Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira Amanda
"Indonesia merupakan negera kepulauan yang dilewati oleh jalur gunung api dunia (ring of fire), sehingga menjadi pemilik sekitar 40% potensi panas bumi dunia. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yang dilakukan dengan studi kepustakaan. Adapun penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan panas bumi sebagai energi terbarukan yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca. Penelitian ini terfokus pada penganalisisisan sejumlah peraturan terkait serta melihat efektivitas metode Clean Development Mechanism (CDM) yang dijalankan di Indonesia. CDM merupakan metode yang dapat dijalankan negara berkembang untuk melaksanakan proyek pengurangan emisi. Pada akhirnya, terlihat bahwa penggunaan panas bumi sebagai energi terbarukan mendatangkan manfaat berupa turunnya emisi gas rumah kaca di Indonesia dengan jumlah yang fantastis.

Indonesia is an archipelagic state, which passed by world?s volcanic line (ring of fire), thus becoming the owner of approximately 40% of the world?s geothermal potential. This research uses normative juridical method, which is done with literature studies. This research studies about the utilization of geothermal as a renewable energy, which can reduce the greenhouses gas emissions. This research focused on analyzing a number of regulations along with looking on Clean Development Mechanism (CDM) method that is executed in Indonesia. CDM is a method that can be run by developing countries to implement emission reduction projects. In the end, it appears that using geothermal as a renewable energy brings benefits in the form of decrease in greenhouse gas emissions in Indonesia with a fantastic amount."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Chandra Adinugraha
"Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian utama telah diberikan pada masalah lingkungan global yang semakin meruncing, khususnya perubahan iklim. Permasalahan ini juga menjadi isu di Indonesia khususnya di Kota Semarang yang menghasilkan sekitar 1.276 ton sampah per hari pada tahun 2019. Emisi GRK dari sektor pengelolaan limbah di Kota Semarang menyumbang 16,67% dari total emisi GRK yang dihasilkan kota Semarang di tahun 2018. Emisi GRK dari pengelolaan sampah dapat berasal dari beberapa tahapan, seperti pengumpulan, transportasi, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis emisi GRK dan tahapan pengelolaan sampah yang bersifat hotspot dari keseluruhan sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023, sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk mengurangi emisi GRK. Perhitungan emisi GRK dilakukan dengan menggunakan Metode IPCC 2006 Tier 1 dan software Emission Quantification Tool (EQT) versi 2018 yang dikembangkan Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, emisi GRK masing-masing dari tahapan transportasi sampah, komposting, daur ulang sampah, black soldier fly (BSF), sampah tidak terkelola, kebakaran landfill, dan landfilling adalah 13.836,729 ton CO2-eq, 3.650,054 ton CO2-eq, -74.080,228 ton CO2-eq, 31,473 ton CO2-eq, 18,123 ton CO2-eq, 8.482,856 ton CO2-eq dan 357.939,942 ton CO2-eq. Keseluruhan emisi GRK dari sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023 adalah 309.878,948 ton CO2-eq, dengan hotspot emisi adalah tahap landfilling. Rekomendasi yang diberikan adalah mengurangi timbulan sampah yang masuk ke TPA Jatibarang dan mengaktifkan kembali fasilitas komposting yang tengah berhenti beroperasi di TPA Jatibarang.

