Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maitri Febrianthi
"Pendahuluan: Tuberkulosis pleura merupakan bentuk TB ekstra paru paling umum kedua setelah TB kelenjar dan merupakan penyebab utama efusi pleura di daerah endemik TB. Diagnosis dan pengobatan cepat dan tepat sangat penting dalam pengelolaan TB pleura karena dapat menjadi progresif dan mengenai organ lain. Sampai saat ini, penegakkan diagnosis TB pleura masih menjadi tantangan.
Tujuan: Mendapatkan model prediksi diagnosis TB pleura berdasarkan klinis, radiologi thoraks, analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi dan melakukan uji diagnostik pemeriksaan analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi pada pasien terduga TB pleura dengan biakan TB MGIT sebagai baku emas.
Metode: Desain penelitian potong lintang. Subjek penelitian terdiri dari 50 pasien efusi pleura terduga TB. Dilakukan pemeriksaan analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi. Klinis pasien dan radiologi thoraks diperoleh dari rekam medik pasien. Analisis data dilakukan untuk uji diagnosis, analisis bivariat, multivariat, dan Receiving Characteristics Operator (ROC), dan analisis bootstrapping pada Kalibrasi Hosmer-Lemeshow.
Hasil: Uji diagnosis analisa cairan pleura yaitu eksudat dengan MN>50% yaitu sensitivitas 83,3%, spesifisitas 38,6%, NPP 15,6%, NPN 94,4%. Pemeriksaan ADA yaitu sensitivitas 66,7%, spesifisitas 95,5%, NPP 66,7%, NPN 95,5%. Pemeriksaan BTA metode sitosentrifugasi yaitu sensitivitas 50%, spesifisitas 97,7%, NPP 75%, NPN 93,5%. Model prediksi diagnosis TB pleura adalah Logit (y) = -4,872+(2,025xEksudat dengan MN>50% +3,308xADA +2,438xBTA).
Kesimpulan: Determinan diagnosis dan komponen sistem skor TB pleura adalah eksudat dengan MN>50%, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi. Sistem skor diharapkan menjadi alat bantu diagnosis TB pleura. Berdasarkan uji diagnosis, pemeriksaan analisa cairan pleura yaitu eksudat dengan MN >50% baik untuk penapisan, sedangkan pemeriksaan ADA dan BTA metode sitosentrifugasi baik untuk menegakkan diagnosis.

Introduction: Pleural tuberculosis is the second commonest form of extrapulmonary TB after Lymph node and the main cause of pleural effusion in TB endemic areas. Early diagnosis and treatment is important because of its progressivity and spread to other organs. Until now, diagnosis of pleural TB remains a challenge.
Objective: This study aims to obtain prediction model based on clinical data, chest x-ray, pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB, and perform diagnostic study on pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB in suspected TB patients with TB MGIT culture as the gold standard.
Methods: This is a cross-sectional study on 50 pleural effusion patients suspected with TB. Pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB tests were performed. Clincal data and x-rays were obtained from patient records. Statistical analysis include bivariate and multivariate analysis, ROC analysis, and bootstrapping in Hosmer-Lemeshow calibration test.
Results: The result of exudate and MN > 50% in pleural fluid analysis yielded 83.3% sensitivity, 38.6% specificity, 15.6% PPV, and 94.4% NPV. The result of > 40 U/L in ADA test showed 66.7% sensitivity, 95.5% specificity, 66.7% PPV, and 95.5% NPV. Cytocentrifuged AFB test yielded 50% sensitivity, 97.7% specificity, 75% PPV, and 93.5% NPV. Pleural TB prediction model was Logit (y) = -4,87 2+ 2,025 x exudate with MN > 50% + 3,308 x ADA + 2,438 x cytocentrifuged AFB.
