Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mufid Idan Nugraha
"ABSTRAK
Glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat merupakan senyawa glikosaminoglikan (GAGs) yang merupakan komponen struktural utama dari tulang yang akan membentuk proteoglikan. Kedua senyawa ini dapat merawat kesehatan tulang dengan menstimulasi sintesis cairan sinovial dan menghambat degradasi kartilage persendian, sehingga dapat digunakan untuk terapi osteoartritis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat dalam sediaan tablet dan krim. Setelah diderivatisasi menggunakan pereaksi ortoftalaldehida dan 2-merkaptoetanol (OPA/2-ME), sampel dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 445 nm. Glukosamin mempunyai gugus amin primer sehingga dapat diderivatisasi dengan OPA/2-ME, sedangkan kondroitin mempunyai gugus asetil pada gugus amin, sehingga perlu dilakukan deasetilasi menggunakan natrium hidroksida untuk memutus gugus asetil. Fase gerak yang digunakan tetrahidrofuran 0,25% dalam air-asetonitril (87:13) dengan laju alir 1,5 mL/menit. Kondisi analisis yang telah dioptimasi kemudian divalidasi mencakup akurasi, presisi, linieritas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Hasil menunjukkan kadar rata-rata glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat pada sediaan tablet dan krim adalah 92,76%; 96,11% dan 101,15%; 100,33% memenuhi syarat keberterimaan.

ABSTRAK
Glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate are glycosaminoglycans (GAGs) compound which is a major structural component of bone that form proteoglycans. Both of these compounds can take care of bone health by stimulating the synthesis of synovial fluid and inhibit the degradation of joint cartilage, so it can be used for the treatment of osteoarthritis. The aimed of this study were obtain selective analytical method for the determination of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate levels in tablet and cream dosage forms. After derivatization using orthophtalaldehyde and 2-mercaptoethanol (OPA/2-ME), samples were analyzed using high performance liquid chromatography (HPLC) with fluorescence detector at excitation wavelength of 335 nm and emission wavelength of 445 nm.. Glucosamine has a primary amine group that can be derivatized with OPA/2-ME, while chondroitin having an acetyl group at the amine group, so we needed deacetylation using natrium hydroxide to break the acetyl group. The mobile phase used tetrahydrofuran 0.25% in water-acetonitrile (87:13) with a flow rate 1.5 mL/min. Analysis conditions have been optimized, validated in terms of accuracy, precision, linearity, selectivity, limit of detection, and limit of quantitation. The results showed average levels of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate in tablet and cream dosage forms were 92.76%; 96.11% and 101.15%; 100.33% and fulfilled the acceptance criteria.
"
2016
S65011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Carles
"Pendahuluan. Glukosamin, Kondroitin sulfat dan Methylsufonylmethane (MSM) merupakan suplemen yang sering diberikan pada pasien osteoarhritis (OA) derajat I dan II. Organisasi kedokteran seperti AAOS, OARSI, EULAR memberikan rekomendasi yang berbeda tentang penggunaannya. Studi ini bertujuan untuk menilai efektivitas Glukosamin-Kondroitin sulfat (GK) dan GKM terhadap perbaikan klinis pasien OA sendi lutut.
Bahan dan Cara Kerja. Studi ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda pada 147 pasien dengan OA lutut derajat Kellgren-Lawrence I atau II. Subjek dipilih dengan metode randomisasi dengan blok permutasi ke tiga kelompok yaitu GK (n=49), GKM (n=50) dan plasebo (n=48). Obat-obatan ini diberikan sekali sehari selama 3 bulan berturut-turut. Skor VAS dan WOMAC dinilai sebelum pemberian suplemen, kemudian minggu ke 4, 8, dan 12.
Hasil. Rata-rata usia pasien adalah 61 tahun, dimana 67,3% pasien adalah perempuan. Bila dibandingkan terhadap Skor WOMAC pada kelompok Plasebo, kelompok GKM menurunkan skor WOMAC secara signifikan (perbedaan rerata 7.15, IK 12.06-2.23, p=0.005). Kelompok GK menurunkan Skor WOMAC secara signifikan (perbedaan rerata 8.17, IK 13.49-2.84, p=0.003). Sementara itu pada penilaian Skor VAS, kelompok GKM menurunkan skor secara signifikan terhadap dua kelompok lain, yaitu terhadap kelompok GK secara signifikan (perbedaan rerata 0.68, IK 1.18-0.19, p=0.007), dan Plasebo (perbedaan rerata 0.86, IK 1.37-0.35, p=0.001).
