Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177056 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Davita Kumala Sari
"ABSTRAK
Perangkat desa sebagai penanggung jawab jalannya roda pemerintahan desa mememiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan masyarakat, karena desa menjadi titik berat pembangunan dalam sistem otonomi daerah. Pentingnya peran dan tanggung jawab perangkat desa, dituntut untuk memiliki kemampuan, keahlian, tanggung jawab, dan jiwa rela berkorban dalam memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat di atas kepentingan pribadi. Banyaknya tuntutan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada perangkat desa, terdapat berbagai masalah yang dihadapi, khususnya berkisar masalah status kepegawaian yang tidak jelas dan masalah kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan mengetahui secara mendalam tentang pancen sebagai ikatan sosial masyarakat dan aparat desa Ciganjeng. Penelitian ini menggunakan pemdekatan kualitatif dengan metode wawancara sehingga mampu menggali lebih dalam pelaksanaan pungutan carik pancen. Sebagai objek dalam penelitian ini adalah perangkat desa dan masyarakat yang membayar pancen serta lembaga yang menaungi pancen di Desa Ciganjeng. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah diskripsi dan analisis tentang peranan pancen dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kesejahteraan aparat desa sebagai ikatan sosial masyarakat dan arat desa.

ABSTRAK
Village officials in charge of the wheels of the village administration have role that determine the success of community development , as the village became the focus of development in the system of regional autonomy .
The importance of the role and responsibilities of the village, are required to have the capability, expertise , responsibility and spirit of sacrifice in providing social services to the community above personal interests.
Many demands of the duties and responsibilities the village, there are various problems, particularly issues around employment status is unclear and welfare issues .
This study aims to determine the depth of the pancen as a social community and village officials Ciganjeng, qualitativ.
This study used a qualitative approach, interview method so as to dig deeper into the implementation of the levy strip pancen.
As the object of this research is the village and the people who pay pancen and sanctioning body in the village pancen Ciganjeng .
The results obtained from this study is an describe and analysis of the role of pancen in governance and welfare of village officials as a social community and the village."
2016
S63662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Utami Agusputri
"Skripsi ini mengkaji mengenai pantangan makan di kalangan ibu hamil dan ibu masa nifas di sebuah pedesaan di Jawa Barat, yaitu Desa Ciganjeng. Melalui wawancara mendalam dan pengamatan terlibat saya berupaya memahami kebiasaan dan pantangan makan yang dilakukan para ibu hamil dan masa nifas sebagai bentuk upaya mereka dalam menjaga kehamilan, kelahiran dan masa nifas. Para ibu hamil dan masa nifas di Desa Ciganjeng memiliki kebiasaan makan tertentu yang tidak telepas dari adanya pantangan makan yang harus mereka jalani. Beberapa jenis makanan dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil dan masa nifas di Desa Ciganjeng terkait dengan alasan-alasan kesehatan. Pengetahuan para ibu mengenai jenis dan alasan pantangan makan tersebut mereka peroleh dari orang yang berperan membantu perawatan kehamilan dan kelahiran yaitu paraji Mak Enok yang dapat dikatakan sebagai agen dalam penyebaran pengetahuan pantangan makan.Tulisan ini menjelaskan mengenai kapasitas agensi yang dimiliki oleh Mak Enok sehingga ia dapat disebut sebagai agen dalam penyebaran pengetahuan pantangan makan.

