Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masyta Intan Yulianti
"ABSTRAK
Keberadaan masyarakat Betawi di DKI Jakarta mulai termarginalkan dari sisi
budaya maupun keruangan akibat perkembangan Kota Jakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses marginalisasi masyarakat Betawi dari segi
budaya dan keruangan. Metode penelitian ialah deskriptif kualitatif dan analisis
keruangan dengan melakukan wawancara kepada masyarakat Betawi di pesisir,
tengah dan pinggir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa marginalisasi
masyarakat Betawi dari segi budaya adalah bergesernya mata pencaharian,
upacara pernikahan, bahasa panggilan orang tua, dan makanan khas. Pergeseran
budaya tersebut diakibatkan oleh himpitan ekonomi, pencemaran, dan
perkembangan zaman. Marginalisasi masyarakat Betawi dari segi ruang
mengakibatkan berpindahnya masyarakat Betawi ke pinggir bahkan keluar kota
Jakarta, disebabkan penggusuran dan menjual tanah karena desakan ekonomi

ABSTRACT
The existence of the Betawi in Jakarta began marginalized in terms of culture and
space as a result of the development of the city of Jakarta. This study aims to
determine the process of marginalization of the Betawi people in terms of culture
and space. The research method is descriptive qualitative and spatial analysis to
do an interview to the Betawi people in coastal, central and edge. The results
showed that the marginalization of the Betawi people in terms of culture, the shift
in livelihood, wedding ceremonies, language call the parents, and the food is
typical. The cultural shift caused by economic pressure, pollution, and the times.
Betawi community marginalization in terms of space resulted in the migration of
the Betawi people to even out the edge of the city, due to evictions and sell the
land due to economic pressures."
2016
S65675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Fadillah
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
TA3752
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
899.209 BET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Airen Meleagrina Regia
"Masyarakat etnis Tionghoa merupakan salah satu masyarakat etnis terbesar di Indonesia. Msyarakat etnis Tionghoa membangun sebuah pemukiman yang berada di Jakarta, yaitu kawasan Glodok. Kawasan Glodok selain dikenal sebagai pemukiman masyarakat etnis Tionghoa, kawasan ini juga dikenal sebagai pusat perdagangan terbesar di Jakarta. Dengan keberagaman kebudayaan di masyarakat etnis Tionghoa mempengaruhi kepada pembentukan pola persebaran pemukiman masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa persebaran pemukiman masyarakat etnis Tionghoa dan faktor-faktor yang mempengaruhi bentang budaya masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok, Jakarta. Metode yang digunakan adalah menganalisis temuan secara kualitatif dengan melakukan wawancara dengan macam tokoh masyarakat dan pejabat publik di kawasan Glodok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola persebaran permukiman etnis Tionghoa di kawasan Glodok memiliki ciri yaitu persebaran dengan bentuk rumah toko (Ruko) dan pesebaran masyarakat etnis Tionghoa di kawasan Glodok saat ini adalah menyebar dan mengikuti jalan dan pusat perdagangan. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi bentang budaya di kawasan Glodok adalah mata pencaharian, kesenian, bahasa, religi dan adat.

The Chinese ethnic community is one of the largest ethnic communities in Indonesia Indonesia. The Chinese ethnic community built a settlement in Jakarta, namely in Glodok. The purpose of This study is to analyze the distribution of settlements of the Chinese ethnic community and the factors that influence the cultural landscape of the ethnic Chinese community in Glodok, Jakarta. To analyze the findings qualitatively, the method is used by conducting interviews with various community leaders and public officials in the Glodok region. The results showed that the distribution pattern of ethnic Chinese settlements in Glodok that has a characteristic of a residence in the form of a shophouse the distribution of the Chinese ethnic community in the Glodok area is spreading and following the trade center. While the factors that influence the cultural landscape in the Glodok area are livelihood, arts, languages, religion and custom."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ma`mun
"Penelitian tentang masalah masyarakat multikultural di Indonesia, khususnya di kota Jakarta, masih sedikit jumlahnya. Di lain pihak, masyarakat kota Jakarta saat ini telah berkembang menjadi masyarakat multikultural yang terdiri atas beragam kelompok etnis dan agama. Perbedaan budaya tersebut, bila ditangani dengan kebijakan yang tepat, maka akan menciptakan kehidupan sosial yang harmonis serta menumbuhkembangkan nilai berdemokrasi. Sebaliknya, kebijakan pemerintah (penguasa) yang tidak tepat dalam menangani keragaman akan melahirkan konflik sosial yang akan mengancam peradaban manusia. Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah bagaimana relasi hubungan sosial antar keragaman etnis dan agama di Jakarta? Lebih lanjut lagi, kebijakan apa yang telah diambil oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani adanya keragaman budaya tersebut?
