Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122269 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angelina Wening Widiyanti
"Bakteriosin telah dikenal sebagai polipeptida kecil yang memiliki aktivitas antimikroba dan disintesis oleh banyak bakteri. Pada penelitian sebelumnya, ditemukan adanya tiga peptida dengan motif glisin ganda yang diduga bakteriosin dalam Weissella confusa MBF8-1. Ketiga bakteriosin tersebut telah berhasil diklon pada Bacillus subtilis DB403. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi dan karakterisasi peptida rekombinan bakteriosin, khususnya Bac1 menggunakan metode elektroforesis Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel (SDS - PAGE). Bacillus subtilis DB403 dibiakkan dan diinduksi dengan Xylosa untuk melihat ekspresi peptida rekombinan. Kemudian sel diresupensi dan dipurifikasi dengan Kolom Afinitas HisTrap FF 5 mL yang diikuti dengan liofilisasi. Karakterisasi diamati menggunakan SDS - PAGE dan dikonfirmasi menggunakan uji aktivitas antimikroba yang menunjukkan konsentrasi hambat minimal (KHM). Bakteri indikator yang digunakan adalah Leuconstoc mesenteroides TISTR120. Adanya gen bac1 dibuktikan dengan Polymerase Chain Reaction menggunakan plasmid sebagai template dan pasangan primer spesifik. Berdasarkan terjadinya misfolding dan agregasi yang disebabkan adanya penambahan Histidin tag pada bac1, peptida Bac1 tidak berhasil dikarakterisasi menggunakan SDS - PAGE. Fraksi elution buffer Bac1 menunjukkan adanya pita tunggal pada ukuran 96 kDa. Sedangkan prediksi kalkulasi berat molekul menggunakan sekuens asam amino menunjukkan bobot molekul Bac1 adalah 4,9 kDa. Hasil Uji KHM tidak menunjukkan aktivitas potensial Bac1 sebagai bakteriosin tunggal.

Bacteriocin is a well-known ribosommally synthesized polypeptide by many bacteria, which has antimicrobial effect. In a previous study, three putative double glycine motive peptide encoded in Weissella confusa MBF8-1. These putative bacteriocins were cloned in Bacillus subtilis DB403. This study aims to observe expression and characterization recombinant bacteriocin, in particular Bac1 using Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel (SDS - PAGE) method. B.subtilis DB403 was cultivated and induced with xyllose to observe the expression of recombinant peptide. Then, cell was resuspended and purified with HisTrap FF Affinity Column 5 mL, followed by lyophilization. Characterization was done by SDS ? PAGE and was confirmed by antimicrobial activity assay performing Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Indicator bacteria used was Leuconostoc mesenteroides TISTR120. The existence of bac1 gene has been proved by Polymerase Chain Reaction (PCR) using plasmid as template and specific primer pairs. It is assumed that due to malfolding and aggreggation caused by Histidin tag added to bac1 gene, Bac1 peptide cannot be succesfully characterized by SDS - PAGE. Analysis of Bac1 fraction from elution buffer step resulted a single band at 96 kDa. While, predictive calculation of molecular weight by Bac1 amino acid sequence is 4.9 kDa. MIC assay result did not show potential activity of Bac1 as a single bacteriocin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine
"Dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat tiga jenis bakteriosin yang disandi oleh Weissella confusa MBF8-1, yaitu Bac1, Bac2, dan Bac3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberhasilan ekspresi Bac3 yang dibawa oleh Bacillus subtilis DB403 serta karakterisasinya dengan elektroforesis SDS-PAGE dan uji KHM. Keberadaan gen bac3 dikonfirmasi dengan PCR yang menunjukkan fragmen DNA berada pada 135 bp. Produksi skala besar rekombinan B. subtilis DB403 dilakukan dengan menggunakan fermenter dengan agitasi 100 rpm dan suhu 30oC. Pelet sel yang diperoleh, dipanen dengan sentrifugasi dan dipecah dengan ultrasonikasi. Pada saat pemecahan sel, PMSF sebagai penghambat protease ditambahkan ke dalam suspensi sel, kemudian disentrifugasi. Proses purifikasi menggunakan kolom HisTrap dan fraksi purifikasi diliofilisasi. Konsentrasi protein yang akan dikarakterisasi dengan elektroforesis SDS-PAGE diukur dengan menggunakan BCA Assay. Hasil elektroforesis SDS-PAGE tidak menunjukkan pita protein seperti yang diharapkan dan ini diduga karena adanya fenomena folding, hasil purifikasi menunjukkan pita berada pada ukuran 86-87 kDa. Untuk konfirmasi proses purifikasi, uji aktivitas antimikroba KHM dilakukan, hasil uji menunjukkan peptida rekombinan Bac3 memiliki aktivitas antimikroba yang lemah.

