Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Yuliadi
"Nano kalsium adalah kalsium fosfat yang memiliki ukuran partikel 50 - 150 nm . Ukuran yang kecil ini diharapkan dapat diserap lebih efektif ke dalam peredaran darah untuk selanjutnya dideposisi di tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian nano kalsium pada diet terhadap serapan kalsium dalam tulang di hewan model tikus putih (Rattus norvegicus) strain Sprague dawley yang pada umumnya berusia 2 bulan. Sejumlah 50 ekor tikus mendapat perlakuan asupan nano kalsium dan variasi dosis kalsium, pada diet konvensional 20 ekor dan purified diet 30 ekor. Persiapan sampel femur dan tibia: tahap pertama, 16 ekor tikus diberi diet konvensional dengan pemeliharaan 5 minggu. Pada percobaan tahap pertama, menggunakan faktorial 2 X 2, faktor umur (2 dan 5 bulan) dan faktor diet (kontrol dan nano) lalu 4 ekor tikus usia 2 bulan lainnya dipelihara selama 3 dan 4 minggu. Selanjutnya pada tahap kedua, 12 ekor tikus umur 2 bulan diberi purified diet dan dipelihara 4, 7, dan 10 minggu, mendapat dua perlakuan yaitu kontrol dan nano. Sisanya 18 ekor tikus umur 2 bulan dipelihara 4 dan 10 minggu, diberi variasi dosis nano kalsium dengan dosis 0,5 dari kebutuhan normal kalsium, dosis 1,0 yang sesuai kebutuhan normal kalsium dan dosis 1,5 dari kebutuhan normal kalsium. Karakterisasi sampel: sampel femur dan tibia yang telah dihilangkan zat organiknya dengan larutan hydrazine, dilakukan pengukuran kandungan: mineral, kalsium, karbonat dan fosfat. Selain pengukuran itu, juga diperoleh struktur fase, morfologi dan komposisi elemen femur (distal epiphysis) pada posisi penampang melintang. Dalam melakukan karakterisasi sampel, ada yang mendapat perlakuan panas dan tidak. Dari hasil penelitian ini secara umum diperoleh informasi bahwa pemberian ataupun penambahan kalsium fosfat dalam bentuk partikel nano pada diet tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kandungan mineral dalam tulang, namun perlakuan pada percobaan menunjukkan peningkatan serapan kalsium (P<0,01). Kemudian lebih jauh lagi diperoleh informasi bahwa fase femur dan tibia berada dalam sebagian besar fase kristalin namun dalam ukuran kecil-kecil.

Nano calcium is calcium phosphate which has a particle size of 50-150 nm. The small size is expected to be absorbed more effectively into the bloodstream to further deposited in bone. The experiment aims to study the effect of nano calcium allotment diet towards calcium absorpotion in the 2-month-old white rats (Rattus norvegicus) bone. Fifty rats treated nano calcium intake and calcium dose variation, on a conventional diet 20 rats and 30 rats purified diet. Femur and tibia samples preparation : first step, 16 rats were given a conventional diet with 5 weeks of maintenance. In the first step of experiment, use 2X2 factorial, age factor (2 and 5 months) and diet factor (control and nano). Then 2-month-old 4 rats others maintained for 3 and 4 weeks. The second step, 12 rats 2-month-old were given purified diet and maintained for 4, 7 and 10 weeks, received two treatments that are control and nano. The rest 18 rats aged 2 months maintained 4 and 10 weeks, were given a dose variation nano calcium to 0.5 of normal calcium requirements, the appropriate dose of 1.0 normal requirement of calcium and a dose of 1.5 from the normal requirement of calcium. Characterization of samples: sample femur and tibia that has been removed with a solution of hydrazine organic substances, measurement of content; mineral, calcium, carbonate and phosphate. In addition to the measurement, it also obtained the phase structure, morphology and composition of the elements of the femur (distal epiphysis) on the position of the cross section. In characterization process, some samples were heat-treated. From these results, it is generally obtained information that giving or the addition of calcium phosphate in the form of nanoparticles in the diet did not have a significant influence on the mineral content in the bones, however the treatments in the experiment showed enhancement of calcium absorption (P<0,01). And for furthermore get information that the minimal of femur and tibia were in most of the crystalline phase, but in a small size."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2212
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Jeanny Oetama