Penelitian ini terfokus pada kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menangani perrnasalahan yang muncul dari keberadaan masyarakat multikultural di Jakarta antara tahun 1998 sampai 2005, karena pada masa ini tingkat kesadaran etnis dan simbol-simbol keagamaan menjadi lebih terbuka, seiring dengan gerakan reformasi dan demokratisasi. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, studi pustaka dan pengumpulan data-data yang kemudian dianalisis.
Dari analisis tersebut penulis menemukan adanya keragaman warga Jakarta telah terjalin hubungan relasi yang baik. Kebijakan Pemprov DKI Jakarta juga telah mengarah pada kerukunan etnis dan agama di Jakarta. Namun nilai-nilai yang mengatur adanya keragaman itu, masih belum terinternalisasi dalam kehidupan sosial, sehingga Jakarta masih rawan konflik sosial manakala ada faktor pemicunya.
Untuk meneliti masalah tersebut, penulis menggunakan teori politik multikulutral yang digagas oleh Will Kymlicka yang menekankan pentingnya peranan pemerintah dalam menangani adanya perbedaan kelompok masyarakat atas dasar etnis dan agama. Selain itu, teori Harold R. Ishak juga digunakan yang mengisyaratkan bahaya sentimen kelompok etnis bila tidak diantisipasi dengan tepat.

Research on problems of multicultural society in Indonesia, in Jakarta particularly, is still rare in quantity. On the other hand, Jakarta's community at the moment is expanding to be a multicultural society of various ethnic and religious groups. This cultural difference, when managed with proper and accurate policy will be able to create a harmonious social life and develop a democratic value. On the other hand, a mishap on government policy in dealing with multiculturalism will result in social conflict, which can endanger human civilization.
Problem posed in this thesis is how the social relationship between various ethnic and religious groups established in Jakarta? Furthermore, what policy the Provincial Government of DKI Jakarta in dealing has taken with this cultural diversity? This research focused on the 1998-2005 policy of the Provincial Government of DKI Jakarta in dealing with problems resulted from the existence of multicultural society in Jakarta. In this period of time, the ethnic consciousness and the usage of religious symbols become more visible, in parallel with the reform movement and democratization. This research used interview technique, library research and collecting data, which were analyzed later on.
The analysis resulted that the existence of good relationship between diverse groups. The Provincial Government's policy also has able to create a framework for ethnical and religious peace in Jakarta. However, the values underlying this diversity have not internalized within the social life of Jakarta's society and hence Jakarta is still fragile in anticipating emerging social conflict whenever a trigger factor occurs.
The theory used to analyze this research problem was the multicultural politics theory posed by Will Kymlicka, which stressed the importance of government's role in dealing with society's diversity in ethnic and religion. Another theory used in this thesis is a theory posed by Harold R. Ishak, which warn the danger of ethnic groups stereotypes if not address properly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citta Virya
"Latar belakang peneliti mengangkat penelitian ini adalah adanya catatan sejarah depolitisasi pada masyarakat Tionghoa dalam perjalanan demokrasi dan alur politik bangsa Indonesia. Diantaranya perlakuan diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa pada masa pemerintahan Orde Baru baik secara politik, sosial maupun kultural. Diskriminasi inilah yang pada akhirnya membuat sebagian besar masyarakat Tionghoa menarik diri dari percaturan politik nasional maupun lokal, fenomena dan streotif yang berkembang kemudian adalah masyarakat Tionghoa anti politik dan partisipasi politik mereka sangat rendah. Setelah reformasi digulirkan sebagian besar payung hukum serta bentuk-bentuk diskriminasi tersebut telah dihilangkan artinya masyarakat Tionghoa memiliki kesempatan dan ruang gerak yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam kancah politik nasional maupun daerah. Untuk itu Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimanakah pengaruh budaya politik terhadap partisipasi politik etnis Tionghoa pada Pemilu di wilayah DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, tinjauan pustaka dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria keterwakilan. Informan terdiri dari Menteri Perhubungan, Gubernur DKI Jakarta, anggota legislatif, ketua- ketua paguyuban, dan pengusaha dari etnis Tionghoa. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat etnis Tionghoa bukanlah masyarakat yang apolitis, mereka memiliki partisipasi politik yang cukup tinggi, dengan indikator mereka terlibat aktif dalam proses-proses politik, baik memberikan suara, kritik, saran/usulan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, melakukan lobying dan melakoni peran sebagai tim sukses pemenangan calon pemimpin.