From the previous study, it was reported that three type of bacteriocins were produced by Weissella confusa MBF8-1, they are Bac1, Bac2, and Bac3. The objectives from this study are to know the result of Bac3 expression in Bacillus subtilis DB403 and the characterization by SDS-PAGE and MIC. The existence of bac3 encoding gene was confirmed by PCR showing DNA fragment at 135 bp. Large scale production of recombinant B. subtilis DB403 is done by fermenter with the agitation was set to 100 rpm and the temperature was 30oC. The pellet cell obtained was collected by centrifugation and the cell lysed by ultrasonication. During cell lysis, protease inhibitor PMSF was added to the cell suspension, followed by centrifugation. Purification by HisTrap column was carried out and the protein was lyophilized. The concentration of protein for SDS-PAGE characterization was measured by performing BCA Assay. The SDS-PAGE did not show protein band as expected and it was assumed due to folding phenomenon problem, purification result showed at 86-87 kDa band. To confirm the purification process, antimicrobial activity assay performing MIC was carried out, the result showed weak antimicrobial activity of Bac3 recombinant peptide.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Bakteriosin merupakan suatu senyawa protein yang memiliki efek bakterisida terhadap mikroorganisme lain. Bakteri Weissella confusa MBF8-1 yang telah berhasil diisolasi dari produk ampas kacang kedelai terfermentasi, diketahui memiliki aktivitas Bacteriosin Like Inhibitory Substance (BLIS) terhadap bakteri Leuconostoc mesenteroides. Berdasarkan data pada GenBank, terdapat tiga jenis bakteriosin dari W.confusa MBF8-1, yaitu bakteriosin 1, 2, dan 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi dan karakterisasi salah satu bakteriosin yang dimiliki, yaitu bac2 dengan menggunakan SDS-PAGE. Dalam penelitian sebelumnya, peptida bakteriosin rekombinan Bac2 telah diklon ke Bacillus subtilis DB403. Keberadaan peptida rekombinan Bac2 telah diverifikasi dengan PCR menggunakan primer spesifik. Purifikasi dilakukan dengan menggunakan kolom afinitas HisTrap FF dan diliofilisasi dengan metode freeze-dry. SDS-PAGE digunakan untuk karakterisasi bobot molekul. Uji KHM terhadap bakteri uji Leuconostoc mesenteroides TISTR dilakukan sebagai uji aktivitas antimikroba serta konfirmasi karakterisasi. Hasil SDS-PAGE menunjukkan bahwa peptida Bac2 tidak berhasil dikarakterisasi, fraksi elusi Bac2 menunjukkan pita ukuran ± 84 kDa sedangkan kalkukasi sekuens asam amino diduga ukuran peptida Bac2 adalah 3,96 kDa. Hal ini terjadi karena terbentuknya agregat yang disebabkan oleh sifat bakteriosin. Uji KHM menunjukkan bahwa fraksi elusi Bac2 tidak memiliki aktivitas antimikroba yang potensial ketika diaplikasikan dalam bentuk bakteriosin tunggal.

