Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Mufida
"ABSTRAK
Gen Kappa-kasein (KCN) merupakan gen yang mengatur komposisi dan produktivitas susu pada hewan ternak, termasuk kerbau asli Indonesia. Penelitian mengenai polimorfisme gen KCN di Indonesia belum banyak dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya polimorfisme gen KCN pada kerbau dan mengetahui frekuensi genotip serta alel gen KCN kerbau. Sampel yang digunakan adalah sampel darah dengan jumlah 6 sampel kerbau lumpur dan 6 sampel kerbau sungai. Metode yang digunakan adalah PCR-RFLP dengan enzim restriksi HindIII. Amplifikasi sekuen DNA target pada ekson 4 gen KCN kerbau menggunakan metode PCR menghasilkan amplikon sepanjang 379 bp. Berdasarkan hasil PCR-RFLP, didapatkan frekuensi genotip BB sebesar 100% dan frekuensi alel B sebesar 1,00. Baik pada kerbau lumpur maupun kerbau sungai, gen KCN ditemukan monomorfik karena tidak terdapat variasi alel (alel A).

ABSTRAK
Kappa-casein (KCN) gene is a protein encoding gene which associates with differences in bovine milk composition and productivity, including Indonesian buffalo. Kappa-casein (KCN) gene is known to have an important role in cheese production and casein micelle stabilization. However, the study about KCN gene polymorphism in Indonesia is rarely done. This study aimed to investigate the existence of KCN gene polymorphisms along with genotyping and allelic frequencies of KCN gene performed by PCR-RFLP using HindIII restriction endonuclease. A total number of 6 water buffalo and 6 swamp buffalo samples were used. Amplicon of 379 bp in length was produced by PCR amplification in exon 4 of buffalo KCN gene. Genotyping of 12 samples revealed that all buffalo samples were monomorphic, showing only BB genotype. The calculated genotype frequency for BB was 100%, meanwhile the allelic frequency for B was 1.00.
"
2016
S64994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle
"ABSTRAK
Kondisi hiperbilirubinemia pada neonatus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah polimorfisme genetik, seperti polimorfisme gen terkait, yaitu UGT1A1 dan OATP2/SLCO1B1. Polimorfisme nukleotida tunggal c.388A>G pada gen OATP2/SLCO1B1 mengakibatkan terjadi penurunan aktivitas kerja transporter Organic Anion Transporter Protein 2 OATP2 yang berfungsi memindahkan bilirubin dari darah ke hati dalam tahapan metabolisme bilirubin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil polimorfisme c.388A>G pada neonatus penderita hiperbilirubinemia risiko rendah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM. Analisis dilakukan terhadap 38 sampel neonatus yang lahir pada periode Januari-Agustus 2017, dengan kadar bilirubin ge-5 mg/dL tetapi G gen OATP2/SLCO1B1 di RSCM ini merupakan studi yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, dan hasilnya adalah dominan tipe polimorfisme utama berupa homozigot G/G pada neonatus dengan hiperbilirubinemia risiko rendah.

ABSTRACT
The condition of hyperbilirubinemia on neonates could be influenced by various factors, one of them is the genetic polymorphism, such as the related gene polymorphisms UGT1A1 and OATP2 SLCO1B1. This single nucleotide polymorphism SNP c.388A G at the OATP2 SLCO1B1 gene causes the decline in the activity of Organic Anion Transporter Protein 2 OATP2, which is responsible in removing bilirubin from the blood to the liver in the stages of bilirubin metabolism. This research aimed to find the polymorphism profile of c.388A G on low risk hyperbilirubinemia neonates at Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM . Analysis was done on 38 neonates rsquo samples who were born during January ndash August 2017, with bilirubin concentration between 5 mg dL and 12 mg dL, using the Polymerase Chain Reaction ndash Restriction Fragment Length Polymorphism PCR RFLP method with the TaqI restriction enzyme. Analysis results from 38 samples showed that there are 73.69 samples with homozygote type G G , 21.05 samples with heterozygote type A G , and only 5.06 samples with wildtype A A. This is the first report on c.388A G polymorphism study on gene OATP2 SLCO1B1 at RSCM result determined that the major polymorphism with homozygote type G G is the dominant type on neonates with low risk hyperbilirubinemia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Sartika
"Polimorfisme pada gen uridin difosfo UDP -glukuronosiltransferase UGT 1A1 menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada neonatus. Polimorfisme gen UGT1A1 dapat menurunkan aktivitas enzim UDPGT dalam konjugasi bilirubin sehingga meningkatkan jumlah bilirubin tidak terkonjugasi dan menyebabkan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi. Kejadian polimorfisme gen UGT1A1, terutama c-3279T>G beragam pada kelompok ras yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil polimorfisme c-3279T>G pada neonatus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM dengan ras yang heterogen dan berat badan lahir yang berbeda. Sebanyak 42 sampel dengan total serum bilirubin ge; 5mg/dL dan lahir pada periode Januari ndash; April 2017 dianalisis menggunakan metode Polymerase Chain Reaction ndash; Restriction Fragment Length Polymorphism PCR-RFLP menggunakan enzim DraI untuk mengetahui profil polimorfisme c-3279T>G. Data rekam medik pasien neonatus diperoleh dari RSCM dan penelusuran ras dilakukan dengan wawancara orang tua pasien melalui telepon. Dari 42 sampel yang dianalisis, 95,2 memiliki polimorfisme homozigot dan 4,8 memiliki polimorfisme heterozigot. Polimorfisme c-3279T>G pada sampel tidak dipengaruhi oleh ras tertentu atau keberagaman ras di Indonesia.