Simpulan. Kombinasi suplemen GKM lebih efektif dalam menurunkan nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA sendi lutut derajat I dan II dibandingkan dengan GK dan plasebo. Sedangkan suplemen GK secara keseluruhan tidak lebih baik dibandingkan dengan plasebo dalam memberikan perbaikan klinis pada pasien OA sendi lutut derajat Kellgren Lawrence I-II.

Introduction. Glucosamine-Chondroitin sulfate-Methylsufonylmethane (MSM) as combination are the most popular supplements for patients with knee osteoarthritis (OA). There are emerging controversies and also different recomendation from many medical associations such as AAOS, OARSI, and EULAR regarding the effectiveness of these supplements. This current study evaluated the efficacy of Glucosamine-Chondroitin sulfate (GC), Glucosamine-Chondroitin-MSM (GCM), and placebo on clinical improvement of patients with knee OA Kellgren Lawrence gr I-II.
Material and Methods. This study was a double blind, randomized controlled clinical trial on 147 patients with knee OA Kellgren-Lawrence grade I-II. Subjects were allocated by permuted block randomization to three groups, either GC (n=49), or GCM (n=50), or placebo (n=48). VAS and WOMAC score were measured before treatment, then at 4 th, 8 th and 12th week after treatment.
Result. Mean age of patients was 61 years, and 67,3% were woman. As compared with Placebo group, WOMAC score in GCM group was significantly lower (MD 7.15, CI 12.06-2.23, p=0.005), and in GC group WOMAC Score was also lower (mean difference 8.17, CI 13.49-2.84, p=0.003). Whereas VAS score in GCM group was significantly lower compared to that in GC group (MD 0.18, CI 1.18-0.19, p=0.007) and also compared with Placebo group (MD 0.86, CI 1.37-0.35, p=0.001).
Conclusions. Combinations of GCM made a clinical improvement in patients with knee OA Kellgren Lawrence gr I-II compared with GC and Placebo. GC did not make clinical improvement in overall groups of patients with knee OA Kellgren Lawrence gr I-II.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirstie Imelda Majesty
"ABSTRAK
Tulang rawan merupakan limbah yang dihasilkan industri perikanan dan peternakan di Indonesia. Tulang rawan merupakan sumber glikosaminoglikan (GAG) yang baik. GAG yang terkandung dalam tulang ikan sebagian besar terdiri dari kondroitin-4-sulfat dan kondroitin-6-sulfat dalam bentuk proteoglikan (Garnjanagoonchorn, 2007). Kondroitin sulfat adalah polimer yang terjadi alami dalam tubuh manusia, terutama di bagian tulang rawan dan sendi, namun berkurang produksinya karena pertambahan usia (Lauder, 2009). Kondroitin sulfat juga banyak digunakan sebagai suplemen makanan karena sudah banyak diteliti manfaatnya untuk kesehatan tulang rawan dan pengobatan osteoartritis yang aman bagi tubuh, dengan mekanisme kerjanya yaitu meningkatkan konsentrasi GAG sendi dan meningkatkan viskositas cairan sendi dan membantu menjaga tulang rawan dengan menyerap cairan ke dalam jaringan ikat sehingga merangsang pertumbuhan tulang yang baru. Hingga saat ini masih banyak permasalahan mengenai ekstraksi kondroitin sulfat selain karena sumbernya menghasilkan yield yang beragam. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi mekanokemikal, yang dapat mengambil molekul kondroitin sulfat dari matriks tulang tanpa mengubah bentuk molekulnya karena adanya zat kimia sebagai solvennya. Cara ekstraksi secara mekanokemikal tidak menggunakan solven beracun yang dapat membahayakan tubuh manusia, sehingga dapat dikonsumsi dengan aman. Produk dari teknologi ekstraksi kondroitin sulfat secara mekanokemikal dari limbah ikan patin, ikan salmon, dan ikan kakap ini diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai masalah tulang sendi yang dialami penderita dengan aman, mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah industri pengalengan dan pengeringan ikan, serta tersedia dalam jumlah banyak di pasaran bebas dan dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih ekonomis sehingga dapat menjangkau masyarakat luas.

