Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldi Jansen
"ABSTRAK
Kapasitas TPA Bantar Gebang yang semakin terbatas, membutuhkan pengelolaan yang baik. Penambangan timbunan sampah di TPA, atau landfill mining merupakan salah satu alternatif untuk pemanfaatan material yang tertimbun, dan menambah usia TPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi dari material dari sampah yang telah ditimbun di Zona IVB dan zona V TPA Bantar Gebang sebagai bahan baku RDF dan sebagai kompos atau material cover soil. Karakteristik sampah yang diperiksa adalah kadar air dan kadar abu yang didapat melalui uji laboratorium. Nilai kalor sampah didapatkan dengan metode pengukuran dan penghitungan menggunakan data hasil pengukuran ultimate analysis. Potensi material organik sebagai kompos diketahui dengan mengolah sampah organik dengan metode open windrow selama 30 hari, dan parameter yang di periksa adalah rasio C/N dan temperatur dan potensi sebagai cover soil di lakukan analisis butiran dan kadar air dari material organik. Hasil penelitian menunjukkan komposisinya zona IVB terdiri atas 34,80% organik, 27,44% plastik film, 14,99% kayu, 14,58% kain, karet/kulit 2,24%, dense plastik 1,97% dan sisanya komponen dengan persentase yang lebih kecil. Sedangkan pada zona V terdiri atas 36,53% organik, 30,99% plastik film, 15,73% kayu, 8,56% kain, karet/kulit 1,44%, dense plastik 1,50% dan sisanya komponen dengan persentase yang lebih kecil. Hasil potensi energi sebesar 3.280, dan 3.620 kCal/kg untuk zona IVB dan zona V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio C/N sampah 4,42-6,23. Sampah organik potensial dijadikan tanah penutup dibandingkan kompos. Potensi energi pada zona IVB sebesar 771,264 GWh dan 1.334,337 GWh. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai kadar air sebesar 33%, ini masih terlalu tinggi sehingga perlu dilakukan pre-treatment untuk mengurangi kandungan air dalam sampah untuk meningkatkan kualitas sampah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF

ABSTRACT
Bantar Gebang landfill capacity is more limited, requiring proper management. Landfill mining is one of the alternatives for the utilization of the accumulated material, and increase the use of the landfill. The purpose of this study was to determine the potential of the material from waste that has been dumped in zone IVB and V zones Bantar Gebang RDF as a raw material and as compost or cover soil material. Calorific value of garbage obtained by the method of measurement and calculation using measurement data ultimate analysis. The potential of organic material known as compost by processing organic waste with open windrow method for 30 days, and the parameters examined is the C / N ratio and temperature and its potential as a cover soil, examined characteristic was sieve analysis and moisture content of organic material. The results showed IVB zone composition consist of 34.80% organic, plastic films 27.44%, 14.99% wood, 14.58% linen, rubber / leather 2,24%, 1,97% dense plastic and the remaining components with a smaller percentage. While in zone V consists of 36.53% organic, plastic films 30.99%, 15.73% wood, 8.56% linen, rubber / leather 1.44%, 1.50% and the dense plastic component with the remaining percentage smaller. The results of the energy potential of 3,280, and 3,620 kCal / kg for IVB zone and zone V. The results also showed water content of 33%, this is still too high so we need a pre-treatment to reduce the moisture content of litter bins to improve the quality and can be used as raw material for RDF. The results showed that the C / N ratio from 4.42 to 6.23. Organic waste potentially be used as soil cover than compost. Calorific value of zone IVB was 3,620 kCal / kg and zone V of 3.280 kCal / kg, however, the results also showed that the water content of waste is quite high at 51.18%, so it is necessary pre-treatment to reduce the water content in the waste to improve quality and can be used as raw material for RDF. Potential energy in zone IVB amounted to 771.264 GWh and 1334.337 GWh"
2016
T45856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euthalia Hanggari Sittadewi
"ABSTRAK
Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, yaitu kurang lebih 26 juta Ha. Potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal, karena banyak kendala yang dihadapi. Misalnya pemanfaatan gambut untuk lahan pertanian dan areal perkebunan, usaha dibidang ini belum begitu berhasil. Hal ini dikarenakan adanya kendala kimia di tanah gambut antara lain kekahatannya akan unsur hara makro dan makro, kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi dan kejenuhan basa yang rendah.
