Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
RR. Ajeng Arumsari Yayi Pramesti
"ABSTRAK
Prevalensi Diabetes Mellitus di Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan dan
Kepulauan Seribu menempati peringkat ke 3 tertinggi setelah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur dengan proporsi 2,7% dengan jumlah kasus yang meningkat dari
tahun 2012 - 2015 di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, riwayat diabetes mellitus
keluarga, pola kebiasaan makan, aktivitas fisik dan perilaku merokok dengan
kejadian diabetes mellitus tipe 2 dan faktor mana yang paling dominan yang
berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari 2016. Desain penelitian menggunakan case control dengan jumlah
sampel penelitian sebanyak 80 kasus dan 80 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa riwayat diabetes mellitus keluarga, faktor pengetahuan tentang diabetes
mellitus, pola kebiasaan makan berisiko dan pola kebiasaan makan serat
berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Hasil multivariat
menunjukkan bahwa penduduk dengan riwayat diabetes keluarga berisiko 6,2 kali
lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan penduduk yang tidak
memiliki riwayat diabetes mellitus keluarga setelah dikontrol variabel pengetahuan,
pola kebiasaan makan berisiko dan pola kebiasaan makan serat, aktifitas fisik, dan
perilaku merokok (95% CI: 2,810 ? 13,553). Dari penelitian ini disarankan untuk
melakukan upaya preventif dan promotif yaitu dengan upaya perubahan perilaku
untuk menjadi lebih sehat dengan meningkatkan asupan serat, mengurangi
kebiasaan makan berisiko, dan meningkatkan pengetahuan tentang DM.

ABSTRACT
Prevalence of Diabetes Mellitus in Jakarta increased and prevalence in Thousand
Islands District Administration was ranked the third highest after South Jakarta and
East Jakarta with a proportion of 2.7%. The number of cases increased from year
2012 to 2015 in the SubDistrict of Kepulauan Seribu Utara. This study aims to
determine the relationship between knowledge, family history of diabetes mellitus,
the pattern of eating habits, physical activity and smoking behavior with diabetes
mellitus type 2 and the most dominant factors that associated with the occurrence
of diabetes mellitus type 2. The research was conducted in February 2016. The
study design using the case control study with a sample size of 80 cases and 80
controls. Results showed that a family history of diabetes mellitus, diabetes mellitus
knowledge, the pattern of risky eating habits and patterns of fiber eating habits
significantly associated with diabetes mellitus type 2. Multivariate results showed
that the population with a family history of diabetes 6.2 times greater risk of
suffering from diabetes mellitus compared with people who do not have a family
history of diabetes mellitus after controlled variable of knowledge, the pattern of
risky eating habits and patterns of fiber eating habits (95% CI: 2.810 ? 13.553).
From this research, it is advisable to carry out preventive and promotive efforts to
attempt behavioral changes become healthier by increasing fiber intake, reducing
the risk of eating habits, and increase knowledge about diabetes.
"
2016
T46002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggun Sayekti
"Diabetes mellitus merupakan salah satu bentuk penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain berdampak pada kualitas hidup individu dan keluarga, diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan utama karena berdampak pada banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas akibat penyakit.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada pekerja pria. Penelitian ini dilakukan di head office PT. X dengan melibatkan 64 pekerja pria sebagai responden dan dilakukan dari bulan Januari hingga Juni 2013. Variabel yang diteliti adalah umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat, berat badan berlebih, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia, durasi tidur, stres kerja, dan derajat merokok. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil analisis menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah umur, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, berat badan berlebih, obesitas sentral, dan hipertensi.