ABSTRACT
Cartilage is the waste produced by the fisheries and farms in Indonesia. Cartilage is an excellent source of glycosaminoglycans (GAG). GAG that is contained in fish bone consists mostly of chondroitin-4- sulfate and chondroitin-6-sulfate in the form of proteoglycans (Garnjanagoonchorn, 2007). Chondroitin sulfate is a polymer that existed naturally in the human body, particularly in the cartilage and joints, but the production decreases due to aging (Lauder, 2009). Chondroitin sulfate is also widely used as a dietary supplement since some studies show that it has many health benefits for cartilage and osteoarthritis treatment which is safe for the body, with its mechanism of action that increases the concentration of GAG in joints, increase joint’s fluid viscosity, and helps keep cartilage to absorb fluid into the connective tissue, thus stimulating the growth of new cartilage. Until now there are still many problems concerning the extraction of chondroitin sulfate in addition to the source-yielding variety. Extraction methods used in this study is the mechanochemical extraction, which could extract chondroitin sulfate molecule from bone matrix without changing the structure of the target molecule for the minimal use of chemical substances as its solvent. Mechanochemical extraction does not use toxic solvents, which can be harmful for the human body, so it can be consumed safely. The mechanochemical extraction of chondroitin sulfate technology is performed on industrial waste of catfish, salmon, and snapper and the product is expected to safely help overcome various joint problems experienced by patients, reduce environmental pollution from fish canning and drying industrial waste, and is available in large quantities on the market and can be obtained at a much more economical price so as to reach the wider community. "
2015
S59244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Illona
"Kolagen UC II dan kondroitin sulfat dapat digunakan sebagai terapi yang efektif dan aman dalam mengobati osteoarthritis. Oleh karena itu, suplemen untuk kesehatan sendi yang mengandung kondroitin sulfat dan kolagen UC II telah digunakan sebagai terapi penunjang osteoarthritis oleh masyarakat. Sediaan yang mengandung campuran kedua senyawa ini telah umum ditemukan di Indonesia. Akan tetapi, belum ditemukan metode yang dapat digunakan untuk menganalisis campuran kolagen UC II dan kondroitin sulfat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang optimum dan valid untuk menganalisis campuran kolagen UC II dan kondroitin sulfat menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) detektor fluoresensi. Analisis kolagen UC II dilakukan dengan menganalisis hidroksiprolin sebagai asam amino yang terkandung di dalam kolagen. Hidroksiprolin dan kondroitin sulfat perlu diderivatisasi terlebih dahulu sebelum dapat terdeteksi oleh detektor fluoresensi. Agen penderivat yang digunakan adalah 9-Fluoroenilmetoksikarbonil-klorida (FMOC-Cl). Kondisi optimum untuk menganalisis campuran dua senyawa tersebut adalah menggunakan KCKT dengan panjang gelombang eksitasi 265 nm dan emisi 320 nm. Fase gerak yang digunakan adalah dapar asetat – metanol (50:50), dengan laju alir 0,5 ml/menit yang diatur dalam sistem gradien. Metode yang diperoleh telah divalidasi dan diperoleh hasil yang valid untuk hidroksiprolin dengan linearitas y = 4900378,473x + 32820460,77 dan nilai r = 0,99904 pada rentang 0,10 – 3,06 ppm, dengan LOD dan LOQ yang diperoleh sebesar 0,17 µg/ml dan 0,56 µg/ml, dan hasil linearitas kondroitin sulfat adalah y = 508923,6581x – 233622,5233 pada rentang 0,51 – 10,10 ppm dengan nilai r = 0,9993, dengan LOD dan LOQ sebesar 0,507 µg/ml dan 1,69 µg/ml. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, metode yang digunakan telah optimal dan memenuhi parameter validasi selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi, dan batas kuantitasi.

