Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marini Adline
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi femininitas dalam anime Gake no Ue no Ponyo karya Hayao Miyazaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi imaji femininitas dalam anime tersebut. Metode analisis dalam skripsi ini menggunakan pendekatan semiotika Rolland Barthes. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teori Dorothy Smith dalam bukunya Text, Fact, and Femininity (1990). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi femininitas dalam anime Gake no Ue no Ponyo bertentangan dengan representasi femininitas umumnya ada dalam budaya patriarki, ditampilkan dalam bentuk femininitas yang bernegosiasi yaitu strategic femininity.

ABSTRACT
This study focused on representation of femininity which is contained in Hayao Miyazaki?s anime Gake no Ue no Ponyo. The purposed of this study is to analyze the construction image of femininity that is shown in the anime. The analysis method of this study uses Rolland Barthes semiotic approached. The discussion in this study uses the theory from Dorothy Smith in her book, Text, Fact, and Femininity (1990). The result of this research showed that the representation of femininity in Gake no Ue no Ponyo anime as a contrary to the representations of femininity known in patriarchal culture, showed by the negotiation in femininity namely strategic femininity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Almas
"Penelitian ini akan membahas mengenai ekokritisisme yang ada di dalam anime Gake no Ue no Ponyo karya Hayao Miyazaki dengan menggunakan teori ekokritisisme dari Greg Garrard. Melalui teori tersebut, dapat dilihat bahwa Hayao Miyazaki menggunakan isu-isu lingkungan di dalam karya sastranya sebagai bentuk kritik untuk para manusia yang seringkali melakukan aktifitas yang merugikan mereka yang bukan manusia (Hewan, Alam, dan Roh). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data informasi dari jurnal artikel dan buku yang membahas ekokritisisme dan film-film karya Hayao Miyazaki lainnya. Anime Gake no Ue no Ponyo dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan cara memaparkan unsur-unsur intrinsik dan adegan-adegan beserta beberapa cuplikan gambar yang menggambarkan isu-isu lingkungan. Dalam anime ini ditemukan bentuk ekokritisisme yang disampaikan oleh Hayao Miyazaki melalui gambaran habitat Ponyo yang memiliki masalah lingkungan berupa kegiatan overfishing, pencemaran air laut, dan perubahan iklim di Jepang, bencana berupa tsunami dan badai, serta penyelesaiannya oleh tokoh Gran Mamare yang merupakan sesosok Dewi Pengasih.

This study discusses about ecocriticism in Hayao Miyazaki's Gake no Ue no Ponyo anime using the ecocriticism theory of Greg Garrard. From this theory, it can be seen that Hayao Miyazaki uses environmental issues in his literary works as a form of criticism for humans who often do activities which are harmful to non-humans (Animals, Nature, and Spirits). Furthermore, this study used a qualitative method by collecting information data from journal articles and books regards to ecocriticism; besides, other films by Hayao Miyazaki. Gake no Ue no Ponyo anime was analyzed using a descriptive method by describing the intrinsic elements and scenes along with several snippets of images which depict environmental issues. Moreover, in this anime, it is found a form of ecocriticism which is delivered by Hayao Miyazaki through the description of Ponyo's habitat which has environmental problems; such as, overfishing activities, marine pollution, climate change in Japan, and disasters (tsunami and storm). In addition, it can be seen in the anime that these problems are overcome by the character of Gran Mamare who is a figure of the Goddess of Mercy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Jasmine
"Artikel ini membahas feminitas dalam majalah ELLE RUSSIA. Pada artikel ini, pembahasan difokuskan pada enam iklan parfum yakni Dior Addict Eau de Toilette, GIORGIO ARMANI ACQUA di GIOIA, DOLCE & GABBANA – LIGHT BLUE, GUCCI Flora Gardenia the Floral Fragrances, PRADA CANDY FLORALE The New Eau de Toilette, GIVENCHY Very Irresistible L’eau en rose yang dimuat dalam halaman majalah ELLE RUSSIA edisi Juli 2014. Analisis dilakukan menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil analisis artikel ini menyatakan bahwa majalah ELLE RUSSIA memuat konten perempuan dan feminitas dalam bentuk fashion, make up, skincare, parfum memberikan dampak secara tersirat melalui tampilan feminitas yang dipromosikan pada tampilan fisik yang sensual, kebebasan, serta perpaduan warna sesuai konsep.

