Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novis Zeni Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kejadian dan waktu migrasi dengan perkawinan pada perempuan umur 15 tahun keatas di Indonesia. Studi ini menganalisis data Sakerti 2007 dan 2014 menggunakan Model Hazard Waktu Diskrit. Hasil penelitian menunjukkan kejadian perkawinan berhubungan signifikan dengan migrasi. Perempuan yang mengalami kejadian perkawinan cenderung lebih cepat bermigrasi (hazard migrasi lebih tinggi) dibandingkan perempuan yang melajang sepanjang periode pengamatan. Perbedaan hazard migrasi antara perempuan kawin dan melajang mengecil seiring dengan meningkatnya otonomi perempuan, sehingga perempuan bisa memutuskan untuk pindah jika hal itu dapat meningkatkan kesejahteraannya. Hubungan antara migrasi dan perkawinan tetap signifikan setelah dikontrol dengan dengan karakteristik individu, rumah tangga dan wilayah.

This study aimed to examine the relationship between the timing of marriage and event of migration among females aged 15 year and over in Indonesia. This study analyzed IFLS 2007 and 2014 using Discrete Time Hazard Model. The result shows that marriage timing is a significant predictor of migration among female in Indonesia. Married women are more likely to migrate (hazard migration is higher) than single women during the observation period. The difference of migration hazard decreases between married and unmarried women in line with the increasing of women autonomy. Women can decide to move if it can improve their welfare. The relationship between migration and marriage remained significant after controlling for the characteristics of individuals, households as well as regions."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Amanah Primaningrum
"Sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024, untuk mengupayakan agenda meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, dibutuhkan penduduk yang tumbuh seimbang dan tata kelola penduduk yang kuat. Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan penduduk, dimana waktu saat pertama kali melakukan perkawinan akan mempengaruhi individu yang terlibat dan keturunan yang dilahirkan di waktu mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh modal manusia terhadap umur kawin pertama. Sumber data penelitian ini adalah hasil Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 2007 dan 2014. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, status kesehatan, dan pengeluaran per kapita mempengaruhi umur kawin pertama. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan kemungkinannya untuk melakukan perkawin pada umur 25 tahun atau kurang. Seseorang dengan riwayat penyakit kronis akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang, dan pengeluaran per kapita keluarga yang lebih tinggi mengurangi kecenderungan untuk melakukan perkawinan pada usia 25 tahun atau kurang.

As stated in Indonesia’s RPJMN 2020-2024, to pursue the agenda of increasing human resources with high quality and competitive, population growth that is balance and a good population management are needed. The timing of entry to marriage is one of the factors of population growth. The timing of entry to marriage would affect people involved in family. This research aims to do a study on the impact of human capital on age at first marriage. Using the IFLS 2007 and 2014, the author regressed the data with binary logistic regression method, this study show that educational attainment, health status, and per capita expenditure affect age at first marriage. Someone with higher educational attainment less likely to marry when they are 25 years old or younger. Someone with chronic disease diagnose more likely to marry when they are 25 years old and younger. Lastly, the higher per capita expenditure the family of someone spent, will lessen the probability of that someone to marry when they are 25 years old or younger."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Nabila
"ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari kemiskinan dan karakteristik sosio-demografi terhadap perilaku migrasi. Status kemiskinan dilihat dari indikator kemampuan ekonomi, yaitu pengeluaran per kapita, total nilai aset, kepemilikan lahan pertanian dan juga apakah individu menerima bantuan atau tidak. Perilaku migrasi dipisah menjadi individu yang bertempat tinggal di perkotaan dan perdesaan. Data panel yang digunakan adalah data SAKERTI. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa secara keseluruhan orang miskin cenderung tidak bermigrasi. Namun, ditemukan kecenderungan penduduk miskin perkotaan untuk bermigrasi ke perkotaan lainnya.