Unsur kimia pembentuk gambut yang terutama adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (0). Selain itu juga mengandung unsur aluminium (Al), silikon (Si), natrium (Na), sulfur (S), fosfor (P), calsium (Ca) dalam bentuk terikat. Dilihat Bari kandungan unsur kimia tersebut, gambut mempunyai potensi untuk dijadikan bahan kompos.
Kendala pengomposan gambut adalah proses perombakannya yang secara alami sangat lambat. Hal ini antara lain disebabkan karena nisbah C/N yang tinggi yang menyebabkan proses pembusukan lebih lama. Nisbah C/N yang tinggi menunjukkan adanya defisiensi nitrogen dan kandungan karbon yang tinggi.
Suatu alternatif untuk mempercepat pengomposan gambut yaitu dengan menggunakan campuran limbah kotoran ayam. Limbah kotoran ayam mengandung mikroorganisme yang berlimpah, sehingga dapat mempercepat proses pembusukan. Selain itu kotoran ayam mengandung nitrogen yang tinggi, ini berarti cukup tersedia nutrisi untuk mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan sumber karbon untuk pertumbuhannya dan nitrogen untuk sintesis protein. Tingkat aktivitas biologi tergantung pada tersedianya komponen karbon dan nitrogen pada bahan.
Tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk menemukan suatu alternatif pemanfaatan gambut dan limbah kotoran ayam. Hal ini juga merupakan cara pengelolaan limbah. Dan secara khusus bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan (gambut dan kotoran ayam), lama (waktu) pengomposan dan interaksi keduanya terhadap nisbah C/N, kandungan unsur hara makro. dan mikro dalam kompos yang dihasilkan. Disamping itu untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia kompos serta perbandingan campuran bahan dan waktu pengomposan yang tepat untuk terjadinya pengomposan yang efisien.
Untuk mengetahui perbandingan antara gambut dan limbah kotoran ayam yang optimal serta waktu pengomposan yang efisien, dilakukan beberapa percobaan kombinasi campuran bahan dan waktu pengomposan yang berbeda. Ada 5 kombinasi campuran bahan yang dicoba dalam percobaan ini yaitu AGO (100% kotoran ayam), A4G1 (4 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut), A2G1 (2 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut), A1G1 (1 bagian kotoran ayam dan 1 bagian gambut) dan AOG (gambut 100%). Waktu pengomposan yang dicoba yaitu 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 3 kali ulangan. Secara umum kompos yang dihasilkan mempunyai karakteristik fisik yaitu massa yang lemah, tidak lengket menyerupai tanah berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Kompos yang dihasilkan oleh perlakuan AOG mempunyai struktur yang hampir sama dengan struktur aslinya. Sedangkan dari perlakuan AGO, A4G1, A2G1 dan A1G1 menghasilkan kompos yang mempunyai struktur yang berbeda dengan aslinya. Perbedaan perbandingan bahan menghasilkan kompos dengan nisbah C/N, unsur hara makro (C,N,P,K,Ca) dan mikro (Fe,Cu,Zn,B) yang bervariasi. Demikian juga lama (waktu) pengomposan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penurunan nisbah C/N, kenaikan unsur hara makro dan mikro. Penurunan nisbah C/N diikuti dengan penyusutan volume dan pengurangan bobot. Dari ke 5 perlakuan, pada perlakuan A1G1 terjadi pengomposan yang paling efisien dengan membutuhkan waktu pengomposan 8 minggu. Sampai akhir pengomposan (minggu ke-12) prosentase penurunan nisbah C/N pada perlakuan A1G1 mencapai 49,09 dan laju penurunan tertinggi dicapai pada minggu ke-8 yaitu 41.85W dengan nilai C/N = 15,814. Dari hasil analisis mikrobiologi menunjukkan bahwa mikroorganisme yang aktif dalam pengomposan ini antara lain bakteri, kapang dan khamir. Dari ke 3 mikroorganisme tersebut, bakteri adalah paling dominan.
Kompos yang dihasilkan dari penelitian ini mengandung unsur hara makro (N,C,P,K,Ca) dan unsur hara mikro (Fe,Cu,Zn,B) yang cukup tinggi. Dengan demikian diharapkan kompos tersebut dapat diaplikasikan, antara lain di bidang pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan hasi7.. Selain meningkatkan hasil, penggunaan kompos mempunyai aspek lingkungan mencegah pencemaran karena berkurangnya pemakaian pupuk buatan yang berlebihan, sehingga tanaman menjadi lebih sehat. Kompos juga dapat membantu memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan porositas, sehingga tanah menjadi lebih gembur dan meningkatkan kemampuan tanah dalam penyimpanan air.