This research focuses on the food taboo for pregnant mothers post-pregnancy mothers in Ciganjeng village, West java. Through in-depth interviews, I seek to understand the eating habits and taboos by pregnant women during childbirth as a form of their efforts in maintaining pregnancy, birth and the postpartum period. In this village, both pregnant mothers and post-pregnancy mothers have a habbit to eat some specific food. It includes kind of food, time of eating, and method of eating. Those aforementioned items have something to do with the food taboo implemented by those pregnant mothers and post-pregnancy mothers. The food is considered a taboo due to health reasons. The knowledge possessed by those mothers is acquired from a ?paraji? (a shaman helping to deliver babies) called Mak Enok that can be called as an ?agent?.The agents are considered important in spreading the knowledge of food taboo in Ciganjeng village. Mak Enok as an agent has a capacity that affects knowledge and actions of mothers to obey the food taboo given to them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahruroji
"Penelitian ini membahas mengenai strategi perangkat desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan pada sektor informal (studi deskriptif pada desa sadar jaminan sosial ketenagakerjaan di Desa Kadugenep, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang) dan hambatan yang terdapat pada program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi literatur, wawancara mendalam, observasi serta dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa perangkat desa menggunakan tiga tahapan pemasaran sosial dalam menjalankan program jaminan sosial ketenagakerjaan yaitu pertama, tahap analyzing the social marketing environment dimana terdapat kondisi pengetahuan masyarakat yang rendah, dan adanya ketidakpercayaan masyarakat terkait program. Kedua, tahap researching and selecting the target adopter population dimana terdapat empat aspek yang berkembang yaitu aspek pengetahuan dimana masyarakat lebih mengetahui program BPJS kesehatan dibandingkan BPJS ketenagakerjaan; aspek sikap dimana terdapat masyarakat yang pro dan kontra terhadap program; aspek perilaku dimana pada masyarakat yang tertarik disebabkan oleh adanya pencairan dana program, sosialisasi, pembagian kupon sembako murah, serta adanya kebutuhan program. Sedangkan pada masyarakat yang tidak tertarik disebabkan oleh adanya kepercayaan bahwa program mendukung kematian, kekhawatiran dana tidak cair, serta iuran program terlalu berat. Ketiga, tahap designing social marketing objetives and strategies yang mencakup tiga hal yaitu total biaya pemasaran dimana perangkat desa memanfaatkan momentum acara tertentu yang disisipi dengan sosialisasi program sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan. Pada lingkup bauran pemasaran terdapat empat aspek yang berkembang yaitu aspek produk berupa ide sosial; aspek harga berbentuk pengorbanan berupa uang, waktu, dan usaha; aspek tempat/distribusi terdapat empat bagian meliputi bimbingan teknis, sosialisasi, berbagai mekanisme pendaftaran, dan berbagai mekanisme pembayaran; aspek promosi terdapat berbagai upaya promosi untuk meningkatkan kepesertaan yaitu melalui organisasi penjualan dengan cara membuat segmentasi sosialisasi dengan berbagai metode dan komunikator, melalui iklan gapura desa sadar jaminan sosial ketenagakerjaan, melakukan promosi penjualan dengan cara pembagian kupon sembako murah, serta dengan mendaftarkan masyarakat pada program gratis bayar iuran 3 bulan pertama. Pada lingkup alokasi pemasaran didasarkan pada aktor yang terlibat dalam proses pemasaran sosial yaitu perangkat desa yang dibantu oleh pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Selanjutnya, pada proses perubahan perilaku masyarakat terdapat empat elemen pokok yang terdiri dari inovasi dimana terdapat aspek kerumitan produk dan aspek tipe keputusan yang terdiri dari opsional dan kolektif; elemen saluran komunikasi terdiri dari komunikasi massa dan interpersonal; elemen jangka waktu yang bervariasi berdasarkan beberapa faktor pertimbangan; serta elemen sistem sosial berupa faktor struktur sosial, peran pemimpin dan agen perubahan. Selain itu, terdapat lima tahapan dalam proses perubahan perilaku yaitu tahap pengetahuan, tahap persuasi, tahap keputusan, tahap pelaksanaan, serta tahap konfirmasi yang didalamnya terdapat hal-hal yang dilakukan oleh perangkat desa dan juga sikap yang ditunjukan oleh masyarakat pada setiap tahapannya. Dalam penelitian ini juga terdapat kendala-kendala yang berkembang dalam program BPJS Ketenagakerjaan baik yang berasal dari internal maupun ekternal. Kendala yang berkembang dari internal antara lain yaitu faktor ketergantungan, faktor predisposisi, serta munculnya faktor waktu sebagai temuan baru penelitian. Sedangkan faktor kendala yang berkembang dari eksternal yaitu faktor pemungkin perubahan. Sejumlah upaya dan rekomendasi juga ditemukan dalam penelitian ini.