Conclusion: Diagnostic determinants and pleural TB score components are exudate with MN > 50%, ADA, and cytocentrifuged AFB. Scoring system is expected to aid pleural TB diagnosis. Based on ROC analysis, exudate with MN > 50% in pleural fluid analysis is good for screening, while ADA and cytocentrifuged AFB tests are good for diagnosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garinda Alma Duta
"Latar belakang: Efusi pleura tuberkulosis (TB) adalah bentuk umum dari TB ekstra paru. Proporsi efusi pleura pada kasus TB adalah terbesar kedua setelah keganasan di RSUP Persahabatan. Diagnosis definitif ditegakan dengan menemukan basil Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dari cairan pleura mapun jaringan pleura walaupun kurang sensitif. Analisis cairan pleura dan pemeriksaan kadar adenosine deaminase (ADA) dapat membantu dalam mendiagnosis efusi pleura pada kasus TB terutama pada negara dengan insidens TB menengah hingga tinggi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah membandingkan profil efusi pleura pada kelompok TB dan non-TB.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan terhadap 411 catatan medis subjek dengan efusi pleura yang menjalani prosedur diagnostik di RSUP Persahabatan dari bulan Januari 2013 hingga 31 December 2015 secara retrospektif. Semua jaringan dan cairan diperiksa untuk pemeriksaan mikrobiologi, histopatologi, analisis cairan pleura dan ADA. Total 273 subjek dieksklusikan dan 138 subjek memenuhi kriteria inklusi untuk TB (n=65) dan non-TB (n=73).
Hasil: Nilai tengah usia pada kelompok TB adalah 27 (15-69) tahun dengan proporsi 34 (75%) laki-laki berbeda bermakna dengan nilai tengah usia pada kelompok non TB yaitu 51 (16-75) tahun yang terdiri atas 38 (52%) perempuan. Pada kelompok TB rentang nilai ADA adalah 5,9 hingga 437,6 U/L dengan nilai tengah 103 U/L sedangkan pada kelompok non TB rentang 3,4 hingga 155 U/L dengan nilai tengah 19,9 U/L. Protein cairan pleura pada kelompok TB memiliki rerata 5,6 (SD 1,1) mg/dL berbeda bermakna dibandingkan pada rerata kelompok non TB yaitu 4,9 (SD 1,6) mg/dL. Sensitivitas ADA dengan titik potong 60 IU/dL adalah 89% dengan spesifitas 77% untuk kepositifan TB. Protein cairan pleura dengan titik potong 5 g/dL memberikan sensitivitas dan spesifitas sebesar 60% dan 52%. Pada penelitian ini kombinasi titik potong ADA dengan kadar 60 IU/L dan protein dengan kadar 5 g/dL meningkatkan spesifisitas menjadi 78% dan sensitivitas menjadi 66%.
Kesimpulan: Hasil ADA dan protein cairan pleura harus diintepretasikan bersama temuan klinis dan hasil uji konfirmasi lain.

Background: Pleural effusion is a common form of extra pulmonary tuberculosis (TB). Effusion due to pleural TB is second biggest proportion after malignancy in Persahabatan Hospital. The definitive diagnosis was established by determining the basil of Mycobacterium tuberculosis (M.tb) in the pleural fluid or pleural tissue but less sensitive. Pleural fluid analysis and adenosine deaminase (ADA) level can aid in the diagnosis of TB pleural effusions commonly used in the countries with a moderate to high incidence of TB.
Objectives: The aim of the study is comparing the profile of pleural effusion in TB and non-TB group.
Methods: This is retrospective cross sectional study on 411 subjects with pleural effusions who underwent diagnostic procedure at Persahabatan Hospital by January 1st 2013 to December 31th 2015. All data from tissue and fluid sample of microbiological, histopathological, pleural fluid and ADA examinations were taken from medical records. Total 138 patients met our inclusion criteria for TB (n=65) and non-TB (n=73) and 273 patients were excluded.
Results: Median of age in tuberculosis group age median was 27 (15-69) years old and consisted of 34 male (75%). Median of age in non-TB group was 51 (16.75) years old and consisted of 38 female (52%). In TB groups ADA range from 5.9 to 437.6 U/L with median ADA level 103 and in non TB groups ADA level range from 3.4 to 155 U/L with median 19.9 U/L. In TB groups protein level mean 5.6 (SD 1.1) mg/dL non TB 4.9 (SD 1.6) mg/dL. By using cut off the sensitivity of ADA level 60 IU/dL were 89% with specifity 77%. Protein level cutoff at 5 g/dL the sensitivity and specifity were 60% and 52%. This study showed a combination of ADA and protein as a cut off increasing specifity up to 78% and sensitivity 66%.
