Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seala Septiani
"Obesitas di usia dini dapat merugikan kesehatan anak sepanjang hidupnya secara permanen. Dewasa ini, asam lemak omega-3 diperkenalkan sebagai alternatif solusi obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh dari konseling asam lemak omega-3 selama 10 minggu terhadap pengetahuan, sikap, asupan, dan IMT/U. Penelitian ini membagi acak subjek; grup yang mendapat konseling dengan optimalisasi asam lemak omega-3 disertai rekomendasi menu harian yang spesifik (Grup intervensi, n=18); dan yang mendapat konseling dan menu standar (Grup kontrol, n=20). Hasil menunjukkan tingkat pengetahuan pada grup intervensi meningkat signifikan (p<.001). Dibutuhkan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh intervensi ini terhadap keluaran lain yang diharapkan.

Obesity in early life could result in permanent heath consequences. Omega-3 fatty acids (FAs) are beneficial in obesity management, but food-based nutrition education enhancing omega-3 FAs especially in children was lacking. We investigated the effect of 10-week enhanced counseling on caregivers knowledge, attitude, as well as children's intakes and body mass index-for-age (BAZ). Children were randomly assigned to receive; enhanced counseling with specific daily menu (intervention group, n=18), or standard counseling with general menu (control group, n=20). Intervention group significantly improved knowledge (p<.001). However, its effect on other outcomes may need further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilna Khairunisa Shalihat
"Latar Belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan global. Obesitas ditandai dengan akumulasi sel adiposa yang mencetuskan terbentuknya reactive oxygen species (ROS). ROS menginduksi peroksidasi lemak, yang dapat dideteksi dengan kadar malondialdehid (MDA) plasma. Edukasi nutrisi dengan konseling dan kunjungan rumah pada pengasuh dengan anak berisiko obesitas usia < 2 tahun dapat mempengaruhi perilaku ibu, sehingga merubah asupan nutrisi anak. Belum ada rekomendasi nutrisi untuk anak obesitas usia < 2 tahun yang sesuai dengan kebutuhan dan menggunakan bahan makanan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling optimisasi diet tinggi omega-3 menggunakan linear programming terhadap kadar MDA plasma.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka, desain paralel, alokasi acak selama 10 minggu pada anak usia 12-24 bulan dengan BMI>+1 Z-score berdasarkan kurva WHO. Subjek diambil secara konsekutif dan dibagi menjadi kelompok dengan konseling optimisasi diet tinggi omega-3 menggunakan linear programming dan kelompok dengan konseling standar. Data yang dikumpulkan meliputi wawancara, pengukuran antropometri, kuesioner perilaku makan, data asupan makanan menggunakan food recall 2x24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar malondialdehid plasma menggunakan metode sfektofotometri pada periode sebelum dan sesudah perlakuan.
Hasil. Sebanyak total 32 subjek yang ikut serta dalam penelitian ini dialokasikan menjadi 18 subjek pada kelompok intervensi dan 14 subjek pada kelompok control. Rerata usia subjek adalah 18.4±3.7 pada kelompok intervensi dan 18.7±2.8 pada kelompok kontrol. Perbandingan karakteristik demografis anak dan keluarga pada kedua kelompok setara. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan perilaku makan dan asupan PUFA, Asam arakidonat (AA) dan omega-3 antara kedua kelompok. Besarnya rerata penurunan kadar MDA plasma pada kelompok intervensi -0.16 dan pada kelompok control -0.007 dengan p=0.023.
Kesimpulan. Pemberian konseling optimalisasi diet tinggi omega-3 menggunakan linear programming dibandingkan dengan konseling standar kepada pengasuh selama 10 minggu dapat menurunkan kadar MDA plasma pada anak dengan risiko overweight, overweight, dan obesitas usia 12-24 bulan di Jakarta Timur.

