Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Baedowi
"Sikap, pemikiran dan tradisi pesantren merupakan tradisi yang terbuka, toleran, sopan dan moderat. Tradisi ini dibuktikan pesantren melalui perjalanan sejarah dan kontribusinya terhadap kehidupan bangsa dan negara. Pendekatan dalam penelitian yang digunakan adalah memberikan gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang peran pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang dalam mencegah radikalisme dan fundamentalisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memberikan bukti bahwa pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang dengan sikap dan tradisi keagamaan dapat berperan dalam pencegahan paham radikalisme dan fundamentalisme, sehinga masyarakat tidak memberikan stigma bahwa pesantren adalah tempat pembibitan kaum radikal teroris Islam. Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang adalah salah satu pesantren yang mengajarkan keluhuran akhlakul karimah dan juga mengajarkan pemahaman ajaran islam yang damai, moderat dan toleran sehingga mampu mencegah pemahaman yang fundamen dan radikal.

Attitude, thought and tradition of pesantren are an open, tolerant, polite and moderate tradition. This tradition is showed by pesantren through its history and contribution to the nation life. The approach used in the study is to provide a comprehensive and in-depth description about the role of pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang in preventing radicalism and fundamentalism. The purpose of this study is to investigate and to provide evidence that the pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang with attitude and religious traditions can play a role in preventing radicalism and fundamentalism, so that public will not leave a stigma that pesantren is the nurseries of the radical Islamic terrorists. Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang is one of the pesantren that teaches good nobleness manner and also teaches understanding of the peaceful, moderate and tolerant Islamic thought so that it can prevent the understanding of fundamental and radical."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iit Iriyana Mukhlisoh
"Skripsi ini membahas bagaimana perkembangan salah satu pondok pesantren tertua di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur mampu bertahan keberadaanya di tengah semakin dikekangnya keberadaan pondok pesantren oleh pihak kolonial. Usaha untuk merevitalisasi pondok pesantren dilakukan oleh salah satu pimpinan pondok tersebut yaitu K.H. Wahab Hasbullah dengan mendirikan madrasah Mubdl Fan. Hal ini bertujuan agar keberadaan pondok pesantren ini tetap menjadi tempat menggali ilmu bagi masyarakat sekitarnya. Dari awal kepemimpinan K. H. Wahab Hasbullah, pondok pesantren ini mengalami perkembangan dan pembaruan baik dari segi fisik maupun non fisik.

The focus of this study about development one of the oldest boarding school in Tambakberas, Jombang, East Java. This boarding school able to maintance its existence in the middle of the limitation by the Dutch Colonial. Efforts to revitalize the boarding school conducted by one of the leaders, K.H. Wahab Hasbullah. He built madrasah Mubdl Fan intended that the existence of the boarding school remains a place to explore the science surrounding communities. From the beginning of leadership K.H. Wahab Hasbullah this boarding school is experienced growth and change in bot physical and non-physical."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suratmin
[place of publication not identified]: [publiser not identified], 2003
PATRA 4(1-2) 2003
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sobari
"Radikalisme merupakan sikap yang menginginkan perubahan menyeluruh dan revolusioner dengan membalikan nilai yang ada secara drastis lewat aksi dan kekerasan. Paham radikal telah tersebar di dunia pendidikan melalui proses Islamisasi, perekrutan, dan jaringan yang tertutup yang dilakukan secara terorganisir. Sejak terungkapnya para pelaku aksi bom Bali yang melibatkan alumni santri Pondok Pesantren Al-Islam di Lamongan, pesantren kerap dikaitkan dengan terorisme dan penyebaran radikalisme. Masuknya paham radikal salah satunya disebabkan oleh ketidakpahaman tentang ideologi bangsa yaitu Pancasila. Saat ini masyarakat hanya terbatas pada menghapal Pancasila namun tidak memahami dan mengamalkannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi rekomendasi kepada instansi terkait dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan Pancasila di pondok pesantren untuk mencegah radikalisme. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dan data diperoleh dari studi dokumen dan wawancara, kemudian data dianalisa. Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebaran radikalisme di pondok pesantren terjadi karena kiai dan pengurus yang radikal serta dari media dan buku. Pentingnya pengajaran dan penanaman nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren berdasarkan teori asosisasi diferensial agar Pancasila dipelajari dan ditanamkan sehingga paham radikal tidak bisa masuk, kemudian teori kontrol sosial agar nilai-nilai Pancasila dapat terus tertanam dan terjaga, dan teori penghukuman sehingga diharapkan mencegah terjadinya pelanggaran.