Bacteriocin is a protein that has a bactericidal effect against other microorganisms. Weissella confusa MBF8-1 was isolated from waste of fermented soya and showed Bacteriosin Like Inhibitory Substance (BLIS) activity against bacteria Leuconostoc mesenteroides. Based on data on the GenBank, there are three types of bacteriocin produced by W.confusa MBF8-1, Bacteriocin 1,2,3. The objective of this study is to observe the expression and characterization one of bacteriocin, that is bac2 by using SDS-PAGE. In previous study, recombinant bacteriocin peptide Bac2 was cloned into Bacillus subtilis DB403. The existence of recombinant peptide Bac2 has been successfully proved by PCR with spesific primer. Purification method have been done using HisTrap FF affinity coloumn and was liofilized using freeze-dry method. SDS-PAGE has been done to characterize its molecular mass and showed that Bac2 peptide cannot be successfully characterized. Bac2 elution fraction showed band at size ± 84 kDa while by calculation amino acid sequence the molecular mass should be 3,96 kDa. Its happened due to aggregation caused by characteristic of bacteriocin. Minimum Inhibitory concentrations (MIC) test against Leuconostoc mesenteroides TISTR have been done as an antimicrobial activity assay and confirmation of characterization, the result didn?t show potential activity at elution fraction when application as a single bacteriocin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Pricilia
"Kejadian resistensi antimikroba telah menyebabkan berkurangnya efektivitas agen antimikroba yang sudah beredar. Bakteriosin adalah peptida antimikroba (PAM) yang dihasilkan oleh bakteri. Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi bakteriosin jenis lantibiotik Salivaricin 9 dan nonlantibiotik Sm1 dan Sm2 yang dihasilkan oleh Streptococcus macedonicus MBF10-2. Upaya pengembangan agen antimikroba baru dikendalai oleh masalah seperti jumlah produksi bakteriosin alami yang terbatas dan harga bakteriosin sintetik yang tinggi. Ekspresi peptida bakteriosin secara heterolog dapat menjadi metode alternatif produksi bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fragmen gen bakteriosin secara in vitro dan perancangannya untuk kloning secara in silico. Fragmen gen penyandi bakteriosin matur diperoleh dengan metode polymerase chain reaction (PCR) dengan primer hasil rancangan. Fragmen gen bakteriosin kemudian dilakukan kloning secara in vitro pada vektor pTA2 untuk menghasilkan plasmid rekombinan pTA2_Sal9, pTA2_Sm1 dan pTA2_Sm2. Seluruh plasmid rekombinan dikonfirmasi dengan PCR dan Sanger sekuensing. Seluruh plasmid rekombinan yang telah dikonfirmasi digunakan untuk mengamplifikasi fragmen gen bakteriosin dengan primer modifikasi yang mengandung situs enzim restriksi untuk dielongasi pada setiap ujung fragmen gen secara in silico. Fragmen gen bakteriosin yang telah dimodifikasi kemudian dikloning secara in silico pada vektor pNZ8148 dan pET-28a(+) untuk produksi pada Lactococcus lactis dan Escherichia coli secara berturut-turut dengan restriksi-insersi. Primer dan plasmid rekombinan hasil perancangan yang dihasilkan perlu dilanjutkan ke tahap uji coba in vitro.