Background. Pediatric obesity is a major health concern in the world. Obesity is characterized by accumulation of adipose, triggers formation of reactive oxygen species (ROS). ROS will induce lipid peroxidation, which can be detected by plasma malondialdehyde (MDA). Nutrition education with counseling and home-visits to main caregivers with obese-prone children aged under-two-years can affect child-feeding behavior to revise children intake. There are no convenient nutritional recommendations for these children which suited children requirement and matched with available local food. This study aimed to investigate effect of enhancedcounseling with omega-3 optimization using linear programming compare with general counseling on plasma MDA.
Method. This study is an open clinical trial with parallel design and randomized allocation for 10 weeks in children aged 12-24 months with a BMI > +1 WHO Z-score. Subject was taken consecutively and randomly allocated by block randomization with stratification into group enhanced counseling with omega-3 optimization using linear programming compare with general counseling. Data were collected from interviews, anthropometric measurements, eating behavior questionnaires, food recall 2x24 hours and food frequency questionnaire (FFQ) semiquantitative. Laboratory tests are conducted to determine plasma malondialdehyde levels using spectrophotometry methods before and after treatment.
Result. A total of 32 subjects participated in this study, 18 subjects were allocated into intervention group and 14 subjects into control group. The mean age of subjects was 18.4 ± 3.7 for the intervention group and 18.7 ± 2.8 for the control group. The demographic characteristics of the children and families in both groups were similar. There were no significant changes in child-feeding behavior and PUFA?s intake, arachidonic acid (AA) and omega-3 between the two groups. The result of reduction of MDA levels in the intervention group is -0.16 and the control group -0.007 with p = 0.023.
Conclusion. Enhanced counseling with omega-3 optimization using linear programming, compare with general counseling to main caregivers for 10 weeks, can reduce plasma MDA levels among obese-prone 1-2 years old children in East Jakarta
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Charissa
"Latar belakang: Obesitas pada anak dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan. Rekomendasi kebutuhan anak yang digunakan saat ini adalah berdasarkan pedoman gizi seimbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Konseling dan optimasi diet menggunakan linear programming (LP) merupakan salah satu cara yang baik untuk pengaturan kebutuhan anak karena dapat memperhitungkan ketersediaan makanan lokal dan kebutuhan nutrisi anak. Omega-3 memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai antiinflamasi, akan tetapi strukturnya membuatnya rentan terhadap terjadinya peroksidasi. Vitamin e merupakan antioksidan penting dalam menangkal oksidasi asam lemak.
Objektif : Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konseling optimasi asam lemak omega-3 dibandingkan dengan konseling standar sesuai rekomendasi DepkesRI terhadap kadar vitamin E serum pada anak prone obes.
Metode : merupakan penelitian uji klinis dengan intervensi berupa edukasi nutrisi diet optimasi omega-3 pada anak usia 12-24bulan di kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Indonesia. Kelompok intervensi (n=14) dibandingkan dengan kontrol (n=18). Edukasi nutrisi dengan bantuan flipchart dan menu optimasi disusun dengan LP, diberikan sekali seminggu dengan durasi 10 minggu.
Hasil : Mayoritas asupan omega-3 dan vitamin E anak masih cukup, meskipun peranan susu pertumbuhan cukup tinggi. Terdapat peningkatan asupan omega-3 dan vitamin E serta penurunan konsumsi susu formula dengan pemberian LP, meskipun tidak berbeda bermakna. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam perubahan asupan nutrisi dan kadar vitamin E serum sebelum dan sesudah intervensi antar kedua kelompok (p = 0,52). Tidak terdapat perubahan perilaku pemberian makan antar dua kelompok (p>0,05), akan tetapi perilaku pemberian makan sebelum dan sesudah intervensi memiliki perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan : Konseling diet optimasi omega-3 dapat memenuhi dan mempertahankan kebutuhan anak, akan tetapi tidak berbeda bermakna dibandingkan konseling standar.