Conclusion: The results of ADA and protein of pleural fluid should be interpreted in parallel with clinical findings and the results of comfirmation tests.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feriadi Suwarna
"Latar Belakang: Masalah diagnostik efusi pleura tuberkulosis (EPTB) merupakan hal yang menjadi dilema di Indonesia. Pewarnaan rutin sering hasilnya negatif. Kultur M. tuberculosis (MTB) mempunyai kendala waktu, PCR masih dirasa mahal. Kadar Adenosine Deaminase (ADA) pada cairan pleura di berbagai studi di luar negeri menunjukkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Uji diagnostik ADA di Indonesia belum pemah diteliti.
Tujuan. Mengetahui karaktreristik cairan pleura pada EPTB dan mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas ADA.
Metodologi. Uji diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan EPTB yang datang dan dirawat di RSCM, untuk dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, foto torah analisa cairan pleura, pemeriksaan kimia dash, sitologi, kultur MTB, PCR TB, ADA dan respons terhadap OAT. Dilakukan pengolahan data dan dimasukkan ke tabel frekuensi dan tabel silang.
Hasil. Selama periode April - September 2005 terkumpul 30 pasien namun dua orang dikeluarkan karena dari sitologinya didapati keganasan dan 4 pasien gagal punksi. Dua puluh empat pasien dengan klinis EP TB yang terdiri dari 12 laki-laki (50%) dan 12 perempuan (50%). Kelompok usia terbanyak < 25 tahun (10 prang, 41,6%). Kultur kuman MTB positif (5 orang, 20,83%), pewarnaan kuraan semua negatif (24 orang, 100%), PCR TB positif (16 orang, 66,6%), ADA positif (16 orang, 66,6%), sensitivitas ADA 75%, spesifisitas ADA 50%, nilai prediksi positif 75%, nilai prediksi negatif 50%, rasio kemungkinan positif 1,5, rasio kemungkinan negatif 0,5.
Kesimpulan. Seluruh sampel cairan pleura didominasi limfosit. Diagnosis EPTB dengan menggunakan ADA, didapat sensitivitasnya auk-up tinggi namun spesitisitasnya kurang tinggi.

Backgrounds: Diagnostic problems of Tuberculous Pleural Effusions (TPE) is dilemmatic in Indonesia. Routine smears are almost always negative. M. tuberculosis (MTB) culture has a time problem and PCR TB is very expensive. Study in other countries about ADA levels on pleural effusions had excellent sensitivity and specificity for TPE. The ADA diagnostic test is less expensive and has never been studied before in Indonesia.
Objectives. To study TPE characteristics and ADA's sensitivity and specificity for TPE.
Methods. Diagnostic test was conducted to TPE clinically patients who were outpatients or inpatients in Cipto Mangunkusumo Hospital_ The patients were interviewed, physically examined, thorax x-ray, blood serum, cytology, MTB culture, PCR TB, ADA levels and response to anti tuberculosis medicine. Data were processed and make available on frequency table and cross table.
Results. From April - September 2005, 30 patients were enrolled in this study but two were excluded because they had malignancy and four because of failure on aspiration procedure. 24 TPE patients were available for in depth study. There were 12 males (50%) and 12 females (50%). Majority of the patients were from < 25 years old group (10 subjects, 41.6%). Culture MTB positive (5 subjects, 20.83%), stain totally negative (24 subjects, 100%), PCR TB positive (16 subjects, 66.6%), ADA positive (16 subjects, 66.6%), ADA sensitivity 75%, ADA specificity 50%, positive predictive value 75%, negative predictive value 50%, likelihood ratio positive 1.5, likelihood ratio negative 0.5.