Diabetes mellitus is one of non communicable diseases which its having continuously increasing prevalence in South East Asia, including Indonesia. Besides its influences in quality of life of people and their family, diabetes mellitus also causes loss of productivity and increases health care cost.
This study was aimed to know the relationship between risk factors and diabetes mellitus type 2 in male employees. There were 64 head office male employees involved in this study which was held in January until June 2013. Variables of this research were age, family history, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, overweight and obese, abdominal obesity, hypertension, dyslipidemia, sleep duration, work related stress, and degree of smoking.This research used bivariate analysis with chi squa re test.
The result of this study showed that age, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, overweight and obese, abdominal obesity, and hypertension was significantly related to type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Yenny Rotua Lucyana
"ABSTRAK
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penerapan GayaHidup Sehat Diabetes Pada Penderita DM tipe 2 di KotaPematangsiantar Tahun 2017Penyakit Diabetes Mellitus DM menjadi salah satu masalah kesehatan yangbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi DM tipe 2 mengalamipeningkatan di Kota Pematangsiantar akibat dari perubahan gaya hidup. Tujuanpenelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan denganpenerapan gaya hidup sehat penderita DM tipe 2. Desain penelitian yangdigunakan adalah Cross Sectional, jumlah sampel 124 responden diambil denganmenggunakan Cluster Sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square danregresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antarapersepsi hambatan, efikasi diri, pengetahuan, dukungan keluarga, dan jeniskelamin dengan penerapan gaya hidup sehat DM Faktor-faktor yang palingdominan berhubungan dengan penerapan gaya hidup sehat adalah efikasi diri OR=8,378 dan dukungan keluarga OR=2,626 . Responden yang memilikiefikasi diri yang tinggi akan berpeluang 8 kali lebih besar melakukan penerapangaya hidup sehat, dan responden yang mendapat dukungan keluarga yang tinggiberpeluang 3 kali lebih besar melakukan penerapan gaya hidup sehat.Rekomendasi dari penelitian ini agar dilakukan upaya peningkatan efikasi diridengan pemberian edukasi pada penderita DM dengan melibatkan peran sertakeluarga penderita.Kata kunci : Diabetes melitus, Penerapan gaya hidup sehat, Persepsi Individu,Efikasi Diri, Pengetahuan, Dukungan Keluarga.

ABSTRACT
Factors Related to Application of Healthy Lifestyle of Type 2Diabetes Mellitus in Pematangsiantar 2017Diabetes Mellitus DM has become one of the major health problems inIndonesia as well as in many other countries. The prevalence of Type 2 DiabetesMellitus T2DM has increased in Pematangsiantar as result of lyfestyle change.This research aimed to analyze the factors related to application of healthylyfestyle of T2DM patient. This research rsquo s design used was Cross Sectional, thesample of 124 respondents was taken by Cluster Sampling. Data analysis usingChi Square Test and multiple logistic regression. The results show there is arelationship between perception of barriers, self efficacy, knowledge, familysupport, and gender with the application of healthy lifestyle. The most dominantfactors related to the application of healthy lifestyle are self efficacy OR 8,378 and family support OR 2,626 . Respondents who have high self efficacywill have 8 times greater chance of implementing a healthy lifestyle, andrespondents who have high family support have 3 times greater chance ofimplementing a healthy lifestyle. The recommendation of this research is to makeefforts to increase self efficacy by giving education to T2DM patient by involvingpatient 39 s family participation.Key Word T2DM application of healthy lifestyle Individual perceptions knowledge cues to action"
2017
T47585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Rahmatina
"Latar Belakang: Penyakit tidak menular diketahui menjadi penyebab 41 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Diabetes merupakan satu dari empat jenis utama penyakit tidak menular di seluruh dunia. Pada tahun 2018, Kota Depok memiliki prevalensi diabetes melitus sebesar 2,17% dan menjadi kabupaten/kota dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi kedua di Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) Kota Depok tahun 2023 dan dilakukan analisis univariat serta bivariat menggunakan uji chi-square. Variabel independen terdiri dari faktor sosiodemografis (usia, jenis kelamin, riwayat diabetes keluarga, obesitas, obesitas sentral, dan hipertensi) serta faktor perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur buah, konsumsi alkohol, dan konsumsi gula berlebih). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 21,9% pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah usia > 45 tahun (POR 1,225; 95% CI: 1,197—1,254), jenis kelamin laki-laki (POR 1,379; 95% CI: 1,347— 1,411), memiliki riwayat diabetes keluarga (POR 0,297; 95% CI: 0,267—0,330), obesitas (POR 1,524; 95% CI: 1,487—1,562), obesitas sentral (POR 0,908; 95% CI: 0,886—0,930), hipertensi (POR 0,500; 95% CI: 0,488—0,511), merokok (PR 1,289; 95% CI: 1,244—1,335), kurang aktivitas fisik (POR 1,218; 95% CI: 1,189—1,247), kurang konsumsi sayur buah (POR 0,846; 95% CI: 0,812—0,881), dan konsumsi gula berlebih (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932). Sedangkan, faktor konsumsi alkohol tidak terbukti memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Faktor sosiodemografis dan perilaku terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan program pencegahan dan pengendalian diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes di Kota Depok.

