Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Prawira Satrio Putra
"Permukiman kumuh sudah lama menjadi salah satu permasalahan di perkotaan, salah satunya di Jakarta. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan perbaikan permukiman melalui Program Kampung Deret yang saat ini tengah dilakukan di Jakarta. Salah satu lokasi pembangunan Program Kampung Deret ialah di Kampung Petogogan, Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan metode Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis aspek utama dari Program Kampung Deret serta mengkaji dampak pembangunan Program tersebut bagi warga Kampung Petogogan.
Dari hasil pembangunan Kampung Deret Petogogan, aspek utama yang menjadi tujuan perbaikan dalam Program Kampung Deret, yaitu aspek fisik bangunan dan ketersediaan PSU. Dengan kondisi permukiman yang ada saat ini membuat warga lebih merasa nyaman. Namun beberapa kebiasaan buruk masih dilakukan oleh warga yang kedepannya dapat berdampak negatif terhadap kondisi permukiman saat ini. Sehingga perlu adanya sosialisasi dan pembinaan serta kontrol dari Pemerintah pasca pembangunan, Agar hasil dari pembangunan Program Kampung Deret dapat bertahan hingga kedepannya.

Slums have long been one a problem in urban areas, including Jakarta. Various attempts have been made to overcome this issue, one is through housing improvement called Kampung Deret Program that is currently being conducted in Jakarta. One site that has done this program is Kampung Petogogan, South Jakarta. This research uses qualitative approach as the case study method to analyze the main aspects of the program as well as assessing the impacts of the program on the residents of Kampung Petogogan.
From the results of the Kampung Deret Petogogan development, the main aspect, which is the goal of improvement in Kampung Deret Program, is the physical aspect of the building and the availability of public infrastructure, facilities and utillities. The current settlement conditions make the people feel more comfortable. However, the residents? bad habits could adversely affect the condition of the settlement in the future. Therefore, socialization, supervision and control by the government after the development are much needed so that the results of Kampung Deret development program can last until the future.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Lutfi Maulana
"Program Kampung Deret merupakan program yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyelesaikan masalah permukiman kumuh. Skripsi ini membahas mengenai evaluasi dampak program Kampung Deret di RW 05 Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Tujuannya untuk Mengevaluasi bagaimana dampak program yang dirasakan oleh masyarakat di Kampung Deret Petogogan dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program. Penelitian ini menggunakan teori kriteria evaluasi berdasarkan dampak yang dirasakan oleh penerima program menurut Matt, Givoni, Epstein, dan Feitelson.
Penelitian ini adalah penelitian post-positivist dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dampak secara lingkungan yang dirasakan masyarakat menjadi lebih baik, sementara dampak ekonomi dan dampak sosial belum positif.

Kampung Deret Program is a program made by Provincial Government of DKI Jakarta for solving the problems of slums. This thesis discuss about evaluating the impacts of Kampung Deret program at RW 05 Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Administration city of Jakarta Selatan.
The purpose of this research is to evaluate program effects which is felt by community in Kampung Deret Petogogan and to identify factors affecting implementation of the program. This research uses theory of evaluating criterias based on effects felt by recipient of the program by Matt, Givoni, Epstein, and Feitelson.
This study is post positivist and descriptive design. The result shows that only environmental effects felt better by community, while economic and social effects not positive yet.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ralpy Machio
"[Kampung Deret merupakan program yang dicanangkan pemerintah DKI Jakarta untuk menangani permasalahan permukiman kumuh di Jakarta. Untuk mendapatkan efisiensi dari segi waktu, PEMDA DKI Jakarta menerapkan sistem prafabrikasi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) pada pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan PEMDA DKI menganut sistem kinerja 1 tahun anggaran. Akan tetapi, pada pelaksanaannya proyek kampung deret ini tetap mengalami keterlambatan. Ada banyak faktor dari tiap-tiap tahapan pelaksanaan proyek ini yang menyebabkan terjadinya keterlambatan. Oleh sebab itu tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek tersebut. Setelah itu, baru diberikan rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan proyek kampung deret berikutnya. Data penelitian diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada para pelaksana proyek ini, diantaranya adalah PEMDA DKI Jakarta, konsultan, supplier RISHA, dan masyarakat. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif, uji normalitas, uji validitas dan realibilitas, uji homogenitas, analisa faktor, dan analisa regresi. Hasil yang diperoleh adalah terdapat 23 faktor yang mempengaruhi kinerja waktu. Dan berdasarkan analisa faktor didapatkan 5 faktor dominan yang sangat mempengaruhi kinerja waktu.