ABSTRACT
Indonesia has large areas of peat lands which covers 26 million hectares (ha). This potency has not been optimally utilized because of many constraints dealt with. For instance, the products of peat utilization for farmlands and plantations have not succeeded. This is because of peat chemical constraints such as lack of macro and micro nutrients, a high level of Cation Exchange Capacity (CEC), and a low level of base saturation.
The principal chemical substances of peat soil are carbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N), and oxygen (0). Also, this soil contains other chemical elements including aluminum (Al), silicon (Si), sodium (Na), sulphur (S), phosphor (P), and calcium (Ca) in binding form. Based on these chemical substances, peat has a potency to be produced a compost material.
The constraint to composting peat is its destruction process which, naturally, is very gradual. This is because of a high level of a C/N ratio content which causes decomposition process longer. This C/N ratio content indicates that there have been a nitrogen deficiency and a high level of carbon content.
One of the alternatives to accelerate in composting peat is mixed up by poultry waste. Since poultry waste contains microorganism abundantly, it can accelerate the decomposition process. Furthermore, poultry waste contains a high level of nitrogen meaning that this provides enough nutrition for microorganism. Microorganism needs sources of carbon .and nitrogen for its growth and protein synthesis, respectively. The degree of biological activity depends on the availability of carbon and nitrogen components within the material.
The main objectives of this experiment is to find an alternative of utilization of peat and poultry waste mixtures. This experiment is also to find out the alternative of a peat utilization and a method of waste management. Specifically, the experiment aims to know the influence of material mixtures (peat and poultry waste), duration of a composting time, and interaction of them to the C/N ratio, macro and micro nutrient content of the compost produced. Moreover, it is to investigate the composts? physical and chemical characteristics and the comparison of material mixtures as well as duration of an appropriate composting time as an efficient composting time. To know the comparison among the optimal peat and poultry waste mixtures and the efficient composting time, several experiments of both the different material mixtures and the different composting times were done. There are five combinations of material mixtures which are tested in the experiments including: (1) AGO consisting of 100%of poultry waste; (2) A4G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 4 to 1, respectively; (3) A2G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 2 to 1, respectively; (4) A1G1 consisting of poultry waste and peat with ratio 1 to 1, respectively; (5) AOG consisting of 100% of peat. The duration of the composting time which had been done consists of 0 week, 4 weeks, 8 weeks, and 12 weeks. The experimental design (CRD) factorial with three time replication each.
Generally, the compost resulted has specific physical characteristics which are crumbed mass, not sticky, like soil having a color from blackish brown to black. The compost produced by AOG treatment has a structure almost the same as its original structure. However, the composts yielded through AGO, A4G1, A2G1, and AMG1 treatments have different structures compared to the original ones. The different comparisons of materials used bring forward the composts with the variation in C/N ratio contents, macro nutrients (C, N, P, K, and Ca), and micro nutrients (Fe, Cu, Zn, and B). Accordingly, the duration of a composting time has a positive influence to the decrease of the C/N ratio contents and the increase of the macro and micro nutrient contents. Reducing the C/N ratio contents is followed by the volume and weight reduction.
Out of the 5 (five) experiments, the A1G1 treatment to produce a compost is the most efficient way to which the composting time needed is eight weeks. At the end of the composting time, the twelfth week, the percentage of decreasing C/N ratio contents for the A1G1 treatment reaches 49.09% and the highest declining speed is 41.09% achieved on the eighth week with which the C/N value is equal to 15.814. The result of microbiology analysis indicates that the active microorganism in that composting process includes bacteria, yeasts, and molds. From these three microorganisms, bacteria are the most dominant one.
