Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Budiyanto
"Pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia tidak sebanding dengan pasokan listrik dari pembangkit listrik yang sudah dibangun. Selain masalah pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia, pemanasan global telah menjadi topik yang penting. Salah satu penyebab pemanasan global adalah ketergantungan konsumsi energi listrik yang boros dan tidak efisien.
Dan sebagian besar energi pada bangunan di Indonesia digunakan oleh sistem Pemanas, Ventilasi, dan AC (HVAC) terlepas dari tipe bangunannya. HVAC berkontribusi sekitar 47% hingga 65% dari total konsumsi energi listrik bangunan. Oleh karena itu, dengan mengurangi konsumsi energi listrik untuk HVAC akan mengurangi konsumsi energi bangunan keseluruhan secara signifikan.
Implementasi Smart Green Building sebagai bagian dari upaya penghematan energi difokuskan pada sistem HVAC yang merupakan hasil dari implementasi aspek green building yang akan dibandingkan dengan situasi sebelum pelaksanaannya dilakukan.
Dalam penelitian ini, dengan mengambil kasus di Pondok Indah Mall 2 (PIM 2) berdasarkan hasil pengamatan data penggunaan listrik HVACnya menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi listrik per bulan termasuk ke dalam kriteria tidak efisien. Sistem HVAC yang dioperasikan belum menggunakan konsep penghematan energi. Sehingga perlu dilakukan review penggunaan sistem HVAC-nya.
Hasil analisis implementasi sistem HVAC dengan konsep penghematan energi menunjukkan penghematan penggunaan energi listrik yang lebih efisien. Dengan mempertimbangkan biaya investasi, sehingga penggunaan sistem HVAC dengan konsep sistem penghematan energi dapat menghemat listrik sebesar 185.788 KwH per bulan atau penghematan biaya energi listrik per bulan mencapai Rp 249.509.121,- per bulan.

The growth of energy consumption in Indonesia is not comparable with the supply of electricity from the plant. Besides the issues of energy consumption growth in Indonesia, global warming has became an important topic. One of the causes of global warming is the reliance in electricity consumption which is wasteful and inefficient.
And most of the energy in buildings in Indonesia is used by the system Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) regardless of the type of building. HVAC contribute about 47% to 65% of the total energy consumption of the building. Therefore, by reducing energy consumption for HVAC will reduce overall building energy consumption significantly.
Implementation of Green Building as a part of energy saving effort is focused on HVAC systems which is the results of the implementation of green building aspects will be compared with the situation before the implementation is done.
In this paper, by taking the case in Pondok Indah Mall 2 (PIM 2) based on the observation of electricity HVAC usage data, it shows that the average of energy consumption for this bulding per month put it into the not efficient criteria. However, the HVAC systems has been operated for a years. So that, it is so necessary to review the use of HVAC systems.
The results of the analysis of the implementation of the HVAC system with energy saving concept showed savings of electrical energy use more efficient. By considering the cost of the investment, so the HVAC systems depends on the systems that do not fulfill the standard. Using energy saving system can save 185.788 KwH per month with energy cost savings Rp 249.509.121,- per month.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhestriana Respati Anugrahwati
"Salah satu elemen arsitektural yang kini telah menjadi kecenderungan desain pusat perbelanjaan di Indonesia adalah penggunaan skylight roof. Penerapan skylight roof pada bangunan menimbulkan masalah terutama pada karakter bangunan tropis seperti di Indonesia yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Dengan pemakaian skylight roof yang cukup besar pada bangunan, masalah panas dan glare yang berasal dari pantulan sinar matahari tak dapat dihindari.
Skripsi ini membahas pengaruh desain skylight roof, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang skylight roof dan contoh kasus pada dua pusat perbelanjaan di Indonesia (Jakarta) yang menerapkan skylight roof pada rancangan bangunannya. Meneliti tentang pengaruh skylight roof dari segi kenyamanan dan estetika bangunan serta mencoba menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan seperti orientasi bangunan, posisi bukaan terhadap matahari, dan material yang digunakan pada bangunan.