The emergence of antimicrobial resistance has resulted in the decrease of efficiency of the current available antimicrobial agents. Bacteriocins are antimicrobial peptides (AMP) that are produced by bacteria. Bacteriocins produced by Streptococcus macedonicus MBF10-2 have been previously identified as the lantibiotic salivaricin 9 and the nonlantibiotics Sm1 and Sm2. The development of bacteriocins as new antimicrobial agents is challenged by the limited natural production of bacteriocins and the high costs of synthetic bacteriocins. Heterologous expression of bacteriocin peptides can be an alternative method. This study aims to isolate the bacteriocin gene fragment of Sal9, Sm1 and Sm2, followed by in vitro and in silico cloning. Specific primers were designed to obtain the gene fragments by polymerase chain reaction (PCR). The gene fragments were then cloned in vitro into pTA2 vector, generating pTA2_Sal9, pTA2_Sm1 dan pTA2_Sm2 recombinant plasmids. The recombinant plasmids were then confirmed by PCR and Sanger sequencing. In silico studies were carried out by using all recombinant plasmids and the gene fragments were amplified by employing modified oligonucleotide primers containing enzyme restriction sites to flank the gene fragment. The modified bacteriocin gene fragments are then cloned in silico into expression vectors pNZ8148 and pET-28a(+) for the production in Lactococcus lactis and Escherichia coli respectively by restriction-insertion. The designed primers and plasmid constructs serve as reference for further in-vitro study.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti NKM Sartono
"Bakteriosin adalah suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) telah diketahui memiliki aktivitas spermisida dan antibakteri. Bakteriosin memiliki potensi untuk digunakan sebagai senyawa spermisida yang juga berperan dalam pencegahan penyakit menular seksual, seperti Nisin yang diproduksi dari Lactococcus lactis dan Subtilosin yang diproduksi dari Bacillus amyloliquefaciens. Penelitian Weissella confusa MBF8-1 sebelumnya diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS) yang memiliki aktivitas antibakteri, namun belum pernah ada pengujian spermisida.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas spermisida dari BLIS yang diperoleh dari W.confusa MBF8-1, serta peptida rekombinan dan sintetik Bac1, Bac2, Bac3 yang merupakan bakteriosin dari W.confusa MBF8-1. Skrining spermisida menggunakan metode Sander-Cramer untuk mengetahui pergerakan sperma setelah diberikan perlakuan, dan dihitung berdasarkan kategori progresif, non progresif, dan imotil.
Hasil pengujian diolah dan dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan bermakna dari kontrol normal dan sperma dengan perlakuan. Hasil menunjukkan peptida sintetik kombinasi Bac1-2-3 dengan konsentrasi 300 ppm memiliki aktivitas spermisida yang paling tinggi dengan peningkatan skor imotilitas 38.25 pada waktu kontak 30 detik dan 39 pada waktu kontak 5 menit dibandingkan dengan BLIS, peptida rekombinan, dan peptida sintetik yang lain. BLIS, peptida rekombinan, dan peptida sintetik tidak menunjukkan aktivitas spermisida sebagaimana pembandingnya nisin tunjukkan.

Bacteriocin, is an antimicrobial peptide produced by the bacteria itself, including the lactic acid bacteria (LAB), known for its antibacterial and spermicidal activities. Bacteriocin has a potential to be developed as a spermicidal agent which can also prevent the sexual transmitted disease, such as Nisin produced by Lactococcus lactis and Subtilosin produced by Bacillus subtilis. Previous study of Weissella confusa MBF8-1 stated that it produced a bacteriocin like inhibitory substance (BLIS) and showed an antibacterial activity, but screening for its spermicidal activity has not been conducted yet.
This study aimed to know the spermicidal activity of its BLIS, recombinant and synthetic form of Bac1, Bac2, Bac3 peptides which are the bacteriocins from W.confusa MBF8-1. The screening for spermicidal activity was conducted by using the modified Sander-Cramer assay and the statistic analysis had been done by using SPSS software.
Result showed that the combination of Bac1-2-3 in synthetic peptide form has the highest spermicidal activity compares to BLIS, recombinant, and other synthetic pepide, with the increase of imotility score by 38.25 points in 30 seconds contact, and 39 points in 5 minutes contact. However, BLIS, recombinant and synthetic peptide Bac1, Bac2, Bac3 did not show a spermicidal activity as nisin did.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrews, Anthony T.
