Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinta Krisdamayanti
"Kebutuhan akan minyak bumi mentah semakin meningkat dalam pangsa pasar nasional maupun Internasional. Berbagai upaya terus dilakukan guna meningkatkan kualitas minyak mentah, salah satunya melalui proses pendistribusian minyak mentah. Pendistribusian yang dinilai efisien yaitu dengan menggunakan pipa bawah laut ataupun bawah tanah yang terbuat dari material baja karbon. Sehingga sangat penting bagi industri minyak berfokus pada pemeliharaan alat dan konstruksi pipa terutama bahan material baja dari potensi terkena korosi.
Salah satu upaya dalam mencegah korosi yaitu penambahan inhibitor korosi dengan konsentrasi kecil (ppm) ke dalam media pengkorosif guna mengendalikan korosi pada material logam. Inhibitor korosi dari senyawa bahan alam mempunyai banyak keunggulan yaitu ramah lingkungan, mudah didapatkan, dan mudah diproduksi.
Pada penelitian ini dilakukan seleksi inhibitor korosi terbaik dari tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol dari ekstrak daun alang-alang berdasarkan metode Weight Loss. Karakterisasi lapisan yang terbentuk pada permukaan baja karbon diamati dengan FT-IR, UV-Vis DRS, XRD dan bentuk morfologi permukaan plat baja karbon berdasarkan SEM EDS.
Keberhasilan inhibitor korosi dalam melindungi baja karbon terlihat dari persen efisiensi inhibitor yaitu 94.89% pada konsentrasi 600 ppm suhu 30oC dalam larutan pengkorosif HCl 0.5M. Adsorpsi inhibitor korosi FH secara isoterm mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir. Aplikasi inhibitor korosi FH dengan konentrasi 600 ppm pada suhu 60oC dengan waktu kontak 36 jam memberikan % efisiensi inhibitor di atas 90% pada larutan brine sintesis.

Demand for crude oil has increased in market share both national and international. There are continuous efforts to improve the quality of crude oil, one of them through the process of distribution of crude oil. The distribution is considered efficient by using underwater or underground pipelines which are made of carbon steel material. So it is very important to the oil industry focusing on equipment maintenance and pipeline construction materials, especially steel of potential for corrosion.
One effort in preventing corrosion is the addition of a corrosion inhibitor with a small concentration (ppm) to the corrosive agent media to control corrosion on metallic materials. Corrosion inhibitors from natural materials compounds have many advantages that are environmentally friendly, readily available, and easily manufactured.
In this study, corrosion inhibitor selected the best of the three fractions, there are n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction from extract of leaves reeds based of Weight Loss method. Characterization layer formed on the surface of carbon steel was observed by FT-IR, UV-Vis DRS, XRD and the morphology of the surface of carbon steel plate by SEM EDS.
The success of corrosion inhibitors to protect carbon steel look of a percent efficiency inhibitor that is 94.89% at a concentration of 600 ppm temperature 30°C in a HCl corrosive agent solution of 0.5 M. FH corrosion inhibitor adsorption isotherm is followed Langmuir adsorption isotherm. FH corrosion inhibitor application with concentration 600 ppm at temperature 60°C with a contact time of 36 hours gave % inhibitor efficiency above 90% in the brine solution synthesis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaban, Agus Paul Setiawan
"Pada penelitian ini dilakukan studi terhadap molekul Catechin pada teh Putih (Camellia sinensis) sebagai inhibitor ramah lingkungan (IRL). Penggunaan metoda spektroskopi Elektrokimia Impedansi (EIS), Fourier transform infrared (FTIR) dan Raman, digunakan untuk mempelajari interaksi antara atom-atom/gugus fenol dengan lingkungannya. Sedangkan Scanning Electronic Microscope (SEM)/Energy X-Ray Dispersive (EDX) dan Atomic Force Microscope digunakan untuk mempelajari permukaan substrat. Selain itu, Wettability test digunakan untuk mempelajari sifat hidrofobik dari lapisan film pada permukaan logam. Data eksperimen akan dibandingkan