Conclusions. All of pleural effusions sample are predominant lymphocytes. To diagnose TPE, ADA has good enough sensitivity but less specificity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelita
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) dimana umumnya menyerang paru-paru. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya kasus TB di dunia yaitu pengidap TB bisa mengalami kekambuhan TB yaitu relapse dan reinfeksi. Upaya pemerintah untuk mengendalikan penyebaran TB yaitu dengan menjalankan program "Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TB 2030" dimana selain berfokus pada pengobatan TB, program ini juga berfokus pada pencegahan TB. Dalam skripsi ini dilakukan analisis model penyebaran TB dengan pengaruh relapse dan reinfeksi untuk memahami dinamika penyebaran TB dan menentukan solusi yang efektif dalam menanggulangi TB. Untuk mewakili kondisi di lapangan, pada skripsi ini dipertimbangkan kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya dari TB. Pada skripsi ini dilakukan pula penaksiran parameter dengan menggunakan data kuartal kumulatif kasus baru TB yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2017 hingga 2021. Berdasarkan nilai estimasi parameter tersebut diperoleh nilai R0 = 1.082593215 > 1 yang mengindikasikan bahwa seiring berjalannya waktu penyakit TB terus menyebar dan menjadi endemik. Selanjutnya, berdasarkan analisis titik keseimbangan diperoleh fenomena bifurkasi maju dan bifurkasi mundur pada R0 = 1. Sehingga, kondisi R0 < 1 tidak dapat dijadikan sebagai indikator hilangnya penyakit TB di dalam populasi. Selanjutnya dilakukan simulasi numerik dan diperoleh bahwa dengan menurunkan laju relapse TB dan meningkatkan laju kesembuhan TB mampu untuk mereduksi penyebaran TB.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis (MTB) which generally attacks the lungs. One of the factors that causes the high number of TB cases in the world is that people with TB can experience TB recurrence, namely relapse and reinfection. The government’s effort to control the spread of TB is by running the program "Joint Movement Towards TB Elimination 2030" where in addition to focusing on TB treatment, this program also focuses on TB prevention. In this study, an analysis of the TB spread model with the effect of relapse and reinfection is carried out to understand the dynamics of the spread of TB and determine an effective solution in tackling TB. To represent the real conditions, this study considers public awareness to protect themselves from TB. In this study, parameter estimation is also carried out using cumulative quarterly data of new TB cases detected in Indonesia from 2017 to 2021. Based on the estimated value of these parameters, the value of R0 = 1.082593215 > 1 indicates that over time TB disease continues to spread and become endemic. Furthermore, based on the analysis of the equilibrium point, the phenomenon of forward bifurcation and backward bifurcation is obtained at R0 = 1. Thus, the condition of R0 < 1 cannot be used as an indicator of the disappearance of TB disease in the population. Furthermore, numerical simulations were carried out and we concluded that by reducing the rate of TB relapse and increasing the TB cure rate are able to reduce the spread of TB."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tintin Sukartini
"Faktor utama penyebab kegagalan pengobatan TB paru adalah ketidakpatuhan pasien. Perawat berperan penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien melalui proses interaksi. Berdasarkan hal ini maka perlu dikembangkan model intervensi berbasis sistem interakasi untuk meningkatkan kepatuhan. Tujuan penelitian yaitu menghasilkan model yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB paru berbasis teori sistem interaksi King.
Penelitian melalui dua tahap penelitian yaitu, tahap I: Penelitian kualitatif dan pengembangan model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King yang dihasilkan melalui penelitian kualitatif, studi literatur dan konsultasi pakar; Tahap II: Validasi model dengan desain quasy eksperimen dengan kelompok kontrol. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan sample sebanyak 50 pasien. Uji statistik menggunakan uji chi square, independent t-test, Mancova dan GLM-RM.
Hasil didapatkan 1) Tahap I: diperoleh 12 tema kepatuhan dan model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi dengan 1 modul untuk pasien; 2) Tahap II: terdapat perbedaan bermakna dalam pengetahuan, self efficacy, motivasi, pencegahan penularan, kepatuhan nutrisi dan kepatuhan pengobatan.