In the last few decades, major attention has been given to increasingly increasing global environmental problems, especially climate change. This problem is also a concern in Indonesia, especially in the city of Semarang, which produces around 1,276 tons of waste per day in 2019. GHG emissions from the waste management sector in Semarang City contributed 16.67% of the total GHG emissions produced by Semarang City in 2018. GHG emissions from waste management can come from several stages, such as collection, transportation, processing, and final disposal of waste. This research aims to analyse GHG emissions and hotspot waste management stages of the entire Semarang City waste management system in 2023, so that recommendations can be provided to reduce GHG emissions. GHG emissions calculations were carried out using the IPCC 2006 Tier 1 Method and the 2018 version of the Emission Quantification Tool (EQT) software developed by the Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Based on research that has been carried out, the respective GHG emissions from waste transportation, composting, waste recycling, black Soldier fly (BSF), unmanaged waste, landfill fire, and landfilling are 13,836.729 tons CO2-eq, 3,650.054 tons CO2-eq, -74,080.228 tons CO2-eq, 31.473 tons CO2-eq, 18.123 tons CO2-eq, 8,482.856 tons CO2-eq and 309.878,948 tons CO2-eq. Overall GHG emissions from the Semarang City waste management system in 2023 are 309,878.948tons CO2-eq, with the emission hotspot being the landfill stage. The recommendation given is to reduce the amount of waste entering the Jatibarang landfill and reactivate the composting facility which is currently no longer operating at the Jatibarang landfill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafiera Fibiana Razak
"PLTU Muara Karang dan PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memasok listrik ke DKI Jakarta. Bahan bakar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah minyak solar atau High Speed ​​Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan beberapa zat limbah antara lain CO2, CH4, dan N2O. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh unit-unit di PLTU dan PLTGU Muara Karang. Perhitungan emisi gas rumah kaca menggunakan metode dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan menggunakan faktor emisi nasional. Untuk mengetahui konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan model dispersi Gaussian dan menggunakan data meteorologi 2018 yang diperoleh dari BMKG Kemayoran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa CO2 merupakan emisi terbesar yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut. Dari tiga blok di lokasi tersebut, PLTGU blok 2 menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu 1.952.852,78 CO2e. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi. Nilai konsentrasi CO2 maksimum terjadi pada hari di bulan Juni dengan jarak 1900 m dari cerobong asap dan nilai konsentrasinya adalah 14.035,39 g/m3. Sedangkan konsentrasi maksimum gas CH4 dan N2O masing-masing adalah 0,29 g/m3 dan 0,03 g/m3. Pada stabilitas atmosfer A pada hari di bulan Juni, gas emisi maksimum menyebar pada jarak 1900 m dari cerobong asap, sedangkan pada stabilitas atmosfer C pada hari di bulan Desember menyebar pada jarak 6100 m dari cerobong asap. Konsentrasi gas rumah kaca pada bulan Desember menyebar lebih jauh melawan arah angin, sedangkan untuk bulan Juni, konsentrasi lebih terkonsentrasi di sekitar sumbernya.

Steam power plants and combined power plants of Muara Karang are power plants that supply electricity to DKI Jakarta. The fuel that are used in these activities includes diesel oil or High Speed Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), and natural gas which are fossil fuels that can produce gas emissions including CO2, CH4, and N2O. This study aims to determine how much the amount of greenhouse gases produced by the units in the Muara Karang PLTU and PLTGU. Calculation of greenhouse gases emissions is using the methods from the Ministry of Energy and Mineral Resources and using the national emission factors. To find out the concentration of greenhouse gases in the atmosphere the Gaussian dispersion model was used and along with the meteorological data obtained from BMKG Kemayoran. The calculation results show that CO2 is the largest emission produced from these fuels. Out of the three blocks in the location, block 2 of combined power plants produced the largest greenhouse gas emissions, amounting to 1,952,852.78 CO2e. In addition, the results of the study also showed that the concentration of greenhouse gases in the atmosphere was greatly influenced by meteorological factors. The maximum CO2 concentration value occurs on the month of June with a distance of 1900 m from the source with the concentration value of 14.035,39 μg/m3. As for the CH4 and N2O gases, the maximum concentrations were 0.29 μg/m3 and 0.03 μg/m3, respectively. In atmospheric stability of A on the month of June, the maximum concentration of emission spreads at a distance of 1900 m from the source, whereas at atmospheric stability of C on a month of December it spreads at a distance of 6100 m from the source. The concentration of greenhouse gases in December spreads further in the direction of the wind, while in June, concentrations are more concentrated around the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Putri Adriani
"Berdasarkan penelitian terdahulu, sektor air memegang peranan yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dengan 58% dari total emisi GRK sektor air berasal dari penggunaan akhir air. Penelitian mengenai emisi GRK dari sektor air yang telah dilakukan di negara berkembang terbatas pada area yang airnya disediakan oleh instalasi pengolahan air.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap emisi GRK yang diasosiasikan dengan penggunaan akhir air dari area yang menggunakan air tanah sebagai sumber air. Data dikumpulkan dari 100 rumah tangga yang terletak di kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat menggunakan metode sampel acak. Survei kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data untuk setiap penggunaan akhir air dan konsumsi energi dari pemakaian peralatan air. Emisi GRK eksisting dihitung berdasarkan data yang terkumpul dan dilakukan perbandingan antara skenario intervensi.
Didapatkan hasil yakni rata-rata konsumsi penggunaan akhir sebesar 228,2 liter per orang per hari dengan aktivitas mandi merupakan konsumsi air terbesar. Emisi GRK dari penggunaan akhir air yang dihasilkan sebesar 0,379 kg CO2/orang/hari dengan pemanasan air sebagai sumber utama. Dua skenario intervensi dilakukan untuk menurunkan emisi GRK, skenario pertama dapat mengurangi emisi GRK hingga 1% dan skenario kedua dapat menurunkan emisi GRK hingga sebesar 66%.