dengan hasil kimia komputasi untuk mendapatkan prediksi efisiensi inhibisi dan orientasi molekul inhibitor. Untuk itu, digunakan metoda Density Functional Theory (DFT) dan Simulasi Monte Carlo. Hasil yang didapat yaitu pengukuran efisiensi inhibisi secara eksperimen dengan komputasi menunjukkan kesesuain. Hasil pemanasan larutan inhibitor pada suhu 25-600C menunjukkan bahwa inhibitor teradsorpsi lebih banyak pada suhu tinggi. Hasil karakterisasi gugus fungsi menunjukkan bahwa gugus -OH, C=O, Aril C=C, C-O-C teradsorpsi dari larutan inhibitor ke permukaan logam. Hal ini diperkuat dari hasil studi permukaan yang menunjukkan terjadinya pengurangan jumlah korosi sumuran dan menurunnya root mean square (RMS) height. Nilai fitting R2 mendekati 1 berkorelasi dengan Langmuir Isotherm Adsorption dan penambahan inhibitor mampu menurunkan energi aktifasi hingga 70%. Kenaikan suhu 600C dan konsentrasi hingga 80 ppm menyebabkan penurunan nilai laju korosi sebesar 0.016 mpy sedangkan nilai potensial passivasinya mengalami kenaikan hingga -103.7 mV. Sedangkan hasil prediksi komputasi menunjukkan molekul penyusun catechin terikat secara parallel pada bidang (110) atom besi dan memudahkan terjadinya ikatan kimia antara inhibitor dengan logam. Data pengujian dan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai guideline pada penelitian di masa akan datang dalam hal pengembangan inhibitor ramah lingkungan baik secara eksperimen maupun pendekatan komputasi.

This work covers the comprehensive studies on the catechin molecule in White tea (Camellia sinensis) as a green corrosion inhibitor. To achieve this aim, the spectroscopic technique such as Electrochemical Impedance (EIS), Fourier transform infrared (FTIR) and Raman was used to studying the interaction between the atom(s)/phenolic group and the environment. Surface analysis of Scanning Electronic Microscope (SEM)/Energy X-Ray Dispersive (EDX) and Atomic Force Microscope was used to study the surface of the substrate. A Wettability test was used to study the hydrophobic nature of pasif film on the surface of the metal. The experimental results will be compared to computational outcomes. The elevating temperatur at 25-600C extends a stable and thicker layer of the inhibitor. Several functional groups accountable to adsorption were -OH, C=O, Aryl C=C , and C-O-C. As a result, the reduction of pitting corrosion and root-mean-square height of the damaged surface. The fitting value of R2 close to 1 incorporates to Langmuir Isotherm Adsorption and decreases the activation energy of inhibition nearly to 70%. Rising temperatur and concentration at 600C and 80 ppm lowers the corrosion rate at 0.016 mpy and increases the passivation potential at -103.7 mV. The computational prediction on the catechin molecule shows that the molecule is oriented at the flat orientation of (110) surface and eases the formation of the Chemiadsorbed reaction. I expect our results are expected to provide a guideline to facilitate prospective research in White tea as a green corrosion inhibitor both experimentally and computationally."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Versal
"Kemampuan kombinasi ekstrak temulawak Curcuma Xanthorrhiza dan bawang Dayak Eleutherine Americana sebagai inhibitor ramah lingkungan untuk baja karbon API 5L X42 pada lingkungan HCl 1M diinvestigasi dengan pengujian tafel, weight loss, polarisasi, Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS , dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR . Senyawa flavonoid dan antioksidan yang berperan untuk menginhibisi korosi diinvestigasi melalui pengujian FTIR. Selain itu, lapisan yang terbentuk di permukaan logam juga dipelajari dengan menggunakan metode adsorpsi Langmuir isotherm. Campuran ekstrak temulawak dan bawang Dayak merupakan inhibitor jenis campuran, dan dominan pada katodik. Efisiensi inhibisi paling tinggi didapatkan dengan persentase 80 :20 yaitu 91,78 . Campuran ekstrak temulawak dan bawang Dayak dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor ramah lingkungan untuk baja karbon API 5L X42 pada lingkungan asam.