"Kampung Deret" is a programme which proclaimed by local government of DKI Jakarta to solve the problem of slum areas in Jakarta. To obtain efficiency in terms of time, local government of DKI Jakarta applied a prefabrication system "RISHA" (Rumah Instan Sederhana Sehat). This is because local government of DKI Jakarta adopts 1 year budget working system. However, this Kampung Deret's development project was still remains delayed. There are many factors from each phase of this project implementation which caused delays. Therefore, the main objective of this study was to determine the factors that caused delays on that project. Afterwards, giving the recommendation to improve the implementation process on the next project of "Kampung Deret" . The data were obtained through the distribution of questionnaires to stakeholders who implement this project, such as the local government of DKI Jakarta, consultant, supplier of RISHA, and local society. The data were analyzed with descriptive statistics, normality test, validity and reliability test, homogeneity test, factor analysis, and regression analysis. The result is there are 23 factors that affect the time performance. And based on factor analysis, there are 5 dominant factors which very affect time performance;“Kampung Deret” is a programme which proclaimed by local government of DKI
Jakarta to solve the problem of slum areas in Jakarta. To obtain efficiency in terms
of time, local government of DKI Jakarta applied a prefabrication system
“RISHA” (Rumah Instan Sederhana Sehat). This is because local government of
DKI Jakarta adopts 1 year budget working system. However, this Kampung Deret’s
development project was still remains delayed. There are many factors from each
phase of this project implementation which caused delays. Therefore, the main
objective of this study was to determine the factors that caused delays on that
project. Afterwards, giving the recommendation to improve the implementation
process on the next project of “Kampung Deret” . The data were obtained through
the distribution of questionnaires to stakeholders who implement this project, such
as the local government of DKI Jakarta, consultant, supplier of RISHA, and local
society. The data were analyzed with descriptive statistics, normality test, validity
and reliability test, homogeneity test, factor analysis, and regression analysis. The
result is there are 23 factors that affect the time performance. And based on factor
analysis, there are 5 dominant factors which very affect time performance, “Kampung Deret” is a programme which proclaimed by local government of DKI
Jakarta to solve the problem of slum areas in Jakarta. To obtain efficiency in terms
of time, local government of DKI Jakarta applied a prefabrication system
“RISHA” (Rumah Instan Sederhana Sehat). This is because local government of
DKI Jakarta adopts 1 year budget working system. However, this Kampung Deret’s
development project was still remains delayed. There are many factors from each
phase of this project implementation which caused delays. Therefore, the main
objective of this study was to determine the factors that caused delays on that
project. Afterwards, giving the recommendation to improve the implementation
process on the next project of “Kampung Deret” . The data were obtained through
the distribution of questionnaires to stakeholders who implement this project, such
as the local government of DKI Jakarta, consultant, supplier of RISHA, and local
society. The data were analyzed with descriptive statistics, normality test, validity
and reliability test, homogeneity test, factor analysis, and regression analysis. The
result is there are 23 factors that affect the time performance. And based on factor
analysis, there are 5 dominant factors which very affect time performance]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatih Nasria Rahmawati
"Kampung Deret Cipinang Besar Selatan adalah salah satu wilayah yang melaksanakan program pertanian perkotaan di Jakarta Timur. Pada pelaksanaannya, partisipasi dari masyarakat sekitar masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengorganisasian masyarakat Kampung Deret Cipinang Besar Selatan dalam program pemberdayaan masyarakat yaitu program pertanian perkotaan dengan menggunakan prinsip-prinsip community organizing yang dikemukakan oleh Parachini dan Covington.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah post-positivist dengan teknik wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat Kampung Deret Cipinang Besar Selatan pada proses pengorganisasian masyarakat masih mengalami beberapa kendala walaupun hasil dari kegiatan tersebut sudah dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.

