Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiarto
"Konsistensi penggunaan kondom pada Penasun masih rendah. Menurut Laporan STBP 2013, konsistensi penggunaan kondom pada Penasun sebesar 17% pada pasangan tetap, 17% pasangan tidak tetap dan 16% pasangan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan penggunaan kondom pada Penasun di 4 Kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data STBP Penasun tahun 2013. Cara pengambilan sampel STBP Penasun adalah Responden Driven Sampling (RDS). Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariabel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penggunaan kondom pada saat berhubungan seks sebesar 18% pada pasangan tetap, 17% pada pasangan tidak tetap, 17% membeli seks dan 5% menjual seks. Determinan penggunaan kondom pada 4 pasangan berbeda, namun tidak memiliki kondom selalu ada pada semua jenis pasangan. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tetap adalah tidak memiliki kondom, tidak merasa berisiko, pengetahuan rendah, tidak mengakses LASS, tidak menikah dan merasa kondom tidak bermanfaat dalam mencegah HIV merupakan determinan dari perilaku penggunaan kondom Penasun pada pasangan tetap. Determinan penggunaan kondom pada pasangan tidak tetap adalah tidak memiliki kondom dan tidak menikah merupakan determinan penggunaan kondom Penasun pada pasangan tidak tetap. Determinan penggunaan kondom pada Penasun yang membeli seks adalah tidak memiliki kondom merupakan determinan penggunaan kondom Penasun saat membeli seks.

Consistent condom use in IDUs remains low. According to the report IBBS 2013, the consistent use of condoms in 17% IDU steady partner, 17% of couples are not fixed and 16% commercial partner. This study aims to look at the determinants of condom use among IDU in four cities in Indonesia. This study uses IBBS IDU 2013. How sampling IBBS IDU is Respondent Driven Sampling (RDS). Analysis of univariate, bivariate and multivariable. The results showed the proportion of condom use during sex by 18% on a regular partner, 17% on casual partners, 17% and 5% purchase sex sell sex. Determinants of condom use on four different couples, but does not have a condom always exist in all types of couples. Determinants of condom use on a regular partner is not having a condom, do not feel at risk, low knowledge, no access LASS, not married and feel condoms are not useful in preventing HIV is a determinant of condom use behaviors of IDUs in couples staying. Determinants of condom use in casual partners is not to have condoms and abstaining from marriage is the determinant of condom use in casual partners of IDUs. The Determinants of condom use among IDU who buy sex is not having a condom is a determinant of the use of condoms when buying sex IDU.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Eri
"Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakit HIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan. Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hingga saat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah. Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik, perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL 37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%. WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatus cerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyak memiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyak yang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkan WPSTL. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dan kepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV, keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.

Sexual transmission is currently a major factor spread of HIV-AIDS in Indonesia. Female Sex Workers (FSW) is a contributing part in it. Direct female sex workers are women who provide sexual services whose main purpose transaction exchange sexual services for money. Indirect female sex workers are women who provide sexual services but is not a major source of income, the service to provide additional income. Program promotion of condom use in risky sexual intercourse has been done by the government to break the chain of transmission. But until now the consistency of condom use in the FWS is still low. This study uses data from the Integrated Biological and Behavioural Survey (IBBS) 2013 by choosing the 2714 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. The purpose of this study was to compare the characteristics, behavior condom use and determine the factors associated with condom use. The study used cross sectional design.
Results of the study found that consistent condom use in direct FSW and indirect FSW amounted to 37.7% and 35.6%, for all WPS consistency of 36.9%. WPSL tend to be older, lower education, more are divorced, longer be WPS, more had a history of STIs, it was risky, more exposed to the program, more who had condoms and the number of customers more compared indirect FSW. Factors associated of condom use on direct FWS is the marital status, history of STDs, exposure program, and possession of condoms. Factors associated of condom on indirect FWS is marital status, history of STIs, HIV knowledge, exposure program, have condoms and number of customers. We suggested to increase promotive and preventive efforts on FWS with the approach adapted to the characteristics of the FSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
"Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 590 orang. Diantara remaja pria belum menikah yang pernah melakukan hubungan seksual hampir setengah (45%) dari mereka aktif secara seksual dan lebih dari tiga perempat (76,3%) dari mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom meliputi: pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS; persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan; persepsi risiko kehamilan pasangan seks; paparan informasi/ iklan kondom dari media massa; edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan wilayah tempat tinggal. Adapun ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan? merupakan prediktor terkuat pada penelitian ini (OR=2,5) dan faktor ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS? merupakan variabel pengontrol (confounding). Hasil penelitian ini menyarankan untuk membentuk wadah peduli remaja di sekolah atau universitas dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada.