Background: Non-communicable diseases (NCDs) are known to cause 41 million deaths globally each year. Diabetes is one of the four major types of NCDs worldwide. In 2018, the city of Depok had a diabetes mellitus prevalence of 2.17%, making it the second-highest prevalence of diabetes mellitus in West Java. Objective: To identify the factors associated with type 2 diabetes mellitus among the residents of Depok City in 2023. Methods: This study is a quantitative research with a cross-sectional study design. The data used are secondary data obtained from the Non-Communicable Disease Information System (SIPTM) of Depok City in 2023 and analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Independent variables include sociodemographic factors (age, gender, family history of diabetes, obesity, central obesity, and hypertension) as well as behavioral factors (smoking, lack of physical activity, insufficient consumption of vegetables and fruits, alcohol consumption, and excessive sugar consumption). Results: This study showed a prevalence of type 2 diabetes mellitus of 21.9% among the residents of Depok City in 2023. The factors associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus are age > 45 years (POR 1.225; 95% CI: 1.197—1.254), male gender (POR 1.379; 95% CI: 1.347—1.411), having a family history of diabetes (POR 0.297; 95% CI: 0.267—0.330), obesity (POR 1.524; 95% CI: 1.487—1.562), central obesity (POR 0.908; 95% CI: 0.886—0.930), hypertension (POR 0.500; 95% CI: 0.488—0.511), smoking (POR 1.289; 95% CI: 1.244—1.335), lack of physical activity (POR 1.218; 95% CI: 1.189—1.247), insufficient consumption of vegetables and fruits (PR 0.846; 95% CI: 0.812—0.881), and high sugar consumption (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932. However, alcohol consumption was not proven to be associated with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Sociodemographic and behavioral factors are significantly associated with type 2 diabetes mellitus. This study is expected to serve as a consideration for the development of prevention and control programs for type 2 diabetes mellitus to reduce the prevalence of diabetes in Depok City.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Anita Dianara Arini
"Latar belakang : Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berada di 10 negara dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi di dunia. Prevalensi diabetes melitus di DKI Jakarta berada pada rentang 2,38 – 3,42 %. Wilayah dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021 adalah kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yaitu sebesar 3,42%. Tingginya prevalensi diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2022. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data sekunder skrining faktor risiko PTM pada penduduk berusia ≥15 tahun di Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Hasil: Prevalensi diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2022 sebesar 2,9%. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus (p value <0,005) diantaranya umur (POR 3,5;95% CI 2,8 – 4,4), jenis kelamin (POR 2.0;95% CI 1,6 – 2,4), riwayat keluarga (POR 1,6; 95% CI 1,19 – 2,2), merokok (POR 0,6;95% CI 0,5 – 0,9), variabel konsumsi gula berlebih (POR 1,5; 95% CI 1,1 – 2,2), garam berlebih (POR 2,5; 95% CI 1,5 – 3,9) lemak berlebih (POR 0,5; 95% CI 0,3 – 0,8), dan pendidikan (POR. 2,1; 95% CI 1,7 – 2,6). faktor risiko yang tidak berhubungan yaitu kurang aktivitas fisik (p value 0,343; POR 0,8; 95% CI 0,5 – 1,2) dan kurang konsumsi buah dan sayur (p value 0,720; POR 0,9; 95% CI 0,7 – 1,2). Kesimpulan dan Saran: Terdapat hubungan faktor risiko yang tidak dapat diubah (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat diubah (obesitas, obesitas sentral, hipertensi,merokok, konsumsi gula garam lemak, dan pendidikan) terhadap kejadian diabetes melitus. Tidak terdapat hubungan pada faktor yang tidak dapat diubah (aktivitas fisik dan konsumsi buah sayur). Masyarakat yang memiliki risiko DM perlu menjaga pola makan, melakukan aktivtias fisik, serta rutin melakukan skrining PTM di Posbindu. Perlu memperdetail pertanyaan kuesioner pada variabel konsumsi buah sayur, konsumsi gula garam lemak berlebih, dan melakukan aktivitas fisik. Penelitian dengan analisis lebih lanjut diperlukan dalam penelitian ini.