This study discusses the strategy of village officials to increase community participation in employment social security program in the informal sector (descriptive study of labor social security aware village of Kadugenep Village, Petir District, Serang Regency) and the obstacles faced by the program. This study uses a qualitative approach and is a descriptive research type. Data collection techniques used were literature study, in-depth interviews, field observations, and documents review. The results showed that village officials used three stages of social marketing in carrying out the employment social security program. First, the stage of analyzing the social marketing environment where there was a condition of low community knowledge, and there was community distrust related to the program. Second, the stage of researching and selecting the target adopter population where there are three developing aspects. Those aspects are: the aspect of knowledge where the public is more aware of the health security program than the employment security program; attitude aspect where there are people who are pros and cons to the program; behavioral aspect where some people are interested and not interested because of some interesting driving factors. Third, the stage of designing social marketing objectives and strategies that include three things, namely: First, the total marketing costs in which the village officials utilizes the momentum of a particular event which is inserted with program socialization; second, the scope of the marketing mix where there are four developing aspects, namely the product aspect in the form of social ideas, the price aspect in the form of sacrifice in the form of money, time, and effort; the site/distribution aspect where there are four sections covering technical guidance, promotion, various registration mechanisms, and various payment mechanisms; and the last one is the aspect of promotion where there are various promotional efforts in order to increase membership. And the third thing is the scope of marketing allocation which is based on the actors involved in the social marketing process. Furthermore, in the process of changing people's behavior there are four main elements consisting of innovation element; element of communication channel; time period element; and social system element that consists of factors such as social structure, the role of leaders and agents of change. In addition, there are five stages in the behavior change process, namely the knowledge stage, the persuasion stage, the decision stage, the implementation stage, and the confirmation stage in which there are things done by village officials and there are also the attitudes displayed by the community at each of these stages. In this study there are also obstacles that develop in the employment social security program, both internal and external. Factors that develop from internal constraints include dependency factors, predisposing factors, and the emergence of time factor as new research finding. While the constraints that develop from the external factor is the enabling factor for change. Several efforts and recommendations were also found in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Payiz Zawahir Muntaha
"Masyarakat Baduy merupakan sebuah masyarakat yang seluruh sistem sosial, sistem nilai dan cara berfikirnya bersumber pada sistem kepercayaan, hukum adat dan ajaran dari para leluhurnya. Sistem sosial dan ajaran adat tersebut menjadikan masyarakat baduy mampu mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan dalam kehidupan mereka. Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: Pertama Untuk mengetahui dan menganalisis konsep kepemimpinan dalam pandangan masyarakat Baduy; Kedua, Untuk mengetahui dan menganalisis dinamika kepemimpinan pada masyarakat Baduy dan Ketiga, Untuk mengetahui dan menganalisis strategi yang diterapkan oleh masyarakat baduy dalam mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil pengolahan data menyimpulkan. Pertama. Prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam pikukuh dan pitutur baduy adalah sebagai berikut: (1). Seorang pemimpin harus berwawasan lingkungan (ecological consciousness leadership). (2). Prinsip yang mengatur etika seorang pemimpin menjadi pribadi yang baik.(3). Dimensi sosial seorang pemimpin. (4). Pemimpin di Baduy diharuskan juga menghormati dan mencintai negara. Kedua, terdapat tiga aspek yang menjadikan masyarakat baduy bisa menjaga keteraturan dan keberlangsungan kehidupan mereka. antara lain: sistem sosial dan budaya yang sangat kuat, pengaturan sistem ekonomi memprioritaskan pemenuhan kebutuhan primer serta pengelolaan lingkungan hidup yang tertata rapi. Ketiga, dalam tradisi masyarakat baduy sebagaimana diajarkan oleh leluhur mereka memilih pemimpin didasarkan pada dua faktor utama. Faktor pertama adalah garis keturunan yang kedua adalah “nuzum”. Keempat, sistem politik pada masyarakat baduy, dalam kehidupan masyarakat baduy terdapat dua sistem. Yakni sistem pemerintahan formal dibawah negara Indonesia dan sistem pemerintahan adat. Kelima, Ketahanan sosial dan lingkungan masyarakat baduy disandarkan pada sistem nilai dan ajaran yang bersumber dari pikukuh dan pitutur karuhun. Pembagian wilayah pemukiman di masyarakat baduy juga mampu mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan.