This article discusses femininity in ELLE Russia Magazine. In this article, the discussion focused on six perfume ads, namely Dior Addict Eau de Toilette, Giorgio Armani Acqua di Gioia, Dolce & Gabbana Light Blue, Gucci Flora Gardenia the Floral Fragrances, Prada Candy Florale the New Eau de Toilette, and Givenchy Very Irresistible L'eau en Rose, which were published on the pages of the July 2014 issue of ELLE Russia Magazine. The analysis was carried out using Roland Barthes' semiotics theory. The method used is the descriptive method of analysis. The results of the analysis of this article stated that ELLE Russia Magazine contains women's and femininity content in the form of fashion, makeup, skincare, and perfume, giving an implicit impact through the appearance of femininity that is promoted through a sensual physical appearance, freedom, and a combination of colors according to the concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Cahaya
"Artikel ini membahas écriture féminine yang diperlihatkan dalam kumpulan esai Si Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik deskriptif. Penelitian difokuskan pada isu perempuan yang diungkapkan di dalam kumpulan esai tersebut. Kumpulan esai ini memperlihatkan bahwa terdapat banyak permasalahan di tengah masyarakat yang membuat perempuan berada di dalam posisi inferior. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa esai-esai Ayu Utami mengenai perempuan termasuk ke dalam kriteria écriture féminine yang dikemukakan oleh Cixous.

This article discusses about écriture féminine found in the collection of essays Si Parasit Lajang by Ayu Utami. This research is one of the qualitative research using the descriptive technique. The research focuses on women’s issues mentioned in Si Parasit Lajang. This collection of essays reveals that there are many issues among the society that puts women in an inferior position. The result of this research shows that the essays written by Ayu Utami about women are considered as écriture féminine mentioned by Cixous.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kaninda Rizki Indriani
"Geisha, sebagai salah satu pelaku seni yang menjadi ikon kebudayaan Jepang merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang keseninan, terutama kesenian tradisional Jepang yang bekerja untuk menghibur orang lain berdasarkan kesenian yang mereka kuasai. Geisha mulai muncul sejak zaman Edo, saat di mana kondisi politik di Jepang sedang damai. Sebagai seorang geisha, femininitas merupakan hal yang harus dimiliki. Menurut Angela McRobbie, femininitas merupakan sebuah bagian dari ideologi dominan yang berperan untuk mendefinisikan kehidupan wanita. Femininitas ini dapat dilihat dari penampilan, cara berbicara, dan cara bertindak seorang geisha. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana femininitas geisha direpresentasikan dalam autobiografi yang berjudul Geisha, a Life karya Iwasaki Mineko dan Rande Brown. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan potongan kalimat hingga paragraf dalam autobigrafi yang dianggap berkaitan dengan penelitian. Potongan kalimat akan diambil dari autobiografi Geisha, a Life karya Iwasaki Mineko dan Rande Brown. Teori dan konsep yang akan digunakan adalah teori representasi dari Stuart Hall serta konsep femininitas berdasarkan pengertian dari Angela McRobbie. Menurut Hall, representasi merupakan produksi makna dari suatu konsep yang ada dalam pemikiran melalui bahasa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa femininitas geisha direpresentasikan oleh Iwasaki Mineko melalui cara berpakaian yaitu dengan memakai pakaian tradisional Jepang, kimono, cara berbicara yaitu dengan menggunakan dialek Gion serta cara bertindaknya yaitu dengan memperhatikan cara berjalan, pembawaan, dan ekspresi yang diperlihatkan.