This study aimed to investigate the ability of combination from Curcuma Xanthorrhiza and Eleutherine Americana extract as an environment friendly inhibitor for API 5L X42 steel in 1M HCl environment. Corrosion inhibition ability of this extract was tested using weight loss, tafel polarization, electrochemical impedance spectroscopy methods, and fourier transform infrared spectroscopy. FTIR test was used to investigate flavonoid and antioxidant compound that plays an important role to inhibit corrosion. In addition, formed layer on the metal surface was also studied using Langmuir isotherm adsorption methode. It can be concluded that combination from Curcuma Xanthorrhiza and Eleutherine Americana extract could be used as an alternative and environmental friendly inhibitor for API 5L X42 steel in acidid environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wanti Ekawati
"Korosi adalah suatu proses degradasi material yang dapat menyerang semua jenis logam dan paduannya. Serangan korosi menjadi permasalahan besar yang sangat merugikan yang dialami oleh perusahaan minyak. Pipa adalah salah satu sarana vital yang diperlukan sebagai alat transportasi minyak, sehingga apabila mengalami kebocoran akan sangat mengganggu jalannya proses produksi. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja, sebaiknya dilakukan analisa kegagalannya agar dapat menghindari kejadian yang sama di waktu mendatang. Penulis melakukan pengumpulan data dan informasi, komposisi material, pengamatan visual, pemeriksaan foto makro dan mikro untuk mengetahui penyebab kerusakan/korosi yang terjadi. Dari hasil pengujian dan kemudian studi literatur maka penulis mencoba menganalisa kegagalan yang teijadi dan menyimpulkan faktor yang menyebabkan kerusakan pada pipa. Dari beberapa faktor penyebab kegagalan yang ada diperkirakan bahwa kegagalan disebabkan oleh korosi yang terjadi karena pengaruh kecepatan alir yang rendah di bawah standar yang seharusnya, sehingga air dan minyak terpisah dan terbentuk endapan, karena kadar air yang tinggi dalam pipa maka terjadi reaksi antara air dan pipa yang membentuk produk korosi pada pennukaan pipa sehingga terjadi reduksi ketebalan pipa. Selain itu ditunjang dengan adanya CO2 O2 dan H2S yang larut dalam air, dimana semakin tinggi kadar gas yang larut dalam air akan meningkatkan korosiiitas air. Reaksi dari banyaknya gas yang terlarut mambentuk produk korosi pada dasar pipa, permukaan dasar pipa tentu terlindungi sampai suatu saat tingginya gas terlarut menyebabkan pecahnya lapisan pasif pada pemukaan Iogam, sehingga permukaan logam akan terekspos langsung, korosi akan semakin cepat terjadi. Dengan mengetahui penyebab kebocoran pipa tersebut diharapkan kita dapat menghindari terjadinya kegagalan sejenis agar tidak terulang lagi di masa mendatang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taumy Alif Firman
"Permasalahan korosi dalam bidang minyak dan gas, menjadi salah satu perhatian serius. Proses penanganan korosi ini dilakukan dengan dua klasifikasi metode yaitu secara fisika dan kimia. Pada penelitian ini dilakukan penanganan korosi secara kimia menggunakan 2-mercaptobenzothiazole (MBT) sebagai inhibitor korosi pada tembaga. Pengamatan dilakukan menggunakan metode berat hilang dan polarisasi ekstrapolasi Tafel dalam larutan yang mengandung ion klorida (HCl dan brine). Karakteristik film yang terbentuk diamati menggunakan spektrofotometer ATR-IR dan spektrofotometer UV Vis. Studi morfologi hasil menggunakan SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbentuknya film Cu(II)-2-mercaptobenzothiazole pada permukaan tembaga melalui mekanisme adsorpsi isotermal Langmuir. Peningkatan konsentrasi MBT akan meningkatkan % inhibisi pada tembaga dari proses korosi, sedangkan peningkatan temperatur akan menurunkan % inhibisi korosi pada tembaga dikonsentrasi yang sama. Aplikasi penggunaan MBT dengan konsentrasi minimal 25 ppm pada temperatur 70 oC dengan waktu kontak 72 jam memberikan % inhibisi diatas 90,00 % pada brine sintetis.

Corrosion problems in oil and gas fields are very serious concern. Corrosion treatment process is used by two methods, physical and chemical. In this research, the corrosion treatment by chemical method with 2-mercaptobenzothiazole (MBT) as a corrosion inhibitor in copper. This research used weight loss method and polarization with extrapolation Tafel in solution which chloride ion contains (HCl and brine). Characteristic of film layer using ATR-IR spectrophotometer and UV Vis spectrophotometer. Surface morphological study was observed on SEM.
