Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
An Nisa Nurul Suci
"Suhu yang digunakan, pada penelitian ini berbeda-beda (25°C, 27°C, 29°C, dan 31°C). Panjang dan bobot awal ikan uji adalah 2±0,3 cm dan 1±0,11 g. Benih ikan ditebar sebanyak 70 ekor per kontainer dan diamati selama 35. Hasil penelitian menunjukkan sintasan tertinggi (79,05±2,18%) pada perlakuan 27°C, namun tidak berbeda nyata dengan sintasan pada 31°C (71,90±1,74 %). Nilai tertinggi dari pertumbuhan bobot mutlak (2,33±0,09 g), pertumbuhan panjang mutlak (2,36±0,07 cm), dan laju pertumbuhan (5,65±0,09%bobot/hari) berada pada 31°C. Dengan demikian, suhu terbaik pada penelitian ini adalah 31°C.

The study was used different temperature (25°C, 27°C, 29°C, and 31°C). Initial length and weight of the fries are 2 ± 0,3 cm and 1 ± 0,11 g. The fry stocked as many as 70 per container and observed for 35 days. The results showed the highest survival rate (79,05 ± 2,18%) at 27°C but there was no significant difference with 31°C (71,90±1,74 %). The highest value of weight growth (2,33 ± 0,09 g), length growth (2,36 ± 0,07 cm), and the growth rate (5,65 ± 0,09 %weight/day) were at 310C. Thus, the best temperature in this study is 31°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Nur Asyiah
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi salinitas media pemeliharaan terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan papuyu dan menentukan salinitas optimum pada media pemeliharaan benih ikan papuyu terhadap sintasan dan pertumbuhan. Benih berukuran 2 ± 0,3 cm dan 1 ± 0,11 gram dipelihara selama 40 hari. Rancangan acak lengkap digunakan dengan salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan 9 ppt serta 3 pengulangan.
Hasil penelitian menunjukkan salinitas 0 ppt memberikan nilai terbaik pada sintasan 67,78%, laju pertumbuhan spesifik 5,61%, pertumbuhan bobot mutlak 2,73 gram dan panjang mutlak 2,63 cm. Salinitas optimum berdasarkan hasil dugaan persamaan regresi kuadratik terhadap sintasan, LPS, pertumbuhan bobot mutlak dan panjang mutlak masing-masing dicapai pada salinitas 1,8 ppt, 2,5 ppt, 2,8 ppt, dan 3,3 ppt.

The research aimed to determine the effect of various concentrations of salinity media of fry climbing perch on the survival and growth and to determine the optimum salinity of fry climbing perch on survival and growth. Fry size 2 ± 0,3 cm and 1 ± 0,11 gram maintained for 40 days. Completely randomized design is used with salinity 0 ppt, ppt 3, 6 and 9 ppt and 3 repetitions.
The results showed salinity 0 ppt deliver the best value on the survival rate of 67,78%, the specific growth rate of 5,61%, the growth of the absolute weight of 2,73 grams and the absolute length of 2,63 cm. The optimum salinity is based on estimates for quadratic regression equation to survival, LPS, growth in absolute weight and the absolute length of each achieved at a salinity of 1,8 ppt, 2,5 ppt, 2,8 ppt and 3,3 ppt.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Puyu (Anabas testudineus) is a freshwater fish that has tolerance to a wide water quality. Puyu fish has more potential as an economic commodity than any oher freshwater fisj in fry availability an ddificulty to maintain natural prpagation in hatchery. To maintain puyu in natural habitat, culture systems and technology should be a priority. Spawning experiment in laboratory showed that puyu could spawn with artificially techniques. Natural habitats of puyu was relatively acidic environment (pH 4.0 to 6.5) slowly moving water, muddy sediment and densed water plants with thcik fine roots. Artificially spawning through the simulation of male and female using harmones worked well. Washing the eggs before hatching could increase eggs hatching rate from 51,3 to 83,2 percent. Their fecundity of the parent ranged between 536 and 713 eggs per gram parents weight. In the relatively acidic pH conditions (4-6.5) and at constant water temperature (30-32 celcius degree), the survival rate of larvae of 15 days was 49.05 percent.
"
551 LIMNO 19:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kitri Wijayanti
"Penelitian pemberian pakan alami yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan palmas (Polypterus senegalus senegalus, Cuvier, 1829) dilakukan di LORIBIHAT. Metode Rancangan Acak Lengkap dilakukan dengan 3 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan pemberian pakan berupa Moina, larva Culex, dan Tubifex secara ad-libitum yang dilakukan hingga benih ikan mencapai panjang total ± 3 inci. Tiap ulangan terdiri dari 8 ekor benih ikan dengan panjang total ± 0,87 inci. Hasil penelitian dari parameter sintasan dan pertumbuhan yang dihitung berupa laju sintasan, pertambahan berat, dan pertambahan panjang berturut-turut adalah Tubifex (97,50 %; 3,00 g; 2,11 inci), larva Culex (92,50%; 1,69 g; 1,70 inci), dan Moina (72,50%; 0,61 g; 1,06 inci).