Kampung Deret Cipinang Besar Selatan is one of the areas implementing urban farming program in East Jakarta. In practice, the participation of the local community is still lacking. This study aims to describe community organizing at Kampung Deret Cipinang Besar Selatan in the community empowerment that is urban farming program with using community organizing principles by Parachini and Covington.
This research uses post positivist approach with in depth interview, observation, and documentation. The results of this study show that community engagement in the process of community organizing in Kampung Deret Cipinang Besar Selatan is still having some problems, but the outcome of these activities has been to provide benefits to the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Erna Priharsetyo Lestari
"Penelitian ini membahas pelaksanaan Program Kampung Deret di Kelurahan Petogogan menurut perspektif urban governance. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Kampung Deret di Kelurahan Petogogan menurut perspektif urban governance. Penelitian ini menggunakan teori urban governance dari UN Habitat dan Dwiyanto. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan post positivist melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan Program Kampung Deret di Petogogan melibatkan masyarakat dari tahap pelaksanaan sampai pelaksanaan pembangunan. Namun, pada prinsip akuntabilitas masyarakat tidak diinformasikan secara periodik terkait laporan penggunaan bantuan dana yang diterima. Di samping itu, pelaksanaan Program Kampung Deret di Petogogan tidak efisien jika dilihat dari ketepatan waktu.

This study discusses the implementation of Kampung Deret Program in Kelurahan Petogogan according to urban governance perspective. The purpose of this study is to analyze the implementation of Kampung Deret Program in Petogogan Urban Village according to urban governance perspective. This research uses urban governance theory from UN Habitat and Dwiyanto. This research was conducted using post positivist approach through in depth interview and literature study. The results showed that in general the implementation of Kampung Deret Program in Petogogan involves the community from the implementation stage until the implementation of development. However, the principle of community accountability is not informed periodically regarding reports on the use of funds received. In addition, the implementation of the Kampung Deret Program in Petogogan is inefficient when viewed from the timeliness."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Nurtjahjono
"ABSTRAK
Pembangunan perumahan yang semakin meningkat, yang lebih menekankan pada pencapaian target fisik dan kuantitas pengadaan rumah, tampaknya banyak mengabaikan aspek-aspek sosial budaya masyarakat. Gejala seperti itu tampak terutama di perkotaan atau di daerah berkembang di dekat perkotaan. Namun, di Dukuh Pondok, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta, masyarakatnya masih tetap mempertahankan bentuk rumah tradisionalnya. Sekalipun jaraknya dekat dengan Kota Yogyakarta yang sedang mengalami pertumbuhan perumahan yang sangat pesat, masyarakat Dukuh Pondok masih tetap setia mempertahankan bentuk rumah kampung.
Pertanyaan penelitian yang muncul adalah: mengapa warga masyarakat Dukuh Pondok tetap mempertahankan rumah tradisional bentuk kampung tersebut? Tesis ini bertujuan menjawab pertanyaan tersebut dengan memfokuskan pada pokok-pokok masalah tentang fungsi dan makna rumah, serta perilaku penghuni dalam interaksinya dalam keluarga dan dengan sesamanya warga kampung berkaitan dengan kegiatan penghunian rumah.
