mengarah pada tragedi.

Historical representation in historical films is the filmmaker’s way of describing or telling historical events in their works. Through historical films, filmmakers can introduce different perspectives on a historical event. One of the historical events in South Korea that has caught the attention of film and television drama makers is the Gwangju Democratization Movement that occurred on May 18, 1980. This event involved military institutions and civilians and was one of the turning points of the struggle for democratization in South Korea. This study aims to explain the representation of security agencies and the government in the Gwangju Democratization Movement in the object of research, namely one of the South Korean television dramas entitled Youth of May in 2021. To understand how the role of security agencies and the government, especially the military in the events of the Gwangju Democratization Movement is represented in drama Youth of May, the author uses the concept of representation by Stuart Hall and Foucault. This study used a descriptive qualitative analysis method to analyze film transcript data in the form of dialogues, monologues, non-dialogues, and stills in the drama. The results of the analysis in the drama Youth of May show that there are two forms of representation by military agency in the Gwangju Democratization Movement, namely the unlimited power possessed by military institutions and the democratization movement which is a process that leads to tragedy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaliza Rahma Aisyah
"Penyalahgunaan kuasa di tempat kerja Korea Selatan menjadi masalah sosial yang terus menjadi perhatian masyarakat. Untuk menanggulangi hal tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korea Selatan melakukan survei tentang penyalahgunaan kuasa di tempat kerja (2017). Dengan menggunakan data dari survei tersebut, penelitian ini berupaya melihat bagaimana respon pekerja terhadap kasus penyalahgunaan kuasa di tempat kerja di Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami respon pekerja tentang penyalahgunaan kuasa yang dialami atau dilihat di tempat kerja. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan konsep budaya hirarki Korea Selatan dan konsep kuasa Michel Foucault. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya hirarki dan peran micro pouvoirs memiliki peran besar dalam hubungan antara pekerja dan perusahaan yang menegaskan bahwa kuasa tidak selalu bersifat sentralistik serta menyebabkan (i) perlawanan tidak selalu menjadi respon seseorang terhadap praktik kuasa; (ii) budaya hirarki menjadi faktor pekerja tidak melakukan perlawanan ketika dihadapi dengan penyalahgunaan kuasa.