Radicalism is an action that wants comprehensive and revolutionary change by drastically reversing existing values ​​through action and violence. Radical ideas have spread to the world of education through a process of Islamization, recruitment, and closed networks that are carried out in an organized manner. Since the revelations of the perpetrators of the Bali bombings involving alumni of Islamic boarding school students in Lamongan, Islamic boarding schools have often been associated with terrorism and the spread of radicalism. One of the reasons for the entry of radicalism is the lack of understanding of the nation's ideology, namely Pancasila. Currently people are only limited to memorizing Pancasila but do not understand and practice it. The purpose of this study is to provide recommendations to relevant agencies and the public about the importance of Pancasila Education in Islamic boarding schools to prevent radicalism. The research method used is qualitative and the data is obtained from document studies and interviews, then the data is analyzed. The results of the study found that the spread of radicalism in Islamic boarding schools occurred because of radical kiai and administrators as well as from the media and books. The importance of teaching and inculcating Pancasila values ​​in Islamic boarding schools is based on the theory of differential association so that Pancasila is learned and inculcated so that radicalism cannot enter, then the theory of social control so that Pancasila values ​​can continue to be embedded and maintained, and the theory of punishment so that it is expected to prevent violations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Puspa Riani
"Penelitian ini menganalisis secara kriminologis peran sosial pesantren. Objek studi penelitian adalah Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya dikarenakan sangat fokus terhadap proses pembinaan khusus penyintas narkotika dan pelaku pelanggaran sosial. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran sosial pesantren dalam upaya perbaikan perilaku. Analisis kriminologis menunjukan bahwa pembinaan dilakukan dengan Model 3R, Teori Pelabelan dan Containment Theory. Model 3R meliputi (1) tahap rehabilitasi secara karantina, (2) tahap reentry berupa transisi alamiah pasca karantina, dan (3) tahap reintegrasi dengan pembinaan di Fasilitas Bina Lanjut. Teori pelabelan berkorelasi dengan substansi nilai saat menjalani proses perbaikan perilaku. Anak bina dengan label pelanggar, didorong untuk melepaskan label tersebut (delabel) menuju label baru (relabel) dengan taubat, agar “terlahir kembali” (rebirth) dengan citra diri yang lebih positif dan termanifestasi dalam perilaku prososial. Containment Theory berkorelasi dengan penguatan faktor-faktor penahan diri seperti keinginan memperoleh masa depan lebih baik dan relasi yang baik dengan keluarga untuk mencegah anak bina melakukan perbuatan pelanggaran. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi literatur. Manfaat penelitian ini secara akademis mengembangkan khazanah studi mengenai analisis kriminologis pesantren dengan Model 3R, Teori Pelabelan dan Containment Theory. Manfaat secara praktis memberikan pandangan alternatif kepada pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi perbaikan perilaku.
pesantren from the perspective of Criminology. The object of this research is Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya because its concern on the narcotics survivors and social offenders. This study aims to examine the extent social role of pesantren regarding behavior improvement. Analyzes from the perspective of Criminology shows that the program was carried out using The Triple R Model, Labeling Theory and Containment Theory. The Triple R Model implemented through, (1) the rehabilitation stage by quarantine program, (2) the reentry stage by natural transition after quarantine, and (3) the reintegration stage by undergoing the Advanced Development Program. Labeling theory correlates with the value that internalized in behavioural improvement process. The student that labeled as offender encouraged to detach that label (delabel) into a new label (relabel) with repentance so they are "reborn" with a more positive self-image and manifested in prosocial behavior. Containment theory correlates heavily with strengthening self-control factor such as willingness to achieve better future and good relation with family which prevent student from committing offended behavior. This research uses the qualitative approach through participant observation, in-depth interviews and literature study. This research academically provides a wealth of knowledge in development analysis of pesantren with Triple R Model, Labeling Theory and Containment Theory. While in the practice, this research will provide an alternative view for the stakeholder in carrying out the behavior improvement program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya
"Pesantren Darul Ulum Jombang adalah pesantren semi salaf - semi modern yang merupakan salah satu pesantren besar dan berpengaruh di Jawa Timur. Kebesaran Pesantren Darul Ulum tidak lepas peran kiai sebagai pemimpin pesantren. Pesantren Darul Ulum mengalami perkembangan yang pesat pada masa kepemimpinan K.H. As’ad
Umar, pada tahun 1985-2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan pemikiran K.H. As’ad Umar, bagaimana kiprah dan perannya di dunia
politik serta bagaimana upaya dan kebijakannya dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Darul Ulum. Tesis ini disusun melalui pendekatan sejarah biografi dan
menggunakan metode historis yang mencakup heuristik, kritik, interpretasi dan
historiografi. Sumber dokumen berupa arsip didapat dari kantor sekretariat Darul Ulum,
dan dari sumber lainnya baik tertulis maupun lisan. Dari penelitian ini didapatkan hasil,
pertama, karakter dan pemikiran K.H As’ad Umar tidak bisa dilepaskan dari latar
belakang keluarganya yang santri dan pengalaman hidup yang menempanya. Ia
dibesarkan secara empiris oleh Nahdlatul Ulama baik sebagai organisasi maupun partai.
