Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yana Amillia Paramardani
"Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang struktur ekonominya bertipe agraris. Kakao menjadi komoditas alternatif yang mengalami peningkatan jumlah produksi setelah dimulainya program pengembangan kakao rakyat oleh pemerintah tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola rantai distribusi serta pengaruh karakteristik lokasi produksi dan karakteristik produk terhadap pola rantai distribusi komoditas kakao yang terbentuk di Kabupaten Jember. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik pemilihan lokasi responden berdasarkan area sampling. Analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat pola rantai distribusi di Kabupaten Jember. Berdasarkan lokasi produksinya, rantai yang terbentuk di wilayah perkotaan lebih bervariasi dibandingkan di wilayah pesisir. Kakao yang dijual dalam bentuk mentah memiliki jangkauan distribusi yang lebih jauh dibandingkan kakao olahan, namun laba yang didapat di tingkat petani lebih kecil. Banyaknya perantara tidak mempengaruhi harga kakao di tingkat eksportir, tetapi mempengaruhi harga yang terbentuk di tingkat petani. Semakin banyak perantara, semakin rendah harga kakao di tingkat petani sehingga laba yang diterima semakin kecil.

Jember is a region that has agrarian type of economic structure, the livelihood of population dominated by primary sector. The number of cocoa production has increased after cocoa development program start by government at 2010. The aim of this study is to describe pattern of distribution chain as well as the influence location of production and product characteristics that is formed in Jember. Data collection methods used were questionnaires with respondents site selection technique based on area sampling. The analysis used is descriptive analysis with spatial approach.
Results showed there are four patterns of distribution chain in Jember. Based on the location of production, the chain formed in urban areas is more varied than in coastal areas. Cocoa sold in raw form has a distribution range further, but the income earned at farm level is smaller. The number of middle man does not affect price of cocoa on the level of exporters, but affects prices established at farm level. The more intermediaries, the lower price of cocoa at farm level so that the smaller profit received.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Sekarini Hariyadi
"The Food Intelligence Unit mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan sampah pangan terbesar kedua di dunia dengan besar 300 Kg per orang tiap tahunnya. Seperti pada negara berkembang lainnya, sampah ini merupakan kehilangan pangan. Kehilangan pangan terjadi pada saat proses distribusi dari produsen ke konsumen yang disebut rantai pasok.Kehilangan pangan terjadi pada saat rantai pasok berlangsung karena terbatasnya aspek manajemen dan teknis.Sebagai salah satu kabupaten produsen beras utama Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Kabupaten Karawang baiknya memiliki rantai pasok yang efisien. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai pasok komoditas beras di Kabupaten Karawang dan kehilangan pangan yang terjadi selama rantai pasok berlangsung. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis spasial deskriptif. Rantai pasok komoditas beras Kabupaten Karawang secara umum terdiri dari petani, pedagang penggiling, dan pasar. Rantai pasok yang dimulai dari petani skala kecil yang kemudian akan sampai ke penggilingan skala kecil memiliki cakupan penjualan sebatas lokal dalam wilayah produksi. Sebaliknya petani skala besar akan mengarah ke penggilingan skala besar akan menciptakan cakupan distribusi hingga luar wilayah produksi salah satunya ke Jabodetabek. Pola rantai pasok diluar pola umum dapat terjadi ketika petani dan penggiling memiliki hubungan khusus seperti kekerabatan. Dapat dikatakan bahwa mata rantai penggilingan menjadi penentu jangkauan distribusi beras di Kabupaten Karawang. Kehilangan pangan yang terjadi selama rantai pasok dikarenakan pengaruh mesin penggilingan dan perubahan kemasan. Pada mesin penggiling kehilangan tercipta karena pengolahan dan jenis mesin yang digunakan. Sementara perubahan kemasan terjadi pada rantai pedagang yang merubah kemasan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu peran penggilingan selain mempengaruhi jangkauan distribusi beras juga mempengaruhi besaran kehilangan pangan. Penggiling besar yang memiliki mesin yang lebih baik dapat meminimalisir kehilangan pangan. Selain itu penggilingan yang menyediakan kemasarn beras lebih kecil cenderung dapat meminimalisir kehilangan pangan karena langsung dipasarkan ke tangan konsumen.