Study of different of natural feeds on survival and growth of palmas fish (Polypterus senegalus senegalus, Cuvier, 1829) juvenile was conducted at LORIBIHAT. Completely randomized design was used with 3 treatments and 5 replicates. Feeding treatment consist of Moina, Culex larvae, and Tubifex that was given by ad-libitum method until fish juvenile reach total length ± 3 inches. Each replicate consist of 8 fish juvenile with ± 0.87 inches. Result of survival and growth parameter that was counted are survival rate, increasing of the length and weight repeatedly are Tubifex (97.50 %; 3.00 g; 2.11 inches), Culex larvae (92.50 %; 1.69 g; 1.70 inches), and Moina (72.50 %; 0.61 g; 1.06 inches)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31624
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Usaha pembenihan merupakan alternatif pemecahan masalah utnuk mengatasi kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan benih ikan betok, meskipun masih dibatasi oleh rendahnya tingkat keberlangsungan hidup larva, di antaranya karena belum diketahuinya ciri ekologinya. Diperlukan kajian intensif untuk menemukan karakteristik ekologis larva ikan betok di habitatnya."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`lu`ul Firdausiah
"ABSTRAK
Pakan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin dibutuhkan ikan untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak, sumber energi, pematangan gonad dan untuk pertumbuhan. Ulva lactuca mengandung nutrisi berupa karbohidrat, protein, serat, air, mineral, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin B2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan substitusi 10% dan 15% Ulva lactuca dengan sumber protein tepung maggot terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila larasati (Oreochromis niloticus). Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot badan ikan nila larasati yang diberi pakan K1, P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah 30,1 g, 23,63 g, 24,68 g, 25,07 g. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup ikan nila lararasati yang diberi pakan K1, P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah 76,67%, 60%, 70% dan 50%. Kematian ikan nila larasati disebabkan oleh proses aklimatisasi yang tidak lama dan terserang bakteri Streptococcus agalactiae. Kualitas air selama penelitian masih dalam ambang batas normal.
ABSTRACT
Feed is one of the external factors that influence fish growth. Complete nutrients such as carbohydrates, proteins, fats, minerals and vitamins are needed by fish to replace damaged body tissue, a source of energy, ripening the gonads and for growth. Ulva lactuca contains nutrients in the form of carbohydrates, protein, fiber, water, minerals, vitamin A, vitamin B1 and vitamin B2. The purpose of this study was to determine the effect of substituting 10% and 15% Ulva lactuca with protein source maggot flour on the growth and survival of larasati tilapia (Oreochromis niloticus). The results showed that the body weight gain of larasati tilapia fed K1, P0, P1 and P2 were 30.1 g, 23.63 g, 24.68 g, 25.07 g, respectively. Meanwhile, the survival rate of lararasati tilapia fed K1, P0, P1 and P2 were 76.67%, 60%, 70% and 50%, respectively. Larasati tilapia mortality was caused by the acclimatization process that was not long and attacked by Streptococcus agalactiae bacteria. The water quality during the study was still within normal limits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiq Anan Murobby
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian alga cokelat (Sargassum) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan nila srikandi (Oreochromis aureus x O. niloticus) yang dipelihara dengan sistem akuaponik. Terdapat 4 perlakuan dan 3 ulangan. P0 yang diberi pakan tanpa campuran Sargassum, kelompok P1 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 2%, kelompok P2 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 4%, dan kelompok P3 yang diberi pakan dengan campuran Sargassum 6%. Hasil uji anava satu faktor (P > 0,05) menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata pemberian Sargassum terhadap pertumbuhan dan sintasan pada semua kelompok perlakuan.