Pemikirannya sangat mempengaruhi sikap-sikapnya ketika terjun ke dunia politik dan
sekaligus membesarkan pondok pesantren. Kedua, K.H. As’ad Umar adalah seorang kiai
politisi dan jago lobi dari Jombang. Politik menjadi alat perjuangannya dan lobi sebagai
ujung tombak untuk mencapai tujuannya. Secara garis besar dalam perjalanan politiknya,
tergambar jelas bagaimana politik menjadi alat baginya untuk mendekat kepada penguasa
guna mendapatkan manfaat bagi umat Islam dan khususnya bagi dunia pesantren. Ketiga,
K.H. As’ad Umar adalah Bapak Pembangunan Pesantren. Ia adalah seorang kiai yang
menjadi motor penggerak pengembangan Pondok Pesantren Darul Ulum. Ia berhasil
mendobrak citra pesantren yang sebelumnya dikenal sebagai lembaga pendidikan
tradisional dan terbelakang menjadi modern dan maju, dengan berdirinya sekolah-sekolah
unggulan, universitas, islamic center, rumah sakit dan sebagainya, di Pondok Pesantren
Darul Ulum.

Pesantren Darul Ulum Jombang is a semi traditional-modern Islamic boarding
school which is one of the major and influential Islamic boarding schools in East Java.
The greatness of the Pesantren Darul Ulum cannot be separated from the role of the kiai
as the leader of the pesantren. Pesantren Darul Ulum experienced rapid development
during the leadership of K.H. As'ad Umar, in 1985-2010. This study aims to analyses the
background of life and thought of K.H. As'ad Umar, how was his role in politics and how
his efforts and policies to develop Pesantren Darul Ulum. This thesis is based on the
research uses a biographical historical approach and historical methods that include
heuristics, criticism, interpretation and historiography. Data is collected from written and
oral sources, such as documents and archives obtained from the Darul Ulum secretariat
office, and interviews. From this research, the findings are, first, the character and
thoughts of K.H As'ad Umar cannot be separated from his background as the santri family
and his thoroughly life experiences. He grew in the Nahdlatul Ulama environment, both
as an organization and a party. His thoughts greatly influenced his attitudes when he
entered politics and at the same time sought to develop his pesantren. Secondly, K.H.
As'ad Umar was an influential political kiai and lobbyist from Jombang. For him, politics
became the tool of struggle while lobbying was the main vanguard for achieving his goals.
Broadly speaking, in his political journey, clearly illustrated how politics became a tool
for him to approach the authorities in order to get benefits for Muslims and especially for
the pesantren. Third, K.H. As'ad Umar was the father of Pesantren Development. He was
a kiai who became the main initiator behind the development of Pesantren the Darul
Ulum. He managed to break the image of the pesantren which was previously known as
a traditional and backward educational institution to be a modern and advanced one, by
establishing excellent schools, universities, Islamic centers, hospitals and other prestigious facilities at the Pesantren Darul Ulum.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmaria Syafariah Widjayanti
"Kyai dan sistem pendidikan pesantren berpengaruh dalam menentukan pandangan hidup seorang santri. Pengaruh kyai yang dominan tergantung pada ajaran kyai, kewibawaan kyai, moralitas kyai, ilmu sang kyai, relasi kyai dengan masyarakat sekitar. Sedangkan sistem pendidikan merupakan variabel yang berpengaruh, jika sistem itu tepat digunakan. Dalam sistem pendidikan yang mempengaruhi pendangan hidup santri tergantung pada kurikulum yang diberikan, metode pengajaran, hubungan antara kyai dan santri, dukungan peralatan dalam proses belajar dan mengajar.