Uridine diphospho UDP glucuronocyltransferase UGT 1A1 gene polymorphisms are a risk factor of unconjugated hyperbilirubinemia in neonates. UGT1A1 gene polymorphisms can decrease the activity of UDPGT enzyme in conjugating bilirubin thus increase the number of unconjugated bilirubin and lead to unconjugated hyperbilirubinemia. UGT1A1 gene polymorphism, especially c 3279T G, diverse in different racial group. The purpose of this study is to discover the polymorphism profile of c 3279T G in neonates with unconjugated hyperbilirubinemia at Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM with heterogenous race and different birth weight. Forty two samples born in January ndash April 2017 and have total serum bilirubin ge 5mg dL were being analyzed by Polymerase Chain Reaction ndash Restriction Fragment Length Polymorphism PCR RFLP method using DraI enzyme to find out the c 3279T G polymorphism profile. The medical records information of neonates were obtained from RSCM. Researcher interviewed the neonates rsquo parent by phone to obtain their race information. From 42 samples that have been analyzed, 95,2 have homozygote polymorphism and 4,8 have heterozygote polymorphism. C 3279T G polymorphism is not affected by certain race or diversity of races in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vaness
"ABSTRAK
Keberadaan salah satu polimorfisme nukleotida tunggal Single Nucleotide Polymorphism atau SNP yang dapat memberikan pengaruh terhadap kejadian hiperbilirubinemia pada neonatus adalah polimorfisme c388A>G pada gen OATP2 SLCO1B1 . Polimorfisme tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi protein yang dikodekan oleh gen tersebut, yakni Organic Anion Transporter Protein 2 atau Solute Carrier Organic Anion Transporter 1B1 yang merupakan protein selain UGT1A1 untuk mengeliminasi bilirubin dan memiliki peran utama sebagai pembawa bilirubin dan substansi lainnya ke dalam hepatosit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil polimorfisme dari neonatus dengan hiperbilirubinemia risiko tinggi total serum bilirubin ge;13 mg/dL dari tiga rumah sakit di Indonesia, yakni RSCM Jakarta, rumah sakit rujukan nasional, RSUD M. Yunus Bengkulu, dan RSUD Biak Papua, dengan metode PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi TaqI. Profil polimorfisme sampel secara keseluruhan menunjukkan persentase sekuens guanin homozigot G/G sebesar 61,91 yang dapat dilihat sebagai 3 pita, sedangkan persentase sekuens adenin homozigot A/A sebesar 7,14 yang dapat dilihat sebagai 2 pita, dan persentase sekuens adenin guanin secara heterozigot A/G sebesar 30,95 yang dapat dilihat sebagai 4 pita. Hasil profil polimorfisme memiliki kemiripan dengan hasil yang diperoleh dari negara-negara dengan ras Asia Timur. Polimorfisme c388A>G dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi bilirubin dalam darah pada neonatus di Indonesia.