The Baduy community is a society whose entire social system, value system, and way of thinking are rooted in the belief system, customary law, and teachings of their ancestors. The social system and traditional teachings make the Baduy community able to realize social and environmental resilience in their lives. These conditions are the objectives of this research, namely: The first to identify and analyze the concept of leadership in the view of the Baduy community; The second, to know and analyze the dynamics of leadership in the Baduy community and thirdly, to find out and analyze the strategies adopted by the Baduy community in realizing social and environmental resilience. To achieve the three research objectives using a qualitative approach with the case study method. The results of data processing concluded. Firstly, the principles that must be possessed by a leader in pikukuh and pitutur baduy are as follows: (1). A leader must have an environmental perspective (ecological consciousness leadership). (2). The principles that govern the ethics of a leader to be a good person (3). The social dimension of a leader. (4). Leaders in Baduy are also required to respect and love the country. Secondly, three aspects make the Baduy community able to maintain the order and continuity of their lives. among others: a very strong social and cultural system, the regulation of the economic system to prioritize the fulfillment of primary needs as well as orderly management of the environment. Thirdly, in the baduy community tradition as taught by their ancestors, choosing a leader is based on two main factors. The first factor is lineage the second is "Nuzum". Fourthly, the political system in the Baduy community, in the life of the Baduy community there are two systems. Namely the formal government system under the Indonesian state and the customary government system. Lastly, the social and environmental resilience of the Baduy community is based on a system of values and teachings that come from pikukuh and pitutur karuhun. The division of residential areas in the Baduy community is also able to create social and ecological resilience."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Hasna Nur Shabrina
"ABSTRAK
Masyarakat nelayan merupakan salahsatu kelompok masyarakat yang paling rentan akan kemiskinan. Beragam program pembangunan yang telah dilakukan pemerintah pada kelompok masyarakat ini ternyata masih banyak menemui kegagalan. Literatur dan penelitian sebelumnya melihat kegagalan ini karena adanya kesalahan eksternal yang menghambat mobilitas eksternal sebagai salahsatu faktor penghambat pembangunan, serta adanya faktor lain yang kini harus mulai diperhitungkan dalam melihat kesejahteraan masyarakat nelayan. Perspektif itu adalah modal sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik modal sosial nelayan memang terbilang tinggi, namun tingkat kesejahteraannya masih rendah. Ini membuat hubungan antara modal sosial dan kesejahteraan ternyata masih sangat rendah.