The compost resulted from this research contains high levels of macro nutrients (N, C, P, K, and Ca) and micro nutrients (Fe, Cu, Zn, and B). Therefore, it is expected that compost can be applied to increase and to enhance the products from farmlands and plantations. Besides increasing the product, utilizing the compost has an environmental benefit in preventing pollution because of the lessening of the extensive use of artificial fertilizer resulting in the plants to grow more prosperously. The compost also can help improve the soil to be more loose and enlarges its capability to preserve water.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kennard Jonathan Layman
"Total produksi sampah pada tahun 2020 di Indonesia mencapai 67,8 juta ton. Tercatat sebesar 69 persen dari sampah-sampah tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa adanya proses daur ulang. Implementasi dari reverse logistics dalam pengumpulan dan pembuangan sampah, khususnya di area perkotaan diperlukan dan masih memiliki kendala dalam sistem waste supply chain di Indonesia. Hal ini dikarenakan pengumpulan dan pembuangan sampah adalah aktivitas yang mahal karena biaya operasi yang tinggi (bahan bakar, pemeliharaan, daur ulang, tenaga kerja, dan sebagainya) dengan margin pendapatan yang rendah, dan peningkatan kecil di area ini dapat banyak menghemat biaya operasional. Penelitian ini membahas vehicle routing problem terutama yang terkait dengan pengumpulan sampah di area perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi total biaya operasional. Sampah perkotaan dikumpulkan di tempat-tempat yang menunjukkan node permintaan dan setiap node dihubungkan oleh branch, yang mewakili jalan raya yang menghubungkan kota-kota. The shortest route problem adalah teknik untuk menentukan jarak terpendek antara dua titik. Pengumpulan sampah perkotaan adalah salah satu pekerjaan yang paling mahal, dengan beberapa tantangan praktis dan margin keuntungan yang rendah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan rute menggunakan shortest route method dapat mempersingkat perjalanan sebesar 7,55%.

The total waste production in 2020 in Indonesia will reach 67.8 million tons. It was recorded that 69 percent of the waste ended up in a final disposal site without any recycling process. The implementation of reverse logistics in waste collection and disposal, especially in urban areas is needed and still has problems in the waste supply chain system in Indonesia. This is because waste collection and disposal is an expensive activity due to high operating costs (fuel, maintenance, recycling, labor, etc.) with low revenue margins, and small improvements in this area can save a lot in operating costs. This paper looks on a vehicle routing issue that is primarily related to waste collection in cities. The purpose of this research is to reduce the total operational costs. The urban waste is deposited at the places showing the demand nodes in this scenario. And each node is connected by a branch, which represents the roadways that connect cities. The shortest route problem is a technique for determining the shortest distance between two points. The results of this study indicate that determining the route using the shortest route method can shorten the trip by 7,55%"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Raysha Putri
"Penggunaan limbah terak feronikel dapat membantu dalam upaya mengurangi limbah yang menimbun di Lingkungan. Terak feronikel memiliki kandungan berharga dan suhu leleh yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai filler pada flame retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) dengan campuran amonium polifosfat yang digunakan sebagai aditif. Dimana, saat ini formula FR-RPUF masih diperlukaan improvisasi untuk dapat meningkatkan kemampuan flame retardant. Variabel yang diamati yaitu penambahan terak feronikel dengan APP sebesar 2:3, 3:2, dan 1:1. Proses diawali dengan terak feronikel dilakukan pengujian XRD, XRF, dan SEM untuk mengambil informasi material yang akan digunakan. Kandungan terak feronikel yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas flame retardant pada RPUF dengan adanya jenis-jenis terak feronikel. Proses pengujian pembakaran menggunakan uji flammability (UL-94) dan karakterisasi SEM untuk melihat struktur pori yang terbentuk untuk melihat efektivitas terak feronikel dan APP. Kandungan terak feronikel yang kaya akan oksida dan unsur Si, Fe, dan Mg bersama dengan APP mampu membentuk lapisan char pada FR-RPUF yang berguna sebagai lapisan termal barier sehingga dapat mencegah oksigen untuk dapat memperbesar proses pembakaran. Proses uji flammanility menunjukkan hasil sampel yang memiliki sifat flame retardant tinggi yaitu RPUF dengan penambahan terak feronikel dan APP (1:1).

Using terak feronikel waste can help reduce waste in the environment. Ferronickel slag has valuable content and a high melting temperature, so it can be used as a filler in Flame Retardant - Rigid Polyurethane Foam (FR-RPUF) with a mixture of ammonium polyphosphate which is used as an additive. Where currently, the FR-RPUF formula still needs improvisation to be able to increase its flame retardant ability. The variables observed were the addition of ferronickel slag with APP of 2:3, 3:2, and 2.5:2.5. The process begins with ferronickel slag; XRD, XRF, and SEM tests are carried out to retrieve information on the material to be used. The ferronickel slag content will affect the flame retardant's effectiveness in RPUF in the presence of ferronickel slag types. The combustion testing process uses the flammability test (UL-94) and SEM characterization to see the pore structure formed and the effectiveness of ferronickel slag and APP. The content of ferronickel slag ,which is rich in oxides and the elements Si, Fe, and Mg together with APP, can form a char layer on FR-RPUF which is helpful as a thermal barrier layer so that it can prevent oxygen from increasing the combustion process. The flammability test showed that the samples had high flame retardant properties, namely RPUF, with the addition of ferronickel slag and APP (1:1)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"Pada penelitian ini, limbah cair tahu dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi nata. Ke dalam limbah cair tahu tersebut ditambahkan sukrosa (gula pasir) 10%, 12,5% atau 15% serta sumber nitrogen dalam bentuk NH4H2PO4 dengan konsentrasi 0,1%, 0,3% atau 0,5%. Biakan yang digunakan adalah Acetobacter xylinum P1007 dan jumlah starter yang diinokulasikan adalah 10% (VN). Fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 14 hari.