Background: Children obesity is associated with the increased risk of various health problems. Recommendations for children which are used today are based on balanced nutrition guidelines Indonesian Ministry of Health. Counseling and diet optimization using linear programming (LP) is a good way of managing a child's dietary needs due to its ability to calculate the availability of local food and the nutritional needs of each child. Omega-3 has many benefits, for example as anti-inflammatory and antiobesity, however its structure makes it vulnerable to peroxidation. Vitamin E is an important antioxidant in counteracting the oxidation of fatty acids.
Objective: This study aimed to evaluate the effect of dietary counseling on omega-3 fatty acids optimization towards the vitamin E serum level compared to standard counseling based on recommendations of Indonesian Ministry of Health on children who are prone to obese.
Design: A clinical trial which involves a series of nutrition education sessions targeted to optimize omega-3 diet on children aged 12-24 months in the Pulogadung district, East Jakarta, Indonesia. The intervention group (n = 14) is compared to controls (n = 18). A set of optimized menu, prepared using the LP, was administered and flipcharts were used as demonstration tools during the weekly session, within the period of 10 weeks.
Results: The majority of children show sufficient level of omega-3 and vitamin E intake despite the relatively high contribution of formula milk. There is an increased of omega-3 and vitamin E intakes, in addition to slight decrease in formula milk consumption as the result of the LP program. There were no significant differences in the change of nutrient intakes and the level of vitamin E in blood serum between the two groups, both before and after the intervention (p = 0.52). There is no change in child feeding behavior between the two groups (p> 0.05), whereas the behavior before and after the intervention had a significant difference.
Conclusion: Optimized omega-3 diet counseling could maintain and fulfill children?s needs of nutrient, but there is no significant difference if compared to standard counseling.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice Anggono
"Latar belakang: Edukasi nutrisi dalam bentuk konseling merupakan bagian penting dalam manajemen obesitas anak. Asam Lemak Omega-3 (AL omega-3) merupakan salah satu nutrien esensial yang bermanfaat dalam penanganan obesitas terkait dengan kerjanya yang meningkatkan oksidasi lemak, menurunkan proses adipogenesis, dan memodulasi rasa lapar-kenyang. Sampai saat ini beluan ada rekomendasi nutrisi yang mengikutsertakan optimalisasi AL omega-3 dalam diet pada anak dengan berat badan berlebih dan obesitas. Linear programming merupakan metode untuk membuat rekomendasi makanan yang mempertimbangkan pula ketersediaan makanan, pola makan, dan juga harga makanan dalam proses pembuatannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konseling diet optimalisasi AL omega-3 menggunakan linear programming terhadap kadar asam lemak omega-3 plasma dibandingkan dengan konseling standar.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada 39 anak berisiko overweight, overweight, dan obes usia 12-24 bulan di Jakarta Timur dengan disain uji klinis acak terkontrol.
Hasil: Konseling diet optimalisasi asam lemak omega-3 menyebabkan peningkatan asupan asam linolenat yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (278,011  435,56 vs -44,498  407,785, p=0,035). Tidak terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kadar AL omega-3 plasma di antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Konseling diet optimalisasi asam lemak omega-3 menggunakan linear programming tidak menimbulkan perubahan bermakna pada kadar asam lemak omega-3 plasma, meskipun berhasil meningkatkan variasi bahan makanan sumber asam lemak omega-3.