One of the elements architectural which have now become the shopping center design trend in Indonesia is the use of roof skylights. Application of skylight roof of the building cause problems especially in the character of the tropical building such as in Indonesia, which get the sunlight throughout the year. With the use of large skylight roof on the building, heat and glare problems arising from the reflection of sunlight can not be avoided.
This thesis discusses the influence of roof skylights design, the factors to consider in designing skylight roof and two case studies in a shopping center in Indonesia (Jakarta) which apply skylight roof on the building design. Examining the influence of roof skylights in terms of comfort and aesthetics of the building and tried to explain the factors that need to be considered as building orientation, position of the sun, and the materials used in buildings.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52292
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
"Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%.
Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain.

Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan.

Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%.
Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features.
The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
"Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan pada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem sumber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat indikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global.
Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari kecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar hujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu Spearman Rank Test dan Moving Average.
Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 15 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan maksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan tersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun terakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien korelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan yang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global.
Diharapkan dengan hasil analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim ? musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.

Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change.
In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study.
The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change.
This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kontroversi mengenai pemanasan dan perubahan iklim global berkepanjangan dengan berbagai tulisan terutama mengenai tidak terbuktinya ramalan mengenai musibah lingkungan antropgenik yang akan terjadi, dibahas dengan memperbandingkan fakta dan pengetahuan ilmiah kegiatan manusia. Efek rumah kaca global yang diklaim antropogenik, semakin dipertanyakan kebenarannya karena bertentangan dengan pengetahuan yang selama ini dianggap mapan dan belum dibantah kebenarannya. Data suhu permukaan global dan data perubahan-perubahan suhu yang ada telah diubah dan direkayasa untuk mendukung klaim pemanasan dan perubahan iklim global. Solusi menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim global perlu didasarkan atas persepsi yang benar dan tidak terperangkap pada solusi keliru. Hanya memusatkan solusi pada satu penyebab saja akan menjadikan manusia terperangkap pada solusi salah."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2017
330 ASCSM 39 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"While widely accepted as the only global instrument to tackle global warning, Kyoto protocol has proven its inadequacy to enforce the basic principles of polluter pays and common but different responsibility. Kyoto's legacies which was concluded by the results of 13th conference of parties (COP) in Bali, late last year, has overtly shown that its flexible mechanism are failing ever since its acquiescence...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sigid Prasetyawan
"Rendahnya penerapan green building melalui sertifikasi bangunan di Jakarta menyebabkan rendahnya capaian target reduksi emisi gas rumah kaca di tahun 2020 pada sektor energi melalui efisiensi penggunaan energi pada bangunan komersil yang hanya 37.789 ton CO2e (0,72%) dari target 5.26 juta ton CO2e pada 2030 dan menyebabkan Jakarta berpotensi mengalami dampak bencana akibat perubahan iklim. Rendahnya penerapan green building disebabkan oleh adanya hambatan pada penerapannya. Pemberian insentif dikenali sebagai solusi dalam mengatasi hambatan serta memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan penerapan green building yang belum dapat diterapkan di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor hambatan dan bentuk insentif serta hubungan pengaruhnya terhadap tingkat penerapan green building melalui analisis jalur dengan menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan rekomendasi peningkatan kebijakan pemberian insentif menggunakan analisis kebijakan publik. Data penelitian dikumpulkan dari 101 responden yang berasal dari institusi pengembang/pemilik, konsultan, kontraktor dan pemerintah yang memiliki pengalaman dalam penerapan green building. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pemberian insentif non finansial direkomendasikan sebagai bentuk insentif yang efektif untuk diberikan karena memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat penerapan green building, hambatan biaya dan risiko serta hambatan pengetahuan dan informasi dimana kedua hambatan tersebut diidentifikasi memiliki pengaruh signifikan dalam menghambat penerapan green building di Jakarta. Pada penelitian ini dapat disimpulkan pemberian insentif dapat meningkatkan penerapan green building di Jakarta melalui peningkatan kebijakan yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam bentuk insentif non finansial yaitu berupa percepatan perizinan, bantuan asisitensi teknis, promosi dan penghargaan dari pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan dan praktisi untuk merumuskan kebijakan pemberian  insentif yang efektif pada penerapan green building di Jakarta.