Hasil pengukuran setelah pemanenan menunjukkan bahwa ketebalan rerata nata terendah yaitu 0,576 cm diperoleh dari perlakuan 10% sukrosa dan 0,1% NH4H2PO4. Ketebalan rerata nata terbesar yaitu 0,927 cm diperoleh dari perlakuan 15% sukrosa dan 0,3% NH4H2PO4. Pengujian secara statisitik terhadap data rerata ketebalan nata pada kesembilan perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanto Suprawihadi
"Pengolahan limbah cair tapioka dengan sistem Kombinasi Biofilter Anaerob - Aerob aliran ke atas merupakan pengolahan biologis dengan biakan melekat (attached growth proccess), sebagai salah satu teknologi alternatif dalam pengolahan limbah cair.
Tujuan penelitian adalah diperolehnya suatu unit pengolah limbah cair tapioka dengan teknologi yang sederhana dan mudah dalam pembuatan, operasional maupun perawatannya serta mempunyai kemampuan dalam memperbaiki kualitas limbah cair, sehingga kemungkinan timbulnya dampak kesehatan masarakat akibat pencemaran dapat dicegah, mengantisipasi mahalnya biaya pembuatan unit pengolah limbah cair serta menghindari ditutupnya beberapa industri.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan eksperimental ulang (Pretest posttest Control Group Design), dimana obyek dibagi dalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan satu berdasarkan total waktu tinggal 6 jam dan kelompok perlakuan dua menggunakan total waktu tinggal 12 jam. Sedangkan aspek kesehatan masyarakat dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terhadap responden yang berdomisili di sekitar lokasi pabrik sebanyak 50 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan total waktu tinggal 6 jam, unit pengolah dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka pH, BOD5, COD, TSS, NH3, H2S dan Sianida dengan efisiensi antara 70% - 86%. Hal ini dibuktikan dengan basil uji t (t-test) yang menunjukkan adanya perbedaan penurunan secara berrnakna pada setiap tahapan pengolahan (p < 0,05) pada taraf 95%. Sedangkan berdasarkan waktu tinggal, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu tinggal 6 jam dengan 12 jam (p > 0,05). Gangguan yang dirasakan oleh masyarakat berupa bau (100%), sedangkan keluhan dua minggu terakhir berupa gatalgatal (44,1%) serta kombinasi sakit perut, sakit kepala dan gatal-gatal (32,4%). Keluhan di alas kemungkinan berkaitan dengan adanya kontak melalui udara rnaupun air yang tercemar, karena 100% sumber air bersih masyarakat berasal dari air tanah.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa unit pengolah limbah cair tapioka ini terbukti dapat menurunkan konsentrasi parameter limbah cair tapioka dengan efisiensi antara 70% - 86% pada waktu tinggal 6 jam. Dengan waktu tinggal yang relatif pendek, maka lahan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit. Demikian juga dengan turunnya parameter NH3, H2S dan Sianida, maka dampak kesehatan yang mungkin terjadi dapat dikurangi.
Disarankan agar dilakukan proses pengendapan awal atau pre-tretment sebelum penggunaan unit pengolah ini, sehingga efisiensi pengolahan dapat lebih baik, serta perlu diteliti lebih lanjut pengaruh jumlah kolom dan lamanya alat beroperasi untuk mengetahur titik jenuh.
Daftar Bacaan : 31 (1971 - 2000)

The Tapioca's Wastewater Treatment by Upstream Anaerob-Aerob Bioftlterittg Combination System And The Public Health Aspects (The study at Tapioca's Industry PT.LPF di Tanjung Bintang South Lampung)
Tapioca's wastewater treatment by Upstream Anaerob Aerob Biofilter-in Combination System is the biological treatment that is the attached growth pr-rccess, where is the one of the alternative technology in wastewater treatment,
Objectives of the study is to understand that the parameters of tapioca's wastewater will be decreased and to understand the difference of parameters decreased So the public health impact will be prevented: the high cost of establish wastewater treatment will be anticipated and the closed of the tapioca's industries will be avoided.