The results showed that formed Cu(II)-2-mercaptobenzothiazole on copper surface through the Langmuir isothermal adsorption mechanism. Increasing of concentration MBT will improve the % inhibition of copper from the corrosion process, whereas an increase in temperature will decrease the % corrosion inhibition of copper in the same concentration. The application of MBT in the minimal concentration 25 ppm at 70 °C in 72 hours contact times gave % inhibition value more than 90.00 % in synthetic brine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supratman
"Ekstrak biji keluak dan ubi ungu merupakan ekstrak inhibitor dari tumbuhan yang potensial dapat dijadikan bahan inhibitor alternatif ramah lingkungan untuk diaplikasikan pada pipa baja API 5L. Kemampuan inhibisi korosi dari kedua inhibitor ini diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Polarisasi Potensiodinamik dan 'Electrochemical Impedance Spectroscopy<' (EIS). Sedangkan senyawa kimia yang terkandung didalam inhibitor diinvestigasi dengan pengujian FTIR. Dari hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap kedua ekstrak inhibitor tersebut dengan pengujian FTIR menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada kedua inhibitor tersebut adalah senyawa golongan 'flavonoid<' dari group fungsi polar seperti hidroksil dan karbonil.
Sedangkan dari hasil pengujian elektrokimia didapatkan efisiensi inhibisi terbaik terjadi pada konsentrasi inhibitor yang secara berturut- turut adalah 4000 ppm pada ekstrak biji keluak dengan efisiensi 61.28%, 3000 ppm pada ekstrak ubi ungu dengan efisiensi 65.31% dan 4000 ppm : 4000 ppm pada kombinasi ekstrak biji keluak & ubi ungu dengan efisiensi sebesar 26.93%. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa kedua inhibitor ini dapat melindungi logam dengan membentuk sebuah lapisan film yang melapisi permukaan logam. Mekanisme adsorpsi inhibitor menunjukkan sebagai mekanisme adsorpsi secara fisik serta sesuai dengan model dari Langmuir dan Tempkin.

Keluak seed extract and purple sweet potato are inhibitor extracts from plants that have the potential to be made as an environmental friendly inhibitors to apply for API 5L steel pipes. Corrosion inhibition ability of these two inhibitors were investigated by using Potentiodynamic Polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) tests. While the chemical compounds contained in inhibitor were investigated by FTIR testing. From the results of the characterization performed on the two inhibitor extracts by FTIR testing showed that the compounds contained in the two inhibitors were flavonoid compounds from polar function groups such as hydroxyl and carbonyl.
Meanwhile, the results of the electrochemical test showed that the best inhibition efficiency occurred on inhibitor concentration of 4000 ppm in the extract of keluak seed with efficiency of 61.28%, 3000 ppm in the purple sweet potato extract with efficiency of 65.31% and 4000 ppm : 4000 ppm in a combination of keluak seed extract & purple sweet potatoes with efficiency of 26.93%, respectively. The EIS test results showed that these two inhibitors can protect the metal by forming a film layer that inhibited the metal surface. The adsorption mechanism of the inhibitor shows as a physical adsorption mechanism and in accordance with the models from Langmuir and Tempkin.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nafies Shihab
"Efek penghambatan dari ekstrak Curcuma xanthorhizza pada korosi baja API 5L Grade X42 dalam larutan HCl 1M diselidiki dengan menggunakan metode kehilangan berat, polarisasi tafel, dan metode electrochemical impedance spectroscopy EIS . Uji FTIR digunakan untuk menyelidiki senyawa antioksidan yang berperan penting dalam menghambat korosi. Dalam penelitian ini konsentrasi ekstrak temulawak yang digunakan adalah 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm.
Hasilnya menunjukkan bahwa temulawak dapat menghambat korosi pada baja dan bertindak sebagai penghambat tipe campuran. Laju korosi menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Sedangkan efisiensi inhibisi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi inhibitor. Adsorpsi ekstrak pada permukaan baja mengikuti Langmuir isotherm. Nilai energi bebas ?Gads menunjukkan bahwa adsorpsi molekul inhibitor secara fisika. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak Curcuma xanthorhizza dapat digunakan sebagai penghambat alternatif dan ramah lingkungan untuk baja API 5L Grade X42 di lingkungan asam.

The inhibitory effect of the extract of Curcuma xanthorhizza on the corrosion of API 5L Grade X42 steelin HCl 1M solution was investigated by using weight loss, tafel polarization, and electrochemical impedance spectroscopy methods.FTIR test was used to investigate the antioxidant compound that plays an important role to inhibit corrosion.In this study the concentration of Curcuma xanthorhizza extract used was 0 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, and 1000 ppm.