Background researchers raised this study is the historical record depoliticization of the Chinese community in the course of democracy and political groove of Indonesia. Including discrimination against the Chinese community in the New Order government both politically, socially and culturally. Discrimination is what ultimately makes the most of Chinese people withdrawing from the national and local politics, and streotif growing phenomenon then is anti-politics of Chinese society and their political participation is very low. After the reforms initiated by the majority of legal protection as well as other forms of discrimination has been removed means that Chinese society has an opportunity and a wider space to participate in national and local politics. The aim of this study was to determine how the influence of the political culture of the political participation of Chinese community in the election in Jakarta. Data collected by using in-depth interviews, observation, literature review and documentation. Informants in this study were selected based on criteria of representativeness. Informants consisted of Minister of Transportation, The Governor of Jakarta, legislators, chairmen of associations, and entrepreneurs from Chinese community. The results showed that the Chinese community is not a community that is apolitical, they have a fairly high political participation, with indicators they are actively involved in political processes, both provide sound, criticism, suggestions / proposals to the policies made by the government, do lobying and plays a role as a successful winning team leaders."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Safira
"Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan Gelanggang Remaja di wilayah DKI Jakarta dan dampaknya pada masyarakat sejak tahun 1970-1980. Gelanggang remaja merupakan wadah atau tempat yang biasanya dipakai para remaja untuk memanfaatkan waktu luang dengan melakukan berbagai kegiatan yang berguna dan positif. Selain itu Gelanggang Remaja juga menjadi tempat bertanding atau berkompetisi para remaja dalam berbagai macam kegiatan. Pembahasan dalam penelitian ini diawali oleh latar belakang pendirian Gelanggang Remaja, kegiatan-kegiatan yang diadakan Gelanggang Remaja, dan dampaknya terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan Metode Sejarah yang menerapkan Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi dalam penulisannya. Kesimpulan sementara yang penulis dapatkan, menunjukkan bahwa Gelanggang Remaja yang diawali pada tahun 70-an mengalami perkembangan yang signifikan sejak tahun 70an hingga 80an dengan menunjukan bahwa banyak diminati remaja, terkait dengan banyaknya aktivitas yang ditawarkan oleh gelanggang remaja tersebut, seperti kursus-kursus ilmu keterampilan, penyedia sarana olahraga dan kesenian. Di masa keemasannya Gelanggang Remaja merupakan penyelenggara sekaligus mewadahi berbagai acara berskala regional maupun nasional, seperti Festival Teater Remaja, Pekan Olahraga Nasional, Pemilihan Abang None. Banyaknya acara pada gelanggang remaja melatar belakangi terbentuknya organisasi Karang Taruna. Kemudian terdapat beberapa dampak dari Gelanggang Remaja pada masyarakat yaitu diantaranya dampak sosial, ekonomi, budaya dan olahraga. Dari dampak positif tersebut lahirlah beberapa tokoh besar yang kita kenal hingga saat ini seperti, Komeng (pelawak), Iwan Fals (penyanyi), Papa T Bob (pencipta lagu anak populer) dan masih banyak lagi.