UC II collagen and chondroitin sulphate can be used as an effective and safe therapy as the treatment of osteoarthritis. Therefore, joint health supplements containing chondroitin sulphate and UC II collagen has been used as adjunctive therapy by the community. Pharmaceutical preparations containing mixtures of these two compounds are commonly found in Indonesia. However, methods to analyse mixture of these two compounds is still not available. This study aimed to obtain an optimum and valid method to analyse mixture of UC II collagen and chondroitin sulphate using high performance liquid chromatography (HPLC) with fluorescence detector. Analysis of UC II collagen was carried out by analysing hydroxyproline as an amino acid that is contained in collagen. Hydroxyproline and chondroitin sulphate need to be derivatized before both can be detected by fluorescence detector. The derivatization agent used was 9-Fluoroenylmethoxycarbonyl-chloride (FMOC-Cl). The optimum condition to analyse mixture of both compounds was by HPLC with an excitation wavelength of 265 nm and emission of 320 nm. The mobile phase used was acetate buffer – methanol (50:50), with 0.5 ml/min flow rate which was arranged in a gradient system. The optimized method was validated and valid results were obtained for hydroxyproline with a linearity of y = 4900378.473x + 32820460.77 and a value of r = 0.99904 in the range of 0.10 – 3.06 ppm, with the value of LOD and LOQ obtained were 0.17 µg/ml and 0.56 µg/ml, and results of the linearity of chondroitin sulphate were y = 508923,6581x – 233622,5233 with a value of r = 0.9993, with the value of LOD and LOQ obtained were 0.507 µg/ml and 1.691 µg/ml. Based on this study, the method used was optimal and has fulfil the validation parameters of selectivity, linearity, accuracy, precision, detection limit, and quantitation limit. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Junita
"Natrium hialuronat dan kondroitin sulfat merupakan glikosaminoglikan yang berfungsi sebagai penyusun proteoglikan yang menjaga struktur utama tulang rawan. Kedua senyawa tersebut dapat digunakan sebagai suplemen pada tata laksana osteoartritis. Sediaan campuran natrium hialuronat dan kondroitin sulfat sudah tersedia di Indonesia. Namun, metode analisis untuk campuran tersebut belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proses derivatisasi yang optimum dan metode analisis senyawa natrium hialuronat dan kondroitin sulfat yang valid menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Natrium hialuronat dan kondroitin sulfat merupakan senyawa yang tidak memiliki gugus amin sehingga perlu dilakukan deasetilasi menggunakan natrium hidroksida yang berperan untuk memutuskan rantai asetil sehingga diperoleh gugus amin primer yang secara spesifik dapat diderivatisasi dengan pereaksi ortoftalaldehida dan 2-merkaptoetanol (OPA/2-ME) selama 2 menit. Kondisi optimum untuk menganalisis campuran tersebut dilakukan menggunakan KCKT dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 445 nm. Fase gerak yang digunakan metanol-Na2HPO4-tetrahidrofuran (55:42:3) dengan laju alir 0,5 mL/menit dengan sistem gradien. Kondisi yang telah optimum divalidasi dan diperoleh hasil yang valid untuk senyawa natrium hialuronat dengan linearitas y = 43953x + 377882 dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997 pada rentang 0,5-2,5 ppm. Hasil yang diperoleh untuk senyawa kondroitin sulfat dengan linearitas y = 20097x + 179164 dan nilai r = 0,9996 pada rentang 0,5-2,5 ppm. Penelitian ini masih memiliki kekurangan dalam variasi optimasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan optimasi lebih lanjut agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik.

Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate are glycosaminoglycans that function as proteoglycan constituents for maintaining major structural cartilage. Both compounds can be used as a supplement in osteoarthritis therapy. Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate mixture product is already available in Indonesia. However, the analysis method of that mixture is not available. This study aim to obtain the optimum derivatization process and valid method to analyze sodium hyaluronate and chondroitin sulfate using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate are compounds that do not have a primary amine group. It is necessary to deacetylate with sodium hydroxide which has role to break the acetyl chain so that a primary amine group can be obtained and specifically can be derivatized with orthopthalaldehyde and 2-mercaptoethanol (OPA/2-ME) reagent for 2 minutes. Optimum condition to analyze the mixture using HPLC with fluorescence detector at an excitation wavelength of 335 nm and an emission wavelength of 445 nm. The mobile phase used methanol-Na2HPO4-tetrahydrofuran (55:42:3) with a flow rate of 0.5 mL/min with a gradient system. Optimized conditions were validated and valid results were obtained for sodium hyaluronate with linearity y = 43953x + 377882 and correlation coefficient (r) value = 0.9997 in the range 0.5-2.5 ppm. Valid results were obtained for chondroitin sulfate with linearity y = 20097x + 179164 and r value = 0.9996 in the range 0.5-2.5 ppm. This study still has shortcomings in optimization variations. Therefore, further optimization is needed to obtain better results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Andriani
"Glukosamin adalah suatu zat yang dapat disintesis di dalam tubuh yang berguna untuk mempertahankan dan memulihkan kinerja sendi. Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mensintesis glukosamin menurun sehingga menyebabkan penyakit osteoartritis. Oleh karena itu, telah berkembang suplemen makanan yang mengandung glukosamin yang telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan osteoartritis. Analisis glukosamin HCl dilakukan untuk memperoleh volume, temperatur, waktu, dan waktu kestabilan reaksi yang optimum pada derivatisasi glukosamin HCl dengan FMOC-Cl menggunakan detektor fluoresensi. Larutan standar glukosamin HCl 1 μg/ml ditambah 50,0 μL 0,2 M dapar dinatrium tetraborat dekahidrat pH 8, kemudian divorteks selama 10 detik, ditambah 360,0 μL pereaksi FMOC-Cl 1 mg/ml, campuran divorteks selama 10 detik, diinkubasi menggunakan termomixer pada 1400 rpm dan temperatur 25°C selama 15 menit, selanjutnya disuntikkan sebanyak 20,0 μL ke alat KCKT. Pemisahan dengan KCKT menggunakan kolom Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4,6 mm) dengan komposisi fase gerak air-asetonitril (40:60) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Linieritas pada konsentrasi 100-1000 ng/ml dengan koefisien korelasi (r) 0,9995. Nilai batas deteksi (LOD) sebesar 21,98 ng/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 73,26 ng/ml.