The results show that Curcuma xanthorhizza inhibit the steel corrosion and act as mixed type inhibitors. The corrosion rate decreases with the increasing of inhibitors concentrations. At the same time, inhibition efficiency increases with the increase of inhibitors concentrations.The adsorption of extract on the steel surface was found to obey Langmuir rsquo s adsorption isotherm. The free energy value Gads indicated that the adsorption of inhibitor molecules was typical of physisorption.It can be concluded that Curcuma xanthorhizza extract could be used as an alternative and environmental friendly inhibitor for API 5LGrade X42 steel in acidic environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amaniah Al Hayat
"Peningkatan kebutuhan bahan penghambat korosi yang aman dan ramah lingkungan menjadi perhatian utama, terutama dalam industri berbasis baja karbon rendah. Salah satu penyebab utama kerusakan pada material ini adalah korosi yang dipercepat oleh penggunaan larutan asam seperti H2SO4. Salah satu cara untuk mengurangi laju korosi dari material adalah dengan menambahkan inhibitor organik dari ekstrak tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif. Pada penelitian ini, dilakukan penambahan variasi konsentrasi inhibitor dari ekstrak akar pepaya (Carica papaya L.) dengan melarutkan ke dalam larutan 1M asam sulfat (H2SO4), dimana asam sulfat merupakan senyawa yang digunakan untuk acid pickling pada baja. Dilakukan uji Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui komposisi kimia dari material uji sesuai dengan spesifikasi material API 5L dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak akar pepaya yang akan digunakan sebagai inhibitor pada baja karbon rendah API 5L grade B. Dilakukan juga pengujian Linear polarisasi untuk mengetahui efisiensi laju korosi pada penambahan variasi ekstrak inhibitor akar pepaya. Kemudian, dilakukan pengujian Electrochemical impedance spectroscopy (EIS) untuk menginterpretasikan sistem variasi konsentrasi inhibitor akar pepaya pada rangkaian listrik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa material uji sesuai dengan spesifikasi API 5L grade B, ekstrak akar pepaya mengandung senyawa bio aktif flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin yang terbukti menurunkan laju korosi dengan variasi konsentrasi dari 4 ml sampai 20 ml terbukti menurunkan laju korosi dari 1,172 mm/year menjadi 0,074 mm/year dengan efisiensi maksimum 93,68% pada konsentrasi 20 ml.

The increasing need for safe and environmentally friendly corrosion inhibiting materials is a major concern, especially in low carbon steel-based industries. One of the main causes of damage to these materials is accelerated corrosion by the use of acidic solutions such as H2SO4. One way to reduce the corrosion rate of the material is to add organic inhibitors from plant extracts containing bioactive compounds. In this study, the addition of various concentrations of inhibitors from Akar Pepaya extract (Carica papaya L.) was carried out by dissolving it in 1M sulfuric acid (H2SO4) solution, where sulfuric acid is a compound used for acid pickling on steel. Optical Emission Spectroscopy (OES) test was conducted to determine the chemical composition of the test material in accordance with API 5L material specifications and Fourier Transform Infra Red (FTIR) test to determine the compounds contained in Akar Pepaya extract which will be used as an inhibitor on API 5L grade B low carbon steel. Linear polarization testing was also carried out to determine the efficiency of the corrosion rate in the addition of akar pepaya inhibitor extract variations. Then, Electrochemical impedance spectroscopy (EIS) testing was carried out to interpret the system of variations in Akar Pepaya inhibitor concentration in electrical circuits. The test results show that the test material is in accordance with API 5L grade B specifications, Akar Pepaya extract contains bioactive compounds flavonoids, saponins, alkaloids, and tannins which are proven to reduce the corrosion rate with a concentration variation from 4 ml to 20 ml which is proven to reduce the corrosion rate from 1,172 mm/year to 0,074 mm/year with a maximum efficiency of 93,68% at a concentration of 20 ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidah Nadhifah
