Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Febriansyah
"ABSTRAK
Perkembangan jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok berisiko Lelaki Seks
Lelaki (LSL) di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya. Perilaku
seksual berisiko pada LSL dipengaruhi oleh berbagai faktor. Model Kepercayaan
Kesehatan sebagai konsep dalam berbagai penelitian kesehatan, telah banyak
dilakukan termasuk penelitian tentang perilaku penggunaan kondom sebagai
upaya pencegahan HIV. Meskipun hasilnya sangat beragam, namun nampak
sejumlah bukti tentang hubungan yang signifikan antara persepsi berisiko,
manfaat dan hambatan serta self efficacy terhadap penggunaan kondom. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor penentu terbesar perilaku penggunaan kondom
dengan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Desain studi cross-sectional dengan pengumpulan data
menggunakan teknik respondent driven sampling. Item kuesioner terdiri atas 41
pertanyaan berdasarkan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan yang diperoleh
dari 133 responden. Hasil penelitian uji regresi logistik ganda menunjukan
persepsi berisiko tertular HIV memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan
kondom dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kesimpulan. persepsi berisiko
tertular HIV memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penggunaan kondom,
maka program intervensi pencegahan HIV di kalangan lelaki seks lelaki perlu
ditekankan kepada perubahan persepsi diantaranya dapat dilakukan dengan
komunikasi interpersonal (peer group discussion).

ABSTRACT
The number cases of HIV infection in risk groups Men Who have Sex with Men
(MSM) in Bogor increasingly concerned each year. Sexual risk behavior in MSM
is influenced by various factors. Health Belief Model as a concept in health
research has done many research on behavior including use of condoms as an HIV
prevention efforts. Although results have varied, support for significant
relationship between perception risk of HIV, benefits and barriers and self
efficacy of condoms use are apparent. The aim of study is to find determining
factor of condom use behavior with Health Belief Model construction compared
with other factors. Cross-sectional method with collecting data using respondent
driven sampling technique. Item questionnaire consisting 41 questions based on
the construction of Health Belief Model obtained from 133 respondents. The
results of multiple logistic regressions found significant only perception risk of
HIV than other factors. Conclusion. Perception risk of HIV is the biggest
determines factor of condoms use, therefore interventions program of HIV
prevention among MSM should be emphasized to change perception risk of HIV
suggested with interpersonal communication (peer group discussion)."
2016
T45969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Kusuma Ardiati
"Prevalensi HIV pada LSL meningkat dari 6,5% (2009) menjadi 12,8% (2013). Akan tetapi, penggunaan kondom secara konsisten pada kelompok LSL pasangan tidak tetap hanya 38%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat model konsistensi penggunaan kondom pada LSL pasangan pria tidak tetap non komersial di Tangerang, Jogjakarta, dan Makassar tahun 2013. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel untuk penelitian ini sebesar 263 responden. Analisis data menggunakan Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
Hasil analisis memperlihatkan pengetahuan komprehensif dan sumber informasi secara langsung mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 1,3 dan 1). Variabel persepsi setia dan penggunaan kondom untuk mengurangi risiko tertular HIV memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel pengetahuan komprehensif (koef path = 3,5 dan 3,4). Secara tidak langsung, sumber informasi juga dapat mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 0,64).
Variabel konselor, pertunjukkan, dan poster memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel sumber informasi (koef path = 7,2; 5,2; dan 5,1). Secara keseluruhan, informasi dari konselor, pertunjukkan, dan poster berpengaruh terbesar untuk mempengaruhi konsistensi penggunaan kondom pada LSL. Oleh sebab itu, pemberdayaan konselor dan akses penyebaran informasi melalui pertunjukkan dan poster dapat ditingkatkan dalam upaya konsistensi penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV.

HIV prevalence among MSM increased from 6.5% (2009) to 12.8% (2013). However, consistency of condom use in MSM with casual partner only 38%. This study aims to looking the model of consistency of condom use in MSM male partners on casual partner in Tangerang, Jogjakarta and Makassar in 2013. The data used is data of Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) in 2013. The study design using cross sectional with total sample for this study of 263 respondents. The data analysis using Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
The results of analysis showed that comprehensive knowledge and resources directly affects the consistency of condom use (koef path = 1.3 and 1). Variable of faithful perception and use condoms to reduce the risk of spreading HIV have the largest coefficients of a comprehensive knowledge variable (koef path = 3.5 and 3.4). Indirectly, resources of information can also affect the consistency of condom use (koef path = 0.64).
Variable of counselor, performances, and posters have the largest coefficients to form a resources of information variable (koef path = 7.2; 5.2; and 5.1). Overall, the informations from counselor, performance, and poster are the most influential to affect the consistency of condom use in MSM. Therefore, empowerment counselors and access for disseminating information through performances and posters can be increased as consistency of condom use program to prevent HIV transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
"Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.

Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dwi Kartika
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan salah satu kelompok populasi yang paling berisiko terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten adalah strategi kunci untuk pencegahan HIV pada LSL. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berasosiasi dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap, pasangan membeli seks, dan pasangan menjual seks. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL di Pulau Jawa tahun 2011. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat determinan penggunaan kondom konsisten dari faktor sosiodemografi, persepsi, isyarat untuk bertindak, dan penggunaan kondom pada seks terakhir. Penggunaan kondom konsisten pada pasangan laki-laki berkisar 37%-49% dan 28% pada pasangan perempuan dalam sebulan terakhir. Analisis multivariat menghasilkan status belum menikah, pengetahuan komprehensif, tidak ada gejala IMS, dan penggunaan kondom pada seks terakhir berasosiasi meningkatkan penggunaan kondom konsisten. Intervensi kepada LSL harus dapat meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mempromosikan penggunaan kondom konsisten pada semua jenis pasangan seksnya.

Men Who Have Sex with Men (MSM) are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key risk reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis reports the factors associated with CCU among MSM with their regular, casual, client, and sex worker partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM in Java Island in 2011. Binary logistic regression analyses were conducted to assess the determinants of CCU with socio-demographic, perceived, cues to action, and past condom use factors. CCU ranged from 37 to 49% with male partners and 28% with female partner. Multivariate analyses showed that MSM who had a single status, comprehensive knowledge, no STD symptoms, and past condom use were likely to be consistent condom users. HIV interventions among MSM need to increase comprehensive knowledge of HIV and promote CCU with all types of sex partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Alfio Andhika
"Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki merupakan salah satu populasi kunci pada infeksi Human Immunodeficiency Virus. Di Indonesia, LSL menduduki urutan keempat menurut faktor risiko penularan HIV. Prevalensi HIV di Indonesia pada kalangan LSL meningkat sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Masalah penggunaan kondom pada LSL masih menjadi perhatian di beberapa negara, termasuk Indonesia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada LSL di Jakarta dan Depok yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan pengetahuan HIV. Penelitian ini menggunakan kuesioner HIV KQ 18 yang telah diuji validitas dan reliabilitas (r=0.804). Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 92 responden. Analisis data meliputi uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan angka penggunaan kondom sebesar 85.9%. Dari kelima variabel yang diteliti, tidak ada satupun yang memiliki hubungan signifikan dengan penggunaan kondom (p>0.05).

Men who have sex with men is one of the key populations in Human Immunodeficiency Virus infection. In Indonesia, MSM ranked fourth as one of the risk factors for HIV transmission. HIV prevalence among MSM in Indonesia has increased since the year 2010 to 2014. The issue of condom usage among MSM remains a concern in several countries, including Indonesia. This cross-sectional study aimed to analyze the factors associated with condom usage in MSM who lives in Jakarta and Depok including age, education level, occupation status, relationship status, and HIV knowledge. This research used the HIV KQ 18 questionnaire that have been tested for validity and reliability (r = 0.804). The number of samples of this study were 92 respondents. Data analysis including univariate and bivariate. The results of this study indicate the numbers of condom usage is 85.9%. None of the five variables studied has a significant relationship with condom use (p>0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kanti Lituhayu
"ABSTRAK
Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk terjadinya
infeksi HIV/AIDS sampai sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan determinan
konsistensi pemakaian kondom untuk mencegah HIV/AIDS pada WPSTL/Pelanggannya.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder
Survey Cepat Perilaku DKI Jakarta, jumlah sample adalah 240 responden. Hasil penelitian ini
menemukan dari seluruh variabel pada studi ini faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kondom yang konsisten adalah : menawarkan kondom (OR= 19,539 95% CI 8,701-43,876),
ketersedian kondom ( OR= 0 95% CI 0) dan pasangan seks (OR= 0,110 95% CI 0,057-
0,211).
Penelitian ini merekomendaksikan adanya outlet kondom pada tempat tertentu yang
mobile agar WPSTL dapat mengakses dan mendapatkan kondom secara berkala.

ABSTRACT
Female Sex Workers (FSW) is a high-risk population for infection HIV/AIDS until now. This
study aims to explore the determinant consistency of condom use to prevent HIV/AIDS in
FSW / client.
This study used cross sectional study design by using Rapid Behavior Survey among key
population at DKI Jakarta with total sample 240 respondents. This study found of all
variables in this study factors associated with consistent condom use is: to offer condoms
(OR = 19.539 95% CI 8.701 to 43.876), the availability of condoms (OR = 0. 95% CI 0) and
sexual partners (OR = 0.110 95% CI 0.057 to 0.211).
The study recommended to provide condom outlets in certain specific places to give more
access for condom to WPSTL regularly."
2016
S66099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Eri
"ABSTRAK
Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakit HIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan.
Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hingga saat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah.
Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik, perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL 37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%. WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatus cerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyak memiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyak yang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkan WPSTL.
Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dan kepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV, keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.