ABSTRACT
The occurrence of one of Single Nucleotide Polymorphisms SNPs which might cause neonatal hyperbilirubinemia is the c388A G of OATP2 SLCO1B1 gene. It causes a dysfunction of the protein encoded by the gene which is Organic Anion Transporter Protein 2 or Solute Carrier Organic Anion Transporter 1B1 besides UGT1A1 for bilirubin elimination, which plays a major role as a transporter of bilirubin and other substances into hepatocytes. This study aims to determine a polymorphism profile from neonates with high risk hyperbilirubinemia with total serum bilirubin of ge 13 mg dL from 3 representative hospitals in Indonesia i.e. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, a national referral hospital, M. Yunus Bengkulu General Hospital, and Biak Papua General Hospital, by performing PCR RFLP using TaqI restriction endonuclease. The polymorphism profile shows homozygote guanine G G at 61.91 which can be observed as 3 bands, homozygote adenine A A at 7.14 as 2 bands, and heterozygote adenine guanine A G at 30.95 as 4 bands. Polymorphism profile results have a similarity with the results of neonates of countries with Eastern Asian races. C388A G polymorphism might give an effect towards elevated bilirubin concentration in the blood of neonates in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rafiki
"ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut menjadi salah satu permasalahan kesehatan paling sering diderita masyarakat Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut mencapai 25,9 persen Republika, 2018 . Saat ini telah dikembangkan sebuah produk vitamin gigi berbentuk gel dengan zat aktif CPP-ACP dan Propolis untuk mencegah demineralisasi gigi. Produk ini sudah melalui berbagai penelitian dan siap turun ke pasar untuk di distribusikan ke masyarakat. Penelitian dan simulasi ini bertujuan untuk mengetahui susunan unit produksi, struktur biaya, kelayakan pabrik, dan sensitivitas biaya pabrik untuk scale up produksi produk vitamin gigi CPP-ACP Propolis dengan basis 10 liter susu per batch. Data yang digunakan diambil dari percobaan yang dilakukan di laboratorium. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Desgner. Hasil simulasi menunjukkan bahwa unit produksi terdiri dari 1 reaktor utama, 1 unit filtrasi, 1 drum drying, dan 1 blending tank. Biaya Capital Investment hasil simulasi ini adalah US 197.364 dengan revenue stream sebesar US 425.779/tahun, biaya operasional US 288.098/tahun, NPV sebesar US 493.402, IIR sebesar 46,46 , dan payback time 2.15 tahun. Nilai investasi akan sensitif pada US 968.926 dan annual benefit akan sensitif pada US 304.840. Analsis sensitivitas kenaikan harga bahan baku menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan baku 70 menjadikan investasi ini tidak layak secara ekonomi MARR 6,5 dengan nilai IRR 6,64 dan nilai NPV -US 5.237. Hasil Uji organoleptik menunjukkan bahwa warna dan tekstur vitamin gigi belum berubah hingga hari ke-30 setelah ditaruh di kulkas pada suhu 4oC dan suhu ruangan.

ABSTRACT
Tooth and mouth disease are common disease that have been suffered by Indonesin people. Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013, percentage of national disease revealed that mouth and tooth desease covering 25,9 percent Republika, 2018 . Currently writter has develop a teeth vitamin product in gel form with active ingredients CPP ACP and Propolyst to prevent teeth demineralization. This product had been tested by many reaseachs and tests and now it is ready to enter commercial market and distribute to society. This research and simulation conducted to know unit production procedures, cost of production, minimun fabric standard, variable cost of production with 10 liter of milk per batch. The data that being used is taken from laboratorium research. The simulation using SuperPro Designer software. The result of simulation shows that production unit consist of 1 primer reactor, 1 filtration unit, 1 drying drum, and 1 blending tank. Regarding to simulation, Capital Investment require US 197,364 with US 425,779 year of reveue stream, US 288,098 year of operational cost, NPV US 493,402, IRR 46.46 , 2.15 year payback time, amount of investment is sensitive at US 968,926, amount of annual profit is sensitive at US 304,840. Sensitivity analisyst shows that increasing price of raw materials at 70 is make this investment unworthy in economic term MARR 6.5 with 6.64 IRR and the NPV valued US 5,237. Result of shelf life test organoleptically showing the color and teskture of tooth vitamin remain the same until day 30th after put in refegerator at 4oC temperature and room temperature.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esih Praharaningsih