Dalam Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Surakarta, tidak ditemukan sosok kyai seperti yang dideskripsikan dalam pesantren pada umumnya. Namun sosok kyai dapat ditemukan dari fungsi ustad di pesantren ini. Ustad adalah guru yang mengajarkan ilmu di sekolah-sekolah formal dan non formal di pesantren ini. Tidak semua ustad membaur atau hidup bermukim dalam pesantren. Ustad senior hidup di rumah sendiri bersama kelurga yang jaraknya reatif jauh dari pesantren. Sementara Ustad junior hidup dan bermukim bersama para santri. Dalam kehidupan bersama ini terjadi transfer ilmu dan keyakinan dan pola periaku dari ustad junior kepada para santri.Dalam pesantren Ngruki ini tidak terdapat pola kepemimpian yang sentralistik Pengambilan keputusan dilakukan lewat musyawarah dalam suatu rapat yang dilaksanakan oleh Dewan Direktur. Hal ini wajar karena sistem kepemimpinan pesantren Ngruki tidak dikenal seorang kyai atau ustad senior, tetapi berada di tangan Dewan Direktur.
Pondok Pesantren Ngruki ini tergolong pesantren modern, yang tampak dari sistem pendidikan yang digunakan. Dalam sistem pendidikan ini mengunakan sistem klasikal, yang terdiri dari tingkatan atau jenjang pendidikan. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Di samping pendidikan formal yang berlangsung dalam kelas, juga terdapat pendidikan non formal seperti pramuka, pencinta alam, silat dan sebagainya.
Berkaitan dengan ketahanan dan keamanan nasional, pesantren ini dapat mendukung ketahanan nasional mengingat sumber daya yang dimiliki. Dengan jumlah santri yang mencapai 2000 orang, maka alumni setiap tahunnya menyebar di masyarakat. Sumber daya alumni yang berkualitas yang dimiliki pesantren sangat membantu dalam pembangunan. Namun hal ini juga tergatung pada persepsi yang dibangun para alumninya pada waktu menjadi santri di pondok tersebut. Persepsi yang negatif seperti tidak mau menghormati bendera, akan berpengaruh dalam ketahanan nasional.

Study on two variables such personality of Kyai and educational system of pesantren has an effect on determining a variable of perception of life for a santri. Meanwhile the dominant Kyai influence depends on his teaching, authority, morality, knowledge, and relationship with his society around. On the other hand, the education system represent a variable having an effect on, if the system is precisely proceed. In the system influencing perception of life of a santri depends on a given curriculum, instruction method, relation between santri and kyai, and tools for supporting the course of learning and teaching.
The study shows that in the Pesantren Islam Al Mukmin. Ngruki in Surakarta case, there is no such of figure of which is described as common sense in pesantren life. However, the figure could be found from ustad function in this pesantren. The ustad is a teacher, which is teaching knowledge in formal schools and non-formal in this pesantren. Furthermore, all ustad do not all mixed or life live in pesantren. Meanwhile, senior ustad prefers to live at home with his family, which is relatively far from pesantren, whereas junior ustad prefer to live together with santri. In this coexistence happened the transfer of beliefs and knowledge and behavioral patterns from junior ustad. There is no centralistic leadership pattern, thus the decision-making depends on discussion in Board Of Directors of Pesantren. It can be understandable since the leadership system and style of the Ngruki pesantren do not in recognizing a senior ustad or kyai, but residing in Board Of Directors hand.
The Pesantren Ngruki pertained modem pesantren, visible from education system, which is used. In the education system that classical system used, consist of education ladder or level. The medium of instruction is Indonesian, Arabic and English. There is also education of non formal such boy scout, natural adventure, martial art and etc, beside formal education which is taking place in class.