"Penuaan merupakan proses alami dimana kandungan kolagen akan menurun dan menyebabkan menurunnya kekuatan tulang dan kandungan mineral tulang akibat meningkatnya aktivitas resorpsi tulang oleh sel osteoklas. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan trikalsium fosfat Ca3 PO4 2 pada Rattus norvegicus yang defisiensi kalsium untuk mengamati kandungan mineral tulangnya. Terdapat pula perlakuan berupa pakan mengandung Ca3 PO4 2. Analisa terhadap mineral tulang dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR , X-Ray Diffraction XRD , dan Scanning Electron Microscopy SEM . Nilai intensitas rata-rata dan median dari histogram citra SEM antara kelompok tikus yang diberi pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dengan tikus yang defisiensi kalsium menunjukkan perbedaan jumlah rongga tulang trabekularnya. Hasil XRD menunjukkan terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik dengan penggunaan pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dibandingkan Ca3 PO4 2 saja. Terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik menunjukkan pertumbuhan kristal apatit karbonat yang lebih cepat. Spektrum FTIR dari grup tersebut menunjukkan perbaikan pada gugus fosfat 590-650 cm-1 dan sekitar 1.100 cm-1 dan gugus karbonat 1.350-1.600 cm-1 . Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan kalsium fosfat pada tikus yang mengalami defisiensi kalsium mampu memperbaiki kondisi mineral tulang dengan lebih baik daripada pakan yang mengandung kalsium fosfat saja.

Aging is a naturally occurring process in which collagen content will decrease and cause decreased of bone strength and bone mineral content due to increased activity of bone resorption by osteoclast cells. Therefore, This research was conducted by using feed containing collagen and tricalcium phosphate Ca3 PO4 2 fed to calcium deficient Rattus norvegicus to observe mineral in rat bones. In addition, there was group of calcium deficient rats fed with Ca3 PO4 2. The analysis of bone mineral was done using Fourier Transform Infrared FTIR , X Ray Diffraction XRD , and Scanning Electron Microscopy SEM . The mean and median intensity values of the SEM images histogram between rat fed with collagen and Ca3 PO4 2 and calcium deficient rat showed differences in the number of trabecular bone cavities. The XRD analysis showed there was better separation of plane 112 and 300 in the rats fed with collagen and Ca3 PO4 2 compared to Ca3 PO4 2 only. The better separation plane showed the faster growth of apatite carbonate. FTIR spectrum of that group showed enhancement of phosphate groups 590 650 cm 1 and about 1,100 cm 1 and carbonate groups 1.350 1.600 cm 1 . Thus, the result of this study showed the feed containing collagen and Ca3 PO4 2 given to calcium deficient rats improved bone mineral condition better than Ca3 PO4 2 only."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Permata Ayunda Putri
"Tulang merupakan salah satu penyusun sistem gerak manusia yang rentan mengalami kerusakan berupa fraktur akibat kecelakaan atau osteoporosis. Mekanisme remodeling tulang dapat membantu memperbaiki struktur tulang, namun bergantung pada kerusakannya. Rekayasa jaringan tulang, perancah, merupakan salah satu penyembuhan yang dapat digunakan untuk membantu regenerasi jaringan tulang. Perancah harus memiliki biokompatibilitas serta osteokonduktivitas yang baik. Biokeramik seperti hidroksiapatit (HAp) dan biphasic calcium phosphate (BCP) digunakan sebagai perancah karena strukturnya yang mirip tulang asli. Temulawak, Curcuma xanthorrhiza (CuX) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat antiinflamasi pada perancah. Pada penelitian ini, kitosan (CS), hyaluronic acid (HA), dan ekstrak temulawak (CuX) digunakan sebagai material utama perancah dengan HAp dan BCP sebagai variasinya. Ekstraksi temulawak dilakukan dengan metode Soxhlet dan ekstraksi HAp dan BCP dilakukan dengan metode kalsinasi tulang ikan tuna pada suhu 600 °C dan 1000 °C. Ketiga perancah difabrikasi dengan metode freeze drying dan dikarakterisasi dengan uji viabilitas dan proliferasi sel. HAp dan BCP sebagai variabel bebas menghasilkan viabilitas sel yang lebih baik dibandingkan dengan perancah kontrol pada uji direct selama 4 hari. Namun, tingginya degradasi dari perancah mengakibatkan jumlah sel berkurang drastis dari pertama kali ditanam. Pada uji viabilitas indirect menggunakan MTT assay, HAp pada perancah mendukung viabilitas sel secara signifikan dibandingkan dengan BCP dan kontrol. Secara keseluruhan, ketiga variasi perancah berhasil menyediakan tempat bagi sel untuk hidup dan tidak beracun.