Oxford : Clarendon Press, 1986
541.37 AND e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Tyas Hapsari
"Fruktansukrase merupakan enzim ekstraselular yang biasanya diproduksi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Oleh BAL, enzim ini digunakan untuk memproduksi eksopolisakarida (EPS) dari substrat sukrosa maupun substrat rafinosa. EPS memiliki potensi yang besar dalam industri farmasi, pangan dan kesehatan. Dalam penelitian sebelumnya, Fruktansukrase rekombinan diklon ke dalam Bacillus subtilis DB 403 dan dirancang untuk disekresikan keluar sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi protein fruktansukrase rekombinan dari bakteri Bacillus subtilis dan untuk mengetahui aktivitas fruktansukrase rekombinan tersebut. Pada penelitian ini, Bacillus subtilis rekombinan ditumbuhkan dan dipanen untuk mendapatkan protein fruktansukrase di dalam supernatan kultur. Protein dieksresikan secara ekstraselular. Ke dalam supernatan lalu ditambahkan PMSF untuk mencegah terjadinya degradasi oleh protease. Selanjutnya protein diliofilisasi dengan metode freeze dry. Pelet protein diresuspensikan dalam sejumlah kecil buffer sedemikian rupa sehingga konsentrasinya pekat, setelah itu difiltrasi dengan menggunakan Amicon® Ultra-15 Centrifugal Filter Device cutoff -30 kDa untuk memisahkan fraksi protein yang berukuran besar dan kecil. Fraksi protein yang lebih besar dari 30 kDa dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan SDS-PAGE. Sebagian fraksi tersebut dianalisis secara in situ dengan PAS-staining. Aktivitas fruktansukrase dapat diamati pada gel yang diinkubasi dengan substrat sukrosa dan substrat rafinosa berupa pita berwarna pink intensif.

Fructansucrase is an extracellular enzyme which usually produced by Lactic Acid Bacteria (LAB). By LAB, this enzyme is used to produce exopolysaccharide (EPS) from both sucrose and rafinose substrates. EPS has huge potential in pharmaceutical, food and health industries. In previous research, fructansucrase recombinant was cloned into Bacillus subtilis DB 403 and was designed to be secreted extracelullarly. This research aims to isolate the recombinant protein fructansucrase from Bacillus subtilis and to understand the activity of this recombinant fructansucrase. Bacillus subtilis was grown and extracted to obtain the fructansucrase protein within the culture supernatant. PMSF was added into the supernatant to prevent any degradation by proteases. The supernatant was liofilized using freeze-dry method. The protein pellets were then resuspended with small volume of buffer to obtain a more concentrated sample. Subsequently, the protein was filtrated using Amicon® Ultra-15 Centrifugal Filter Device cutoff -30 kDa to separate protein filtrate by size. Protein fraction which was larger than 30 kDa was collected and analyzed by SDS PAGE. Some of the fraction was analyzed in situ using PAS-staining. Fructansucrase activity is observed on gel after incubation with both sucrose and raffinose substrate as a pink intensive band.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Yuliantie
"Bakteri Weissella confusa MBF 8-1 yang diisolasi dari produk ampas kacang kedelai terfermentasi telah diteliti memiliki aktivitas Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS) terhadap bakteri Leuconostoc mesenteroides. W. confusa MBF8-1 menyandikan tiga jenis bakteriosin yaitu bakteriosin 1 (Bac1), 2 (Bac2), dan 3 (Bac3). Di masa depan, diharapkan bakteriosin tersebut dapat digunakan sebagai peptida antimikroba baru maupun sebagai komplemen antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan vektor rekombinan pembawa gen bakteriosin 1 (bac1) yang dapat diintroduksi ke inang yang sesuai. Vektor rekombinan dikloning dengan metode rekombinatorial Gateway®. Amplifikasi bac1 dengan teknik PCR menggunakan primer yang didesain spesifik dari sekuens bac1 dengan tag attB. Produk PCR disisipkan ke plasmid pDONRTM221 lewat reaksi BP. Plasmid rekombinan selanjutnya ditransformasikan ke sel inang Escherichia coli DH5α. Keberadaan bac1 pada plasmid rekombinan diverifikasi dengan sekuensing. Transformasi yang dilakukan berhasil mengkloning bac1 ke vektor rekombinan, sehingga diperoleh plasmid pENT_Wcbac1 yang dapat digunakan untuk proses selanjutnya dalam ekspresi Bac1.