Glucosamine is a synthesized substance in the human body useful for maintaining and restoring the joint's function. Body's capacity to synthesize glucosamine declines with age thus can cause osteoarthritis. There was development of dietary supplement that contains glucosamine which has been approved by the Food and Drug Administration (FDA) for treatment of osteoarthritis. Glucosamine HCl analysis was performed in order to get optimal volume, temperature, time, and reaction stability time in glucosamine HCl derivation with FMOC-Cl using fluorescence detector. Standard solution of Glucosamine HCl added by 50.0 μl 0.2 M disodium tetraborate decahydrate buffer with pH 8 were homogenized for 10 seconds, then the mixed solution was added by 360.0 μl of 1 mg/ml FMOC-Cl reagent and homogenized for 10 seconds. It was then incubated using termomixer at 1400 rpm and a temperature of 25°C for 15 minutes, then as many as 20.0 μl injected into the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instrument. Separation by HPLC using one column of Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4.6 mm) with mobile phase composition of water-acetonitrile (40:60) and flow rate 1.0 ml/minute. Linearity at concentrations of 100-1000 ng/ml with a correlation coefficient (r) 0.9995. The limit of detection (LOD) value was 21.98 ng/ml and the limit of quantitation (LOQ) was 73.26 ng/ml."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rekab Fransiska Winati
"Glukosamin HCl merupakan obat yang digunakan dalam pengobatan osteoarthritis. Saat ini semakin banyak penggunaan obat Glukosamin HCl secara transdermal, dimana obat ini akan melewati sirkulasi sistemik, sehingga kadarnya di dalam darah perlu dipantau. Metode analisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor fluorosensi telah dikembangkan dan dioptimasi untuk analisis glukosamin HCl dalam plasma manusia in vitro. Glukosamin HCl harus diderivatisasi terlebih dahulu dengan orto-ftalaldehida/ 2- merkaptoetanol untuk mendapatkan gugus kromofor sehingga dapat terdeteksi pada detektor fluorosensi. Glukosamin HCl diekstraksi dari plasma dengan menggunakan asetonitril. Kromatografi dilaksanakan menggunakan kolom faseterbalik Lichrospher® 100 RP-18 (5μm, Merck), fase gerak asetonitril-air yang mengandung 0,25% tetrahidrofuran (11:89) pada kecepatan alir 1,0 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan emisi 445 nm. Kondisi optimum ini membutuhkan waktu analisis 19.948 menit. Pada rentang konsentrasi 0,0502-10,0400 μg/ml dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) 0,9997. Akurasi (% diff) dari metode ini antara -3,72 hingga 4,39 % dengan presisi (KV) antara 2,23 hingga 3,09%, dan uji perolehan kembali relatif antara 96,28% sampai 104,39%.