"Tumbuhan nanas memiliki kandungan enzim bromelin yang bermanfaat sebagai biokatalisator dalam reaksi hidrolisis protein. Karena aktivitas protease tersebut, enzim bromelin banyak diaplikasikan dalam bidang kedokteran, farmasi maupun industri tekstil, kosmetik dan bir. Untuk mendapatkan enzim bromelin dari buah nanas memerlukan teknik isolasi dan pengendapan yang tepat dan ekonomis. Metode isolasi enzim bromelin yang akan diajukan pada penelitian ini adalah dengan homogenisasi, sentrifugasi, dan pengendapan protein dengan variasi jenis presipitan. Pada tahap awal, enzim bromelin diekstrak menggunakan aseton sehingga diperoleh enzim kasar yang kemumiannya masih rendah. Selanjutnya ekstrak enzim kasar diuji dalam berbagai kondisi operas! untuk mendapatkan pH, waktu dan temperatur inkubasi optimum. Kemudian enzim dimumikan dengan variasi jenis pengendap seperti garam netral anorganik seperti NaCI, Na2S04, (Nh4)2SO4 dan pelarut organik seperti metanol, etanol, dan isopropanol. Untuk memperoleh aktivitas spesifik enzim tertinggi, digunakan variasi konsentrasi presipitan dan diuji dengan metode anson pada kondisi operasi optimum. Uji aktivitas protease dilakukan dengan metode Anson yaitu mengukur absorbansi spektrofotometri reaksi hidrolisis kasein yang dikatalisis enzim bromelin hasil isolasi. Perbedaan hasil serapan antara enzim yang dimumikan dengan variasi jenis pengendap dan blanko merupakan derajat kemumiaan enzim tersebut yang diberikan dalam bentuk aktivitas enzim dalam satuan nanokatal/mg protein. Kadar protein hasil isolasi sebesar 0.51 mg/ml diukur dengan metode Lowry. Ekstrak kasar enzim memiliki aktivitas spesifik sebesar 32.2 nkat/mg protein. Dari hasil percobaan diperoleh pH optimum enzim bromelin adalah 7, suhu dan waktu inkubasi optimum pada 50°C dan 30 menit. aktivitas tertinggi enzim bromelin sebesar 89.1 nkat/mg protein, naik sekitar 2.5 kali enzim yang tidak dimumikan. Hasil tersebut merupakan hasil pemumian enzim dengan garam anorganik amonium sulfat yang bersifat stabil, toksisitas rendah dan kekuatan anionnya paling tinggi diantara garam anorganik serta pelarut organik lain. Hasil pemurnian enzim dengan NaCI, Na2SO4 CH3OH, C2H5OH, dan isopropanol masing-masing sebesar 37.4, 64.9, 53.1, 74.9 dan 71.5 nkat/mg protein."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiani Wanda Putri
"Salah satu penyebab hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada neonatus adalah polimorfisme Gly71Arg gen UGT1A1 yang dapat menurunkan aktivitas enzim UDP Glukoronosil Transferase UGT , sehingga angka kejadiannya cukup tinggi pada neonatus hiperbilirubinemia di daerah Asia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil polimorfisme Gly71Arg di Indonesia pada populasi ras heterogen yang termasuk bagian Asia tenggara dengan menggunakan sampel pasien neonatus yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 42 sampel yang lahir pada periode Januari ndash; April 2017. Data sampel neonatus berupa total serum bilirubin diperoleh dari rekam medik serta penelusuran ras orang tua pasien neonatus melalui wawancara. Analisis dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction ndash; Restriction Fragment Length Polymorphism PCR-RFLP dengan enzim AvaII sebagai enzim restriksi. Dari 42 sampel yang dianalisis, 95,24 memiliki genotip G/G wild type dan 4,76 memiliki genotip G/A heterozigot. Tidak ditemukan satu pun sampel yang memiliki polimorfisme Gly71Arg genotip A/A homozigot. Terdapat pengaruh perbedaan intraetnik pada kelompok etnik tertentu terhadap polimorfisme Gly71Arg yaitu pada ras Betawi yang mendominasi kejadian heterozigot. Polimorfisme Gly71Arg secara keseluruhan mungkin tidak memengaruhi angka kejadian hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada populasi di Indonesia tetapi mungkin dipengaruhi oleh mutasi pada ekson 1 di situs lain atau mutasi pada promotor.