Background: Education in the form of counseling is an indespensable part of pediatric obesity management. Omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFA) are beneficial essential nutrients in obesity management, given their effects on lipid homeostasis, specifically by increasing lipid catabolism, decreasing adipogenesis, and modulating appetite. Until now, there is no nutritional recommendation focusing on omega-3 PUFA for overweight and obese children. Linear programming is one method to generate specific nutritional recommendation that also considering the food affordability, availability, and food consumption pattern.
Objective: To investigate the differences of plasma omega-3 PUFA changes between group that received omega-3 PUFA optimized using linear programming dietary counseling and control group with standard counseling.
Method: This study is an open clinical trial with parallel design, 39 children aged 12-24 months with BMI Z score > +1 based on WHO growth curve were randomly assigned by block randomization with stratification into enhanced counseling with omega-3 optimization using linear programming or general counseling group. Both counseling were conducted once weekly for 10 weeks. At baseline and endline, the following parameters were measured: fat intake, omega-3 intake, ratio of omega-6/omega-3 intake, eating behaviour, plasma concentration of omega-3, and plasma omega-6/omega-3 ratio.
Results: After the intervention, α-linolenic acid intake was significantly increased compared to control group (278,011  435,56 vs. -44,498  407,785, p=0,035). There were no significant differences in changes of plasma omega-3 FA between the intervention and control group.
Conclusion: Omega-3 FA optimized dietary counseling using linear programming was partially successful in improving thee variation of omega-3 FA food sources, however there were no significant changes in plasma omega-3 FA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrianna Cahyaningrum
"Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk membuat optimalisasi diet untuk anak gemuk dan obesitas usia 12-23 bulan yang dibuat menggunakan linear programming dengan memperhitungkan rasio asupan omega 6 dan omega 3 dan harga. Penelitian dilaksanakan di Jakarta Timur pada 42 anak dengan berat badan normal dan 29 anak gemuk dan obesitas berdasarkan z-score IMT/ umur. Metode yang digunakan yaitu 24 jam recall selama 3 hari tidak berturut, diskusi kelompok dan survei pasar, sedangkan LP NutriSurvey digunakan untuk analisis optimalisasi diet. Penelitian ini menghasilkan optimalisasi diet dengan memperhitungkan rasio omega 6 dan omega 3, dengan harga masih dalam rentang yang direkomendasikan.

This cross sectional study aims at developing optimized diet based on linear programming for overweight and obese children aged 12-23 months considering the ratio of omega-3 and omega 6 intakes and prices in the diets. It was conducted in East Jakarta involving 42 children in normal group and 29 children in overweight and obese group based on BMI/ age z-score. The methods used were three non-consecutive days of 24-hour recall, group interview and market survey, while LP NutriSurvey was used in analyzing optimized diet. Optimized diet is presented with ratio of omega-6 and -3 and cost within the recommended range"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayang Aditia Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet, status gizi dan kadar homosistein dengan tekanan darah pada anak usia 3 hingga 4 tahun di Jakarta Timur. Peningkatan tekanan darah yang terjadi sejak masa anak-anak diketahui berhubungan dengan kejadian hipertensi saat dewasa. Faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti obesitas, pola makan tidak sehat juga banyak ditemukan pada anak-anak. Kondisi obesitas meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah melalui berbagai mekanisme terutama disfungsi endotel, inflamasi, dan retensi sodium. Pola makan tidak sehat yang dapat digambarkan melalui kualitas diet juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Salah satu indikator yang dapat digunakan menilai kualitas diet adalah skor Healthy Eating Index (HEI). Homosistein merupakan salah satu biomarker penyakit kardiovaskular yang pada anak-anak masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai homosistein. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang merupakan bagian dari penelitian Kohort Jakarta Timur. Sebanyak 196 anak yang memenuhi kriteria menjadi subyek penelitian. Untuk pemeriksaan homosistein dilakukan pada subsampel sebanyak 86 anak. Rerata usia anak adalah 40±2 bulan. Ditemukan 7,1% anak obesitas, 4,1% anak overweight, 23% anak dengan gizi kurang dan 65,8% normal. Rata-rata skor HEI adalah 34,2± 9. Ini merupakan kategori buruk dan rata-rata ini dimiliki oleh 96,4% anak. Kadar homosistein rata-rata adalah 5,5±1 µmol/L. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara kualitas diet (β 0,263 IK 95% 0,030-0,175, p 0,030), status gizi (β 0,465, IK 95% 0,374-0,868, p 0,000) dan kadar homosistein (β 0,187, IK 95% 0,014-1,106, p 0,045) dengan tekanan darah sistolik, dan hubungan antara status gizi (β 0,375, IK 95% 0,314-1,111, p 0,000) dan kadar homosistein (β 0,246, IK 95% 0,179-1,912, p 0,019) dengan tekanan darah diastolik pada anak.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas diet, status gizi dan kadar homosistein dengan tekanan darah anak usia 3-4 tahun di Jakarta Timur