Kesimpulan, model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King terbukti efektif meningkatkan kepatuhan pasien TB paru. Rekomendasi: Model peningkatan kepatuhan berbasis teori sistem interaksi King dapat diintegrasikan dalam clinical pathway pada pasien TB paru di poli paru. Penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan model kepatuhan pada pasien TB paru yang memiliki keterbatasan sistem interpersonal dengan keluarga yaitu pada pasien yang tidak memiliki keluarga atau tinggal terpisah jauh dari keluarga.

The main factor cause the failure of Tuberculosis (TB) treatment was the patient's non-adherence. Nurses play an important role in improving patient's adherence through interaction nurse-patient. It is necessary to develop interaction model based on interaction system theory to improve patient's adherence. The purpose of the study was to develop adherence improvement model based on King's inetraction system theory.
This study was divided into 2 phase, Phase 1: qualitative study and development adherence improvement model based on King's interaction system theory resulted from qualitative study, literature review and expert consultation. Phase II: validation of the model by quasy experiment design with control group. Sampling used in the study was consecutive sampling to select 50 patients. Data were analyzed using chi square, independent t-test, Mancova and GLM-RM.
Result shows: Phase I: There were found 12 themes and adherence improvement model based on King's interaction system. Phase II: There were significant different on knowledge, self efficacy, motivation, prevention transmission, nutrition adherence and treatment adherence.
Conclusion, Adherence improvement model based on King's interaction system theory is effective on improving TB patient's adherence. Development adherence improvement model based on King's interaction system theory can be integrated into clinical pathway in TB patients. Further study on adherence improvement model with limited interpersonal system, namely patient without family and separated.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
D2049
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henrico Marindian
"Pendahuluan: Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Salah satu manifestasi infeksi TB ekstrapulmoner adalah TB tulang dengan spondilitis TB merupakan kasus terbanyak, hampir 50 % dari jumlah kasus TB tulang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TB terbanyak keenam di dunia dengan insiden 395 per 100.000 penduduk. Penelitian spondilitis TB anak di Indonesia belum banyak dan studi kualitas hidup belum pernah dilakukan.
Metode: Studi merupakan studi potong lintang. Data diperoleh dari rekam medis pasien spondilitis tahun 2012-2016 yang berumur 0-18 tahun, melalui wawancara, pemeriksaan di poliklinik orthoapedi RSCM dan rumah pasien. Kualitas hidup pasien diukur dengan kuesioner PedsQL.
Hasil: Terdapat 46 subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Mayoritas pasien masuk dalam kategori remaja (11-18 tahun) 69,6%. Subyek dengan deformitas vertebra sebesar 84,8 % sedangkan 32,6% memiliki defisit neurologis. Bagian vertebra yang paling banyak terinfeksi adalah regio torakal (58,7%). Kualitas hidup subyek penelitian menunjukkan bahwa 43,5% memiliki kategori suboptimal dan yang paling terpengaruh adalah faktor sosial dan sekolah. Secara statistik, tidak ada hubungan bermakna antara aspek klinis dan kualitas hidup subyek penelitian, namun tenaga kesehatan yang pertama kali didatangi berperan penting mempengaruhi kualitas hidup aspek sosial subyek (p 0,046).
Diskusi: Kualitas hidup pasien spondilitis TB anak di RSCM sebagian besar telah optimal meskipun ada beberapa aspek seperti aspek fisik dan sekolah yang sebagian besar belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena adanya pajanan penyakit kronis dan deformitas residual yang membuat pasien meninggalkan sekolah dan memiliki keterbatasan fisik.

Background: Tuberculosis (TB) infection is important health problem in the world. Most common manifestations of extrapulmonary TB infection is musculoskeletal TB, with spinal TB nearly 50% of musculoskeletal TB. Indonesia is 6th largest contributors of TB cases in the world, with estimated incidence 395 per 100.000 population. Research on child spinal TB in Indonesia is not widely found, and no study has evaluated the quality of life.