Background: Indonesia is the only country in Southeast Asia with the highest number of people with diabetes mellitus in the world. The prevalence of diabetes mellitus in DKI Jakarta is in the range of 2.38–3.42%. The region with the highest prevalence of diabetes mellitus in DKI Jakarta province in 2021 is Kepulauan Seribu Regency, which is 3.42%. The high prevalence of diabetes mellitus in the Seribu Islands Administrative Regency makes researchers interested in conducting research related to factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the Seribu Islands Administrative Regency in 2022. Methods: This study uses a cross-sectional design using secondary data on screening for NCD risk factors in the population ≥ 15 years at Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Health Service. Results: The prevalence of diabetes mellitus in the Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu in 2022 was 2.9%. Risk factors associated with the incidence of diabetes mellitus (p-value < 0.005) include age (POR 3.5; 95% CI 2.8 – 4.4), sex (POR 2.0; 95% CI 1.6 – 2.4), family history (POR 1.6; 95% CI 1.1 – 2.2), smoking habit (POR 0.6; 95% CI 0.5 – 0.9), variable consumption of excess sugar (POR 1.5; 95% CI 1.1 – 2.2), excess salt (POR 2.5; 95% CI 1.5 – 3.9) excess fat (POR 0.5; 95% CI 0.3 – 0.8), and education (POR. 2.1; 95% CI 1.7 -2.6). Unrelated risk factors were lack of physical activity (p-value 0.343; POR 0.8; 95% CI 0.5 – 1.2) and lack of fruit and vegetable consumption (p-value 0.720; POR 0.9; 95% CI 0.7 – 1.2). Conclusions and Recommendations: There is an association between unchangeable (age, gender, family history) and changeable (obesity, central obesity, hypertension, smoking, excessive sugar, salt, fat consumption, and education) to the incidence of diabetes mellitus. People at risk of developing DM need to maintain their diet, physical activity, and routinely do early detection for NCD at Posbindu. It is necessary to detail the questionnaire on the variables of fruit and vegetable consumption, excessive sugar, salt, fat consumption, and physical activity. Research with further analysis is needed in this research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Sonnya Ayutthaya
"

Penyakit komorbid Diabetes Melitus (DM) yang umum dan paling sering adalah hipertensi. DM dan hipertensi terdapat secara bersamaan pada 40%-60% penderita DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unmodifiable factors dan modifiable factors pada penderita DM tipe 2 sebagai faktor risiko hipertensi. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 yang berobat di poli penyakit dalam RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pada tanggal 30 September-19 Oktober 2019 dengan total sampel sebanyak 292 responden. Unmodifiable factors meliputi gender, umur, pendidikan, status perkawinan, lama menderita DM, hereditas DM, hereditas hipertensi dan golongan darah. Sedangkan modifiable factors terdiri dari indeks massa tubuh, pekerjaan, aktifitas fisik dan merokok. Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg. Analisis data dengan Cox regression menggunakan Stata versi 15. Persentase hipertensi pada penderita DM tipe 2 adalah 46,57%. Dari analisis multivariat faktor risiko hipertensi yang signifikan untuk unmodifiable factors adalah faktor umur > 50 tahun (Pv= 0,02; PR= 1,93) dan kelompok dengan hereditas DM yang berasal dari kakek/nenek (Pv= 0,04; PR= 1,86) dan orang tua (Pv= 0,04; PR= 1,54). Sedangkan dari modifiable factors, Indeks Massa Tubuh berat badan lebih (Pv= 0,01; PR=1,81) dan obesitas (Pv=0,02; PR=1,81), merupakan faktor risiko hipertensi yang signifikan. Disarankan agar terhadap pasien DM tipe 2 terutama bila disertai dengan berat badan berlebih atupun obesitas perlu diberikan informasi lengkap tentang faktor risiko hipertensi.