Weissella confusa MBF 8-1 was isolated from waste of fermented soya and showed Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS) activity against bacteria Leuconostoc mesenteroides. There are three types of bacteriocin produced by W. confusa MBF8-1: bacteriocin 1 (Bac1), 2 (Bac2), and 3 (Bac3). In the future, bacteriocin is potent either to be a new antimicrobial peptide or as antibiotics complement. This experiment was conducted to clone recombinant vector containing bacteriocin 1 gene (bac1) that later can be introduced to suitable expression system. Recombinant vector was cloned by Gateway® recombinatorial technique. First, bac1 was amplified by PCR, using specifically designed primers from bac1 sequence added with attB tag. The PCR product then inserted into pDONRTM221 by BP recombination reaction. Finally, the resulting recombinant plasmid was transformed to Escherichia coli DH5α. The bac1 was verified by sequencing. The transformation successfully cloned bac1 into recombinant vector, named pENT_Wcbac1, which later can be used in the next step of Bac1 expression."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajar Muthi'ah Mahendra
"Rekayasa genetika adalah proses yang melibatkan perubahan struktur genetik suatu organisme dengan menghilangkan, memasukkan, atau memodifikasi materi genetik yang terdapat pada objek yang dituju. Salah satu teknik rekayasa genetika adalah pengeditan gen. Metode pengeditan gen yang paling populer saat ini adalah CRISPR-Cas9 yang merupakan singkatan dari clustered regularly interspaced short palindromic repeat-associated protein 9. Penelitian ini mengkaji aktivitas Cas9 dengan sgRNA dari bakteri Geobacillus kaustophilus secara in silico dan in vitro. Pada percobaan in silico digunakan metode molecular docking untuk mengkaji interaksi biomolekuler dengan variasi sgRNA yaitu spacer 10, 20, 30 nt; repeat 16, 25, 36 nt; dan tracrRNA 63, 98, 140 nt. Didapatkan hasil bahwa perubahan panjang spacer, repeat, dan tracrRNA dapat mempengaruhi tingkat besar afinitas pengikatan yang terbentuk dalam kompleks YebF-Cas9-sgRNA dari Geobacillus kaustophilus. Panjang optimal dari hasil molecular docking secara afinitas dan posisi yaitu pada variasi spacer 30 nt dengan repeat 16 nt dan tracrRNA 98 nt serta besar afinitas pengikatan –419,24 kkal/mol. Sedangkan pada percobaan in vitro, enzim Cas9 rekombinan dilakukan fusi enzim pembawa YebF dan diuji aktivitasnya menggunakan metode gel elektroforesis dengan variasi suhu inkubasi pada 30°C dan 50°C serta variasi konsentrasi enzim yaitu 9,4 μM dan 20,1 μM. Dari hasil gel elektroforesis, belum dapat hasil yang signifikan baik dalam uji aktivitas, pengaruh variasi suhu, maupun pengaruh variasi konsentrasi enzim.

Genetic engineering is a process that involves changing the genetic structure of an organism by removing, inserting, or modifying genetic material contained in the target object. One of the genetic engineering techniques is gene editing. The most popular gene editing method today is CRISPR-Cas9 which stands for clustered regularly interspaced short palindromic repeat-associated protein 9. This study examines the activity of Cas9 with sgRNA from the bacteria Geobacillus kaustophilus in in silico and in vitro way. In the in silico experiment, the molecular docking method was used to study biomolecular interactions with variations in sgRNA, namely spacer 10, 20, 30 nt; repeat 16, 25, 36 nt; and tracrRNA 63, 98, 140 nt. The results showed that changes in the length of the spacer, repeat, and tracrRNA can affect the level of binding affinity formed in the YebF-Cas9-sgRNA complex from Geobacillus kaustophilus. The optimal length of the molecular docking results in terms of affinity and position is in the variation of 30 nt spacer with 16 nt repeat and 98 nt tracrRNA and the binding affinity is –419.24 kcal/mol. While in the in vitro experiment, the recombinant Cas9 enzyme was fused with the YebF carrier enzyme and its activity was tested using the gel electrophoresis method with variations in incubation temperature at 30°C and 50°C and variations in enzyme concentration (9.4 μM and 20.1 μM). From the results of gel electrophoresis, there are no significant results were obtained in the activity test, the effect of temperature variations, or the effect of enzyme concentration variations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>