Bones are one of the musculoskeletal systems in humans which vulnerable to damage as fractures because of accidents or osteoporosis. The remodeling mechanism in bone may help to fix the bone structure, but it depends on the extent of the damage. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Scaffold must have good biocompatibility and osteoconductivity. Bioceramics such as hydroxyapatite (HAp) and biphasic calcium phosphate are often used as scaffolds because their structure is similar to natural bone. Temulawak, or Curcuma xanthorrhiza (CuX), is a herbal plant that improves anti-inflammation. This study uses chitosan (CS), hyaluronic acid (HA), and temulawak extract (CuX) as the primary materials. This study uses extraction of temulawak using the Soxhlet method and extraction of HAp and BCP using calcination at 600 °C and 1000 °C. Scaffolds with the combination of CS/HA/CuX, CS/HA/CuX/HAp, and CS/HA/CuX/BCP fabricated using the freeze-drying method and characterized with proliferation and viability test. The HAp dan BCP as dependent variables generated better ability in the viability test than CS/HA/CuX scaffold on the direct test for four days. However, the high degradation from the sample yielded to loss of cells. For indirect tests using MTT assay, the addition of HAp in the scaffold showed better performance in the cell viability significantly more than BCP and control scaffolds. Overall, all scaffolds provided good places for the cell to live and showed non-toxic behavior towards the cells."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parameita Kresnawardhani
"ABSTRACT
Tikus merupakan salah satu induk semang 'reservoi:r' dari suatu golongan endoparasit, yaitu Helminthes (.cacing). Dengan meningkatnya jumlah penemuan penyakit manusia yang dapat ditularkan oleh tiklus (rat-borne human diseases), maka penelitian mengenai cacing parasit yang terdapat pada. tikus semakin banyak dilakukan. Dalam penelitian ini tikus diperoleh dari hasil penangkapan di beberapa tempat di sekitar Kampus UI, Depok dalam bulan juli - September 1988 selama 23 hari penangkapan. Setelah dilakukan identifikasi terhadap jenisjenis tikus yang tertangkap, selanjutnya dilakukan pembedahan untuk memperoleh cacing parasit yang terdapat di dalam saluran pencernaannya. Cacing parasit yang diperoleh kemudian diidentifikasi. Identifikasi cacing parasit ini didukung oleh pembuatan preparat. Dari penelitian pendahuluan ini diperoleh hasil bahwa tikus-tikus yang tertangkap terdiri dari jenis R. norvegicus, R. r. diardi, R. tiomanicus, R. exulans, dan R. argentiventer. Sedan.91can cacing parasit yang diperoleh terdiri dari jenis Rictularia sp. dan Viktorocara sp. dari Kelas Phasmidia, sertaRaillietina sp. dan strobilocercus (larva) Taenia taeniae.^ormis dari Kelas Cestoda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Rachma Tresnasari
"Hidroksiapatit HA dan ?-trikalsium fosfat TCP , yang merupakan fasa dari kalsium fosfat, memiliki sifat biokompatibilitas yang baik dan struktur kimia yang sejenis dengan komponen anorganik pada tulang dan gigi. HA dan TCP berperan dalam pembentukan biphasic calcium phosphate BCP. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi suhu dan atmosfer pemanasan terhadap morfologi, stuktur kristal, dan ikatan gugus fungsi dari serbuk kalsium fosfat. Pemanasan kalsium fosfat dilakukan pada suhu 800°C dan 900°C, masing-masing dalam udara ambien dan argon. Kalsium fosfat tanpa pemanasan digunakan sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah pengamatan dengan Transmission Electron Microscopy TEM , pengujian X-Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, dan Differential Scanning Calorimetry DSC. Fasa HA dan TCP terbentuk pada suhu pemanasan 800°C dengan kedua kondisi atmosfer karena terjadi reduksi ikatan CO32-. Serbuk kalsium fosfat menunjukkan kristalinitas yang paling baik setelah mengalami pemanasan pada suhu 900 ?C dengan atmosfer argon. Pembentukan fasa ?TCP secara keseluruhan terjadi pada suhu 900°C pada kedua atmosfer karena terjadi pembentukan ikatan C-H dan C=O serta reduksi ikatan OH-.