ABSTRACT
Fishermen community has become one of the most vulnerable communities towards poverty. Various policies and programs have been implemented, yet none seem to have work. Previous literature and research shows that this might have something to do with the external factors that stunted the community rsquo s vertical mobility, and some also shows that the absence of social capital as a key factor in the planning process of the policies, played quite a significant part. The result of this research, however, shows that fishermen communities indeed have a high level of social capital, yet their welfare level is low. Thus the correlation between the two is not significant, and in some cases, almost non existent."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Ali Akbar
"Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan bagaimana proses pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama, mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap kemandirian masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah dalam tahapan persiapan dilakukan beberapa kegiatan seperti survei wilayah, pemetaan sosial dan pemetaan kebutuhan, perencanaan program serta penyiapan tim pendamping. Tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan antara lain sosialisasi program kepada pemangku kepentingan, penentuan kelompok penerima program, penguatan kelompok dan pelatihan, pembentukan kelembagaan lokal serta perintisan kader lokal. Sedangkan tahap kemandirian dilakukan kegiatan seperti penguatan kelembagaan, studi banding, dan legalisasi/formalisasi lembaga komunitas.

This study attempts to describe how the community development process by PT. Tirta Investama, ranging from the preparation phase, the implementation phase and the phase of self-reliance. This study used a qualitative approach.
The results of this study are in the stages of preparation do some activities such as surveying the area, social and needs mapping, program planning and preparation of the team. Implementation phase activities include socialization programs, determining a program, strengthening and training groups, the establishment of local institutions and pioneering local cadres. While independence phase, activities such as institutional strengthening, study tours, and formalization of community agencies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Christiani Romaito
"Disertasi ini bertujuan menggambarkan eksklusi sosial yang dialami komunitas Cina Benteng di desa Belimbing, Tangerang. Eksklusi sosial dianalisis dengan menggunakan teori strukturasi Giddens untuk melihat proses eksklusi social, siapa saja aktor yang berperan dan bagaimana peran mereka dalam eksklusi sosial dan implikasi sosial, ekonomi, dan politis dari eksklusi sosial yang dialami oleh komunitas Cina Benteng di desa Belimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas Cina Benteng di desa Belimbing pernah mengalami eksklusi sosial pada masa eksklusi social sampai dengan awal masa reformasi terkait dengan kepemilikan dokumen kependudukan dan keikutsertaan dalam pembangunan. Eksklusi sosial yang mereka alami secara tidak langsung berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan yang dialami pada masa sekarang, lebih lanjut berdampak pada terbatasnya akses mereka pada kesempatan bekerja formal dan pendapatan baik. Selain eksklusi sosial, dalam komunitas Cina Benteng juga terjadi inklusi social dengan warga non Cina Benteng. Fenomena tersebut dinamakan "dualitas eksklusi-inklusi".

This dissertation aims at describing the social exclusion experienced by the Benteng Chinese community in the village of Belimbing, Tangerang. Social exclusion is analyzed using the theory of Structuration Giddens to see the process of social exclusion, the actor who plays and their role in social exclusion as well as the implications of social exclusion in social, economic, and political aspect. The results showed that the Chinese community has experienced social exclusion during the period of Suharto governance to the early period of reform era, related to the ownership of the civic documents and the participation in development. Social exclusion indirectly result in low levels of education and poverty being experienced at present, further impacting on their limited access to the opportunity of formal work and good income. In addition to social exclusion, there has been social inclusion amongs the Benteng Chinese community and indigenous people in Belimbing village.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1983
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refi Syaputra