Previous studies showed that the water sector plays a significant role in Greenhouse Gases (GHG) emissions with household water end-uses contributes 58% of total GHG emissions. Studies on GHG emissions from the water sector in developing countries were limited to areas where the water is supplied by a water treatment plant.
We attempted to calculate GHG emissions associated with household water end-uses from the area that use groundwater as the main water source. Data were collected from 100 households in Cinere District, Depok City, West Java using random sampling technique. Questionnaire surveys and interviews were conducted to obtain the data for each water end-use consumption and energy consumption from water appliances usage. Existing GHG emissions were calculated based on the data collected and comparisons were made between existing GHG emissions and intervention scenarios.
The results showed that the average household water end-uses consumption for the study area was found to be 228,2 litres per capita per day with bathing activity consumed the largest amount of water. GHG emissions associated with household water end-uses was found to be 0,379 kg CO2 capita/day and mainly resulted from water heating. Two intervention scenarios to minimize GHG emissions were evaluated, the first scenario could reduce GHG emissions by 1% and scenario two could reduce GHG emissions up to 66%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Junifer Saut Pangidoan
"Pertumbuhan konsumsi tenaga listrik di Indonesia mencapai 8,6 per tahun berimplikasi terhadap peningkatan produksi energi listrik. Pemerintah telah mengantisipasinya melalui Program Pembangunan 35.000 MW yang didominasi PLTU batubara yang dapat meningkatkan emisi Gas Rumah Kaca secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan jenis teknologi batubara bersih yang diimplementasikan dalam unit PLTU Program Pembangunan 35.000 MW. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan skenario penggunaan teknologi batubara bersih yang disesuaikan dengan kelas kapasitas PLTU dan penentuan skenario terbaik didasarkan potensi emisi GRK terendah di sektor pembangkitan tenaga listrik dan module cost balance tertinggi, melalui simulasi LEAP. Berdasarkan hasil simulasi, seluruh unit PLTU Program Pembangunan 35.000 MW di regional Jawa-Bali harus menggunakan teknologi ultra super-critical untuk kelas kapasitas diatas 1.000 MW, super-critical untuk kelas kapasitas diatas 500 MW dan PFBC untuk kelas kapasitas dibawah 500 MW. Pada regional Sumatera, teknologi yang digunakan adalah super-critical dan PFBC untuk masing-masing kelas kapasitas diatas 500 MW dan dibawah 500 MW. Pada regional Kalimantan dan Sulawesi, penggunaan teknologi PFBC merupakan skenario terbaik untuk kelas kapasitas dibawah 500 MW, sedangkan teknologi CFBC digunakan pada unit kelas kapasitas pembangkit yang sama di regional Nusa Tenggara Barat. Potensi penurunan emisi GRK sektor pembangkitan tenaga listrik akibat implementasi teknologi batubara bersih dalam seluruh unit PLTU Program Pembangunan 35.000 MW sampai dengan 2020 mencapai 41,91 juta ton CO2e yang melampaui target penurunan emisi nasional dalam Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca RAN-GRK dalam skema nasional atau berkontribusi 74,84 dalam skema unilateral. Pada 2025, penurunan emisi diperkirakan akan mencapai 57,87 juta ton CO2e atau berkontribusi 30,46 dari rencana target penurunan emisi nasional pasca 2020 dalam skema optimistik. Oleh karena itu, implementasi teknologi batubara bersih dalam unit PLTU batubara dapat direkomendasikan sebagai salah satu kegiatan utama penurunan emisi GRK sektor energi dalam draft kebijakan RAN-GRK pasca 2020 yang sedang disusun Pemerintah saat ini.