Penelitian dilaksanakan dengan inenggunakan pendekatan etnografis. Data dan informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui observasi dan wawancara secara mendalam dengan informan yang ditentukan sesuai dengan pengetahuan dan sifat data yang ingin diraih. Untuk melengkapi dokumen yang bersifat visual telah digunakan pemotretan untuk objek rumah-rumah tertentu. Kemudian secara rinci, untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh, objek-objek visual (dalam hal ini terutama rumah tradisional bentuk kampung) juga digambar dengan teknik sket dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Dukuh Pondok tetap mempertahankan rumah tradisional bentuk kampungnya, karena berbagai faktor. Faktor yang pertama adalah keterbatasan kemampuan ekonomi karena sebagian besar warga masyarakat dukuh itu berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Mereka sebagian besar adalah petani di daerahnya sendiri dan buruh yang melaju ke Kabupaten Sleman atau Kota Yogyakarta. Akan tetapi, tampaknya faktor fungsi bangunan juga menjadi pertimbangan panting untuk tetap bertahannya rumah tradisional bentuk kampung. Ruma tradisional bentuk kampung dipandang oleh warga masyarakat Dukuh Pondok masih tetap fungsional untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan hidup sehari-hari maupun untuk kebutuhan ritual desa.
Rumah tradisional bentuk kampung dalam berbagai rincian ruang, tata letak, arah menghadap, dan unsur-unsur bentuknya masih menyiratkan makna yang dipercayai kebenarannya. Maknamakna yang tersirat dan disimbolkan terus menerus, telah membawa keamanan, keselamatan, dan kenyamanan hunian bagi Para penghuninya. Oleh karena itu, pengingkaran simbol dan maknanya dalam bentuk perubahan bentuk rumah dipandang akan mendatangkan suasana yang tidak diketahui bahkan tidak diinginkan. Singkatnya, faktor-faktor ekonomi, sosial, dan budaya pada masyarakat setempat merupakan faktor-faktor yang sating berkaitan mengukuhkan keberadaan rumah tradisional bentuk kampung di Dukuh Pondok. "
1997
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarniyati Sartomo
"ABSTRAK
Studi tentang hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, khususnya yang melihat aspek hubungan lingkungan buatan dan perilaku manusia merupakan suatu kajian yang cukup menarik. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain memberikan kesimpulan adanya pengaruh yang kuat baik positif atau negatif, antara lingkungan fisik dan lingkungan buatan terhadap perilaku manusia (Clinard, 1973; Altman, 1975; Rapoport 1982; Bell, 1984).
Studi mengenai hubungan antara lingkungan buatan dan perilaku manusia, yang dalam penelitian ini memusatkan kajian pada lingkungan permukiman kumuh, telah memberikan sumbangan pemikiran berupa hasil penelitian di tiga lokasi permukiman kumuh di wilayah Jakarta Pusat. Tiga kelurahan yang dipilih dengan prosedur penarikan sampel lokasi secara purposive; yaitu Kelurahan Duri Pulo, Kelurahan Sumur Batu dan Kelurahan Kampung Rawa, memberikan gambaran khusus mengenai hubungan lingkungan permukiman kumuh dan perilaku.
Pemilihan sampel purposive wilayah Jakarta Pusat sebagai lokasi penelitian didasarkan atas beberapa alasan: pertama, Jakarta Pusat merupakan pusat kegiatan terbesar di antara kelima wilayah di DKI Jakarta; kedua, memiliki keunikan dalam hal angka kejahatan (angka kejahatan cukup tinggi dibandingkan wilayah DKI Jakarta lainnya); dan ketiga, memiliki lokasi hunian kumuh cukup banyak.