Glucosamine HCl is a drug which is used in osteoarthritis treatment. Recently the use of transdermal?s Glucosamine HCl is increasing, wether glucosamine HCl will pass the systemic circulation, thereby monitoring the blood drug level is necessary. A method using high-performance liquid chromatography (HPLC) with fluorosence detector has been developed for analysis of glucosamine HCl in human plasma in vitro. Before Glucosamine HCl can be detected by fluorosence detector, it must be derivatived with orthophtalaldehyde/2-mercaptoethanol, in order to get chromophore group. Glucosamine HCl was extracted from plasma using acetonitrile. The chromatography was carried out by a reversed-phase Lichrospher® 100 RP-18 (5μm, Merck) with mobile phase consisted of acetonitrile-water containing tetrahydrofuran 0,25% (11:89) at flow rate 1,0 mL/minute and detection was performed at excitation wavelength of 335 nm and emission wavelength of 445nm. This optimum condition was take 19.948 minutes for analysis. Linearity was established for range concentration of 0,0502-10 μg/ml with coefficient correlation (r) was 0,9997. Accuracy (% diff) ranged from -3,72 to 4,39 % , precision (CV) ranged."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dendhi Bagus Andriyanto
"ABSTRAK
Zilpaterol merupakan suatu obat golongan β-agonis yang dapat meningkatkan berat karakas sapi sehingga daging sapi yang diperoleh semakin banyak tetapi dapat meninggalkan residu. Adanya kemungkinan dipakainya obat ini pada program pemerintah dalam rangka swasembada daging sapi dan residunya yang dapat menimbulkan efek samping, maka diperlukan suatu metode analisis untuk mengetahui kandungan residu zilpaterol pada daging sapi. Pada penelitian ini dilakukan validasi terhadap metode analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi yang sederhana untuk penentuan kadar zilpaterol dalam daging sapi secara in vitro. Sistem kromatografi menggunakan kolom YMC-Triart® C18 (250 x 4,6mm, 5 µm) dengan elusi isokratik menggunakan dapar amonium asetat 50 mM pH 4,5 - metanol (4:1) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Sampel dideteksi dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 286 nm dan emisi 635 nm. Proses ekstraksi dari daging sapi dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan asam trikloroasetat. Metode yang digunakan memenuhi kriteria persyaratan Validation of Analytical Methods Used in Residue Depletion Studies oleh FDA. Metode divalidasi pada rentang 5 - 50 ng/g dengan koefisien korelasi 0,9982 dan memenuhi kriteria akurasi dengan % diff sebesar -34,80% - 1,28%, serta presisi dengan koefisien variasi <11%. Batas deteksi didapat pada 1,49 ng/g dan batas kuantitasi 5,00 ng/g. Pada uji stabilitas, zilpaterol dalam daging sapi dinyatakan stabil pada 3 kali siklus beku dan cair juga pada ekstraknya selama 1 minggu.

ABSTRACT
Zilpaterol is a β-agonist class of drugs which can increase weight of caracas cattle, but it can leave residue. The possibility of using this drug in the goverment beef self-supporting program and the side effects because of the residue, a method of analysis to determine the content of residual zilpaterol on beef is needed. In this research, validation of methods of analysis using high performance liquid chromatography for the determination of zilpaterol in beef in vitro. Chromatography was performed by YMC-Triart® C18 column (250 x 4,6mm, 5 m) under isocratic elution by 50 mM amonium acetate buffer pH 4.5 - methanol (4: 1) with a flow rate of 1.0 mL / min. Samples detected by fluorescence detector at excitation wavelength 286 nm and 635 nm emission. The extraction process from beef by protein precipitation method using trichloroacetic acid. The used method meet the eligibility criteria Validation of Analytical Methods Used in Residue depletion Studies by the FDA, method was validated in the range of 5-50 ng/g by correlation coefficient value 0.9982, and validated with accuracy (%diff) -34.80% - 1,28%, and precision <11%. Limit of detection this method is 1,49 ng/g and limit of quantitation is 5,00 ng/g. In the stability test, zilpaterol in beef stable at 3 cycles of freeze and thaw and the extract for 1 week."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Anggraeni
"Glukosamin memilki efek terapi farmakologis alternatif untuk pengobatan osteoarthritis. Pemakaian glukosamin secara transdermal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi bioavaibilitas yang baik. Bentuk sediaan nanoemulsi dapat meningkatkan kelarutan obat, stabil secara termodinamika dan memiliki penampilan yang transparan dengan ukuran partikel kurang dari 100 nm. Senyawa peningkat penetrasi perkutan diantaranya etanol dan asam oleat ditambahkan ke dalam masing-masing formula nanoemulsi glukosamin, Uji daya penetrasi secara in vitro dengan sel Difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus Rattus norvegicus menghasilkan jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi setelah 8 jam dari sediaan formula A (etanol 6%) dan formulasi B (asam oleat 6%) secara berturut turut sebanyak 1147,30± 27,45 μg/cm2; 708,72 ± 10,35 μg/cm2. Laju penetrasi atau fluks dari sediaan formula A dan formula B berturut - turut sebesar 218,41 ± 2,68 μg/cm2.jam; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.jam. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan seperti organoleptis, homogenitas, pH, Viskositas, sentrifugasi dan ukuran partikel. Ukuran rata ? rata partikel yang diperoleh pada formulasi A 4,5 nm dan formulasi B 12,3.