The growth of electricity consumption in Indonesia 8.6 per year has implications toward increasing of the electricity generation. The Government of Indonesia had anticipated through 35,000 MW Electricity Development Program predominantly coal fired power plants CFPP that increase Greenhouse Gas GHG emissions significantly. The study aims to determine the type of clean coal technology implemented in the CFPPs of 35,000 MW Electricity Development Program. The methodology on the study is modeling the scenario for the use of clean coal technology in the CFPPs in accordance to their capacity size, while the selection of best scenario based on the lowest GHG emission potential in power generation sector and the highest module cost balance by using LEAP. Based on the simulation results, all of them in Java Bali region should use ultra super critical for capacity size above 1,000 MW, super critical for above 500 MW and PFBC for below 500 MW. In the region of Sumatra, the technology should be used is super critical and PFBC for the capacity size above 500 MW and below 500 MW respectively. In the region of Kalimantan and Sulawesi, the use of PFBC is the best scenario for capacity size below 500 MW, while CFBC is used in the their same size located in the West Nusa Tenggara region. The potential for GHG emission reduction in the power generation sector due to the implementation of clean coal technology in the 2020 in all of them is expected to reach 41.91 million tonnes CO2e that exceed the national scheme emission reduction target in GHG National Action Plan RAN GRK or have contribution 74.84 in its unilateral scheme. By 2025, emissions reduction is expected to reach 57.87 million tonnes CO2e or have contribution 30.46 of post 2020 national emissions reduction target plan in the optimistic scheme. Therefore, the implementation of clean coal technology in the CFPPs is recommended as one of the main activities of GHG emission reduction in the energy sector of the post 2020 RAN GRK policy currently being drafted by the Government of Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48052
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arriq Daffanadi Putra
"

Pertumbuhan perusahaan penyedia jasa ride-hailing adalah sebuah fenomena yang sudah cukup umum terjadi, khususnya di negara-negara berkembang. Permintaan yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi membuat perusahaan dan layanannya ini disebut sebagai salah satu inovasi yang paling berdampak selama satu dekade terakhir. Selain mampu memfasilitasi kebutuhan mobilisasi dari masyarakat di daerah perkotaan, khususnya Jabodetabek, keberadaan dari perusahaan penyedia layanan ride-hailing juga berhasil mendorong kenaikan yang signifikan pada perekonomian digital Indonesia. Namun, meskipun demikian, permasalahan emisi gas rumah kaca yang timbul dari operasionalnya tidak bisa dihindari seiring dengan pertumbuhan perusahaan tersebut. Melihat potensi pencemaran udara yang akan semakin parah seiring berjalannya waktu, pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk bisa mengatasi hal ini. Kebijakan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan transportasi publik dan menetapkan target penggunaan kendaraan listrik sebagai operasional layanan ride-hailing adalah beberapa hal yang harus pemerintah pertimbangkan dalam mengatasi permasalahan yang akan datang nantinya. Pemodelan kondisi nyata dengan metode sistem dinamis digunakan untuk menguji signifikansi dari faktor-faktor yang akan diajukan sebagai fokus pemerintah dalam membuat kebijakan. Dengan begitu, alternatif yang sudah teruji faktornya bisa dijadikan sebagai rekomendasi untuk membuat kebijakan terkait perusahaan penyedia layanan ride-hailing.


The growth of ride-hailing service providers is a fairly common phenomenon, especially in developing countries. Increasing demand in line with population growth has made this company and its services nominated as one of the most impactful innovations of the past decade. Apart from being able to facilitate the mobilization needs of people in urban areas, especially Jabodetabek, the presence of ride-hailing service providers has also succeeded in driving a significant increase in Indonesia's digital economy. However, even so, the problem of greenhouse gas emissions arising from its operations cannot be avoided along with the company's growth. Seeing the potential for air pollution to get worse over time, the government must take firm steps to overcome this. Policies to encourage public awareness in using public transportation and setting targets for the use of electric vehicles as ride-hailing service operations are some of the things the government must consider in overcoming future problems. Real conditions modeling with the system dynamic method is used to test the significance of the factors that will be proposed as the government's focus in making policies. Therefore, alternatives that have been factor-tested can be used as recommendations for making policies regarding ride-hailing service provider companies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Paramita Bawie
"Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca GRK dibandingkan skenario Business As Usual BAU . Selama 2010-2014, Provinsi Riau adalah emiter terbesar 22,7 dari total emisi GRK Nasional sebesar 7.942,46 juta ton CO2e, sedangkan Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat emisi GRK per luasan wilayah dengan tingkat pertumbuhan tertinggi 145,2 dibandingkan rata-rata pertumbuhan emisi GRK Nasional sebesar 134,7. Dengan menggunakan regresi panel data tingkat provinsi, ditemukan bahwa pemberlakuan Peraturan Daerah mengenai RAD-GRK tidak efektif mengurangi emisi GRK serta hubungan negatif dan signifikan antara rasio gini terhadap emisi GRK sedangkan PDRB per kapita memiliki hubungan positif dan signifikan. Direkomendasikan untuk mengelola penggunaan sumber daya secara efektif untuk setiap satu satuan PDRB per kapita serta meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk mendukung pencapaian target penurunan emisi GRK nasional.