The low implementation of green building through building certification in Jakarta has resulted in the low achievement of the target of reducing greenhouse gas emissions in 2020 in the energy sector through efficient use of energy in commercial buildings, which is only 37,789 tons of CO2e (0.72%) of the target of 5.26 million tons of CO2e in 2030 and causing Jakarta to potentially experience the effects of a disaster due to climate change. Barriers to implementation may cause a low number of green building-certified buildings in Jakarta. Providing incentives is recognized as a solution to overcoming barriers and significantly influences the application of green building, which still needs to be implemented in Jakarta. This study aims to identify the inhibiting factors and forms of incentives as well as their influence on the level of implementation of green building through path analysis using Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), which is then used to formulate recommendations for increasing incentive policies using public policy analysis. Research data were collected from 101 respondents from developer/owner institutions, consultants, contractors, and the government who have experience implementing green buildings. In this study, the results obtained were that the provision of non-financial incentives was recommended as an effective form of incentive to be given because it has a significant influence on the level of green building implementation, cost, and risk barriers, as well as knowledge and information barriers where both of these barriers were identified as having a significant influence on hindering the implementation of green building in Jakarta. In this study, incentives can increase the implementation of green buildings in Jakarta through policy improvements in the form of non-financial incentives, namely expedited permits, technical assistance, promotions, and awards from the government. This research is expected to assist policymakers and practitioners in formulating effective incentive policies for implementing green buildings in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Soediyarto
"Tesis ini mengkaji masalah pelaksanaan pengamanan Mall Pondok lndah oleh satuan pengamanan (Satpam), yang merupakan studi kasus Community Policing di Mall Pondok lndah Jakarta Selatan.
Kajian datam tesis ini tetah berhasit mengangkat 4 (empat) hal pokok dari pelaksanaan pengamanan Mall Pondok ofeh Satpam.
Pertama : prinsip falsafah dan strategi Community Policing yang dilakukan oleh aparat Kepolisian bersama-sama tokoh masyarakat yang dalam hal ini manajer/pimpinan Mall Pondok lndah merupakan kerjasama cara baru dan kebebasan berfikir yang kreattf dalam mendukung proses pelaksanaan tugas Polisi dengan membentuk Satuan Pengaman (Satpam) untuk memecahkan masalah kejahatan dan mencari penyelesaian masalah serta menangani kepentingan yang mungkin terjadi dl lingkungan Mall Pondok lndah.
Kedua : prinsip pembentukan Polisi Tipe Baru yaitu Community Policing Officer (CPO) I agen pemolisian masyarakat (Polri} yang pelaksanaan tugasnya bersifat sambang (menyambangi) dan pembinaan teknis bila dipertukan datam petaksanaan tugas Satpam yang bersifat koordinatif tanpa mengganggu kemandirian dan kebebasan Satpam dalam pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah. Karena sifat tugasnya sebagai pembina Satpam.
Ketiga : Prinsip memperkenalkan hubungan baru antara aparat Kepolisian dengan masyarakat dalam Community Policing/pemolisian masyarakat, karena telah lahir I diperkenalkan kesepakatan baru antara aparat Kepolisian dengan masyarakat yang semula masyarakat apatis dan aparat Kepolisian selalu curiga menjadi saling percaya dalam wujud keberadaan Satpam, dimana masyarakat (dalam hal ini menejer Mall Pondok lndah) dengan Satpamnya dapat menangani sendiri atau mengatur sendiri dilingkungan kawasan kerjanya. Sekalipun dalam hal-hal terjadi kasus yang bersifat ringan langsung ditangani sendiri dan dalam hal-hal tejadinya kasus pidana yang biasa dan yang berat disalurkan ke aparat Kepolisian namun tidak mengurangi arti kepercayaan sama sekali kepada Satpam, bahkan turut membantu penyelesaiannya secara bertanggung jawab.
Keempat: prinsip mencoba menyeimbangkan ketrampilan dan inovasi teknologi yang dimiliki, namun tetap percaya bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada upaya manusia yang mengabdi dengan masyarakat dan bekerja sama dalam menanggulangi permasalahan masyarakat. Dalam hal ini nampak sewaktuwaktu kegiatan Satpam disertakan dalam tugas Kepolisian dan sebaliknya pihak aparat Kepolisian sering diminta bantuannya oleh Mall Pondok lndah dalam pelaksanaan pengamanan yang dilakukan oleh Satpam dalam rangka mendukung kepentingan yang diperlukan sewaktu-waktu.
Adanya keempat prinsip dalam Community Policing/pemolisian masyarakat yang terwujud dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan pengamanan Mall Pondok lndah oleh Satpam maka tujuan penelitian telah dilaksanakan, dan bahwa ; benar kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Satpam dalam pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah adalah merupakan model operasional pemolisian masyarakat (Community Policing) yang paling cocok untuk pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah, seperti yang disajikan oleh Trojanowicz dan Buequeroux pada prinsip 1 ,3,5 dan 8 (1990 a: xiii, xiv, xv) dalam bukunya "Community Policing A Contemporary Perspective"."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putika Yussi
"Pusat perbelanjaan dengan dunia impiannya, telah menarik para pengunjung, khususnya kalangan remaja wanita untuk melakukan kegiatan nongkrong. Walaupun setiap sudut pusat perbelanjaan dipenuhi dengan desain yang menarik, ternyata pengunjung remaja wanita, dengan kegiatan nongkrong-nya, hanya mendatangi tempat-tempat tertentu. Hal ini mempengaruhi pola kegiatan dan ruang belanja mereka.
Persoalan di atas membawa penelitian ini merumuskan permasalahan penelitian, berupa bagaimana bentuk pola kegiatan dan ruang belanja pengunjung remaja wanita, serta affordances dari ruang-ruang pusat perbelanjaan yang seperti apa yang mempengaruhi pola-pola tersebut. Sehingga untuk mengungkap permasalahan di atas, dalam penelitian lapangan, menggunakan metode partisipatori terhadap pengunjung remaja wanita yang menjadi responden. Dan untuk menganalisa temuan dalam penelitian Iapangan tersebut, penelitian ini menggunakan teori bahasa pola (pattern language) yang mampu mengungkap pola-pola belanja pengunjung remaja wanita, bagaimana kaitan dan bentuknya serta teori affordance yang mampu mengungkap, daya tarik -secara desain-yang seperti apa yang mampu mempengaruhi pola-pola tersebut. Penelitian ini menggunakan studi kasus berupa pola belanja remaja wanita di Plaza Semanggi dan Mal Taman Anggrek, yang keduanya terletak di Jakarta.
Berdasarkan analisa ditemukan bahwa kegiatan nongkrong menjadi bagian dari kegiatan belanja remaja wanita. Kegiatan nongkrong tersebut mempengaruhi bahasa pola belanja remaja wanita menjadi pola yang tidak terstrukrur. Bahasa pola remaja wanita tersebut juga dipengaruhi oleh aturan-aturan pribadi yang datang dari pengunjung remaja wanita itu sendiri, sehingga bahasa pola remaja wanita Iebih kompleks daripada yang ditawarkan bahasa pola pusat perbelanjaan. Bentuk bahasa pola pengunjung remaja wanita, yang didukung dengan affordances yang ada membuktikan bahwa teori atau pembahasan yang menekankan prinsip-prinsip yang sistematis atau terstruktur ternyata tidak selalu berlaku sama di lapangan. Sehingga sebuah desain arsitektur tidak dapat secara pasti menekankan bahasa pola dalam formasi spasialnya karena respon pengguna Iebih di tentukan oleh unsur-unsur affordances yang dicitrakan atau dicerap.