The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berdita
"ABSTRAK
Tesis ini membahas hubungan akses layanan alat suntik steril terhadap penggunaan kondom pada Pengguna Napza Suntik (Penasun) di 7 kota di Indonesia menggunakan data sekunder Survei Cepat Perilaku Penasun tahun 2010, 2011 dan 2012. Analisis kecenderungan dan analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan pendekatan complex sample. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tidak berisiko pasangan seksualnya maka semakin rendah proporsi penggunaan kondom. Selanjutnya, akses LASS mempengaruhi penggunaan kondom seks terakhir pada Penasun dengan pasangan seks berisiko dan pasangan tidak tetap tetapi akses LASS belum konsisten mempengaruhi penggunaan kondom seks sebulan terakhir dengan setiap jenis pasangan seksnya.

ABSTRACT
This thesis examine the association sterile syringe service access against condom use among people who injecting drug (PWID) in 7 cities in Indonesia using secondary data behavioral rapid survey among PWID in 2010, 2011 and 2012. Trend analysis and multivariate analysis done by using complex sample approach. The result of this study has been showing that increasingly risky sexual partners, the lower the proportion of condom use. Furthermore, sterile syringe service access affect for condom use at last sex among PWID with risky sexual partners and casual partners but does not consistently affect sterile syringe service access for condom use sex last month with any type of sexual partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhaa Aditya Kautsar Murti
"Latar belakang: Angka penggunaan kondom di kalangan remaja laki-laki ketika melakukan hubungan seksual pertama kali sangatlah rendah, padahal perilaku saat hubungan seks pertama kali ini dapat membentuk perilaku seksual di masa depan. Hal ini membuat prevalensi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di kalangan remaja sangatlah tinggi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui faktor apa yang mendorong remaja untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali.
Metode: Penelitian ini menggunakan data SDKI KRR 2017 dengan jumlah sampel sebesar 1.127 remaja yang terbagi menjadi 377 remaja milenial dan 750 remaja gen Z. Variabel dependen penelitian ini adalah penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual pertama kali yang dianalisis dengan kompleks sampel menggunakan kai kuadrat untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk multivariat.
Hasil: Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan pada generasi milenial adalah penggunaan narkoba (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) dan pada generasi Z adalah jenis pasangan (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)).
Kesimpulan: Faktor dominan menunjukkan bahwa telah adanya remaja di populasi yang berisiko. Maka dari itu, intervensi dapat ditunjukkan kepada kelompok berisiko melalui edukasi.

Background: The prevalence of condom use among male adolescents at first sex was notably low despite being an important factor that shapes future sexual behavior, causing the prevalence of unwanted pregnancy and sexually transmitted infections to be high. Therefore, addressing this issue in regards to what factors lead to condom use at first sex would be notably important.
Methods: This research used IDHS Special 2017 dataset with sample number of 1,127 adolescents, 377 of them were millennials and 750 of them were gen Z. The dependent variable of this research was condom used at first. Analysis were conducted using chi square for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis.
Results: Multivariate analysis showed that the most influencing factor for millennials was drug use (p-value= 0,008; aOR= 3,442 (1,393—8,505)) and for generation Z was partner types (p-value= 0,036; aOR= 4,109 (1,097—15,395)).
Conclusion: Multivariate analysis suggested that there were some proportions among adolescents that were at risk and therefore, intervention should be conducted to address them through education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sry Heniwati
"Tingkat penggunaan kondom pada kelompok Waria sebesar 39% pada tahun 2007 terjadi sedikit peningkatan sebesar 36% tahun 2011 (Kemenkes 2011), tetapi masih dibawah target (60%) (KPAN, 2010). Penggunaan kondom pada seks komersial dipengaruhi oleh kemampuan penjaja seks untuk menawarkan pemakaian kondom ketika berhubungan seks kepada pelanggannya. Dari penjaja seks yang tidak pernah menawarkan penggunaan kondom kepada pelanggannya ternyata pemakaian kondom pada seks komersial terakhir cukup rendah, hanya sekitar 10–20%. Determinan yang diduga berhubungan dengan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, kemudahan memperoleh kondom, lama melakukan seks komersil, kontak dengan petugas, konsumsi alkohol/napza sebelum berhubungan seks.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan perilaku Waria dalam menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks. Penelitian ini menggunakan data STBP tahun 2011 yang dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, dengan desain studi Cross Sectional. Jumlah data yang dapat dianalisis sebanyak 684.
Hasil menunjukan bahwa proporsi Waria yang menawarkan penggunaan kondom kepada pasangan seks sebesar 81,3%. Determinan yang berhubungan signifikan adalah kontak dengan petugas (p=0,000), OR = 3,847 (95% CI= 2,507-5,902) dan kemudahan memperoleh kondom (p=0,000), OR = 3,010 (95% CI=1,934–4,685). Umur, tingkat pendidikan, pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, riwayat IMS, lama melakukan seks komersil dan konsumsi alkohol/Napza sebelum melakukan hubungan seks tidak berhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah peningkatan frekuensi kontak petugas dengan Waria baik petugas dari pemerintah maupun dari LSM yang peduli terhadap masalah HIV/AIDS dengan Waria untuk membahas risiko tertular HIV dan cara pencegahannya terutama tentang pentingnya menggunakan kondom dalam hubungan seks berisiko dan menjamin agar kondom selalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah cukup terutama di dalam tempat kerja Waria.