This study aims to determine the association between diet quality, nutritional status and homocysteine ​​levels with blood pressure in children aged 3 to 4 years in East Jakarta. Elevated blood pressure that occurs since childhood is known to be associated with the incidence of adult hypertension. Risk factors for cardiovascular disease such as obesity, unhealthy eating patterns are also found in children. Obesity increase the blood pressure through various mechanisms, especially endothelial dysfunction, inflammation, and sodium retention. An unhealthy diet that can be described through diet quality can also affect blood pressure. One indicator that can be used to assess diet quality is the Healthy Eating Index (HEI) score. Homocysteine ​​is one of the biomarkers of cardiovascular disease which in children the results still debatable. This is a cross-sectional nested East Jakarta Cohort study. A total of 196 children who met the criteria were the subjects of the study. Homocysteine ​​examination is done in a sub-sample of 86 children. The average age of children is 40 ± 2 months. We found 7.1% of obese children, 4.1% of overweight children, 23% of children underweight and 65,8% normal. The average HEI score is 34.2 ± 9. This means poor diet quality, and this average is owned by 96.4% of children. The average homocysteine ​​level is 5.5 ± 1 µmol/L. In this study we found association between diet quality (β 0,263 IK 95% 0,030-0,175, p 0,030), nutritional status (β 0,465, IK 95% 0,374-0,868, p 0,000) and homocysteine level (β 0,187, IK 95% 0,014-1,106, p 0,045) with systolic blood pressure, and association between nutritional status (β 0,375, IK 95% 0,314-1,111, p 0,000) and homocysteine level (β 0,246, IK 95% 0,179-1,912, p 0,019) with diastolic blood pressure in children.
Conclusion: There is association between diet quality, nutritional status and homocysteine ​​levels with blood pressure in children aged 3-4 years in East Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vahira Waladhiyaputri
"Latar belakang: Dampak malnutrisi seperti stunting, wasting, dan underweight pada 1000 hari pertama kehidupan irreversible, namun dapat dicegah dengan makanan pendamping ASI yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketercapaian minimum dietary diversity (MDD) dengan status gizi anak usia 6-23 bulan di Jakarta Timur pada pandemi COVID-19 tahun 2020. Metode: Studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder penelitian di Jakarta Timur, dengan jumlah sampel 102 subjek berusia 6-23 bulan. Data terkait MDD diperoleh melalui food recall 24 jam yang kemudian dimasukkan ke dalam kuesioner MDD. Data terkait usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan rumah tangga juga dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan melalui uji chi square dan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 25. Hasil: Mayoritas subjek penelitian berusia 12-17 bulan (39,2%) dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 52% subjek mencapai MDD pada asupan hari sebelumnya. Stunting merupakan status gizi terbanyak (20,6%) dibandingkan dengan wasting (15,7%) dan underweight (12,7%). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara ketercapaian MDD dan status gizi subjek, tetapi jenis kelamin dianggap berhubungan dengan stunting (p=0,003; 95% CI=1,81-19,03) dan underweight (p=0,012; 95% CI =1,54-36,73). Kesimpulan: Dalam menganalisis hubungan kualitas asupan dengan status gizi, aspek lain seperti jumlah asupan juga perlu diperhatikan.