Indonesia is committed to reduce Greenhouse Gas GHG emissions compared to Business As Usual BAU scenarios. During 2010 2014, Riau was the largest emitter 22.7 of total GHG emissions of 7,942.46 million tons of CO2e , while Central Java had the highest GHG emission rate per area with 145.2 national GHG emissions growth average of 134.7. Using provincial data panel regression, it was found that the enactment of Local Regulation on RAD GRK has not been effective in reducing GHG emission and negative and significant relation between gini ratio to GHG emission while GRDP per capita has positive and significant relation. It is recommended to effectively manage the use of resources for each one per capita GRDP and increase the commitment of Local Government to support the achievement of national GHG emission reduction targets."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan
"Tiga emisi gas rumah kaca (GRK) utama, yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak era pra-industrialisasi. Perdagangan internasional telah menjadi katalis yang signifikan terhadap emisi GRK karena pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan intensitas kegiatan ekonomi, yang dapat disebut sebagai efek skala, efek komposisi, dan efek teknik. Sebagai daerah yang belum banyak dipelajari terkait topiknya, penelitian ini berupaya untuk memahami pengaruh keterbukaan perdagangan, diukur dengan nilai penjumlahan X+M/GDP, dan pertumbuhan ekonomi, terhadap emisi CO2, CH4, dan N2O di antara sepuluh Negara-negara ASEAN dengan analisis data panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Hasil analisis menemukan bahwa peningkatan keterbukaan perdagangan mengurangi emisi CH4 dan N2O per kapita tetapi meningkatkan emisi CO2 per kapita di negara-negara ASEAN, sedangkan peningkatan PDB per kapita mengakibatkan peningkatan semua emisi GRK per kapita. Namun, efeknya berbeda di seluruh kelompok pendapatan. Untuk negara-negara berpenghasilan rendah, peningkatan keterbukaan perdagangan umumnya meningkatkan emisi GRK per kapita dengan efek sebaliknya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi. Teori Kurva Kuznets Lingkungan (EKC) ditemukan ketika memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Informasi ini dapat membantu pembuat kebijakan dalam mengatasi masalah polusi yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan saran studi lebih lanjut disajikan.

The three major greenhouse gas (GHG) emissions, namely carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and nitrous oxide (N2O) have risen to an unprecedented level since pre-industrialization era. International trade has become a significant catalyst to GHG emissions for its effect on economic growth and the intensity of economic activity, which can be termed as either scale effect, composition effect, and technique effect. As an understudied region with regards tot his topic, this study looks to understand the effect of trade openness, measured by the sum value of X+M/GDP, and economic growth, to the emissions of CO2, CH4, and N2O among the ten ASEAN countries with a panel data analysis using Fixed Effect Model (FEM). The result of analysis found that increase in trade openness reduces CH4 and N2O emissions per capita but increases CO2 emission per capita in ASEAN countries, while increases in GDP per capita results in increases in all GHG emissions per capita. However, the effect differs across income groups. For lower-income countries, increase in trade openness generally increases GHG emissions per capita with the converse effect for higher-income countries. Environmental Kuznets Curve (EKC) theory is found when understanding the relation between economic growth and greenhouse gas emission. This information can help policymakers in addressing pollution concerns with regards to international trade and further study suggestions are presented"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayusrizal N
"ABSTRAK