Geisha, as an artist who has become an icon of Japanese culture, is someone who has skills in arts, especially traditional Japanese arts who worked as an entertainer. Geisha began to appear since the Edo Period when the political conditions in Japan was stable. As a geisha, femininity is something that the must have. According to Angela McRobbie, femininity was part of a dominant ideology that plays a role in defining women’s lives. This femininity in geisha could be seen from the appearance, tehir way of speaking, and their behaviour. This research aims to show how geisha’s femininity was being represented in Geisha, a Life by Iwasaki Mineko and Rande Brown. This research used qualitative methods by collecting sentences to pharagraphs that are considered related to the research. These sentences and paragraphs will be taken from Geisha, a Life. The theories and concept that will be used are the representation theory bu Stuart Hall and the concept of femininity by Angela McRobbie. According to Hall, representation is the production of meaning from a concept through language. The result of this research indicates that geisha’s femininity was represented by Iwasaki Mineko through the way she dresses with using kimono, the way she talks with using Gion’s dialect, and the way she acts with how she walks, how she brings herself, and how she express herself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Marnida Julita
"Penelitian ini menganalisis representasi perilaku perempuan pada foto kiriman pembaca di majalah segmentasi anak perempuan di Indonesia dan representasi perilaku feminin dalam foto kiriman pembaca berdasarkan fashion mereka. Hal ini berkaitan dengan fungsi media sebagai salah satu agen sosialisasi bagi anak. Penellitian ini menggunakan konsep representasi untuk menganalisis representasi perilaku feminin. Selain itu juga dipakai konsep semiotika yang dibuat oleh Sausurre yang menyatakan bahwa suatu tanda terdiri dari penanda dan petanda yang akan menunjukkan makna dari suatu tanda. Hasilnya adalah terdapat tiga representasi yang sama-sama diangkat oleh kedua majalah anak ini, yaitu representasi perilaku perempuan menggunakan make up, perempuan mengenakan aksesoris, dan perempuan berperilaku ramah dengan tersenyum.

This research analyzes feminine behavior representation in the reader photo submission in girls' magazine in Indonesia and the feminine behavior representation in the reader photo submission based on their fashion. This relates to the function of the media as one of the socialization agents for children. This research uses representation concept to analyze the representation of feminine behavior. Besides, this research also uses semiotic concept by Saussurre which states that a sign consists of signifier and signified that disclose the meaning of a sign. The result is that there are three representations are equally appointed by this two girls? magazine, they are behavior representation that woman uses make up, woman uses accessory, and women behave friendly by smiling.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Wemmy
"Video “A Day in My Life” (ADML) adalah salah satu jenis konten di TikTok yang menceritakan kegiatan keseharian pemilik konten. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi permasalahan yang muncul dari praktik video ADML di TikTok terutama dalam konteks Indonesia, yaitu konstruksi femininitas. Penelitian ini menggunakan metode analisis tekstual untuk bagaimana Tiktokers perempuan di Indonesia mengkonstruksi femininitas dan bagaimana ADML mengafirmasi atau bernegosiasi dengan ideologi dominan yang ada dalam masyarakat, dalam hal ini ideologi patriarki. Korpus penelitian adalah dua akun Tiktokers yang memiliki engagement tinggi. Temuan penelitian menunjukkan @sindisafitrii dan @gelialinda mengkonstruksi pemaknaan terhadap femininitas yang mengafirmasi ideologi patriarki terutama dalam isu menikah muda. Video ADML dari kedua akun ini menggambarkan perempuan menikah muda karena adanya faktor sosial dan nilai budaya serta membangun narasi dominan, yaitu menikah adalah halal. Selain itu, dalam isu menikah muda, video ADML menunjukkan konstruksi sosial mengenai peran domestik antara suami istri ketika di satu sisi, ada usaha untuk menempatkan peran yang seimbang antara suami dan istri di ruang domestik, akan tetapi suami yang melakukan peran domestik dianggap tidak lazim atau bahkan diglorifikasi. Temuan lain menunjukkan masih adanya representasi perempuan menikah muda sebagai jalan mendapatkan companionship dan jaminan finansial walaupun terdapat video ADML yang menampilkan perempuan harus mandiri secara finansial. 