the 1000 first days of life are irreversible, but could be prevented by giving high quality complementary feeding practice. This study aims to examine the relationship between achievement of minimum dietary diversity (MDD) with nutritional status among children aged 6-23 months in East Jakarta during the 2020 COVID-19 pandemic. Method: This cross-sectional study used secondary data from a research in Kampung Melayu Village, East Jakarta, with a total sampling of 102 subjects aged 6-23 months. Data related to MDD was obtained through a 24-hour food recall, which was then entered into the MDD achievement questionnaire. Data related to age, gender, mother's education level, and household income were also analyzed in this study. Data analysis was carried out through the chi square test and logistic regression using SPSS Statistics application version 25. Result: Majority of subjects in the study were 12-17 months (39.2%) and with an equal proportion between male and female. A total of 52% of subjects achieved MDD on the previous day's food intake. Stunting is the most prevalent nutritional status (20.6%) compared to wasting (15.7%) and underweight (12.7%). No significant relationship was found between the achievement of MDD and the nutritional status of the subjects, but gender was considered to be related to stunting (p=0.003; 95% CI=1.81-19.03) and underweight (p=0.012; 95% CI=1.54-36.73). Conclusion: In analyzing the relationship between the quality of intake and nutritional status, other aspects such as the amount of intake also need to be taken into account."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teshalonica Mellyfera Irania
"Di Indonesia, defisiensi makronutrien (stunting, wasting, dan underweight) masih menjadi salah satu masalah kesehatan. Salah satu penyebab dari stunting, wasting, dan underweight adalah kurang beragamnya diet yang dikonsumsi, yang dapat diukur dengan indikator dietary diversity score. Penelitian cross- sectional ini meneliti data sekunder, yang melibatkan sebanyak 85 subjek usia 24—36 bulan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Riwayat asupan makan didata menggunakan 24-hour recall, yang akan digunakan untuk menghitung dietary diversity score. Status gizi diukur berdasarkan nilai skor Z dari height- for-age, weight-for-age, dan weight-for-height. Pada hasil, didapatkan mayoritas subjek memiliki DDS sedang (54,1%). Prevalensi subjek dengan stunting, underweight, dan wasting, secara berturut-turut adalah 36,5%, 29,4%, dan 7,1%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara DDS dengan stunting, underweight, ataupun wasting. Melalui analisis multivariat, terdapat dua faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stunting, yakni jenis kelamin (p=0,025) dan tingkat pendidikan ibu (p=0,047). Sebagai kesimpulan, selain keragaman pangan, terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi status gizi anak, seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan ibu. Oleh sebab itu, pemberian edukasi kepada ibu terhadap diet anak yang sehat dapat menjadi suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap undernutrition.

In Indonesia, macronutrient deficiency (stunting, wasting, and underweight) is still a health problem. One of the causes of stunting, wasting, and underweight is the lack of variety in the diet consumed, which can be measured by an indicator called dietary diversity score. This cross-sectional study examined a secondary data, involving 85 subjects aged 24—36 months in Kampung Melayu sub-district, East Jakarta. Food intake history was recorded using 24-hour recall, which will be used to calculate the dietary diversity score. Nutritional status was measured based on the Z score of height-for-age, weight-for-age, and weight-for- height. As a result, majority of subjects had medium DDS (54.1%). The prevalence of subjects with stunting, underweight, and wasting was 36.5%, 29.4%, and 7.1%, respectively. There is no significant relationship between DDS and stunting, underweight, or wasting. Through multivariate analysis, there were two factors that were significantly associated to stunting, which are gender (p=0.025) and mother's education level (p=0.047). In conclusion, in addition to food diversity, there are many other factors that influence the nutritional status of children, such as gender and maternal education. Therefore, providing education to mothers about a healthy child's diet can be used as a form of preventive action against undernutrition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Wulandari
"

Berdasarkan Riset Kesehatan 2013 dan 2018, anak usia 12-23 bulan memiliki prevalensi pneumonia tertinggi diantara usia balita lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan di Pulau Jawa. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain potong lintang dengan menggunakan sampel berjumlah 2.695 anak. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan sebesar 5,5%. Imunisasi campak berhubungan dengan kejadian pneumonia secara signifikan (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). Penelitian ini mendukung pentingnya pemberian imunisasi campak untuk mencegah pneumonia. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu meningkatkan cakupan imunisasi campak melalui kampanye imunisasi campak.