Power abuse in South Korean workplace has become a social problem that continues to be another public concern. National Human Rights Commission of Korea conducted a research on power abuse at workplaces in South Korea to find the best countermeasures for this problem (2017). Using data from this research, this study seeks to see how workers respond to cases of power abuse in South Korean workplaces to understand the perspectives of workers about power abuse experienced or seen in the workplace. Author used descriptive-qualitative research method with the concept of hierarchical culture and Michel Foucault`s concept of power to conduct this research. The results revealed that the hieararchical culture and micro pouvoirs play a big role in the relationshop between workers and companies which emphasized that power is not always centralistic and causes (i) resistance to not always become the response to the practice of power; (ii) hierarchical culture is a factor that restraints worker from resisting power abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Nurannisa
"Penelitian ini mengkaji penggunaan kata dalam lirik lagu Na, Sigani Dēlgétji, dan Haengbok oleh Park Won, Loco, dan Ovan dalam kaitannya dengan kondisi sosial generasi muda Korea Selatan di tahun 2000-an. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana unsur menyerah direpresentasikan dalam ketiga lagu tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis dengan tinjauan sosiolinguistik berupa analisis semantik medan makna untuk mengaitkan kata benda, kata kerja, dan kata sifat tertentu dalam lirik ketiga lagu yang memiliki kaitan dengan keadaan sosial terkait sikap menyerah generasi N-po. Penelitian ini menemukan lima kata sifat dalam lagu Na, dua kata sifat, satu kata benda, dan satu kata kerja dalam lagu Sigani Dēlgétji, dan tiga kata kerja, satu kata benda, dan satu kata sifat dalam lagu Haengbok yang memiliki relasi makna dengan enam komponen makna yang menyusun empat tipe menyerah yang merepresentasikan makna paradigmatik kata `menyerah`. Lalu, terdapat kata `힘들다 (sulit)` yang menjadi kata sifat representatif dalam ketiga lagu dan juga digunakan oleh generasi muda Korea Selatan tahun 2000-an untuk menjelaskan 인간관계의 포기 (menyerah terhadap interaksi sosial), 연애의 포기 (menyerah terhadap hubungan asmara), dan 꿈의 포기 (menyerah terhadap mimpi) yang merupakan tiga dari tujuh (atau lebih) hal yang rela dikorbankan oleh generasi N-po
This study analyzes the use of words in the lyrics of Na, Sigani Dēlgétji and Haengbok by Park Won, Loco, and Ovan in their relation to the social condition of South Korean youth in the 2000s. This study aims to analyze how giving up tendencies are represented in the three songs using descriptive analysis method, through a sociolinguistics approach which is the semantic analysis of lexical field to connect the use of certain nouns, verbs and adjectives in the three songs to the social condition of the N-po generation or the give-up generation. The findings were five adjectives in Na, two adjectives, one noun and one verb in Sigani Dēlgétji, and three verbs, one noun and one adjective in Haengbok which were related to six semantic features constructing the four types of giving up which represents the paradigmatic relation to the word `give up`. The word `힘들다 (difficult)` is the representative adjective found in the three songs as well as used by the South Korean young generations in the 2000s to elaborate the behavior of giving up social interactions, romantic relationships and dreams which are three of seven (or more) things they give up on.
Key"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Oktavannya Hesti Ningtyas
"Televisi merupakan media yang paling banyak dan mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Sajian tayangan yang beragam dan dikemas secara menarik membuat televisi digemari banyak orang dari berbagai kalangan usia. Reality show merupakan salah satu program acara yang banyak menarik minat publik. Sajian acara yang berfokus menayangkan aktivitas pemerannya dikemas serapi mungkin agar menampilkan kesan yang nyata sehingga dapat melekat di diri para penikmatnya. Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki banyak sekali acara reality show, termasuk reality show yang berfokus menampilkan aktivitas sehari-hari imigran yang tinggal di negara tersebut. my neighbor charles adalah salah satu reality show Korea Selatan yang menggunakan imigran sebagai pemeran dalam setiap episodenya. Acara ini banyak menampilkan kehidupan berbagai kelompok masyarakat pendatang, termasuk masyarakat muslim. Penelitian ini menganalisis bagaimana my neighbor charles merepresentasikan kehidupan masyarakat muslim di Korea Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif analisis konten. Hasil penelitian ini menunjukkan reality show my neighbor charles menampilkan citra imigran muslim yang tinggal di Korea Selatan dalam dua wajah yang berbeda.

Television is the most widely accessible medium for the general public. The variety of shows that are packaged in an attractive way makes television popular with people of all ages. Reality shows are one of the programs that attract a lot of public interest. The presentation of the program that focuses on showing the activities of the actors is packaged as neatly as possible so that it displays a real impression so that it can be attached to the audience. South Korea is a country that has a lot of reality shows, including reality shows that focus on showing the daily activities of immigrants living in the country. My Neighbor Charles is a South Korean reality show that uses immigrants as characters in every episode. This event showcases the lives of various groups of immigrant communities, including the muslim community. This study analyzes how My Neighbor Charles represents the life of the muslim community in South Korea. The method used is a qualitative method of content analysis. The results of this study show that the reality show My Neighbor Charles displays the image of muslim immigrants living in South Korea in two different faces."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Devi
"ABSTRAK
Salah satu negara yang kental dengan sistem patriarkinya adalah Korea. Dengan melekatnya sistem tersebut dalam kehidupan orang Korea membuat perempuan sejak lahir dianggap tidak bebas menentukan hidupnya sendiri. Pada akhirnya gerakan untuk menuntut pembebasan perempuan semakin gencar dilakukan. Feminisme liberal pun menjadi dasar gerakan perempuan di Korea. Para perempuan ini memperjuangkan status sosial, hak perempuan dan wacana mengenai 39;perempuan modern rsquo;. Sementara itu, drama feminis memiliki karakter yang berbeda dengan stereotip perempuan Korea yang seringkali digambarkan. Perempuan Korea yang sering digambarkan dalam drama adalah orang yang taat, patuh, bergantung dan seorang pengikut. Maka dari itu, jurnal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perempuan saat ini telah bergerak untuk memperjuangkan haknya masing-masing. Penulis akan membahas mengenai representasi perempuan modern yang ditunjukkan tokoh utama Cha Kiyoung dalam drama Choegoui Gyeolhon. Temuan dari penelitian ini adalah perempuan berpendidikan, perempuan mandiri, perempuan memiliki kebebasan untuk memilih dan perempuan setara dengan laki-laki. Sementara itu untuk menunjang penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan sumber data terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan.