The research is the experimental study with pr-elesr pasllesl control group design, where the subject is divided into two group intervention. The first group based on six hours in total retention time and the second group based on twelve hours in total retention time,
The result of the study shown that in short retention time (six hours), the treatment unit could decreased of the concentration of parameters tapioca's wastewater involve pH: BOD5: COD_ TSS; NH:; H2S and Cyanide with range of efficiency about 70% - 86%. The statistical t-test known that is different in every treatment step for each parameter's (p < 0,05) at level 95%. For the variation of parameters concentration based on retention times have not different significantly (p > 0,05), exception for the TSS parameter have different at each point significantly (p < 0,05). By the parameters concentration especially to NTT?. H 2S and Cyanides have decreasing, so the public health impact may occur will be reduced.
The conclusion of the study shown that the wastewater treatment unit could be decreased tapiocas 1.yastewater parameters concentration with efficiency range about 7t)°o - S6'?0 at SIX hours in total retention time. So wIdes of the land that needed small relati ely. The other hand, by the decreasing of NH;, I-1-:S and Cyanides. so the public health impact will prevented.
The study have recommended to applicated this treatment unit for the industries that have low investation land and needed to follow up the study about the correlation of the reactor numbers.
Bibliography : 31 (1971 _. 2000)"
2001
T8216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sugeng Mulyono
"Dewasa ini banyak dipergunakan bahan plastik untuk berbagai keperluan termasuk didalamnya untuk pembuatan benda-benda teknik seperti pulley, roda gigi, pasak dan lain-lain. Dengan semakin banyaknya pemanfaatan plastik akan semakin banyak pula limbah plastik yang dihasilkan oleh benda-benda terbuat dari plastik yang sudah rusak dan tidak terpakai lagi, sementara secara alamiah bahan plastik tidak dapat membusuk. Sifat limbah yang demikian menyebabkan munculnya upaya pemanfaatan limbah plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Permasalahanya, yang ingin dicari jawabannya dari penelitian ini, adalah seberapa besar prosentase limbah plastik bisa dicampurkan agar produknya masih mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan bahan baku, yang dalam penelitian dipakai bahan polyethylene dan polystyrene. Dengan demikian diperoleh acuan tentang berapa prosentase limbah bahan plastik yang optimal dapat dicampurkan dalam proses pencetakan plastik baru.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa, produk cetak bahan polyethylene maupun bahan polystyrene akan masih mempunyai kekuatan sama dengan kekuatan bahan barunya apabila prosentase limbahnya tidak lebih dari 30 %. Pada prosentase limbah seperti ini hasil cetak plastik juga masih menunjukkan warna yang mendekati warna aslinya, sementara dilihat dari kerusakannya pada bahan polyethylene diatas 30 % limbah, serat-serat plastik akan putus. Sementara pada prosentase sampai 30% untuk bahan polyethylene plastik tidak putus oleh beban yang diberikan, tetapi akan memanjang terus sambil menibentuk plastik yang berwarna putih mengkilat dan keras. Sedangkan pada bahan polystyrene sesuai dengan karakteristik bahan gelas, setelah ditarik kemudian putus dengan perpanjangan yang relatif sangat kecil dibanding dengan perpanjangan bahan polyethylene."
Depok: Politeknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Themy Kendra Putra
"ABSTRAK
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer telah meningkatkan suhu permukaan bumi sehingga terjadi pemanasan global yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan terjadinya perubahan iklim yang berdampak merugikan terhadap manusia dan lingkungan.
Pada hakekatnya keberadaan GRK di atmosfer tidak selalu merugikan. Dalam UNEP (1992), ditegaskan bahwa peranan konsentrasi GRK yang stabil di atmosfer mempunyai arti sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan di bumi. Konsentrasi karbon dioksida dan metan yang berlebihan dapat meningkatkan panas bumi dan perubahan iklim yang drastis dan berbahaya bagi kehidupan.
Tahun 1988, WMO dan UNEP membentuk suatu panel untuk mengkaji perubahan iklim global, yaitu International Panel an Climate Change (IPCC). Berdasarkan penelitian IPCC dan World Climate Program (WCP) tahun 1990, disimpulkan bahwa akan terjadi peningkatan temperatur bumi sekitar 2 - 5 °C dalam waktu satu abad mendatang pada tingkat laju emisi GRK sekarang.