Shopping center with its accompanying dream world has attract visitors, especially female teenagers to nongkrong (detailing means to squat; or to hang around). In fact, female teenagers have found on nongkrong only in certain spots, despite the attractive architecture design in every single comer. Their nongkrong has a unique pattern in shopping center.
This study seeks to explore the spatial pattern of nongkrong and to examine whether such an activity is in accordance with space syntax as thought by the architect. To investigate such pattern, the study uses Alexander's method of pattern language. It will explore and understand randomly chosen respondents of whom their pattern of shopping can be observed, including their pattern of nongkrong in shopping center under study, Plaza Semanggi and Mal Taman Anggrek in Jakarta. It also explores affordances that influence certain pattern of shopping and nongkrong.
Findings show that nongkrong seems to become a part of female teenagers' shopping activity. Its pattern appears to be unstructured compared to the expected space syntax of the designers. The female teenagers' shopping pattem is affected by personal rules that come from the teenagers themselves. lt also depends on the affordances as part of the architectural settings. The affordances are sittng area which teenagers can sit and relax situation, consumption objects that are easy to be seen and to be tried without obligation for them to buy, and shops with self-service feature.
The unstructured shopping pattern -which supported by the affordances- proves that, theory- which apply the sistematic and structured principals- do not always happened in the real world. An architectural design can't merely apply the pattern language in its spatial formation because users' response are also affected by the affordances that are available.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanasan global merupakan fenomena alam, yaitu meningkatnya tempertaur rata-rata di atmosfer, laut dan daratan."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>