Levels of condom usage on MTF transgender group was found 39% at 2007, there was a increase of 36% in 2011 (Ministry of Health, 2011), still below the target (60%) (KPA, 2010). Condom usage in commercial sex is influenced by the ability to negotiation sex workers condom usage to sex patner. At sex workers who do not ever negotiation to sex patner of condom usage turns was found condom usage at last sex is quite low, only about 10-20%. Determinants related to MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner among others: age, level of education, knowledge of HIV/AIDS, STI history, ease of obtaining condoms, old of commercial sex, contact with the officer, the consumption of alcohol/drugs before sex.
The purpose of this study to knowing determinants of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner. This study uses producted IBBS conducted in 2011 in 5 major cities in Indonesia, with a cross-sectional study design. The amount of data that can be analyzed as many as 684.
Results showed that the proportion of MTF transgender behavior in condom usage negotiation to sex partner was 81.3%. Determinants significantly related are contact with the officer (p = 0.000), OR = 3.847 (95% CI = 2.507 to 5.902) and the ease of obtaining condoms (p = 0.000), OR = 3.010 (95% CI = 1.934 to 4.685). Age, level of education, knowledge of HIV / AIDS, STI history, the old of commercial sex and alcohol / drugs before sex are not related.
Based on these results, the suggestions can be given are to increase the frequency of contact of the officers with MTF transgender both officers of the government and NGOs concerned with the problem of HIV/AIDS with MTF transgender to discuss the risk constracting HIV and how to prevent it, especially about the importance of condom usage in unsafe sexual behavior; and affordable in sufficient quantities, especially in the workplace MTF transgender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Fadiah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas faktor yang berhubungan dengan konsistensi penggunaan kondom pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) di 10 kota di Indonesia menggunakan data sekunder Survei Cepat Perilaku WPS tahun 2010 dan 2011. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Pada model multivariat uji regresi, menawarkan kondom, penggunaan kondom seks terakhir, dan tempat mendapatkan kondom memiliki hubungan dengan konsistensi penggunaan kondom. Oleh karena itu, disarankan penguatan kapasitas pendidik sebaya, sosialisasi kondom melalui media, dan pemberian KIE dengan diskusi kelompok atau bermain peran pada waktu sore hari sebagai upaya menggunakan kondom secara konsisten untuk mencegah dan mengurangi kasus IMS dan HIV.