"Skripsi ini berfokus pada tahap intervensi yang dilakukan pengelola BUMDes dalam implementasi program pemberdayaan dalam usaha mencapai kesejahteraan masyarakat desa Lengkong Kulon, Tangerang, yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Kabupaten Tangerang adalah salah satu kota penyangga Ibu Kota sehingga wilayah Kabupaten Tangerang pada saat ini menjadi daya tarik investasi di bidang perumahan. Pertumbuhan yang terjadi juga dilakukan pada wilayah kawasan pedesaan kabupaten Tangerang. Dalam usaha menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan pertumbuhan yang terjadi, pemerintah menghadirkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai wadah dan penggerak perekonomian desa. Dalam prakteknya, BUMDes melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif guna mendeskripsikan tahapan intervensi pemberdayaan masyarakat yaitu tahap persiapan, tahap asesmen, tahap perencanaan alternatif, tahap formulasi rencana, tahap pelaksanaan program, tahap evaluasi dan tahap terminasi, serta deskripsi faktor pendukung dan faktor penghambat, yaitu kelemahan struktural dan kultural. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tahap intervensi pemberdayaan masyarakat BUMDes SEHATI dimulai dari tahap persiapan sebagai proses memahami kondisi lapangan dilakukannya program pemberdayaan yaitu desa Lengkong Kulon, tahap asesmen melalui pelaksanaan Focus Discussion Group (FGD), tahap perencanaan alternatif yang merancang konsep kampung tematik sebagai upaya optimalisasi keberagaman potensi desa, tahap formulasi rencana dengan mengajukan proposal yang kemudian diserahkan ke pemerintah desa dan melakukan diskusi dengan BUMDes lainnya, tahap pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, tahap evaluasi dengan hasil yang menunjukkan bahwa jumlah program pemberdayaan yang dilakukan BUMDes SEHATI terhitung sedikit dan dalam pelaksanaannya anggota BUMDes SEHATI tidak fokus dalam memberikan pelayanannya, serta tahap terminasi yang memaparkan bahwa BUMDes telah mewadahi potensi masyarakat desa meskipun belum maksimal. Diketahui pula terdapat faktor penghambat berupa kelemahan struktural yang meliputi keterbatasan dalam mencari permodalan, kelemahan dalam pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dalam kelembagaan dan keterbatasan informasi yang diterima masyarakat akibat dari kurangnya sosialisasi yang dilakukan BUMDes SEHATI. Selain itu, terdapat kelemahan kultural yang meliputi keraguan perusahaan untuk mempercayai bahwasanya BUMDes SEHATI merupakan produk yang didukung dengan adanya PERMENDES dan pandemi COVID-19 yang mengakibatkan putus kerjasama kemitraan dengan pihak eksternal dan rencana pelaksanaan program BUMDes SEHATI yang akhirnya harus diundur dan/atau dibatalkan. Manfaat teoritis penelitian ini yaitu dapat menambah rujukan atau referensi pada disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya mata kuliah Metode Intervensi Sosial dalam proses pemberdayaan terhadap individu dan kelompok dalam lingkup pedesaan untuk melahirkan kemandirian masyarakat untuk mencapai kesejahteraan sehingga dapat berpartisipasi dan berfungsi dalam pembangunan desa serta memberikan manfaat praktis berupa pengetahuan dan wawasan terkait fungsi BUMDes sebagai lembaga pemberdayaan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat pedesaan.

This study is focus on the intervention stage carried out by BUMDes managers in the implementation of the empowerment program by linking the supporting and inhibiting factors in an effort to achieve the welfare of the Lengkong Kulon village community which discusses through the Social Welfare discipline. Tangerang Regency is one of the supporting cities for the Capital City so that the Tangerang Regency area is currently an attractive investment in the housing sector. The growth that occurred was also carried out in the rural areas of the Tangerang district. In an effort to create quality human resources that are able to compete with the growth that occurs, the government presents Village-Owned Enterprises (BUMDes) as a forum and driving force for the village economy. In practice, BUMDes implement various community empowerment programs. This study uses a qualitative method to describe the stages of community empowerment intervention namely the preparation stage, assessment stage, alternative planning stage, plan formulation stage, program implementation stage, evaluation stage and termination stage as well as description of supporting factors and inhibiting factors namely structural and cultural weaknesses. The results of this study describe that the intervention stage for community empowerment of SEHATI BUMDes started with the preparation stage as a process of understanding