According to The Food Intelligence Unit, Indonesia is the country with the second largest amount of food waste in the world at 300 kg per person per year. As in other developing countries, this waste is called food loss. Food loss occurs during the distribution process from producers to consumers called the supply chain due to limitations in the management and technical aspects. As one of Indonesia's main rice producing districts in Java, Karawang Regency should have an efficient supply chain. Therefore this study aims to analyze the supply chain of rice commodity in Karawang Regency and food losses that occur during the supply chain. The study was conducted using a qualitative approach with descriptive spatial analysis. The Karawang Regency rice commodity supply chain generally consists of farmers, millers, and markets. The supply chain, which starts from small-scale farmers and then reaches small-scale mills, has limited local sales coverage within the production area only. On the other hand, large-scale farmers will lead to large-scale mills which will create distribution coverage outside of the production area, one of which is to Jabodetabek. Supply chain patterns outside the general pattern can occur when farmers and millers have special relationships beforehand. It can be said that the milling chain determines the distribution area coverage of rice in Karawang Regency. Food loss that occurs within the supply chain hapens due to the influence of milling machines and packaging changes. Mining machine loss happens due to the processing and type of machine used. Meanwhile losses of packaging changes occur in the markets chain that changes the packaging to be smaller in size. Therefore, in addition to affecting the distribution of rice, the role of also affects the amount of food loss. Large millers with better machines can minimize food loss. In addition to that, mills that provide smaller rice markets tend to minimize food loss because they are directly marketed to consumers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumintarsih
Jakarta: Direktorat tradisi, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata , 2011
302 SUM i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Flora of Nusa Barong Nature Reserve, Jember - East Java, was intensively surveyed in 2005. Al least 357 specimens consist of 282 species belonging to 232 genera and 88 families have been collected during the survey..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Desyani
"Produksi biji kakao Indonesia yang besar menjadikan komoditas kakao sebagai salah satu komoditas yang potensial untuk meningkatkan penerimaan negara. Hal tersebut dapat diupayakan melalui pengolahan biji kakao menjadi produk kakao setengah jadi atau produk jadi sehingga negara mendapatkan nilai tambah yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis postur perpajakan pada proses bisnis komoditas kakao yang berorientasi lokal dan ekspor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur perpajakan pada proses bisnis kakao berbeda-beda antara pelaku perdagangan, baik pada proses bisnis yang berorientasi lokal maupun ekspor. Industri hilir kakao yang berorientasi ekspor juga dapat menggunakan fasilitas Kawasan Berikat, dimana terdapat perbedaan postur perpajakan antara pengguna fasilitas Kawasan Berikat dengan yang tidak menggunakan fasilitas Kawasan Berikat.

The large production of Indonesian cocoa beans makes the cocoa commodity one of the potential commodities to increase state revenues. This can be endeavored through processing cocoa beans into semi-finished cocoa products or finished cocoa products so that the country gets higher value-added. This study aims to describe and analyze the mapping of tax policies on the business processes of locally and export oriented of cocoa commodity. This research was conducted using a qualitative approach where data were collected by literature studies and in-depth interviews. The results of the study show that the tax policies in cocoa business process varies between entities, both in locally and export oriented business processes. Export-oriented downstream industries can also use Bonded Zone facilities, which tax policies between users of Bonded Zone facilities and those who do not are different.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Shodikin
"ABSTRAK
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Adanya fraktur dapat menimbulkan berbagai respon dalam kehidupan partisipan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai gambaran respon yang dialami pasien terkait masalah / diagnosa keperawatan dan bagaimana pasien memaknai respon tersebut. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah pasien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah yang sedang dirawat di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi, direkrut dengan purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa rekaman hasil wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan analisis isi (content analysis) dalam prosesnya menggunakan tahapan teknik Collaizi’s. Penelitian ini mengidentifikasi 5 tema utama, yaitu 1) respon ranah fisik, 2) respon ranah psikologis, 3) respon ranah sosial, 4) respon rana spiritual, 5) setiap partisipan membutuhkan pelayanan perawat yang mempunyai humanistic caring dan professional caring yang baik. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa respon ranah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual terjadi pada semua partsipan pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien frakrur ekstremitas bawah sesuai dengan respon pasien.