 

 


According to Riskesdas 2013 and 2018, the highest prevalence of pneumonia in children under five are the children aged 12-23 months. This study aims to identify the prevalence and factors associated with pneumonia among children aged 12-23 months in Jawa Island. The study design used for this study is cross sectional with total sample of 2.695 children. Bivariate analysis is performed to identify factors associated with pneumonia. The results show the prevalence of pneumonia among children aged 12-23 months is 5,5%. Measles immunization is significantly associated with pneumonia (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). This study supports the importance of measles vaccination to prevent pneumonia. Intervention that can be implemented by the government is increasing measles immunization coverage through measles vaccination campaigns.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Oktaviani
"Perawat mempunyai resiko mengalami status gizi berlebih yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kesehatan serius, seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus. Intervensi konseling gizi dan diet diduga dapat menurunkan berat badan pada orang dengan status gizi berlebih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Konseling Gizi dan penerapan Diet Rendah Energi Seimbang Teratur (REST) terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit. Penelitian dilakukan di RSUD Kesehatan Prov. Jabar dengan subjek penelitian 22 orang perawat yang mempunyai status gizi berlebih, melakukan intervensi Konseling Gizi dan penerapan Diet REST TM serta menggunakan kuesioner Bouchard, kuesioner OSI-RTM dan lembar food record. Rata-rata penurunan berat setelah mendapatkan Konseling Gizi dan melaksanakan Diet RESTM paling besar terjadi pada minggu ke-12 akhir pengamatan sebesar 2,6 kg dengan 95% IK=1,3-3,9 kg. Berdasarkan analisa bivariat didapatkan jenis kelamin memberikan pengaruh yang bermakna terhadap rata-rata penurunan berat badan. Perawat laki-laki memiliki rata-rata penurunan yang lebih besar dibandingkan perempuan (p=0,038). Rata-rata penurunan berat badan perawat laki-laki 3,1 ± 1,7kg dan perawat perempuan 1,6 ± 1,3kg. Sedangkan pengaruh faktor pekerjaan terhadap penurunan berat badan setelah mendapatkan Konseling Gizi dan menjalankan Diet RESTTM tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna, yaitu jabatan pekerjaan (p=0,948), jumlah jam kerja (p=0,220), pembagian shift kerja (p=0,692) dan stres kerja (p=0,813).
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh Konseling Gizi dan Diet RESTTM selama 12 minggu terhadap penurunan berat badan pada perawat dengan status gizi berlebih di rumah sakit.

Nurse has a risk to get an excessive weight nutritional status that can increase the risk of serious health problems, such as heart disease, hypertension and diabetes mellitus. The intervention of nutrition counseling and diet are expected to lose weight in people with excessive nutritional status. Purpose of this study is to determine the effectiveness of nutrition counseling and the implementation of Rendah Energi, Seimbang dan Teratur (REST) diet on weight loss among hospital nurses with excessive weight nutritional status in the hospital. The study was conducted at Occupational Health Hospital of West Java with 22 nurses as study subjects with excessive weight nutritional status, implemented nutrition counseling intervention, a RESTTM Diet and also used the Bouchard questionnaire, OSI-RTM questionnaire and food record sheets. The greatest average weight loss after receiving nutrition counseling and implementing a RESTTM Diet occurred in the 12th week of the last observation. It was 2.6 kg with 95% CI=1.3-3.9 kg. Based on the bivariate test showed gender had a significant effect on the average weight loss. The male nurses had greater average weight loss than female nurses (p=0.038). The average weight loss of male nurses was 3.1 ± 1.7kg and female nurses 1.6 ± 1.3kg. Meanwhile, the effect of occupational factors on weight loss after receiving nutrition counseling and implementing the RESTTM Diet did not show a significant effect, such as job position (p=0.948), the number of working hours (p=0.220), work shift schedule (p=0.692) and work stress (p=0.813). The conclusion of this study is there was an effect of nutrition counseling and a RESTTM Diet in 12 weeks on weight loss among nurses with excessive weight nutritional status in the hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>