the field conditions of the empowerment program, namely Lengkong Kulon village, the assessment stage through the implementation of Focus Discussion Groups (FGD), the alternative planning stage that designs the thematic village concept as an effort to optimize diversity. village potential, the stage of plan formulation by submitting a proposal which is then submitted to the village government and conducting discussions with other BUMDes, the implementation stage of the community empowerment program, the evaluation stage with results showing that the number of empowerment programs carried out by SEHATI BUMDes is relatively small and in its implementation the members of SEHATI BUMDes not focusing on providing its services, as well as the termination stage which explains that BUMDes has accommodated the potential of the village community even though it has not been maximized. In addition, there are supporting factors and inhibiting factors in the structural weakness sector which include limitations in seeking capital, weaknesses in empowering human resources (HR) in institutions and limited information received by the community as a result of the lack of socialization carried out by SEHATI BUMDes. In addition, there are cultural weaknesses which include the company's doubts to believe that SEHATI BUMDes is a product that is supported by the PERMENDES and the COVID-19 pandemic which has resulted in the termination of partnerships with external parties and the planned implementation of the SEHATI BUMDes program which eventually had to be postponed and/or canceled. This study expected to be additional reference in the discipline of Social Welfare Sciences, especially the Social Intervention Method course in the process of empowering individuals and groups in rural areas to give birth to community independence to achieve prosperity so that they can participate and function in village development and provide practical benefits in the form of knowledge and insight related to the function of BUMDes as an empowerment institution in an effort to improve the social welfare of rural communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Widodo Wahyuni Sambodo
"RINGKASAN
Cirimekar adalah sebuah desa tradisional yang dihuni masyarakat suku Jawa yang kehidupan sehari-harinya bertumpu pada usaha pertanian. Seperti pada umumnya masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku, masyarakat Cirimekar pun merupakan masyarakat yang masih mampu mempertahankan nilai-nilai tradisional sebagai tuntunan bagi masyarakatnya yang sedang beranjak mengalami perubahan untuk tidak larut dalam perkembangan jaman.
Dengan masuknya unsur teknologi seperti makin banyaknya pabrik yang berdiri di sekitar Cirimekar dan masuknya pengaruh budaya dari luar, mengakibatkan dimilikinya sarana informasi yang makin banyak oleh penduduk. Dengan demikian keadaan masyarakat yang semula sangat erat dengan sumber daya alam setempat dan taat terhadap norma-norma yang berlaku di desa, kemudian mewngalami perubahan.
Perubahan itu terjadi terutama akibat dari makin menyempitnya luas desa baik yang berupa lahan pertanian maupun pemukiman karena berdirinya pabrik-pabrik dan pertambahan penduduk yang tidak mudah dihambat. Luas lahan pertanian berkurang, sementara kebutuhan pangan penduduknya makin bertambah.
Di samping itu pengaruh terbukanya hubungan desa dengan daerah lain, juga mengakibatkan mobilitas penduduk menjadi bertambah tinggi. Terjadinya persinggungan dan saling bertemunya antara penduduk desa Cirimekar dengan warga desa lain baik di tempat bekerja yaitu pabrik maupun jalan raya, menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan.
Menurut Hardasty, dalam melihat terjadinya perubahan kebudayaan yang berkaitan dengan berubahnya keadaan lingkungan, metodologi Steward dengan model pendekatan ekologi budaya mengatakan, antara lingkungan dengan budaya tidak merupakan lapisan (efera) yang terpisah, melainkan antara lingkungan dan kebudayaan merupakan komponen yang terkait secara dialektik.
Teori Steward maupun Hardasty di atas yang mendasari penelitian ini untuk mencari jawab apakah perubahan adat istiadat masyarakat Cirimekar yang terkena akibat perubahan lingkungannya, adalah merupakan suatu proses perubahan yang terjadi saling berkaitan satu dengan yang lain.
Penelitian tesis ini akan membuktikan adanya hubungan antara masuknya unsur teknologi seperti informasi dan teknologi produksi sebagai variabel bebas dengan pandangan masyarakat terhadap kerja, keadaan sosial ekonomi atau pola pendapatan dan renggangnya kekerabatan sebagai variabel terikat yang kesemuanya itu berubah karena terjadinya perubahan lingkungan fisik.