ABSTRACT
A fracture is the disruption in the continuity of a bone. The impact of the fracture can impact the patient’s life. The aims of the study were to identify patient’s responds who has fracture lower extremity after having experience a fracture of lower extremity and how they define the meaning from these responses. This study employed a qualitative design and data were collected by in-depth interviews. Participants were patients with fracture of lower extremity, recruited by a purposive sampling approach. Data was a gathered through an in depth interview, then recorded by using MP4, and also field note forms, then was transcribed and content analyses. The process of analyses employed a Collaizi’s technique. The findings identified 5 themes include : 1) physical; 2) psychological; 3) social; 4) spiritual responses; and 5) patients with fracture of lower extremity need a professional nurse who has humanistic caring and professional caring. The results of the study revealed that impact of the response physically; psychologically; socially; and spiritually aspects of the patient’s after having experience fracture of lower extremity is real and has a strong meaning for their lives. This result imply that all professional need to increase knowledge and understanding or caring for patients with fracture of lower extremity based on their respond, accordingly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muty Afadila
"Kabupaten Jember dan Banyuwangi merupakan sentra produksi padi di Jawa Timur. Perhitungan luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah secara konvensional telah dilakukan oleh berbagai instansi di Indonesia. Namun hasil perhitungan tersebut dipublikasi setahun kemudian. Pengumpulan data yang akurat dan dalam waktu yang relatif singkat serta bersifat kuantitatif maupun spasial dapat dilakukan dengan metode penginderaan jauh. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan MODIS untuk mengestimasi luas panen dan produksi padi. Metode menggunakan citra MODIS MSAVI2 16 harian dari bulan Januari 2014 hingga Januari 2016 yang kemudian dianalisis regresi linier berganda untuk mengidentifikasi piksel yang merupakan vegetasi padi.
Hasilnya menunjukan distribusi spasial padi terlihat pada grup piksel F, P, dan S pada citra. Dari fenologi padi pada citra juga terlihat ketiga grup tersebut memiliki masa tanam yang relatif sama. Hasil perhitungan ini telah divalidasi dengan data BPS dan memiliki kesalahan perhitungan sebesar 33% untuk luas panen dan 30% untuk produksi padi. Besarnya standar eror estimasi ini disebabkan MODIS memiliki resolusi 1 pikselnya 250 m × 250 m atau sekitar 6,25 hektar. Sehingga sawah yang menempati kurang dari setengah piksel atau kurang dari 6,25 hektar akan teridentifikasi sebagai vegetasi lain dan terbuang dari klasifikasi sawah.

Jember and Banyuwangi are regencies with the highest rice production in East Java. Calculation of planting area, harvested area, and rice production have conventionally been carried out by various agencies in Indonesia. But the results can be seen a year later. Accurate data collection and in a relatively short time and both quantitatively and spatially can be done using remote sensing methods. This study aimed to study the ability of MODIS to estimate harvested area and production of rice. The method of using MODIS imagery MSAVI2 16 days composite from January 2014 to January 2016 were analyzed multiple linear regression to identify the pixels that constitute the vegetation of rice.
The result shows the spatial distribution of rice looks at the pixel group F, P and S in the image. Phenology of rice in the image is also shown relatively the same planting season. Calculation result has been validated by the BPS and has an error of 33% under estimate for harvested area and 30% under estimate for rice production. The magnitude of the estimated standard error caused MODIS has a pixel resolution of 250 m × 250 m or about 6,25 hectars. As a result the fields that occupy less than half the pixels or less than 6,25 hectares will be identified as other vegetation and eliminated from the classification of paddy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suporaharjo
"Obyek sengketa tanah antara komunitas Ketajek dengan Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Jember adalah bekas hak Erfpach Verponding No. 2712 dan Verponding No. 2713 dikenal dengan nama kebun Ketajik I dan II atas nama NV Land Bow My Oud Djember (LMOD) leas keseluruhan 477,87 ha yang berakhir haknya tanggal 29 Juli 1967, terletak di desa Pakis dan desa Suci kecamatan Panti, kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur.