One of the risk factor of unconjugated hyperbilirubinemia in neonates is Gly71Arg polymorphism of UGT1A1 gene that can lead to reduced UDP Glucuronosyl Transferase UGT enzyme activity, so it has high incidence among neonates in East Asian population. The aim of this study, was to identify Gly71Arg polymorphism profile in Indonesia in the heterogeneous race population which is part of Southeast Asia, and 42 sample of neonates who were born in January ndash April 2017 that treated in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo were used. Neonatal sample data which is total serum bilirubin were obtained from medical records and tracing naonates parents race through interview. The analysis used was Polymerase Chain Reaction ndash Restriction Fragment Length Polymorphism PCR RFLP method with AvaII enzyme as restriction enzyme. From 42 samples that were analysed, 95,24 were found as G G genotype wild type, while 4,76 were G A genotype heterozygous. None of the sample has Gly71Arg polymorphism A A genotype homozygous. There is an influence of intra ethnic differences in certain ethnic groups against Gly71Arg polymorphisms, which is in the Betawi race that dominates heterozygous events. Overall, Gly71Arg polymorphism may not affect incidence of unconjugated hyperbilirubinemia in Indonesia population, yet may be affected by mutation in other site of exon 1 or mutation in promoter."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidha Dwi Anggraeni
"ABSTRAK
Centella asiatica merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat medis, sehingga menjadi salah satu bahan baku penting dalam industri jamu, obat herbal dan kosmetik. Akan tetapi, hampir seluruh pemenuhan kebutuhan C. asiatica sebagai bahan baku industri tersebut diambil secara langsung dari alam, sehingga memiliki berbagai risiko dan ancaman. Oleh karena itu, usaha peningkatan teknologi perbanyakan C. asiatica secara in vitro, salah satunya melalui teknik regenerasi dari kalus dapat menjadi alternatif solusi yang menjanjikan. Dengan demikan, telah dilakukan penelitian induksi kalus dari eksplan lamina dan petiolus C. asiatica pada medium MS yang mengandung 2 dan 4 mgl-1 2,4-D atau Dikamba dengan penambahan kasein hidrolisat 0,1,3,5 gl-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium yang mengandung auksin tunggal yaitu Dik2CH0 dan Dik4CH0 yang mengandung dikamba 2 atau 4 mgl-1 tanpa penambahan kasein hidrolisat, dapat lebih baik untuk menginduksi kalus remah dari kedua jenis eksplan dalam penelitian ini. Sementara itu, penambahan kasein hidrolisat diketahui tidak dapat mengoptimalkan induksi dan proliferasi kalus C. asiatica. Pertumbuhan kalus justru semakin terhambat atau menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi kasein hidrolisat yang ditambahkan ke dalam medium.

ABSTRACT
Centella asiatica, one of herbaceous plants possessing many medical benefits is one of the important raw material for the herbal medicine and cosmetics industry. Unfortunately, almost the entire C. asiatica used as an industrial raw material is directly taken from nature. Such exploitation of C. asiatica can threaten the extinction in nature and consequently no guarantee of the stability for the supply and quality of raw materials. In vitro propagation of C. asiatica through callus regeneration is expected to be a promising method to overcome this problem. Therefor, a research on the induction of callus derived from lamina and petiolus explants of C. asiatica was conducted on MS medium containing 2 and 4 mgl 1 2,4 D or dicamba with addition of casein hydrolysate 0,1,3,5 gl 1 . The results showed that medium containing single auxin Dik2CH0 and Dik4CH0 containing 2 and 4 mgl 1 Dicamba, gave a better result in inducing fryable callus from both types of explants, in this research. Meanwhile, addition of casein hydrolysate could not optimize callus induction of C. asiatica, since callus growth was inhibited or decreased with increasing concentration of casein hydrolyzate which added into the medium."