ABSTRACT
This thesis examined the association factors about consisteny of condom use among female sex worker (FSW) in 10 cities in Indonesia using secondary data behavioral rapid survey among FSW in 2010 and 2011. The study used crosssectional study design. In a logistic multiple regression model, negotiation condom, condom use at last sex, and place to get condom were associated with consisteny of condom use. Therefore, it recommended to make the affirmation of peer educator capacity, condom socialization, and give communication, information, and education with focus group discussion or role play to FSW in the evening as one of effort to condom use consistently to prevent and decrease the cases of STDs and HIV."
2014
S56126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Ayu Prameswari
"Penggunaan Kondom secara konsisten merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual pada populasi kunci. Rata-rata pembeli jasa seks pada populasi yang menjual seks paling banyak adalah pada WPSL, kemudian diikuti oleh WPSTL, LSL, dan penasun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaaan kondom pada wanita pekerja seks langsung di 9 kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data STBP 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh WPSL yang ada di 9 Kota yang menjadi tempat pelaksanaan survei. Sampel penelitian yang diteliti adalah WPSL yang berusia >15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan kondom pada WPSL di 9 Kota di Indonesia pada tahun 2013 adalah 36,3% dan prevalensi WPSL yang memiliki pengetahuan baik adalah 55,9%. WPSL yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV-AIDS, risiko, dan pencegahannya berisiko 3,2 kali untuk memiliki perilaku konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol faktor konfounding. Faktor konfonding dalam hubungan pengetahuan HIV, risiko dan pencegahannya dengan konsistensi penggunaan kondom dalam penelitian ini adalah pendidikan (OR=1,732), persepsi (OR=1,305), jumlah pelanggan (OR=0,737), ketersediaan kondom (OR=1,826), akses kondom gratis (OR=1,970), dan menawarkan kondom (OR=31,523). Dibutuhkan penelitian lanjut dengan faktor-faktor tambahan yang diduga menjadi determinan perilaku penggunaan kondom secara konsisten.

Consistency in condom usage is one of the ways to prevent sexually transmitted infection in key population. The average client of sex services in populations that provides most prostitution service is the Direct Female Sex Workers (DFSW), followed by Indirect Female Sex Workers (IFSW), MSM and IDUs. This study is conducted to identify the association between knowledge of HIV-AIDS, its risks, and its prevention with consistency of condom usage on direct female sex workers in 9 cities in Indonesia. This study used cross sectional study design and used data of IBBS 2013. Population of this study is all of DFSW in 9 cities where the survey is held. Meanwhile, the DFSW taken as samples for this study are 15 years old or above who meet the inclusion and exclusion criteria.
The result shows that the prevalence of consistency of condom usage on DFSW in 9 Cities in Indonesia is 36.3% and the prevalence of DFSW which has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention is 55.9%. The DFSW who has good knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention has 1=3.2 time higher chance of consistency in condom usage after the confounding factors are controlled. The confounding factors in association between knowledge of HIV-AIDS, its risk, and its prevention and consistency of condom usage are education (OR=1.732), perception (OR=1.305), number of guest (OR=0.737), condom availability (OR=1.826), free condom access (OR=1.970), and offering condom to guest (OR=31.523). Further study is needed with more factors that determine consistency of condom usage on DFSW.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuris Putri Pertiwi
"Kurangnya pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi membuat remaja berperilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria pelaku hubungan seksual pra-nikah di 5 Provinsi di Indonesia (Maluku, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) tahun 2012. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja pria usia 15 - 24 pelaku hubungan seksual pranikah di 5 Provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria. Dari hasil penelitian didapatkan persentase penggunaan kondom 14,2%. Adapun variabel yang berhubungan secara statistik dari faktor predisposisi adalah usia, dengan peluang penggunaan kondom lebih besar pada usia 20 - 24 tahun (PR : 1,764, 95% CI : 1,004 - 3,096), faktor enabling adalah keikutsertaan dalam forum edukasi kesehatan reproduksi (PR : 2,332, 95% CI : 1,289 - 4,217), sedangkan faktor reinforcing adalah peran sekolah (PR : 1,715, 95% CI : 1,015 - 2,897). Oleh karena itu disarankan untuk melaksanakan optimalisasi program PIK Remaja, integrasi pelajaran kesehatan reproduksi di sekolah, dan memanfaatkan media informasi lebih massive lagi.

Lack of understanding about reproductive health in adolescents make them have risky sexual behavior. This study aims to determine the factros related with condom use among male adolescent who had sexual intercourse before marriage in 5 provinces in Indonesia (Maluku, North Sulawesi, North Maluku, West Papua and Papua) in 2012. The study design was cross-sectional using data Indonesia Demographic and Health Survey 2012. The sample in this study were male adolescent aged 15 - 24 who had sexual intercourse before marriage in the 5 provinces in Indonesia that meet the criteria. From the results, the percentage of condom use is 14.2%. The variables associated statistically of predisposing factors is age, with the chance of condom use is greater in the age of 20 - 24 years (PR : 1.764, 95% CI: 1.004 to 3.096), the factors enabling is participation in the forums education of reproductive health (PR: 2.332, 95% CI: 1.289 to 4.217), while reinforcing factor is the role of the school (PR: 1.715, 95% CI: 1.015 to 2.897). It is therefore advisable to carry out optimization of PIK youth program, the integration of reproductive health education in schools, and utilize information more massive media again.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>