Hydroxyapatite HA and tricalcium phosphate TCP , which are the phases of calcium phosphate, have a good biocompatibility and similarity in chemical structure with inorganic components found in teeth and bones. HA and TCP have a role in forming biphasic calcium phosphate BSC. This research was aimed to identify the effects of using varied temperatures and atmospheres in heat treatment to study the morphology, crystalline structure, and bonds of functional group of calcium phosphate powder. The heat treatment of calcium phosphate was conducted at the temperature of 800°C and 900°C, both in ambient air and argon atmmospheres. As received calcium phosphate without heat treatment was used as comparison. The characterizations performed were Transmission Electron Microscopy TEM, X Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, and Differential Scanning Calorimetry DSC. The phases of HA and TCP were formed at the temperature of 800 C in both atmospheric conditions because of the reduction of CO32 bond. Calcium phosphate powder exhibited the highest crystallinity encountered at the temperature of 900°C in argon atmosphere. The form of TCP was occurred at 900 C in both atmospheric conditions because the forming of C H and C O bond along the reduction of OH bond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Nenden Mulyaningsih
"Suplemen kalsium dapat membantu mencegah kasus osteopenia dan osteoporosis, selain itu juga dapat digunakan dalam pengobatan bersama-sama dengan obat lain. Penelitian ini membahas metode-metode pengukuran yang tepat secara fisika biomedis dari tulang tikus putih Rattus norvegicus yang diovariektomi dan diberi perlakuan diet nano kalsium fosfat. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan metode yang tepat dalam mendeteksi status penulangan kembali, dari hewan model yang mendapat diet nano kalsium fosfat dalam perbaikan tulang osteoporosis pascaovariektomi (pasca-OVX). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dalam serangkaian penelitian dan dibagi dalam tiga prosedur kerja. Diet dibuat dalam tiga jenis yaitu A (diet dengan nano kalsium 0,1%), B (diet dengan nano kalsium 0,4%) dan C (diet dengan nano kalsium 0,7%). Parameter yang diukur pada tahap pertama yaitu kandungan nutrisi dan mineral diet. Tahap kedua yaitu operasi OVX pada tikus dan dipelihara normal untuk mengkondisikan tikus osteoporosis. Parameter yang diukur pada tahap kedua yaitu mineral serum dan tulang, gugus fungsional tulang, morfologi, struktur kristal dan densitas tulang tibia dan femur yang dilakukan setiap dua minggu saat proses osteoporosis. Tahap ketiga yaitu tahap perlakuan pemberian diet nano kalsium fosfat terhadap tikus osteoporosis akibat OVX. Parameter yang dianalisis yaitu konsumsi bahan kering, konsumsi kalsium, kalsium dalam feses, persentase serapan kalsium, kandungan kalsium, magnesium dan fosfor dalam serum, tulang femur dan tibia, gugus fungsional tulang, morfologi, struktur kristal dan densitas tulang femur dan tibia pada saat proses recovery. Alat karakterisasi yang digunakan yaitu Transmission Electron Microscopy (TEM), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Ultraviolet-Visible (Uv-Vis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy/Energy Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS), X-ray Diffraction (XRD) dan Computed Tomography (CT) Scan. Analisis data yang digunakan adalah uji-t bebas, dengan membandingkan hasil yang diperoleh antara tikus non-OVX dan OVX serta membandingkan hasil dari tikus yang diberi diet A dengan B dan B dengan C. Hubungan antara metode deteksi dengan data biologis diuji dengan analisis regresi berganda. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil riset tahap satu menginformasikan bahwa kandungan nutrisi dan mineral diet sesuai dengan standar diet yang direkomendasikan oleh National Research Council (NRC) USA. Hasil riset tahap dua yaitu tikus yang diovariektomi menunjukkan tanda osteoporosis dengan menurunnya kadar kalsium dalam serum, tulang femur dan tibia, terjadinya penurunan ion fosfat dan densitas elektron, serta ukuran butir yang lebih besar terjadi pada minggu ke-7 sejak OVX. Hasil perlakuan ketiga jenis diet nano kalsium fosfat pada riset tahap tiga menunjukkan bahwa tikus osteoporosis pasca-OVX yang diberi diet dengan nano kalsium 0,4% memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan tikus osteoporosis pasca-OVX yang diberi diet dengan kandungan nano kalsium 0,1% dan 0,7%.