Sengketa tanah Ketajek mulai mencuat ketika pada tahun 1972 pemerintah daerah kabupaten Jember yang dipimpin Bupati Abdul Hadi yang juga sebagai komisaris PDP jember mulai berencana mengambil alih Kebun Ketajek I dan 11 yang telah digarap warga Ketajek sejak tahun 1950-an.
Proses pengambilalihan oleh PDP Jember atas tanah kebun Ketajek I dan II yang telah didistribusikan kepada warga Ketajek melalui kebijakan land reform pada tahun 1964 ini akhirnya menimbulkan konflik yang berlarut-larut hingga saat ini. Mengapa konflik sosial atas tanah Ketajek terus bertahan cukup lama dan bagaimana pilihan strategi penyelesaian konflik yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa serta para pihak yang terlibat dalam pusaran konflik tersebut coba dipahami lebih mendalam melalui penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Menelusuri dan memetakan sejarah dan sumber penyebab konflik;
2) Menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya eskalasi konflik;
3) Mendalami proses-proses pilihan dan akibat dari strategi manajemen/penyelesaian konflik yang digunakan para pihak yang berkonflik; dan
4) Memberikan rekomendasi perbaikan atas cara-cara penyelesaian konflik antara masyarakat Ketajek dan PDP Jember yang selama ini dilakukan.
Pendekatan yang dilakukan untuk penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu memahami fenomena peristiwa terjadinya konflik dan kaitannya terhadap keberadaan berbagai pihak, baik yang pro maupun kontra dengan penyelesaian konflik atas tanah antara komunitas Ketajek dan PDP Jember. Dari kelompok yang pro dan kontra coba dilakukan wawancara dan pemahamam secara mendalam atas usulan penyelesaian yang seharusnya dilakukan atas sengketa tanah Ketajek ini. Berbagai pendapat dari wawancara dengan informan dan penelusuran dokumen atas cara intervensi untuk menyelesaikan konflik ini kemudian direview dan di analisis kekuatan dan kekurangannya dengan cara membandingkan pengalaman di tempat lain atau kasus-kasus yang sudah pernah terjadi.
Dalam penelitian ini konflik dilihat sebagai suatu bentuk interaksi yang dapat membangun, mengintegrasikan dan meneruskan struktur dalam masyarakat. Konflik coba dipahami dari sisi positif dan sisi negatif. Konflik seharusnya dihadapi dan dikelola karena konflik dapat dipahami dari para pihak yang terlibat, sumber penyebab, tahapan perkembanganya, faktor-faktor yang mempengaruhi eskalasi dan kemungkinan mekanisme intervensinya.
Temuan penting dari hasil penelitian ini antara lain: adanya lima cara penyelesaian yang diusulkan para pihak yang berkepentingan, yaitu:
1) Pemberian tali asih/ganti rugi;
2) Membawa kasus sengketa ke pengadilan (peradilan umum);
3) Menempuh jalur hukum non pengadilan atau jalur politik;
4) Musyawarah; dan
5) Membangun kemitraan antara PDP dan warga Ketajek.
Pilihan terhadap tali asih/ganti dan membawa kasus ke lembaga pengadilan merupakan pilihan utama dari Pemerintah kabupaten/PDP Jember. Sementara pihak komunitas Ketajek lebih menyukai pendekatan jalur hukum non pengadilan atau politik dan musyawarah.