Jumlah ernisi metan global dari berbagai sumber, dalam Bolin et al. (1986), menurut Sheppard et al. adalah 1210 Tg Khalil & Rasmussen, 553 T& Blake 500-1160 Tg; Critter', 400 Tg dan menurut Seiler adalah 300-550 Tg. Sedangkan jumlah emisi metan global yang bersumber dari tempat pembuangan akhir sampah (TPA), menurut Bingemer & Crutzeu (1987), adalah 30-70 Tg metan per tahun yang berarti 7% dari seluruh emisi metan global atau kira-kira 14% dari emisi metan akibat kegiatan manusia (anthropogenic emissions). Jumlah emisi metan dari TPA ini, berbeda dengan hasil seminar IPCC tahun 1990, yang berkisar antara 25-40 Tg per tahun. Emisi berasal dari berbagai negara dan wilayah, seperti Kanada 1 Tg per tahun, Jepang 0.17 Tg, Oseania 1.25 Tg, Amerika Serikat 8-18 Tg, Rusia dan Eropa Timur 5-8 Tg, dan negara negara berkembang 4-7 Tg per tahun. World Resources dalam Suharsono et al. (1996), menyatakan bahwa Indonesia mengemisikan metan sebesar 480 Tg per tahun. Sedangkan Jakarta menghasilkan 76.61 Tg metan pada tahun 1991.
Untuk mengetahui besar emisi dan memprediksi kecendenmgan emisi metan di TPA, dilakukan penelitian dengan metode penelitian Ex Post Facto di TPA Bantar Gebang. Estimasi emisi metan dilakukan dengan metode IPCC yang dikombinasikan dengan metode statistic. Tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui karakteristik sampah di TPA Bantar Gebang, (2) mengestimasi emisi metan dan memprediksi kecenderungan emisi metan, (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan metan dan (4) mengusulkan alternative mitigasi untuk mengantisipasi peningkatan laju emisi metan di TPA Bantar Gebang.
Guna mencapai tujuan penelitian tersebut, diperlukan berbagai asumsi bahwa (1) jumlah produksi sampah per orang per hari relatif tetap, (2) komposisi dan kepadatan sampah yang dibuang ke TPA Bantar Gebang relatif tetap, (3) metan dilepaskan (released) sepanjang tahun sejak sampah dibuang ke TPA Bantar Gebang, (4) kondisi iklim relatif tetap, dan (5) nilai kesalahan (default value) dan rasio konversi (coversion ratio) biogas terhadap metan dalam metode IPCC dapat diterima sejauh tidak terdapat nilai kesalahan dan rasio konversi yang lebih spesifik.
Daftar Pustaka : 44 (1971-1996)

ABSTRACT
Estimation and Trend Prediction of Methane Emission in Sanitary Landfill (a Case Study at Bantar Gebang Sanitary Landfill)In the ascendant of the concentration of the greenhouse gases at the atmosphere has raised the earth surface temperature impacted global warming which caused sea level raise and climate change which have negative impact to human being and environment.
Basically, the existing of greenhouse gasses at the atmosphere does not always have negative impact. In UNEP (1992), it was stressed that the function of greenhouse gasses concentration if they were stable at the atmosphere had a very important meaning for the continue of living on the earth. Carbon dioxide and methane concentration could raise global warming as well as drastic climate change that dangerous for living.
In 1988, WMO and UNEP created the panel to analyze the global climate change, namely International Panel on Climate Change (IPCC). Based on the research done by IPCC and WCP (World Climate Program) in 1990, it was concluded that there would be raised of earth temperature about 2-5 °C in next coming century at the current level of greenhouse gasses emissions.
Number of global methane emissions from some resources in Bolin et al (1986), mentioned that according to Sheppard et al. was 1210 Tg, Khalil & Rasmussen was 553 Tg, Blake was 500-1160 Tg, Crutzen was 400 Tg and according to Seiler was 300-500 Tg. Whereas, according to Bingemer & Crutzen (1987), the number afglobal methane emission from sanitary landfill was 30-70 Tg per year which meant 7% of all global methane emission or approximately 14% out of methane emission caused by anthropogenic emission. The total number of methane emission had been estimated by Bingemer & Crutzen (1987) was different from the result of IPCC seminar in 1990 which stated that global emission of methane from sanitary landfill was 25-40 Tg per year which produced by many countries or regions such as: Canada 1 Tg per year, Japan 0.17 Tg, Oceania 1.25 Tg, USA 8-18 Tg, Russia & East Europe 5-8 Tg, and developing countries 4-7 Tg per year. According to World Resources in Suharsono et al. (1996), Indonesia had emitted 480 Gg methane per year while Jakarta bred 76.61 Gg per year.