ABSTRACT

This paper aims to analyze the effect of poverty and socio-demography characteristics towards migration behavior. To decide whether someone is poor or not is judged by their economic ability, including per capita expenditure, total value of asset, the possession of land for farming and are they a recipient of supporting program or not. Migration pattern divided into two groups, a group of people living in urban area and rural area. By using logistic regression with IFLS data, it is found that in general the poor are more likely not to migrate. However, there is a positive correlation of urban poor to migrate to another urban area.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Qomala
"Modal sosial daerah asal merupakan modal sosial yang secara spesifik berada di suatu daerah dimana seseorang tinggal atau berasal. Adanya aktifitas migrasi dapat membuat individu lebih sulit mengakses modal sosial daerah asalnya, namun modal sosial juga dapat mempermudah seseorang dalam proses melakukan migrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh modal sosial individu maupun komunitas di daerah asal terhadap partisipasi migrasi pekerja. pembentukan variabel modal sosial dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Kemudian, variabel modal sosial yang telah terbentuk digunakan untuk mengestimasi peluang bermigrasi menggunakan regresi probit. Hasilnya, modal sosial individu berpengaruh positif terhadap partisipasi migrasi pekerja, sedangkan modal sosial komunitas daerah asal berpengaruh negatif. Hal ini berarti, modal sosial secara secara individu dapat menjadi faktor pendorong bermigrasi, sedangkan modal sosial komunitas yang menjadi karakteristik suatu derah dapat menjadi faktor penghambat migrasi.

The social capital of origin is the specific social capital located in any area of residence or origin. Mobility activities make it more difficult for people to access social capital from their home regions, however social capital can also facilitate a person in the process of transforming. The purpose of this study is to look at the effect of social capital of individuals or communities in the area of origin on labor migration participation. The formation of social capital variables is done using factor analysis. Then, the social capital variabel that has been creates is used to estimate the opportunity to migrate using probit regression. As a result, individual social capital is positive for worker participation, while local community social capital is negative. This means that individual social capital can be motivating factor for migration, while community social capital being characteristic of local residents can be an inhibiting factor for migration.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krido Saptono
"Tesis ini membahas tentang umur kawin pertama pada perempuan di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduknya dan terkenal dengan umur kawin pertama perempuan paling rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Besarnya persentase umur kawin pertama pada usia anak-anak membuat semakin panjang waktu perempuan di dalam ikatan perkawinan, sehingga peluang perempuan untuk mempunyai anak banyak lebih besar. Dampaknya adalah masih tingginya tingkat fertilitas yang menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sehingga mengendalikan umur kawin pertama perempuan mempakan salah satu opsi untuk menekan laju penumbuhan penduduk.
Tujuan studi ini adalah untuk mempelajari pola, perbedaan dan determinan umur kawin pertama. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferens seperti survival analisis dan regresi dengan life data. Data yang digunakan adalah data SDK1 2007, SDKI 2002/2003 dengan obyek penelitian perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun serta data TPAK perempuan yang bersumber dari SP 1980, SP 1990 dan SP 2000 di Provinsi Jawa Barat.
Temuan pada analisis deskriptif menyimpulkan bahwa 33,9 persen perempuan yang tinggal di pedesaan dan 14,3 persen perempuan di kota kawin pada usia 15 tahun ke atau kurang. Perkawinan usia anak-anak ini didominasi oleh perempuan dengan pendidikan rendah terutama di pedesaan. Analisis inferens menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan mempunyai pengaruh positif terhadap umur kawin pertama yang berarti semakin tinggi pendidikan dan TPAK perempuan maka semakin lambat kawin.
Perempuan di daerah pedesaan cenderung lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan di perkotaan, begitu juga dengan perempuan muslim dibandingkan dengan non muslim. Perempuan yang bekerja di sektor pertanian lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan yang bekerja di sektor non pertanian terutama di daerah pedesaan. Kohor perempuan paling muda Iebih cepat kawin dibandingkan dengan kohor perempuan paling tua terutama di daerah perkotaan, walaupun perempuan kohor paling tua mempunyai resiko lebih tinggi untuk kawin pada umur anak-anak dibandingkan dengan perempuan kohor paling muda.