Methods: This study was a cross-sectional study. Data was taken from medical records 2012-2016 for children spinal TB patient (0-18 years old), direct interview in orthopaedic outpatient clinic and patient's home. Quality of life was measured using PedsQL questionnaire.
Results: There were 46 subjects that matched inclusion and exclusion criterias. Majority of subjects age group of adolescents (11-18) were 69.6%. Subjects present with vertebral deformity were 84.8% and neurologic deficits in 32.6% subjects. Most commonly affected spine is thoracic region (58.7%). Quality of life evaluation shown 43.5% subjects had suboptimal quality of life, with physical and school aspects most affected. No significant relation between clinical aspects and quality of life but the first visited health workers had significant relation with social aspect quality of life (p 0,046).
Discussions: Quality of life of children with TB spondylitis in RSCM mostly achieves optimal result, although physical and school aspect are suboptimal. It maybe due to chronic disease factors that cause patients frequently leave school for treatment and also residual deformities that cause patients have physical limitations.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wendri Herman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang model kejadian penyakit TB paru berbasisi wilayah di Kabupaten Solok, dimana model teoritis kejadian penyakit TB paru yang terbentuk dilakukan pengujian dengan data TB paru yang ada di Kabupaten Solok. Penelitian ini adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian crossectional. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis structural equation modelling pada model menyatakan bahwa model kejadian penyakit TB paru yang paling cocok dengan data adalah model respesifikasi. Penelitian ini menyarankan agar model respesifikasi kejadian penyakit TB paru ini di jadikan sebagai acuan dalam mengambil langkah kebijakan penanggulangan penyakit TB paru di Kabupaten Solok, model kejadian penyakit TB paru ini juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, seperti pendekatan analsis spasial untuk melihat sebaran kasus dengan pengembangan model melalui analisis SEM.

ABSTRAK
This thesis discusses a model-based incidence of pulmonary TB disease in Solok region, where the theoretical model of pulmonary TB disease incidence formed testing with pulmonary TB of data that exist in Solok. This research is a kind of quantitative analytical study with cross-sectional research design. The results of the study after the structural equation modeling analysis on the model states that the model of pulmonary TB disease events that best fits the data is the model respesifikasi. This study suggests that the model respesifikasi incidence of pulmonary TB disease is in use as a reference in taking steps pulmonary TB disease prevention policy in Solok, pulmonary TB disease incidence models can also be used as a basis for the development of further research, such as the analysis of spatial approaches to see distribution of cases with the development of the model through SEM analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Yuanda Silviana
"Tuberkulosis paru salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di dunia termasuk di wilayah Indonesia, dan masalah kesehatan ini memiliki kaitan dengan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber-PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2018-2020. Penelitian dilakukan dengan desain studi ekologi pada populasi kecamatan di Kabupaten Bogor sebanyak 40 kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru yaitu fasilitas kesehatan, dengan keeratan hubungan yang kuat dan berpola positif (r = 0.564). Variabel kepadatan penduduk juga berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru, dengan keeratan hubungan yang sedang dan berpola positif (r = 0.393). Sedangkan variabel cakupan rumah sehat dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru. Oleh sebab itu, perlu mengoptimalkan program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru terutama wilayah kecamatan dengan jumlah kasus yang tinggi.

Pulmonary Tuberculosis is one of the health problems in the world, including in Indonesia and it is related to the environment. This study aims to study the relationship between healthy home coverage, household PHBS coverage, health facilities, and population density in cases of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2018-2020. The research was conducted with an ecological study design on a population of as many as 40 sub - districts in Bogor District. The result of this research is the variable of a significant relation with pulmonary tuberculosis was health facilities, with strong relation and positive pattern correlation (r = 0.564). The population density variable was also significantly associated with pulmonary tuberculosis, with medium relation and positive pattern correlation (r = 0.393). Meanwhile the variables of healthy home coverage and PHBS household coverage do not have a significant correlation with pulmonary tuberculosis. Therefore, it is necessary to optimize the pulmonary tuberculosis prevention and control program, especially in sub-districts with a high number of cases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crofton, John
London : Macmillan Press, 1992
616.995 CRO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>