"Baja rendah karbon merupakan bahan konstruksi utama pada industri minyak dan gas. Namun, bahan ini bersifat sangat rentan terhadap korosi. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis inhibitor korosi TETA-MGS (trietilentetramin-minyak goreng sawit) dengan metode refluks selama 14 jam. Temperatur divariasikan pada 130, 140, 150, dan 160⁰C, dan kecepatan pengadukan pada 700, 1000, dan 1200 rpm. Diperoleh kondisi reaksi optimum dari titrasi penentuan angka penyabunan, yaitu pada temperatur 150⁰C, kecepatan pengadukan 1200 rpm, dan waktu reaksi 14 jam. Produk sintesis TETA-MGS A dimurnikan, sehingga didapatkan TETA-MGS B. TETA-MGS B kemudian diidentifikasi dengan KLT, dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-visibel, spektroskopi FTIR dan LC-MS. Identifikasi dengan KLT menunjukkan bahwa TETA-MGS B bersifat cukup polar seperti prekursor trietilentetraminnya. TETA-MGS B memberikan serapan maksimum pada 204 nm untuk spektrum UV-visibelnya  dan memiliki gugus-gugus kromofor yang sama dengan minyak goreng sawit dan trietilentetramin. Spektrum FTIR TETA-MGS B menunjukkan adanya tumpang tindih senyawa-senyawa TETA-MGS B. Pada LC-MS, diketahui bahwa TETA-MGS B dari sintesis pada 150⁰C, 1200 rpm, dan selama 14 jam bukan senyawa imidazolin, melainkan masih berupa intermediet amidanya. Senyawa imidazolin baru diperoleh pada temperatur sintesis 160⁰C. Pengujian efisiensi inhibisi korosi dilakukan dengan metode gravimetri dan elektrokimia menggunakan TETA-MGS A dan B dari sintesis pada 150⁰C, 1200 rpm, dan selama 14 jam. Konsentrasi divariasikan pada 0, 5, 20, 50, dan 100 ppm. Pengujian dilakukan untuk baja rendah karbon JIS G3123 grade SGD 400D pada media korosi berupa larutan NaCl 1,5% yang telah dialirkan gas CO2. Efisiensi tertinggi diperoleh pada konsentrasi 100 ppm dan nilainya 62,12 dan 93,52% untuk TETA-MGS A dan B masing-masing. Hasil SEM-EDX mendukung efisiensi tinggi TETA-MGS B. Tipe korosi yang terjadi adalah korosi pitting. Adsorpsi TETA-MGS B pada permukaan baja merupakan fisisorpsi kuat dan sesuai dengan model isoterm Langmuir.

Low carbon steel is the main construction material in the oil and gas industry. However, this material is highly susceptible to corrosion. In this research, the synthesis of the corrosion inhibitor TETA-PCO (triethylenetetramin-palm cooking oil) was carried out using the reflux method for 14 hours. The temperature was varied at 130, 140, 150 and 160⁰C, and the stirring speed at 700, 1000 and 1200 rpm. The optimum reaction conditions were obtained from saponification value determination titration, namely at a temperature of 150⁰C, a stirring speed of 1200 rpm, and a reaction time of 14 hours. The synthesis product of  TETA-PCO A was purified to obtain TETA-PCO B. TETA-PCO B was then identified by TLC, characterized by UV-visible spectrophotometry, FTIR spectroscopy and LC-MS. Identification by TLC showed that TETA-PCO B is as polar as its precursor triethylenetetramine. TETA-PCO B provides maximum absorption at 204 nm for its UV-visible spectrum and has the same chromophore groups as palm cooking oil and triethylenetetramine. The FTIR spectrum of TETA-PCO B showed an overlapping of the TETA-PCO B compounds. In LC-MS, it was found that TETA-PCO B from synthesis at 150⁰C, 1200 rpm, and for 14 hours was not an imidazoline compound, but were still its amide intermediates. Imidazoline compounds were obtained at a synthesis temperature of 160⁰C. Corrosion inhibition efficiency testing was carried out by gravimetric and electrochemical methods using TETA-PCO A and B from synthesis at 150⁰C, 1200 rpm, and for 14 hours. Concentrations were varied at 0, 5, 20, 50, and 100 ppm. The test was carried out for low carbon steel JIS G3123 grade SGD 400D in a corrosion medium in the form of 1.5% NaCl solution which had been flowed with CO2 gas. The highest efficiencies were obtained at the concentration of 100 ppm and the values were 62.12 and 93.52% for TETA-PCO A and B respectively. SEM-EDX results support the high efficiency of  TETA-PCO B. The type of corrosion that occured was pitting corrosion. The adsorption of  TETA-PCO B on the steel surface is a strong physisorption and is in accordance with the Langmuir isotherm model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>