A Day in My Life (ADML) articulating one’s day to day activities is one of video contents in TikTok. This research aims to explore how femininity is constructed through ADML videos in the Indonesian context. By utilizing textual analysis method, this article highlights how Indonesian female TikTokers affirm or negotiate with the dominant ideology in the society, in this case patriarchal ideology. The case studies for this research are two TikTok accounts that have a strong engagement. The finding of the study shows that both Ticktokers, @sindisafitrii and @gelialinda, construct femininity while affirming the patriarchal ideology in marrying at such a young age due to social factor and culture constructions. Besides, marrying at a young age is also a part of the social construction in Indonesia that marriage is considered “halal” or lawful or permitted under Islamic law. On the other hand, ADML videos by both TikTokers are also ambiguous in potraying the domestic role divisions between husband and wife. Although the husbands who are in charge in domestic role is considered uncommon, there are still efforts to position the balanced spouse role in the domestic space. Research findings also uncover that in their ADML videos, they portray how women should gain personal financial security; even though, they also depict that as young women, tehy decide to get married early in order to obtain companionship and financial guarantees. The ambiguous portrayal of how femininity is constructed in both TikTok account through their A Day in My Life videos represents how they affirm yet negotiate with patriarchal ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Lestari Putri
"Seiring dengan perkembangan teknologi kini tubuh bisa dihadirkan dalam wujud digital. Instagram sebagai salah satu media sosial menjadi ruang bagi penggunanya untuk merepresentasikan dirinya. Foto yang menjadi representasi diri di Instagram sudah melalui serangkaian proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dalam perjalanan mewujudkan representasi diri di Instagram, perempuan muda penggguna Instagram mengalami kompleksitas dalam dirinya karena terbelenggu
dalam konstruksi mitos kecantikan dan femininitas yang sudah terinternalisasi dalam diri individu. Konstruksi tersebut membuat perempuan melakukan praktik
pendisiplinan tubuh yang mengalienasi dirinya demi mewujudkan representasi diri yang ideal di Instagram. Peralihan fungsi penggunaan Instagram juga mempengaruhi
perwujudan representasi dirinya. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan pengguna Instagram dalam mewujudkan representasi dirinya di Instagram. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai jenis penelitian dengan perspektif feminis. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan analisis teks melalui foto di Instagram. Teori narsisme feminin dan teori pendisiplinan gender oleh Sandra Lee Bartky untuk menganalisis hasil temuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pendisiplinan tubuh yang dilakukan perempuan dalam merepresentasi dirinya sebagai perwujudan narsisme merupakan sebuah proses menuju subjektivitas diri perempuan pengguna Instagram.
Subjektivitas yang dimiliki perempuan pengguna Instagram membuat mereka memiliki kontrol terhadap narasi yang ditampilkan oleh representasi diri. Penelitian ini juga menemukan bahwa representasi diri perempuan dapat diwujudkan melalui bentuk lain selain ketubuhan Pembentukan subjektivitas perempuan pengguna Instagram juga menunjukan perlawanan terhadap pendisiplinan tubuh dan memperlihatkan bahwa praktik pendisiplinan tubuh bukan merupakan sebuah penundukan terhadap tubuh yang feminin melainkan pembebasan diri dan
pembuktian otentisitas diri.