ABSTRACT
Sexual transmission is currently a major factor spread of HIV-AIDS in Indonesia. Female Sex Workers (FSW) is a contributing part in it. Direct female sex workers are women who provide sexual services whose main purpose transaction exchange sexual services for money. Indirect female sex workers are women who provide sexual services but is not a major source of income, the service to provide additional income. Program promotion of condom use in risky sexual intercourse has been done by the government to break the chain of transmission. But until now the consistency of condom use in the FWS is still low.
This study uses data from the Integrated Biological and Behavioural Survey (IBBS) 2013 by choosing the 2714 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. The purpose of this study was to compare the characteristics, behavior condom use and determine the factors associated with condom use. The study used cross sectional design.
Results of the study found that consistent condom use in direct FSW and indirect FSW amounted to 37.7% and 35.6%, for all WPS consistency of 36.9%. WPSL tend to be older, lower education, more are divorced, longer be WPS, more had a history of STIs, it was risky, more exposed to the program, more who had condoms and the number of customers more compared indirect FSW.
Factors associated of condom use on direct FWS is the marital status, history of STDs, exposure program, and possession of condoms. Factors associated of condom on indirect FWS is marital status, history of STIs, HIV knowledge, exposure program, have condoms and number of customers. We suggested to increase promotive and preventive efforts on FWS with the approach adapted to the characteristics of the FSW.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Jeany Chrestien
"Kejadian infeksi HIV semakin meluas secara globaL Di Indonesia, tren kasus HIV meningkat pada penularan meialui hubungan seks (Ditjen P2PI_., 2007). Pencegahan untuk hal tersebut adalah dengan menggunakan kondom secara benar dan konsisten. Namun berdasarkan Survei Surveilans Perilaku (SSP) HIV/AIDS tahun 2003, temyata penggunaan kondom pada populasi ri§iko tinggi seperti wanita penjaja seks masih rendah. Di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Ambon, penggmmaan kondom pada WPS bahkan lcurang dari 5%. Untuk mengubah perilaku ini, perlu diketahqi faktor-faktor yang merupakan determinan penggunaan kondom pada WPS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk xnengetahui dctcrminan pcnggunaan kondom pada WPS di Kota Ambon tahun 2005. Penelitian ini mengglmakan data SSP HIV/AIDS tahun 2005, dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah WPS yang diwawancarai dan datanya dapat dianalisis sebanyak 333 orang. Faktor-faktor yang diteliti dalam hubungannya dengan penggunaan kondom antara lain urnur, peudidikan, larna bekerja, jumlah pfilarlggarl, ketersediaan kondom, riwayat IMS, riwayat konsumsi alkohol/narkoba, dan keterpaqanan informasi tentang HIV/AIDS. Semua variabel ini dianalisis secara multivariat menggunakan analisis Cax Proportional Hazard Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa detenninan penggmmaan kondom pada WPS di kota Ambon adalah lama bekenja [PR=2.l7 (CI95%=I,25-3,'76)}, ketersediaan kondom [PR=4,ll (CI95%=1,66-l0.l9)], riwayat IMS [PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], dan keterpajanan informasi tentang HIV/AIDS [PR=3,38 (CI95%=1 ,64-7,01 )]. Berdasarkan hasil penelitian tersebut., maka saran yang dapat diberil-can adalah menetapkan perda yang mewajibkan ketersediaan kondom di tempat kerja WPS, mengembangkan metode diskusi serta pcmbcrian brosur dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan pemberian informasi dan edukasi yang intensif kepada WPS yang positif terkena IMS, serta mengembangkan kemampuan WPS dalam bemegosiasi penggunaan kondom dengan pelanggannya.

HIV infections are considered spread worldwide. In Indonesia, trend of HIV cases increase at sexual transmitting (Ditjen P2PL, 2007). Prevention of the infection is the proper and consistent condom use. However, Behavioral Surveillance Survey of HIV/AIDS 2003 indicated that condom use among high-risk population, such as Female Sex Workers, was still low. Condom use among FSW in Jakarta, Bekasi, and Ambon was the lowest, less than tive percent. In order to modify this behavior, it requires factors that are considered as determinants of condom use among FSW.
The objective of the study is to identify detenninants of condom use among FSW in Ambon City 2005. This study use data horn HIV/AIDS Behavioral Surveillance Survey in 2005, with study design cross-sectional. Three hundred and thirty three FSWS are interviewed and their data can be analyzed. Factors that are studied, related to condom use, are age, education, time of work, number of clients, condom availability, history of Sexual Transmitted Infection (STI), history of alcohol and drug use, and exposure to infonnation about HIV/AIDS. All of these variables are multivariate analyzed using Cox Proportional Hazard Regression Analysis.
Result of this study shows that determinants of condom use among FSW in Ambon City are time of work [PR=2.l7 (Cl95%=l,25-3,76)], condom availability [PR=4,ll (CI95%=l,66-l0.l9)], history of STI (PR=0,45 (CI95%=0,22-0,92)], and exposure to information about HIV/AIDS {PR=3,38 (CI95%=1,64-7,0l)]. Based on the results, suggestions given iiom this study are to establish regulation of condom availability at FSW’s workplace, develop promotion of HIV/AIDS prevention by discussion and brochure distribution, increase information and education intensively to FSW with STI, and develop FSW’s ability of condom negotiation with client.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34411
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>