Dari hasil analisis terhadap kegagalan beberapa pilihan strategi penyelesaian yang telah ditempuh menunjukkan bahwa keputusan pilihan jalan keluar dilakukan secara sepihak oleh yang berpower kuat dan tidak mengatasi sumber penyebabnya, rendahnya keahlian para mediator/fasilitator, lemahnya anal isa atas problem bersama, dialog antara para pihak yang bersengketa sering bersifat konfrontatif, berbagai proses yang dilakukan lebih bersifat permusuhan dari pada kolaboratif, terjadinya polarisasi dalam berbagai kelompok dari komunitas Ketajek, terjadinya rivalitas antara para pihak yang berkepentingan mendampingin komunitas, tidak ada kemauan politik dari pimpinan/elit yang berada di pemda/PDP, DPRD untuk berbagi power/kegiatan manfaat kepada komunitas lokal atas aset sumberaya alam yang ada.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa cara penyelesaian yang telah ditempuh seperti pemberian tali asih/ganti rugi, musyawarah dan membawa kasus ke peradilan umum telah gagal menyelesaikan sengketa tanah Ketajek, karena cara-cara tersebut tidak membawa kepada kesepakatan secara bulat yang didukung oleh semuat pihak yang terlibat dan memuaskan kepentingan seluruh pihak.
Sedangkan dari sisi kebijakan pemerintah daerah kabupaten Jember, dapat disimpulkan bahwa pemda tidak memiliki infrastruktur baik dari segi kelembagaan maupun sumberdaya manusia untuk melaksanakan penyelesaian konflik secara non litigasi atau alternative dispute resolution (ADR). Niatan untuk menyelesaikan konflik secara ADR hanya ada dalam teks saja, dalam prakteknya tidak ada kebijakannya.
Oleh karena itu, dengan melihat berbagai usulan dari para pihak yang berkepentingan dengan sengketa tanah Ketajek, maka direkomendasikan kepada pemda dan DPRD kabupaten Jember untuk mempertimbangkan strategi kolaborasi untuk menyelesaikan sengketa tanah Ketajek.
Dalam melaksanakan strategi kolaborasi para pihak yang bersengketa harus mempunyai kemauan untuk merubah penyelesaian konflik dari pendekatan permusuhan ke pendekatan yang bukan bersifat permusuhan (nonadiersarial approach). Karena dalam proses kolaborasi perlu keterbukaan, kesadaran adanya saling ketergantungan, menghormati perbedaan, membutuhkan partisipasi aktif para pihak yang berkonflik, membutuhkan jalan keluar dan penetapan hubungan yang disepakati bersama dan kesadaran bahwa kolaborasi adalah suatu proses bukan resep.
Ada empat desain umum untuk kolaborasi yang harus mendapatkan perhatian seksama para pihak yang berkonflik, yaitu yang berkaitan dengan upaya-upaya bersama menemukan pilihan yang tepat atas:
1) Perencanaan yang apresiatif;
2) Strategi kolektif;
3) Dialog; dan
4) Menegosiasikan penyelesaian.
Agar dapat membangun desain kolaborasi yang konstruktif dan mendapatkan komitmen dari para pihak yang bersengketa maka harus ada kejelasan tahapan yang dapat dijadikan panduan bersama. Tahapan ini paling tidak terdiri dari, tahap pertama, kejelasan dalam menetapkan problem; tahap kedua, kejelasan dalam menetapkan arah kolaborasi; dan tahap ketiga, kejelasan dalam menetapkan pelaksanaannya.
Untuk mendukung keberhasilan strategi kolaborasi, juga peran dukungan pemerintah daerah kabupaten jember merupakan faktor penting. Tanpa kemauan yang kuat dari pihak pemda untuk mendukungnya maka mustahil tahapan proses kolaborasi tersebut dapat dijalankan. Oleh karena itu, kemauan politik dari pemda tidak cukup hanya dicantumkan dalam teks POLDAS tapi harus diwujudkan dalam praktek, yaitu dengan cara menyediakan sumberdaya manusia yang terlatih sebagai fasilitator/mediator andal dan dukungan membangun kelembagaannya.