Suatu peralatan listrik yang juga menyerap energi reaktif disamping mengkonsumsi energi aktif akan mengakibatkan penurunan faktor daya. Penelitian ini ditujukan untuk mendesain skema penalti energi reaktif yang tepat melalui analisis dampak faktor daya rendah terhadap sistem ketenagalistrikan, khususnya pada sistem distribusi sesuai dengan studi kasus yang dilakukan di PT PLN (Persero) UP3 Marunda. Metodologi penelitian diawali dengan pengambilan data dan perhitungan, analisis tarif listrik existing dan mendesain berbagai skema tarif baru, analisis perbaikan faktor daya, analisis teknis dan ekonomi. Dari data pemakaian energi 272 pelanggan PLN Marunda tahun 2018 diketahui faktor daya rata-rata bervariasi dari 0,45 hingga mendekati 1,0. Selanjutnya diciptakan dua desain skema tarif baru dengan mengacu pada ketentuan tarif listrik di berbagai negara maju dan standar internasional. Pada skema-1 yang dinamakan fixed rate, batasan faktor daya dirubah menjadi 0,90, sedangkan skema-2 menerapkan pemberian insentif dan pengenaan penalti secara progresif. Hasil analisis menunjukkan rugi-rugi jaringan sebesar 0,19% dan jatuh tegangan sebesar 0,36% antara titik kirim dengan titik terima. Penggunaan kapasitor berhasil menurunkan rugi-rugi jaringan 21,5% dan jatuh tegangan 11,4% dari nilai sebelumnya. Hasil analisis ekonomi menunjukkan perbaikan faktor daya tersebut laik direalisasikan. Apabila direalisasikan di PLN Marunda, penurunan emisi CO2 tahun 2018 mencapai 3.748 ton.


ABSTRACT


An electrical equipment that also absorbs reactive energy in addition to consuming active energy will result in a decrease of power factor. This study aimed to design the right scheme of reactive energy penalties through analysis the impact of low power factors on the electricity system, particularly in the distribution system in accordance with a case study conducted at PT PLN (Persero) UP3 Marunda. The research methodology begins with data collection and calculation, analysis of existing electricity tariffs and designing various new tariff schemes, analysis of power factor improvement, technical and economic analysis. From the energy consumption data of 272 PLN Marunda customers in 2018 it is known that the average power factor varies from 0.45 to close to 1.0. Furthermore, two new tariff scheme designs were created with reference to the electricity tariff provisions in various developed countries and international standards. In scheme-1 called fixed rate the power factor limit is changed to 0.90, while scheme-2 applies incentives and progressive penalties. The analysis shows power losses about 0.19% and a voltage drop of 0.36% between the sending point and receiving point. The use of capacitors also succeeded in reducing power losses by 21.5% and voltage drops by 11.4% from the values before. The results of economic analysis show that the power factor correction is worth realizing. If realized in PLN Marunda, the reduction of CO2 emissions in 2018 could reach 3,748 tons.

"
2019
T54031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Septi Nugraheni
"Pencemaran udara akibat gas rumah kaca (GRK) yang meningkat tiap tahun menyebabkan diperlukannya suatu inventarisasi emisi untuk mengetahui besarnya emisi GRK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sumber emisi GRK beserta karakteristiknya di Kecamatan Beji dan Cimanggis, mengestimasi jumlah emisi GRK, serta memetakan emisi GRK. Penelitian dilakukan dengan metode inventarisasi emisi sesuai dengan IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006 untuk sumber area dan sumber titik, sedangkan emisi GRK dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Tugu di Kecamatan Cimanggis mengemisikan GRK terbesar sumber area dari permukiman dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. Sedangkan untuk sumber titik dari kegiatan industri, Kecamatan Cimanggis menyumbang emisi GRK terbesar dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg.

Air pollution caused by greenhouse gas (GHG) that increases each year makes an emission inventory is needed to know how much GHG emission. This study aims to analyze the source of GHG emission and its characteristic in Beji and Cimanggis District, estimates GHG emitted, and maps GHG emission. This study uses an emission inventory method from IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories 2006 for area source and point source, and GHG emission is mapped with Geographic Information System.
The result shows that Tugu Village in Cimanggis District emits the biggest GHGs for area source from residential with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. For point source from industrial activity, Cimanggis District emits the biggest GHGs with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>