The most common Diabetes Mellitus (DM) comorbid disease is hypertension. DM and hypertension are present simultaneously in 40% -60% of people with type 2 diabetes. The purpose of this study is to know unmodifiable factors and modifiable factors of type 2 DM patients as risk factors for hypertension, The design of this study was cross sectional. The sample of study was type 2 DM patients those seeking treatment at Department of Internal Medicine-dr Chasbullah Abdulmadjid Hospital-Bekasi on September 30-October 19, 2019 with a total of 292 respondents. Unmodifiable factors include gender, age, education, marital status, duration of DM, heredity of DM, heredity of hypertension and ABO blood group. While modifiable factors consist of body mass index, occupation, physical activity and smoking. Hypertension is a state of systolic blood pressure ≥140 mm Hg and /or diastolic blood pressure ≥90 mm Hg, Data were analysed with Cox regression using Stata versi 15.The precentage of hypertension in patients with type 2 DM was 46.57%. Multivariate analysis revealed that the significant hypertension risk factors for unmodifiable factors are age > 50 years (Pv= 0,02; PR= 1,93) and DM heredity from grandfather/grandmother (Pv= 0,04; PR= 1,86) and parents (Pv= 0,04; PR= 1,54). While from modifiable factors, Body Mass Index overweight (Pv= 0,01; PR=1,81) and obesity (Pv=0,02; PR=1,81) were the significant risk factors for hypertension. It is recommended that patients of type 2 diabetes especially when accompanied by overweight or obesity need to be given complete information about risk factors for hypertension

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Deyasningrum
"Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis dimana tubuh tidak bisa menggunakan insulin untuk metabolisme glukosa. Penyakit ini terus menerus bertambah setiap tahun baik pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Disayangkan, penyakit diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikendalikan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap kejadian pre DM dan DM tipe 2 pada Staf Kependidikan FKM UI, Depok. Variabel independen yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, dan serat), aktivitas fisik, status gizi lebih, lingkar pinggang, dan pengetahuan gizi. Desain studi penelitian yaitu cross sectional dengan analisis chi square. Penelitian dilakukan pada 122 responden dan pada bulan April 2014.
Hasil penelitian menunjukkan 26,2% penderita pre DMDM (Pre DM (17,2%) dan DM (9%)). Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kejadian pre DM-DM adalah umur. Faktor dominan adalah riwayat keluarga dan umur. Staf kependidikan FKM UI diharapkan meningkatkan kesadaran untuk melakukan pola hidup sehat baik makan-makanan seimbang maupun olahraga rutin, dan melakukan pengecekan glukosa darah.

Diabetes mellitus type 2 is a chronic disease which the body can not use insulin for glucose metabolism. The disease is constantly increasing every year both in urban and rural communities. Unfortunately, diabetes mellitus can not be cured, only controlled.
This study aims to determine the dominant factor on the incidence of pre-diabetes and type 2 diabetes mellitus in Education Staff at FKM UI, Depok. The independent variables studied were age, sex, family history, the adequacy of nutrients (energy, carbohydrates, fats, and fiber), physical activity, BMI, waist circumference, and nutrition knowledge. The study design is a crosssectional study with a chi-square analysis. The study was conducted on 122 respondents, on April 7 to 25, 2014.
Results showed 26.2% of patients with pre-DM - DM (Pre DM (17.2%) and DM (9%)). Variables that had significant differences in the proportion of the incidence of pre-DM and DM is age. Dominant factor is family history ang age. Education Staff at FKM UI is expected to raise awareness for do healthy lifestyle such as eat balanc meals and exercise regularly, and do a blood sugar check.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada 28 kasus diabetes melitus ( DM ) tipe 2 tanpa kelainan kardiovaskular yang diperiksa di Bagian Metabolik Endokrin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mulai Oktober 2001 sampai Desember 2001, dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk melihat fungsi diastolik ventrikel kiri dan dilakukan pemeriksaan urin mikroalbuminuria. Disfungsi diastolik ditemukan pada 73,7 % pasien DM tipe 2 tanpa mikroalbuminuria dan 66,7% pada DM tipe 2 dengan mikroalbuminuria. Tidak terdapat hubungan bermakna kejadian disfungsi diastolik pada kelompok DM tipe 2 dengan mikroalbuminuria maupun DM tipe 2 tanpa mikroalbuminuria. (Med J Indones 2005; 14: 169-72)

Twenty-eight cases of type 2 diabetes mellitus (DM) without any cardiovascular disease were recruited from the Department of Metabolic-Endocrine, Faculty of Medicine, University of Indonesia / Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. Recruitment of the study began in October 2001 and was completed by December 2001. Participants were examined for echocardiography and microalbuminuria urinary examination. Diastolic dysfunction was found in 73.7% of type 2 diabetic patients without microalbuminuria and 66.7% in type 2 diabetic patients with microalbuminuria. Neither type 2 diabetic groups with nor without microalbuminuria indicated any significant association to the occurrence of diastolic dysfunction. (Med J Indones 2005; 14: 169-72)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (3) July September 2005: 169-172, 2005
MJIN-14-3-JulSep2005-169
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>