This study explains the development of youth centers in the DKI Jakarta area and their impact on society from 1970-1980. A youth center is a place or place that‟s usually used by teenagers to take advantage of their spare time by doing various useful and positive activities. Besides that, the youth arena is also a place to compete or compete for teenagers in various kinds of activities. The discussion in this study begins with a background of establishment of youth arena, the activities held by the youth arena, and their impact on society. This study uses the Historical Method which applies Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography in its writing. The temporary conclusion that the authors get, shows that the youth arena that was started in the 70s has developed from the 70s to the 80s by showing that it is in great demand by teenagers, related to the many activities offered by the youth arena, such as skills science courses, a provider of sports and arts facilities. In its golden age, Youth Center was the organizer as well as accommodating various regional and national scale events, such as the Youth Theater Festival, National Sports Week, Abang None Election. The number of events at the youth arena was the background for the formation of the Karang Taruna organization. Then there are several impacts of the Youth Center on society, including social, economic, cultural and sports impacts. From this positive impact, some great figures that we know today were born such as, Komeng (comedian), Iwan Fals (singer), Papa T Bob (composer of popular children's songs) and many more."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vadia Virgina Jamila
"DKI Jakarta diketahui sebagai tempat pertemuan dari etnis yang bersifat heterogen, sehingga memungkinkan adanya interaksi antar berbagai macam kebudayaan yang menciptakan terbentuknya cikal bakal etnis Betawi. Sehubungan dengan pelestarian budaya Betawi sebagai identitas dari ibukota, DKI Jakarta mengembangkan destinasi pariwisata berbasis budaya, khususnya Betawi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik lokasi objek wisata budaya Betawi berdasarkan serta hubungan antara karakteristik lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan pada objek wisata budaya Betawi. Variabel dalam penelitian ini meliputi karakteristik lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan. Metode penelitian ini menggunakan analisis spasial deskriptif. Dapat dipahami bahwa Perkampungan Betawi Setu Babakan memiliki tipe memadai dan strategis serta termasuk ke dalam objek wisata budaya Betawi bernuansa . Untuk di Anjungan DKI Jakarta memiliki tipe kurang memadai dan kurang strategis serta Museum Kebahariaan Rumah Si Pitung memiliki tipe tidak memadai dan tidak strategis, termasuk ke dalam objek wisata budaya Betawi bernuansa historical Selain itu, dapat dipahami bahwa lokasi, karakteristik wisatawan, dan pergerakan wisatawan tidak memiliki hubungan.
DKI Jakarta is known as a encounter place of heterogeneous ethnic groups, so it possible for interactions among the ethnicities which has formed Betawi ethnic. As Betawi culture preservation functioned as a identity of the capital city, DKI Jakarta developed cultural-based tourism destination, espesially Betawi culture. This research is being used to know the differences between characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement on Betawi cultural tourism objects. Variable in this research are characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement. The method in this research used spatial and descriptive analysis. It could be known that Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan has adequate and strategic type and included as the cultural nuanced of Betawi cultural tourism objects. In this research, it known that Anjungan DKI Jakarta has less adequate and less strategic type, Museum Kebahariaan Rumah Si Pitung has not adequate and not strategic, included as the historical nuanced of Betawi cultural tourism object. On the other hand, it known that characteristic of location, characteristic of tourist and tourist movement have no relation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hesti Pratiwi
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemetaan bahasa di Indonesia belum sebanding dengan jumlah bahasa daerahnya. Pernyataan tersebut menjadi latar belakang penelitian pemetaan bahasa di Kecamatan Cipayung DKI Jakarta. Cipayung merupakan daerah yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan letak geografisnya, kecamatan Cipayung terletak di pinggir sebelah Timur Jakarta dan merupakan daerah perbatasan antara DKI Jakarta dengan Jawa Barat. Ada tiga masalah dalam penelitian ini Cipayung termasuk wilayah DKI Jakarta, maka dapat dikatakan bahwa bahasa penduduk asli adalah bahasa Betawi. Mengingat kecamatan Cipayung merupakan daerah yang relatif kecil dan terbuka dan letaknya yang bersebelahan dengan desa tetangga sebagai daerah pakai bahasa Sunda, maka situasi tersebut diperkirakan akan mempengaruhi situasi kebahasaannya...

"
1996
S10923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>