Review Strategies For The Resolution Of Social Land Conflicts: A Case Study Of Ketajek Community Vs. Jember Estate Company, In Kecamatan Panti, Kabupaten Jember East Java Province The land disputed by Ketajek community and Jember estate company (PDP) used to belong to the rights of Erfpach Verponding No. 2712 and No. 2713. They are known as Ketajek Estate I and If, on behalf of NV. Land Bow My Oud Djmber (WOD), with the overall area of 477.87 hectares located in Pakis and Suci villages, kecamatan Panti, Kabupaten Jember, East Java. The rights ended on 29 July 1967.
The land conflict broke out in 1972 when the local government under Bupati Abdul Hadi, who was also one of PDP's board of directors, planned to take over Ketajek Estate I and II which had long been cultivated by Ketajek local people since 1950s.
Ketajek I and II having been distributed since 1964 by means of land reform policy, the take-over has caused an intractable conflict-up to now. This research tries to explore how the social conflict of Ketajek land remains unresolved, and what kinds of conflict resolution strategies have been adopted by the conflicting parties as well as those involved in the turbulence of conflict. So, the objectives of this research are:
1) To dig up and map the history and sources of conflict;
2) To identify the factors influencing the conflict escalation;
3) To observe the process of selection and the result of conflict management/resolution strategy applied by the conflicting parties; and
4) To provide a recommendation of how to improve the existing conflict resolution methods between Ketajek community and PDP Jember.
The research made use of qualitative approach. This approach best-matched with the objectives of the research, i.e. to understand conflict fenomena in connexion with the presence of multi parties, both those in favor and those against the resolution of the land conflict between Ketajek community and PDP Jember. For the pros and cons, interviews were given to get a deep understanding of what opinions they have about the resolution proposed for Ketajek land conflict. Ideas obtained from the interviews with informants and data from scrutinizing the documents about intervention methods for this conflict were collected to be reviewed and analyzed to get the strength and weaknesses by comparing with experience from other sites or with the preceding cases.
In this research, conflict was seen as a form of interaction that can develop, integrate, and continue the structures within a society. It is understood from both positive and negative perspectives because conflict should be faced and managed as it can be understood from the perspectives of the parties involved, from the very cause, from the stages of development, from the factors influencing the escalation and from the possibilities of intervention mechanisms The important findings of the research are, among others, five methods of resolution proposed by interest parties, i.e.:
1) Providing a compensation;
2) Bringing the case to the court;
3) Taking an extra-court law (nonlitigation) orpolitical action;
4) Building dialog/negotiation; and
5) Building a partnership between PDP and Ketajek local people. The local governmentiPDP jember prefers options 1 and 2, whereas Ketajek community prefers points 3 and 4.
From the analysis of the above failure, it was found that: the options were made unilaterally by the power-ed party, and it failed to hit the source of the problems, the facilitators/mediators were unskilled, the analysis of the shared problems was poor, dialogs between conflicting parties were frequently confrontational, the processes were more confrontational than collaborative, groups of Ketajek community were polarized, there was a rivalry between interest parties that went with the community, there was a lack of political will from elites in the local government/PDP, DPRD to share power/activities/benefit with the local community over the natural resources.
The conclusion is that the five resolutions failed to lead to an agreement supported by all parties and failed to satisfy all. From the perspective of Jember local government's policy, it can be concluded that the local government did not have adequate infrastructures, either in the form of institutions or human resources to enact a no litigation conflict resolution or alternative dispute resolution (ADR). To manifest the ADR was all in theory; in practice, none of the policies used it.
Considering the ideas proposed by interest parties in the Ketajek Iand conflict, therefore, it is recommended to the local government and DPRD Jember to think over collaborative strategies to resolve Ketajek land conflict.
In plying the collaborative strategies, the conflicting parties must have a will to shift from adversarial approaches to no adversarial ones since the collaborative processes need openness, respect for difference, the awareness of interdependency, active participation of the conflicting parties, way out and agreed relationship, and the awareness that collaboration is a process, not a recipe.
There are four general designs for collaboration to be noted carefully by the conflicting parties related to joint efforts to make the smart choice of
1) Appreciative planning;
2) Collective strategy;
3) Dialog; and
4) Negotiation of resolution.