ABSTRACT
Korea is one of the countries that has the strongest patriarchal system. The system is inherent in the life of Koreans, so that since birth, women cannot determine their life choices. In the end, the movement to demand women rsquo;s liberation began. Liberal feminism became the base of women rsquo;s movement in Korea. These women fight for the social status, women rsquo;s rights and the discourse of lsquo;modern women rsquo;. On the other hand, feminist drama has women characters with different characteristics from the stereotype of Korean women who are often described as being obedient, submissive, dependent, and a follower in the drama. Therefore, this journal aims to prove that Korean women today are fighting for their respective rights. This journal will discuss about the representation of modern women shown on main character Cha Kiyoung in the drama Cheogoui Gyeolhon. The results of this research shows that women are educated, independent, have the freedom to choose, and equal to men. The research method that the author uses is descriptive qualitative. The author collected data sources related to the research based on literature study."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Kusumaningrum
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana drama korea merepresentasikan relasi gender dalam konflik hubungan romantis. Studi pustaka menunjukkan adanya perbedaan lakilaki yang mendapatkan sosialisasi gender maskulin dengan perempuan yang mendapatkan sosialisasi gender feminin dalam menghadapi konflik hubungan romantis. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan analisis semiotika kode televisi John Fiske. John Fiske melihat bahwa kode-kode yang ditampilkan di televis membawa ideologi tertentu. Metode penelitian merupakan studi kasus dengan mengambil objek penelitian drama tvN tahun 2016, Another Miss Oh.
Hasil penelitian menunjukkan adanya ideologi patriarki dengan laki-laki yang lebih banyak mendominasi dalam konflik hubungan dibanding perempuan. Ideologi patriarki tersebut didukung dengan stereotipstereotip feminin dan maskulin yang juga ditampilkan dalam drama. Hal tersebut ditambah dengan penggambaran konflik sebagai sebuah adegan romantis yang mengaburkan batasan antara konflik dengan romantisme dalam drama. Dengan representasi tersebut, nilai patriarki semakin mudah diterima oleh perempuan sebagai penonton utama yang semakin sulit melihat adanya ketidaksetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan.

This thesis talks about how korean drama represents gender relation in relationship conflict between a man and a woman. Literature research shows that men who learn about masculinity and women who learn about femininity have different ways in handling romantic relationship conflict. The study was conducted with qualitative methods using semiotic television code analysis from John Fiske. John Fiske saw television as a tool to represent certain ideologies. The research method that is used is case study of Another Miss Oh, a korean drama released in 2016 from channel tvN.
The results indicate tha there is a patriarchal ideology in the drama that can be seen from male domination in relationship conflict. This patriarchal ideology is supported by feminine and masculine stereotypes in the drama. The depiction of conflict as a romantic scene also helps in blurring the boundary between conflict and romanticism and contributes in peoples perception of the drama. With those values being represented, patriarchy is being accepted well by female watchers of the drama and make it harder for these female watchers to spot gender inequality in daily life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>