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif, dengan metode statistik non parametrik. Populasi penelitian adalah kepala keluarga (KK) yang berdomisili di tiga kelurahan terpilih. Sementara itu penarikan sampel responden di tiga kelurahan dilakukan dengan prosedur penarikan sampel acak terlapis tak seimbang (disproporsional stratified random sample), berdasarkan dua indikator pokok, yaitu kepadatan penduduk per-kilometer persegi dan frekuensi kejahatan.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
1. Sejauh mana pengaruh lingkungan permukiman kumuh terhadap perilaku individu penghuni.
2. Seberapa jauh lingkungan permukiman kumuh berpengaruh pada tumbuhnya perilaku menyimpang.
Bertitik tolak dari dua permasalahan di atas, hipotesis penelitian yang dicoba untuk dibuktikan adalah:
1. Semakin buruk kondisi fisik permukiman kumuh, semakin rendah kepedulian anggota masyarakat terhadap lingkungannya.
2. Lingkungan permukiman kumuh berpengaruh pada tumbuhnya perilaku menyimpang.
Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan dengan metode survai dan metode wawancara mendalam (depth-interview), diperoleh beberapa temuan penelitian berikut:
1. Tingkat kepedulian anggota masyarakat permukiman kumuh yang diukur dengan indikator tingkat intensitas hubungan antar warga, menunjukkan hasil bahwa semakin baik lingkungan permukiman kumuh, semakin tinggi tingkat kepedulian warganya. Variabel tingkat intensitas yang dibagi ke dalam kategori: tidak akrab, kurang akrab, dan sangat akrab, dikorelasikan dengan variabel kondisi lingkungan permuidman, menghasilkan nilai korelasi Kendall: rb = 0.21. Uji korelasi menggunakan tabel distribusi normal Z, memperlihatkan basil Z hitung = 3.81, pada taraf signifikansi α= 0.05, nilai Z tabel = 1.67. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis nomor 1 diterima.
2. Kondisi lingkungan permukiman kumuh ternyata tidak selalu identik dengan perikehidupan yang kurang harmonis, bahkan tidak pula identik dengan tempat tumbuhnya perilaku menyimpang. Data lapangan di tiga lokasi penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara mendalam, memperlihatkan bahwa lingkungan permukiman yang relatif baik memiliki angka kejahatan relatif tinggi.
Sementara itu data lapangan yang diperoleh dengan kuesioner memperlihatkan hanya sepertiga dari anggota sampel penelitian yang pemah mengetahui dan mengalami peristiwa kejahatan. Perkelahian dan pencurian merupakan ciri kejahatan yang terjadi di lingkungan permukiman kumuh. Hasil pengamatan sepanjang penelitian lapangan dilakukan, justru memberi gambaran bahwa perjudian juga merupakan ciri perilaku menyimpang yang terjadi di lingkungan permukiman kumuh.
Meskipun beberapa jenis kejahatan dan perilaku menyimpang menggambarkan salah satu ciri perilaku anggota masyarakat di lingkungan permukiman kumuh, untuk sementara hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa lingkungan permukiman kumuh tidak berpengaruh terhadap tumbuhnya perilaku menyimpang. Dengan demikian, salah satu temuan penelitian dari Clinard dan Abbot tentang hubungan antara lingkungan permukiman kumuh dan tingginya angka kejahatan, tidak berlaku untuk kondisi lingkungan permukiman kumuh di Indonesia.

ABSTRACT
The study on the relation between man and the living environment, especially the relation between man-made environment and human behavior constitutes an interesting study.
Some previously conducted research has concluded among other things that there is a strong influence, whether positive or negative, of the physical and man-made environment on human behavior (Clinnard, 1973; Altman, 1975; Rapoport, 1982 and Bell, 1984).
The Study of the relationship between the man-made environment and human behavior, focusses on slum areas in Central. Jakarta. The three lcelurahan were selected through purposive location sample selection; they are the Kelurahan Duri Pula, Kelurahan Surnur Batu and Kelurahan Kampung Rawa, which have provided a specific picture of the relationship between the slum environment and human behavior.
The choice of Central Jakarta as the purposive sample of the research was based on the following arguments: first, Central Jakarta is the largest centre of activities among the five areas; second, it is unique in its crime rate, i.e. the crime rate is significantly high in comparison with the other areas; and third, it has a quite large slum area.
The type of this research is descriptive, and the researcher has made use
of the statistic nonparametric.