This thesis discussed age at first marriage of women in West Java Province. ln Indonesia, West Java is the largest population and it is known as the lowest age at first marriage of women among other provinces. High percentage of age at first marriage of teen makes the longer time in duration of marriage and it influences opportunity of women to reproduce more children. As the impact, high fertility rate causes high population growth rate and it makes options to decrease population rate by controlling age at first marriage of women.
This research’s aim is to learn pattem, difference and determinant of age at first marriage. The methods of research are descriptive analysis and inferential analysis, such as survival analysis and regression analysis with life data. The data are IDHS 2007 and IDHS 2002/2003 with women in research object, which they are marriage women between 15-49 years old and female Labor Force Participation Rate from 80’s, 90’s and 2000’s Population Census in West Java.
The findings in descriptive analysis conclude that 33.9 percent of women in rural area and 14.3 percent of women in urban area, they marry on age of 15 or less. This marriage on teen age is dominated the lower education, especially in rural area. The inferential analysis concludes that there is positive correlation between women education status and Labor Force Participation Level into fust marrying age. The women higher education status affects the older marrying age.
Women in rural area more likely marry in younger age than women in urban area. Similar about living area, Moslem women is like to marry younger than non Moslem women. Women working in agriculture sector are like to marry younger than women working in non agriculture sector, especially in rural area. The youngest cohort women are like to marry younger than the oldest women cohort, especially in urban area, although the oldest women cohort has higher risk than the youngest women cohort to marry on younger age.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33983
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Using the data from 1.139 female migrants we observe that most of the females (65.85%) mirated due to the reason of marriage. The result indicates that only 6.41% female migrate due to pull factors and the remaining percent migrate due to push factors. By using a well known procedure Z (mean test) we see that there is a significant difference in migrant ststus, before and after migration. The binary logistic regression model reveals that age, education, family income, occupation and types of family significantly influence the process of migration among more educated women than illiterate. Further, the risk of migration is higher among older women than among younger women."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Insaf Santoso
"Penelitian ini bertujuan mempeiajari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermigrasi penduduk Indonesia antara tahun 2000 - 2007 dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Sur}-ey (lFLS) atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga (Sakerti) tahun 2000 dan 2007. Penelitian ini juga mempelajari perbedaan kecenderungan bermigrasi antara migran dan non migran dengan memperhitungkan pengaruh variabel pendapatan. pendidikan, umur, jenis kelamin, kepemtHkan rumah, kepemilikan laban pertanian, daerah ternpat tinggal dan persepsi standar hidup. Metode analisis yang djgunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi iogistik non-hierarki multi faktorial. Obyek penelitian adalah penduduk usia 15 tahun keatas, baik laki-laki maupun perempuan.
Ditemukan bahwa kecenderungan bermigrasi lebih tinggi pada migran maupun non migran yang tidak mempunyai pendapatan, pendidikan tinggi, umur muda, tidak kawin, tinggal dirumah yang bukan milik sendiri dan tinggal di perkotaan. Sementarn itu penduduk yang berstatus migran pada tahun 2000 mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk bermigrasi antara tahun 2000-2007 dibanding non migran.

The objective of this research is to study the determinants of migration decision among Indonesian popuiation in 2000-2007 by using secondary data of 2000 and 2007 Indonesian Family Life Survey (IFLSs}. This study also examines the differences in propensity to migrate between migrants and non migrants according to several factors such as incomeeducation, age, sexhome ownership, agricultural hmd ownership, residential areas and the perception of standard of living. The method used consists of descriptive analysis and non-hierarchical mu!ti-fuctorial logistic regression. The study object are people aged 15 years or older, male and female.
The regression results show that the tendency to migrate was higher in migrants and non migrants who have no incomewith higher education, younger age, not married, living in a house that is not self-owned and live in urban areas.It is. also found that the migrant population in 2000 had a greater tendency to migrate between the years 2000 to 2007 than non mlgrants.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33557
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Retno Savitri
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2661
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasya Amanda Marchigianni
"Feminisasi migrasi memainkan peranan penting dalam perkembangan proses migrasi beberapa dekade terakhir. Feminisasi migrasi tidak dimaksudkan untuk dipahami secara sempit sebagai meningkatnya jumlah perempuan yang bermigrasi saja, tetapi juga berubahnya pekerjaan atau kesempatan yang tersedia dan menurunnya kondisi terkait pekerjaan maupun kesempatan lain tersebut. Namun, tendensi yang terjadi dalam kajian migrasi adalah melihat feminisasi migrasi sebagai suatu pergeseran tren semata. Feminisasi migrasi juga cenderung digambarkan sebagai sesuatu yang sifatnya positif bagi perempuan. Perlu dipertanyakan apakah fenomena ini bermanfaat bagi perempuan sendiri, atau malah tetap memarjinalisasi. Memandang feminisasi migrasi dari perspektif feminis akan mampu mengungkap apakah migrasi merupakan suatu pilihan yang memerdekakan dan memberdayakan bagi perempuan. Atau di sisi lain, migrasi justru membuat perempuan semakin terpuruk.