Baik perubahan itu terjadi karena adanya hubungan variable di atas atau perubahan itu terjadi walau tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut. Soerjadi mengatakan, bahwa semua perubahan itu berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan alam yang rumit, tetapi cukup teratur dan melalui ekologi kita dapat memahami perubahan warga desa Cirimekar tersebut.
Untuk itu, setelah melalui uji ada tidaknya hubungan variabel dengan menggunakan perhitungan statistik model T (Tau Kendal), ternyata bahwa hubungan yang terjadi sangat lemah, yaitu Tb = 0,0051 yang berarti mendekati nol. Ini menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua variabel disebut di atas.
Dengan tidak adanya hubungan dari kedua variabel tersebut, kemudian diketahui penyebabnya karena tak dimasukkannya pimpinan nonformal semacam ustad dan lurah tua yang masih mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Cirimekar. Di samping itu, ternyata penduduk Cirimekar mempunyai kemampuan yang tinggi beradaptasi untuk menyesuaikan kehidupannya pada lingkungan yang telah berubah. Hal tersebut tampak pada ketidaktergantungan penduduknya lagi terhadap sumber daya alam setempat seperti hasil pertanian maupun perikanan. Sementara itu pergeseran adat istiadat yang terjadi justru karena budaya yang melekat pada pekerja pabrik maupun pedagang pendatang dan budaya ini mempengaruhi budaya penduduk Cirimekar.
Dengan demikian, dari penelitian dapat disarikan bahwa: Perubahan prilaku, sikap dan tatacara berpikir penduduk desa Cirimekar yang terjadi, bukan semata karena terjadinya perubahan lingkungan akibat masuknya unsur-unsur teknologi.
Meskipun sumber daya alam sudah tidak lagi mampu memberikan kebutuhan hidup penduduknya, akan tetapi dengan terbukanya desa dan adanya kesempatan baru untuk penduduk bekerja di luar bidang pertanian, maka penduduk mampu mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Masuknya teknologi ternyata tidak banyak menggeser atau mempengaruhi adat istiadat maupun budaya masyarakat setempat, karena ternyata para tokoh masyarakat yang menjadi panutan penduduk mampu meredam dan menciptakan suasana yang tetap menjaga kebiasaan adat istiadat desa, sehingga perubahan prilaku itu maaih dapat diarahkan atau dikendalikan.

SUMMARY
Cirimekar is a traditional village, located 29 Km south of Jakarta. The people in this village receive very little education. With part of the population working in agriculture and part working at a very income, they have very little capital resources. The population is facing a sudden shift in traditions and values from the influence of industries in the area of Cirimekar.
A population of 5,460 lives in this area of 17,818 Ha, has seen various impacts of the industries established in around Cirimekar from the bursting of industrial waste dumps into the agricultural land to the changes of the people in working their land.
Industries in the area of Cirimekar have influenced the traditional patterns and customs the village has always used to work their land. Studying the shift that is taking place in Cirimekar village reveals the impact of technology and industry on culture, environment, and villager?s perceptions of ecology.
This research is based on the Haerdasty and Steward Theory. Approximation on ecology and culture, which says that culture and environment are dialectic, that forms together in layers. The research intends to show that the change in customs occurring in Cirimekar village is the result of the environmental impact of these industries.
For this proof, the researchers have used the variable and model statistic of Thau Kendal. The variable used for technology was a free variable. The views of people's work-patterns were formed on the economic and distance principles.
Result of this research showed there is no connection of to the second variable. The connection is not the reason for the changes occurring in influence of the industries work-pattern, income-patterns, and other customs.
The conclusion this research determines is that the population of Cirimekar village has a high capacity for adapting to the present environmental situation. For this matter the population of Cirimekar village is not dependent on the natural resources of this area.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>