In conjunction with national security and resilience, the pesantren could support national resilience in term of possession of the resource. With amount of santri to 2000, hence its alumni in every year disseminate in society. The qualified alumnus is a valuable resource for development. However, it also depends on their perception of its alumni when becoming santri in the pesantren. A negative perception such as saluting respect national flag will have an effect on in national resilience.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diponegoro
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas dinamika pembaruan yang terjadi pada pesantren milik Persatuan Islam (Persis). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui mengapa dalam pesantren Persis perlu ada pembaruan, dan faktor apa yang memicu munculnya pembaruan. Dalam pembahasannya, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut dijadikan sebagai studi kasus terkait pembaruan ini dalam rentang waktu antara tahun 1979 sampai 1994. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri atas empat tahap penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan penelitian didapat bahwa sekitar tahun 1980-an, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan mulai berubah, sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Umumnya mereka sekolah membutuhkan legalitas formal berupa ijazah. Karena itu, terjadi pergeseran orientasi_arah dan tujuan_pendidikan pesantren Persis. Mulanya, menjadi muballigh merupakan tujuan utama yang harus dicapai oleh lulusan pesantren Persis. Perlahan tujuan ini pun berubah, menjadi lebih bersifat umum, yaitu mencetak pribadi muslim yang tafaqquh fiddin. Sekiranya atas dasar itulah merasa perlu melakukan pembaruan-pembaruan. Sejak itu, Pesantren Persatuan Islam Tarogong mulai menyelenggarakan ujian negara untuk mendapat ijazah. Padahal saat itu seluruh pesantren Persis dilarang mengikuti ujian negara dan apapun yang berkaitan dengan pemerintah oleh, ketua umum Persis 1967-1983. Pesantren pun menyederhanakan beberapa mata pelajaran pesantren yang dianggap terlalu gemuk. Tidak hanya itu, Pesantren juga mengubah sistem kalender pendidikan pesantren, yang mulanya mengikuti penanggalan Hijriyah (dari Syawal hingga Sa?ban), berubah mengikuti kalender pendidikan yang ditetapkan pemerintah (dari Juli hingga Juni). Semua itu dilakukan Pesantren Persatuan Islam Tarogong dengan pertimbangan sistem pendidikan pesantren yang dikeluarkan Pimpinan Pusat Persis sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pesantren mengambil langkah-langkah pembaruan ini adalah sosok Latief Muchtar, ketua umum persis 1983-1997, yang pemikirannya dikenal progresif dan lebih terbuka dibanding pendahulunya, E.Abdurrahman. Ia juga berhasil menyelenggarakan Muktamar Persis ke-10 yang juga bertempat di Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut tahun 1990.

Abstract
This paper analyzes the dynamics of changes that occurred at pesantren, Islamic traditional school in Indonesia, belonging to the Persatuan Islam (Persis), the modernist Muslim organization. The goal of this study is to determine precisely why pesantren Persis need to change, and what factors trigger the change. In that research, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut used as case studies related to this change in the timeframe between 1979 and 1994. The method used is the historical method, which consists of four stages of research, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. According to the research, found that around the 1980s, demands and community needs for education began to change, in accordance with the policies issued by the Government. They school usually require some degree of formal legal. Therefore, the orientation and objectives of pesantren Persis was displacement. Initially, muballigh is a primary goal to be achieved by pesantren Persis graduates. Slowly this goal also changed, becoming more general, that is, creating tafaqquh fiddin Muslims. Based on that, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut feels the need to carry out reforms. Since then, Pesantren Persatuan Islam Tarogong began to organize the State examination to receive diplomas. Nevertheless, precisely currently the whole pesantren Persis strictly prohibits any State examinations and other activity related to government by E.Abdurrahman, general chairman of Persis 1967-1983. Pesantren Tarogong then simplifies some pesantren subjects that are considered too fat. Moreover, pesantren also changed the calendar system of education, which initially followed the Hijri calendar (Shawwal to Sa'ban), change to the the calendar of education established by the government (July to June). All done Pesantren Persatuan Islam Tarogong with the consideration of the pesantren education system published by PP Persis is no longer relevant to the needs and demands of society. One of the factors that affect Pesantren Tarogong to take action in this update is to find Latief Muchtar, general chairman of Persis 1983-1997 exactly, is known for progressive thinking and more open than his predecessor, E.Abdurrahman. In addition, he also succeeded in organizing the 10th Muktamar of Persis which is also held at Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut in 1990."
2010
S12179
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1993
614.44 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>