2017
S66755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Joko Wahyono
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Respon ovarium terhadap stimulasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) pada setiap individu akan bervariasi dari hiporespon sampai hiper-respon yang dapat menyebabkan hiperstimulasi. Diduga hal ini berkaitan dengan adanya polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen reseptor FSH (FSHR). Dengan demikian polimorfisme FSHR ini dapat dijadikan prediktor dalam menentukan dosis preparat FSH untuk induksi folikel ovarium wanita peserta program reproduksi berbantuan. Pada situs polimorfik ini akan mengkode asam amino Asparagin (Asn) atau Serine (Ser), sehingga genotip FSHR yang terbentuk adalah homosigot Asn (NN), heterosigot Asn/Ser (NS), dan homosigot Ser (SS). Metoda Polymerase Chain Reaction - Single Stranded Conformation Polymorphisms (PCR-SSCP) dan Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Length Polymorphisms (PCR-RFLP) dapat digunakan untuk mendeteksi polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen FSHR. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan subyek 91 wanita usia reproduktif peserta program reproduksi berbantuan dengan teknik IVF (in vitro fertilization) dan ICSI (infra cytoplasmic sperm injection) dengan informed consent. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi tentang perbandingan efektivitas metoda PCR-SSCP dan PCR-RFLP untuk deteksi polimorfisme kodon 680 ekson 10 gen FSHR.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil uji beda proporsi yang berpasangan nilai p (n = 91) = 0,491 adalah tidak berbeda bermakna, sedangkan uji kesesuaian kappa (x) = 0,795 adalah sangat kuat dengan nilai p (n = 91) < 0,01 adalah sangat bermakna. Kesimpulan penelitian ini adalah Ho diterima karena metoda PCR-SSCP dan PCR-RFLP mempunyai efektivitas yang lama untuk mendeteksi polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen FSHR. Metoda PCR-SSCP digunakan untuk deteksi polimorfisme kodon 680 ekson 10 gen FSHR pada jumlah sampel besar dan perlu dilakukan klarifikasi dengan metoda PCR-RFLP sebagai pembanding, sedangkan metoda PCR-RFLP untuk jumlah sampel kecil. Klarifikasi genotip FSHR dilakukan dengan analisis sikuensing DNA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Elvina Nanang
"ABSTRACT
Biji buah lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) mengandung senyawa polifenol, seperti asam elagat, asam galat, dan korilagin. Biji buah lengkeng telah diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan serta menghambat aktivitas tirosinase yang dapat dimanfaatkan sebagai pemutih kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan emulsi fitosom yang mengandung ekstrak biji buah lengkeng. Biji buah lengkeng diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Rendemen ekstrak yang diperoleh yaitu 7,88% b/b. Ekstrak biji buah lengkeng diukur aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Berdasarkan penelitian, ekstrak biji buah lengkeng memiliki aktivitas antioksidan dengan EC50 6,58 μg/mL dan kemampuan menghambat aktivitas tirosinase dengan IC50 1812,96 μg/mL. Ekstrak biji buah lengkeng dijadikan sebagai zat aktif dalam bentuk fitosom untuk dimasukkan ke emulsi yang menggunakan kasein sebagai emulgator. Kasein diperoleh dari susu sapi cair tanpa lemak dengan metode presipitasi. Rendemen kasein hasil isolasi dari susu sapi cair tanpa lemak yaitu 2,9% b/v. Fitosom yang diperoleh memiliki ukuran diameter rata-rata sebesar 382,59 nm dan efisiensi penjerapan sebesar 68,26%. Sediaan emulsi fitosom dilakukan uji kestabilan fisik dan cycling test. Formulasi emulsi fitosom yang mengandung emulgator kasein dan emulgator campuran kasein-TEA-stearat memperlihatkan kestabilan yang baik berdasarkan uji cycling test.

ABSTRACT
Longan seed (Dimocarpus longan Lour.) contains polyphenols, such as ellagic acid, gallic acid and corilagin. Longan seed is known to have an antioxidant activity and inhibit tyrosinase activity, that can be used as skin whitening agent. This research was conducted to make phytosome emulsion which contains longan seed extract. Longan seed extract was extracted by maseration method with ethanol 70%. Rendement from extraction was 7,88% m/m. Longan seed extract antioxidant activity was measured by DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl). Longan seed extract has an antioxidant activity with EC50 6,58 μg/mL and tyrosinase inhibitory activity with IC50 1812,96 μg/mL respectively. Longan seed extract was formulated as phytosome that was used as active agent in emulsion. Emulsion in this research used casein as emulgator. Casein was obtained from skimmed bovine milk. Rendement of casein was 2,9% m/v. The mean diameter size of phytosome was 382,59 nm and entrapment efficiency of phytosome was 68,26%. Phytosome emulsion that contains casein as emulgator was tested. The result of phytosome emulsion that contains casein and mixed emulgators casein-TEA-stearate showed a good stability on cycling test."
2014
S55649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>