The population of the research consists of the family heads (KK) living in three-selected kelurahan. The samples of respondents from three kelurahan were drawn through the disproportional stratified random sample method, based on two main indicators, i.e. the population density per square kilometer and the crime frequency.
The problem posed in this research is as follows:
1. To what extent is the influence of the slum area on the individual inhabitant.
2. To what extent is the influence of the slum area on the development of deviant behavior.
Starting from the two problems posed above, the hypothesis that this research will try to prove is:
1. The worse the physical condition of the slum area, the more indifferent the member of community feels towards the environment.
2. The slum environment has a strong influence on the development of deviant behavior.
The fields study executed through the survey method and in-depth interviews, has resulted in the following findings:
The concern of slum inhabitants measured by and indicator of the intensity of relationships between fellow inhabitants shows that the better the environment, the higher the concern of the inhabitants is The variable of degrees of intensity divided into three categories, namely: non intimate, less intimate and very intimate is correlated with the variable of the condition of the living area and has resulted in the Kendall coefficient correlation rb = 0.21. The test of correlation has used the Z normal distribution. This shows that Z hit. = 3.81 on the level of significance α= 0.05, while Z tab. = 1.67. Thus it can be stated that hypothesis 1 is acceptable.
From this is clear that the condition of the slum area is not always identical with discordant living conditions and is event not identical with the location of deviant behavior emergence. The data of the three locations of research obtained through in-depth interviews shows that relatively good location have relatively the highest crime figures.
Meanwhile the field data obtained through the questionnaire show that only one-third of the respondent have been exposed to crime. Fights and thefts are incidents that occur in slums. Even though crime and deviant behavior are traits of slums areas, the results of the research tentatively show that slum areas do not influence the occurrence of deviant behavior, Thus, Clinard and Abbot's theory that there is correlation between the existence of the slum areas and the height crime rate is not valid for the condition of the slum areas in Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisia Soraya
"Kampung kota merupakan salah satu bentuk permukiman kumuh yang terdapat di kota-kota besar seperti halnya di Jakarta. Kampung kota ini timbul akibat urbanisasi yang datang dari seluruh pelosok tanah air yang sebagian besar terdiri dan masyarakat desa berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Hal ini terus menerus melanda kota-kota besar seperti Jakarta sehingga banyak warga yang tinggal di permukiman-permukiman padat penduduk. Pada permukiman kampung kota tersebut banyak sekali masalah-masalah yang timbul, dan masalah yang ada biasanya merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menempati permukiman tersebut. Padahal kesehatan merupakan sesuatu yang berharga dan harus dimiliki oteh manusia untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Kumuh sering sekali dikaitkan dengan penyakit. Penyakit yang timbul di permukiman kampung kota antara lain penyakit saluran pernapasan, penyakit kulit dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Hal-hal tersebut timbul karena utilitas seperti sarana air bersih, saluran air kotor, pengudaraan serta sinar matahari tidak terencana dengan baik. Jadi hams dipikirkan suatu sistem utilitas sehat pada suatu permukiman kampung kota agar permukiman tersebut dapat menjadi sehat dan layak dihuni.

Kampung Kota represent one of dirty form settlement which is in metropolis city such as Jakarta, this Kampung Kota appeared as result of incoming urbanization from entire remote area in Indonesia, mostly consisted of the village society which is have low salary, low education and low skilled. This matter continuously happened knock over metropolis city like Jakarta, many people live in dense settlement. At Kampung Kota settlement there are a lot of problem arised, and the problem generally represent society health problem. Besides of that, health is valuable and must possessed by human being to do their activity everyday. Slum very often related to a disease. Disease which is arising in Kampung Kota settlement for example bronchi disease, skin disease and disease which is because of mosquito, The things immerge from utility such as clean water, dirty aqueduct, air and also the sunshine which is not unplanned. So, must be thought a healthy utility system at Kampung Kota settlement and then the settlement can become health and dwelt competent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qadir, Sayeda Rowshan
Dacca: Local Goverment Institute,, 1975
307.74 Q 24 b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>