The advancement of technology has made it possible for us to present our body digitally. Instagram as a media social platform provided a space for its users to
represent themselves, especially through photos. These photos, which represents who people are in the Instagram world, have gone through several processes before
showing up at one’s Instagram profile due to several factors. In its journey to represent themselves in Instagram, many young women faced complicated issues
stemming from the beauty myth and femininity internalised within their minds. This construct has influenced them to go through gender-related disciplinary practices, alienating themselves along the way just so they can achieve that ideal in Instagram.
The change in Instagram’s use has also impacted the embodiment of self representation. This research makes use of the aforementioned case study to delve
into the topic from a feminine perspective. The data presented in this research was gathered via in-depth interview and text analysis of the photos in Instagram. The basis on which this research examines the data presented is concentrated on feminine narcissism theory and gender-related disciplinary practices proposed by Sandra Lee Bartky. The result of this research shows that the gender-related disciplinary practices
young women went through in order to represent themselves as the result of narcissism is a pathway to self subjectivity in Instagram, especially for young female users. This subjectivity thought adopted by female users of Instagram has created a notion of having control over the narrative rendered by self representation. This research also found that the concept of self representation in women may be
actualised in forms other than that of bodily nature. The conception of Instagram female users’s subjectivity is also an epitome of contest against interpreting genderrelated disciplinary practice as merely bodily-related practices, instead it can also be interpreted through the perspective of self liberation and self authenticity.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widjajanti M. Santoso
"ABSTRAK
Disertasi ini memproblematikakan representasi perempuan Indonesia melalui sinetron dengan menggunakan perspektlf feminis sosiologi, dalam konteks situasi sosial pasca Orde Baru sebagai konteks sosiologis signifikansi booming media dalam situasi yang berbeda dari dekade sebelumnya. Proses menggunakan perspektif feminis, disertasi ini juga melihat dialog antara sosiologi sebagai ilmu arus utama dengan feminis yang dianggap partikular.
Sebagai upaya menyumbang pada ruang publlk, disertasi ini juga berusaha memperlihatkan implikasi praktis sumbangan feminis terhadap kehidupan ruang publik di Indonesia.

Abstract
After the tumbling down of the New Order, the situation concerning the media in Indonesia is getting freer. The eradication of the Department of Information and the lesser control by the military is used by the media to secure freedom of the press by the legislature and regulation. The media afterward is a booming economic activity which can be seen from the increasing numbers of media whether print, audio or audio visual. The dissertation oontextualises such situation as particular important and significant historical event, because it marks the sequence of social change."
2006
D724
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Rizqi Aghniyaa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk representasi relasi gender dalam serial drama televisi “From Five to Nine” (2015) dan makna serta kritik yang ingin disampaikan dalam representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gender dan hegemonic masculinity oleh R.W. Connell (1985, 1987), teori feminisme liberal oleh Rosemarie Tong (2014), serta teori representasi oleh Stuart Hall (1997). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis semiotika menggunakan teori semiotika kode-kode televisi milik John Fiske (2001) yang membagi analisis film ke dalam tiga level yakni realitas, representasi, dan ideologi. Peneliti memfokuskan analisis kepada tokoh utama perempuan dan laki-laki, Sakuraba Junko dan Hoshikawa Takane. Analisis meliputi aspek-aspek karakterisasi tokoh, dialog, konflik, sorotan kamera, pemilihan musik, editing, serta nilai-nilai ideologis yang terkandung di dalam setiap segmen adegan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan adanya perubahan bentuk hubungan yang terjadi antara Junko dan Takane dari awal episode hingga akhir. Pada awal hubungan keduanya Takane digambarkan lebih dominan daripada Junko, namun Junko sebagai gambaran karakter perempuan independen tidak ingin didominasi sehingga hubungan mereka berubah ke arah yang lebih setara. Drama ini juga merepresentasikan adanya hubungan saling ketergantungan dan bukan relasi kuasa antara kedua tokoh.

This study aims to determine the form of representation of gender relations in the television drama series “From Five to Nine” (2015) and the meanings as well as critics to be conveyed through the drama. The theory used in this study is R.W. Connell’s theory of gender and hegemonic masculinity (1985, 1987), Rosemarie Tong’s liberal feminism theory (2014), and Stuart Hall’s representation theory (1997). The research method used in this research is semiotic analysis using John Fiske’s semiotic theory of television codes (2001) which divides film analysis into three levels: reality, representation, and ideology. The research focusses on the main female and male characters, Sakuraba Junko and Hoshikawa Takane. The analysis includes characterization, dialogue, conflict, camera shots, music, editing, and ideological values ​​contained in each scene segment. Based on the analysis that has been done, the researcher found that there was a change in the form of the relationship that occurred between Junko and Takane from the beginning of the episode to the end. At the beginning of their relationship, Takane is described as more dominant than Junko, but Junko, as an independent female character, does not want to be dominated, so their relationship changes in a more equal direction. This drama also represents a relationship of interdependence and not a power relationship between the two characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>