Glucosamine have an alternative pharmacologic theraphy for osteoarthritis. Oral glucosamine does not show any good bioavaibility, for that reason transdermal route is one wich was developed to overcome the problem. Nanoemulsi dosage form can improve drug solubility, thermodynamically stable and has a transparant appearance with particle size less than 100 nm. Percoutaneous penetration ethanol and oleic acid were added to each nanoemulsion formula glucosamine. Penetration test in vitro with Franz diffusion cell using Rattus norvegicus rat abdomen skin as membrane diffusion. Cumulative amount of glucosamine penetrated after 8 hours from formula A (ethanol 6%) and formula B (6%) were 1147,30±27,45 μg/cm2; 708,72±10,35 μg/cm2 respectively. Penetration rate or flux of glucosamine from formula A and formula B, 218,41 ± 2,68 μg/cm2.hour; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.hour. Physical stability test is done through organoleptic, homogenaity, pH, viscosity, centrifugation and particle size. The average particle size obtained from formula A and formula B were 4,5 nm and 12,3 nm respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yulianti
"Kolagen merupakan jenis protein fungsional yang tersusun dalam bentuk triple helix, kandungan asam amino yang paling banyak dalam kolagen yaitu glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, memurnikan, dan mengetahui karakteristik kolagen hasil isolasi dari tendon sapi serta pencarian kondisi analisis optimum untuk memperoleh kadar glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Metode isolasi kolagen yang dilakukan adalah menggunakan NaOH 0,1. sebagai langkah pre-treatment, asam asetat 0,5. untuk proses ekstraksi, salting out dengan NaCl 0,9 M, kemudian dilakukan sentrifugasi dan proses dialisis sebagai proses pemurnian, lalu freeze drying untuk mendapatkan hasil kolagen padat.
Karakterisasi kolagen yang dilakukan yaitu uji organoleptis, pH, kadar air, kadar abu, viskositas, gugus fungsi, dan pewarnaan Casson's trichrome. Selanjutnya kolagen dihidrolisis dengan HCl. N selama 24 jam, serta dilakukan proses derivatisasi menggunakan pereaksi 9-Fluorenimetoksikarbonil klorida FMOC-Cl. Kemudian kolagen dianalisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom C18 dan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 265 nm, dan emisi 320 nm. Fase gerak yang digunakan adalah dapar asetat pH 4,2 ndash; Asetonitril 55:45 dengan laju alir 0,8 mL/menit. Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan kadar rata-rata glisin 33,247 0,20. prolin 11,867 0,20. dan hidroksiprolin 10,51 0,23.

Collagen is. type of functional protein that is composed of the triple helix form, the most abundant amino acids in collagen are glycine, proline, and hydroxyproline. In this study, collagen was isolated, purified, and characterized from bovine tendon, then determined of the optimum condition analysis to obtain glycine, proline, and hydroxyproline. Collagen isolation process used NaOH 0.1. as. pretreatment, acetic acid 0.5. as extraction process, salting out process with NaCl 0.9 M, centrifugation and dialysis process to purification. and then freeze drying as the final stage.
The characterization test of collagen include organoleptic, pH, moisture content, viscosity, ash content, FTIR analysis, and staining Casson 39. trichrome. Then, collagen was hydrolyzed using HCL. N for 24 hours, and derivatized using. Fluorenymethoxycarbonil chloride FMOC Cl. After that, collagen was analyzed using high performance liquid chromatography HPLC with. 18 column and fluorescence detector at excitation wavelength of 265 nm, emission wavelength of 320 nm. Mobile phase used acetic buffer pH 4.2 ndash Acetonitrile 55 45 with flow rate 0.8 mL minute. The results showed average contents of glycine 11.867 0.20. proline 33.247 0.20. and hydroxyproline 10.51 0.23
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>