Calcium suplements are used as an aid in the prevention of osteopenia and osteoporosis, and also for the treatment of patients when used along with medication. This study analyzed precise measurements for physic-medical bones of ovariectomized white rats (Rattus norvegicus) which were conditioned in a nano calcium phosphate diet treatment. The goal was to get the right method for detecting bone rebalancing from animal models that had a nano calcium phosphate diet in postovariectomy (post-OVX) condition for osteoporosis bone repair. This research was qualitatively and quantitatively conducted in a series of studies and divided into three work procedures. The first step was the production of a nano calcium phosphate diet. Three types, namely A (diet with 0.1% nano calcium according to normal needs), B (diet with 0.4% nano calcium) and C (diet with 0.7% nano calcium). The second step was rats OVX surgery and the rats were maintained normally up to osteoporosis stage. The parameters measured in the second step were serum and bone minerals, bone functional groups, morphology, crystalline structure and density of the tibia and femur that were carried out every two weeks during the osteoporosis process. The third step involved the osteoporosis rats (ovariectmized rats) that had the nano calcium phosphate diet treatment. The parameters analyzed were dry matter consumption, calcium consumption, feces in calcium, percentage of calcium absorption, calcium, magnesium and phosphorus content in serum, femur and tibia, bone functional groups, morphology, crystal structure and femur and tibia bone density during the recovery process. The characterization were Transmission Electron Microscopy (TEM), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Ultraviolet-Visible (Uv-Vis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy / Energy Dispersive Spectroscopy (SEM / EDS), X-ray Diffraction (XRD) and Computed Tomography (CT) Scan. The free t-test was applied to analyzed the data, by comparing the results obtained between non-OVX and OVX rats and comparing the results of rats grouped diet A with B and diet B with C. The relationship between the detection method and biological data was tested by multiple regression analysis. Based on the data obtained, the first step results informed that the nutritional and mineral contents of the diet were in accordance with diet standards which were recommended by the National Research Council (NRC) USA. The second test results showed that ovariectomized rats had the signs of osteoporosis with decreasing in calcium levels in serum, femur and tibia, in phosphate ions and electron density, and increasing larger grain size occurred in the 7th week since OVX. The third step results revealed that post-OVX osteoporosis rats in the 0.4% nano calcium diet showed more effective and efficient bone-rebalancing compared to post-OVX osteoporosis rats in 0.1% or 0.7% nano calcium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Magdalena
"ABSTRAK
Studi pendahuhian untuk melihat efek diuretik ekstrak buah Ananas
comosus L. terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar telah
dilakukan. Pencekokan diberikan dengan larutan kontrol dan dengan
perbandingan dosis larutan murni : akuabidestilata 1: 3, ! 2, 1 : I clan I : 0
I ml/1 00 g berat badan. Pengaruh pencekokan terhadap volume urin dapat
diketahul 6 jam sesudah pencekokan.
Uji statistik terhadap hasH percobaan menunjukkan bahwa ekstrak
buah Ananas cotnosus dengan dosis larutan murni akuabidestilata 1 2,
1 mI/i 00 g berat badan tidak mempengaruhi volume total urin,
tetapi dosis larutan murni : akuabidestilata I 3 I mlIIOO g berat badan
meningkatkan volume total i.win. Dengan demikian Ananas cornosus dengan
konsentrasi tersebut mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar."