To estimate how much the emission was and to predict the trend of methane emission at Banter Gebang sanitary landfill, the estimation of methane emission has gotten by using )PCC method which combined with statistic method. The objectives of this study are (1) to perceive the characteristic of municipal solid waste at Banter Gebang sanitary landfill, (2) to estimate the methane emission and to predict the tendency of methane emission, (3) to find out the factors which influence the methane emission , and (4) to propose the mitigation options in order to anticipate methane emission growth.
To achieve those research objectives, some assumptions are needed such as (1) amount of daily individual solid waste production is relatively constant, (2) composition and density of solid waste disposed to Banter Gebang sanitary landfill is relatively constant, (3) methane released since the solid waste has been being disposed to Banter Gebang sanitary landfill, (4) climate condition is relatively constant, and (5) default value as well as conversion ratio of biogas to methane in IPCC method can be accepted as long as no default value and conversion ratio which are more specific.
Bibliography: 44 (1971-1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Pratama D.
"Berdasarkan hasil pengamatan selama delapan hari penelitian pula, diketahui bahwa timbulan sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu adalah sebesar 266,88 ton/hari. Dengan komposisi sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu yang berupa material mudah terbakar combustible material adalah sampah plastik, karet, kertas, kayu, dan tekstil yang masing-masing berjumlah 11,41 , 4,44 , 5,48 , 5,03 , dan 5,58 dari total keseluruhan sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu. Dengan jumlah yang cukup besar tersebut, salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah seperti jenis diatas dapat dilakukan dengan mengubah material sampah tersebut menjadi bahan baku Refuse Derived Fuel RDF.
Potensi sampah dari tiap-tiap material tersebut ditinjau dari beberapa parameter penelitian. Parameter yang digunakan antara lain berupa kadar air, kadar volatil, kadar abu, serta nilai kalor. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kadar air sampah yang dapat dijadikan sebagai bahan baku RDF sebesar 41,81 , kadar volatil sebesar 81,21 , dan kadar abu sebesar 12,09, serta nilai kalor sebesar 2.365,27 ndash; 3.967,12 kCal/kg.

Based on the eight day of observation, the generation of solid waste that enter TPA Sumur Batu was as many as 266,88 tones day. With solid waste composition that enter TPA Sumur Batu consists of combustible materials which is plastic, rubber, paper, wood, and textile each with 11,41 , 4,44 , 5,48 , 5,03 , and 5,58 from the total amount of solid waste generation.With such a considerable amount of solid waste, one of the efforts that could be done to reduce the amount of solid waste varieties as mentioned above is convert the waste materials into Refuse Derived Fuels RDF.
Waste potential from each materials reviewed by several research parameters.Parameters used in this research are water content, volatile content, ash content, and calorific value. Based on the research results obtained that the water content amount of solid waste which can be used as Refuse Derived Fuel RDF raw material is 41,81 , the volatile content amount is 81,21 , the ash content amount is 12,09 , and the calorific value is as much as 2.365,27 ndash 3.967,12 kCal kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dirayati Fatima Turner
"Permasalahan sampah di Indonesia kian memburuk karena penggunaan sumber daya tidak dilihat sebagai sesuatu yang sirkuler. Deposit refund system sebagai instrumen yang melihat sampah sebagai sumber daya dapat menjawab permasalahan tersebut. Prinsip dasar deposit refund system adalah pelaksanaan prinsip pencemar membayar dan prinsip tanggung jawab negara secara bersamaan melalui suatu instrumen gabungan insentif dan disinsentif guna menjamin terpenuhinya hak atas lingkungan hidup. Belajar dari Waste Framework Directive, Directive on Packaging and Packaging Waste, dan Batteries Directive di Uni Eropa, serta Verpackungsverordnung dan Batteriegesetz di Jerman, Indonesia dapat menerapkan peraturan deposit refund system untuk baterai dan aki di tingkat nasional.

The problem of waste in Indonesia is worsening due to the usage of natural resources not seen as something circular. The deposit refund system as an instrument that sees waste as a resource can answer that problem. The basic principle of the deposit refund system is the implementation of the polluter pays principle and the principle of state responsibility through an incentive-disincentive instrument in order to fulfill the right to a healthy environment. Learning from the Waste Framework Directive, Directive on Packaging and Packaging Waste, and Batteries Directive in the European union, as well as Verpackungsverordnung and Batteriegesetz in Germany, Indonesia can implement a national regulation on deposit refund system for batteries and accumulators."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>