The feminization of migration plays an important role in the development of migrating the past few decades. The feminization of migration is not meant to be understood narrowly as the increasing number of women who migrate, but also a change in jobs or opportunities available and the decreasing of work-related conditions and such other opportunities. However, a tendency that occurs in the study migration is that the feminization of migration is seen as nothing more than a shift in the migration trend. The feminization of migration also tends to be portrayed as something that has positive impacts for women. The question remains whether this phenomenon is an empowerment for women themselves, or on the contrary, serve to marginalize them even more. Looking at the phenomenon from a feminist perspective will be able to reveal whether migration is an option that is liberating and empowering for women. Or on the other hand, migration has made women face worse discrimination and marginalization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iklilah Muzayyanah Dini Fariyah
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif perempuan yang menempatkan pengalaman perempuan sebagai fokus perhatian utama. Kajian ini dilakukan di lima kabupaten di Jawa Timur dengan melibatkan tujuh perempuan sebagai informan utama. Penelitian ini mengkaji dua hal; yaitu dasar hukum ijbar dalam kitab-kitab fikih dan pengalaman perempuan dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimanakah pembentukan konsep ijbar dalam hukum Islam dan apa implikasinya bagi kehidupan perempuan?
Penelitian ini menghasilkan tiga hal, pertama, konsep ijbar dalam perkawinan Islam telah menyimpang dari konsep ijbar yang ada dalam fikih muamalah serta jauh dari prinsip dasar ajaran Islam. Penyimpangan ini terjadi karena adanya kepentingan patriarkhi dan stereotipe perempuan yang masih menghegemoni pandangan ulama fikih. Kedua, praktik Ijbar pada perempuan dilakukan karena adanya kepentingan kuasa wali di baliknya, sehingga perempuan disubordinasi dan dijadikan "yang lain" dalam perkawinannya sendiri. Ketiga, Ijbar membawa dampak terjadinya berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan dan disharmoni perempuan dengan keluarga. Selain itu IJbar berakibat pada hilangnya rasa percaya perempuan terhadap keadilan Allah.

This qualitative research has been completed using women's perspectives which based on women's experiences. This Research has been done in five districts in East Java, Indonesia involving seven women as the main informants and based on their experiences. Using field observation and depth interview, the research has been purposely made to analyze two main problems. There are: the legal base of concepts of Ijbar in Qur'an, hadits and yellow book (kitab kuning) and the implication to women's life related to the practice of ijbar.
The research leads to the answers of the problems which are first, the concepts of ijbar in Moslem marriage has been irrelevant from the nature of its concept we can see in mu'amalah fiqyh and irrelevant from the spirit of Islam. This is caused by patriarchal domination over women's life and the stereotype that has influenced fiqh ulama's point of views toward women. Secondly, the practice of Ijbar to women shows that guardian has power to intervene women's life which subordinate women and place women as "the other" in their own marriage. Finally, the practice of Ijbar often brings negative implications to women and this obviously violates women's right. The study also shows that the practice of Mbar could cause the disharmony between women and their family, and women often feel the lack of trust in God's justice."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>