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanifa Zahra
"Tulang adalah jaringan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri apabila mengalami kerusakan. Namun pada beberapa kasus cacat tulang, cangkok tulang (bone graft) atau material pengganti tulang dibutuhkan untuk membantu penyembuhan jaringan. Terdapat tiga jenis cangkok tulang yaitu autograf, allograf, dan xenograf. Karena terbatasnya sumber tulang untuk cangkok tulang, peneliti mencari material alternatif sebagai pengganti tulang. Biokeramik telah banyak diteliti karena dinilai sebagai material yang paling menjanjikan sebagai pengganti tulang. Bifasik kalsium fosfat (BCP), tersusun atas hidroksiapatit (HA) dan b-trikalsium fosfat (b-TCP), menunjukkan potensi besar sebagai material pengganti tulang karena sifatnya yang bioaktif, biokompatibel, dan laju degradasi yang cocok dengan laju pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit di sintesis dengan metode presipitasi gelombang mikro. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan ke dalam larutan polivinil alkohol yang bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan mikrostruktur berpori. Selanjutnya, serbuk hidroksiapatit dipadatkan dan disintering dengan variasi temperatur sintering mulai dari 800 °C hingga 1300 °C untuk mempelajari perubahan fasa dan mikrostruktur dari hidroksiapatit. Fase kristal, gugus fungsi, morfologi, dan sifat mekanik diuji dengan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared FTIR, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Mikro Vickers. XRD menunjukkan terjadi perubahan fase HA menjadi b-TCP pada temperatur 1000 – 1300 °C. Hasil FTIR menunjukkan tidak ditemukannya gugus vinil yang berarti PVA telah sepenuhnya terdegradasi akibat sintering dengan temperatur tinggi. Pori yang dihasilkan memiliki bentuk spherical-like dengan ukuran yang semakin besar seiring dengan peningkatan temperatur sintering. Nilai kekerasan maksimal sebesar 4,166 GPa dihasilkan oleh hidroksiapatit yang disintering pada temperatur 1200 °C dan kekerasan menurun pada temperatur diatasnya karena peningkatan dekomposisi HA.

Bone is a tissue that can heal by itself. However, for some cases of bone defects, a bone graft or bone substitute is needed to help bone tissue to heal. There are three kinds of bone grafting which is autograft, allograft, and xenograft. Due to the limited source of bone for bone grafting, researchers eager to find an alternative material for bone substitution. Bioceramic has been widely studied because they are considered the most promising material for bone tissue substitution. Biphasic calcium phosphate (BCP), composed of hydroxyapatite (HA) and b-tricalcium phosphate (b-TCP), has shown great potential as a bone substitute material due to its bioactive, biocompatible properties and the rate of degradation that corresponds to the growth rate of bone. Hydroxyapatite nanocrystal was synthesized through the microwave-assisted precipitation method. Hydroxyapatite powder was later added into a polyvinyl alcohol solution, which is aimed to produced hydroxyapatite with a porous microstructure. Hydroxyapatite powder was compacted and sintered at various temperatures, from 800 – 1300 °C, to study the transformation of phase and microstructure of hydroxyapatite. The crystal phase, functional groups, morphology, and hardness of biphasic calcium phosphate were determined through X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), and Vickers Microhardness Tester. XRD result shows that the b-TCP phase appears due to the decomposition of HA at 1000 – 1300 °C. FTIR result shows there is no sign of a vinyl functional group, which means that PVA has fully degraded due to sintering with high temperature. Produced pores have a spherical-like shape and become larger as the sintering temperature reaches up to 1300 °C. The maximum hardness value of 4,166 GPa obtained from the hydroxyapatite sintered at 1200 °C and slightly decreased at 1300 °C due to increased decomposition of HA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Fajar M.L.
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di beberapa tempat di
Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan untuk mengetahui
jenis-jenis ektoparasit pada Rattus spp. dan jenis-jenis
tikus yang terinfestasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 135 ekor tikus yang tertangkap hanya ada 2
jeniB, yaitu Rattus rattus diardii 68 ekor (terinfestasi
64 ekor) dan Rattus norvegicus 67 ekor (terinfestasi 66
ekor. Sedangkan ektoparasit yang diperoleh terdiri dari 9
forma, yaitu Xenopsylla cheopis (631 ekor), Hoplopleura
pasifica (233 ekor), nimfa Hoplopleura spp- (32 ekor),
Laelaps echidninus (61 ekor), Laelaps nuttalli (1515
ekor), Liponyssoides sp. (S ekor), Listrophoridae (105
ekor) Rscoschoengastia indica (519 ekor), dan Gahrliepia
(Halchia) disparanguis 75 ekor)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>