In order to be able to build a constructive design for collaboration that all conflicting parties are committed to, there must be clear stages for a common guideline, The stages should at least comprise first stage, a clear problem statement; second stage, a clear direction of collaboration; and third stage, a clear operation.
To support a successful collaborative strategy, the support from Jember local government is an important factor. Without a strong will from the local government to sustain it, it is impossible for the collaborative processes to be operated. Therefore, the political will of the local government should not only be typed on POLDAS text, but should also be realized in practice, by providing skilled human resources for the best facilitators/mediators and giving support or developing the institution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T11544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadoni Wahyu Kanda Permana
"Skripsi ini membahas pembangunan dan perkembangan jalur kereta api Probolinggo ndash;Jember 1893-1929 serta dampaknya kepada masyarakat setempat. Selama rentang tahun tersebut, terjadi perubahan pada bidang ekonomi, sosial-budaya, dan administrasi sebagai dampak dari pembangunan jalur kereta api Probolinggo ndash;Jember yang dimulai pada 1893 serta perkembangannya hingga tahun 1929. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan fakta bahwa perkembangan jalur kereta api Probolinggo ndash;Jember merupakan faktor pendorong dalam perkembangan ekonomi, perubahan sosial-budaya, serta pembentukan daerah administrasi baru di wilayah Keresidenan Probolinggo dan Besuki.

This undergraduate thesis discusses construction and development of Probolinggo ndash Jember railway throughout 1893 1929 and its impact to the society. During those years, there is ecomony, social culture, and administration changed as the impact of construction of railway on 1893 and its development until 1929. This undergraduate thesis use history method for research. Based on the result of the research, found that the railway between Probolinggo and Jember was the booster factor of economy development, the change of social cultural, and formation of new administrative region in Probolinggo and Besuki Residency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantut Susanto
"Klien kusta sebagai kondisi at risk di komunitas memerlukan perawatan untuk mencegah gangguan fungsi dan memberdayakan klien kusta. Penelitian ini bertujuan mendapatkan arti dan makna pengalaman klien dewasa menjalani perawatan kusta di komunitas. Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif desain fenomenologi deskriptif. Metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan catatan lapangan. Partisipan adalah klien kusta dewasa yang menjalani perawatan dan pengobatan MDT di Jenggawah. Data dianalisis dengan teknik Collaizi.
Penelitian ini mengidentifikasi tiga belas tema, yaitu: respon negatif, respon positif, gambaran diri dan penyakit, kepatuhan, pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan perawatan diri, jenis pelayanan, tugas perawatan kesehatan keluarga, harapan terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan pengalaman klien dewasa menjalani perawatan sangat bervariasi dan unik sehingga memerlukan dukungan semua pihak agar klien kusta dalam kehidupannya dapat sehat, mandiri, dan produktif. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar program promosi, prevensi, dan proteksi kusta di Indonesia dengan mengintegrasikan model intervensi keperawatan komunitas dan melibatkan instansi terkait.

One of population at risk at the community is a group of leprosy clients. They are needed to be treatment to prevent disturbance in body function as well as empowering leprosy clients. This study purposes to gain the value and meaning of leprosy adult clients experience in having leprosy treatment in the community. The study was done by qualitative approach in descriptive phenomenology design. The data collection method was done by in depth interviewing and taking field notes. The participants were leprosy adult clients who are under treatment and MDT medication at Jenggawah Public Health Center. The data was analyzed by Collaizi's technique.
The study results are 13 themes: negative response, positive response, body image, disease description, client compliance, ability in fulfilling the basic needs, ability to have self care, types of services, family health task, expectation to self, to family, to society, to Public Health Center.
The results of this study showed that adult clients experience in having leprosy treatment were unique and have a large range of variation therefore it needed support from all parties to make leprosy clients can be healthy, independent and productive in their life. These results are expected can be a foundation for prevention and promotion program as well as leprosy clients health protection in having leprosy treatment by integrating community nursing intervention model and involve the relevance institution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T41457
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>