The research was done to observe the effect of brown algae (Sargassum) in the ration on the growth and survival of Srikandi tilapia (Oreochromis aureus x O. niloticus) were maintained aquaponics system. There are 4 treatments and 3 replication. P0 mixture fed without Sargassum, P1 group fed with a mixture of 2% Sargassum, P2 group fed with a mixture of Sargassum 4%, and the P3 group fed with Sargassum mixture of 6%. The feed is given three times daily for 8 weeks. The result anova test (P > 0.05) showed no significant effect on the survival and provision of Sargassum growth in all treatment groups."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohamad Aufar Ghaizani
"ABSTRACT
Dalam proses produksi biodiesel terbentuk komponen pengotor seperti Saturated Monoglycerides SMG yang akan terpresipitasi apabila biodiesel beroperasi pada suhu rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya Final Melting Temperature FMT atau titik lebur dari SMG dan akan membentuk endapan padat diatas Cloud Point CP. Penggunaan biodiesel yang dicampurkan dengan petroleum diesel BXX dengan rasio B10 10, B20 20, dan B30 30 akan meningkatkan proses presipitasi pada suhu rendah dan menyebabkan penyumbatan pada filter atau dispenser bahan bakar kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi rasio pencampuran dan suhu terhadap laju perumbuhan presipitat. Hal diatas diteliti dengan menggunakan beaker test untuk mendapatkan jumlah presipitat yang terbentuk setiap harinya selama 2 minggu, dengan suhu penyimpanan 15oC, 20oC, 25oC, dan suhu ruang 30 - 33oC. Jumlah presipitat akan bertambah seiring dengan kenaikan persentase biodiesel dalam campuran. Semakin rendah suhu penyimpanan, presipitat yang terbentuk didalam campuran biodiesel dan petroleum diesel akan semakin meningkatDalam proses produksi biodiesel terbentuk komponen pengotor seperti Saturated Monoglycerides SMG yang akan terpresipitasi apabila biodiesel beroperasi pada suhu rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya Final Melting Temperature FMT atau titik lebur dari SMG dan akan membentuk endapan padat diatas Cloud Point CP. Penggunaan biodiesel yang dicampurkan dengan petroleum diesel BXX dengan rasio B10 10, B20 20, dan B30 30 akan meningkatkan proses presipitasi pada suhu rendah dan menyebabkan penyumbatan pada filter atau dispenser bahan bakar kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi rasio pencampuran dan suhu terhadap laju perumbuhan presipitat. Hal diatas diteliti dengan menggunakan beaker test untuk mendapatkan jumlah presipitat yang terbentuk setiap harinya selama 2 minggu, dengan suhu penyimpanan 15oC, 20oC, 25oC, dan suhu ruang 30 - 33oC. Jumlah presipitat akan bertambah seiring dengan kenaikan persentase biodiesel dalam campuran. Semakin rendah suhu penyimpanan, presipitat yang terbentuk didalam campuran biodiesel dan petroleum diesel akan semakin meningkat.

ABSTRACT
In the biodiesel production process, impurities such as Saturated Monoglycerides SMG that precipitate at low temperature are commonly formed. This is caused by high Final Melting Temperature FMT of SMG. Formation of solid deposits when it reach temperature above Cloud Point CP is then unavoidable under these conditions. The use of biodiesel petroleum blends BXX with biodiesel blend ratio of 10 B10, 20 B20 and 30 B30 accelerates precipation process which renders clogging on fuel filters. These works examined the effect of blend ratio and temperature on the precipitation rate. Investigation is carried out using beaker test to obtain the amount of precipitation formed everyday for 2 weeks storage time. BXX stored at 15oC, 20oC, 25oC, and room temperature 30 33oC in cooling chambers. The results indicates that as the biodiesel ratio in BXX become higher and the storage temperature become lower, the amount of precipitates formed will increase. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
CANDRA SURYA NUSA CITRA
"ABSTRAK
Biodiesel dicampur dengan petroleum diesel untuk meningkatkan sifat fisikokimia yang berhubungan dengan CFP (cold flow properties). BXX memiliki permasalahan seperti meningkatnya presipitasi pada suhu rendah dan menyebabkan penyumbatan pada filter atau dispenser bahan bakar kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kandungan monostearin dan suhu penyimpanan terhadap laju pertumbuhan presipitat yang terbentuk. Dalam penelitian ini digunakan monostearin pada kondisi 15oC, 20oC, 25oC dan suhu ruangan dalam penyimpanan jangka panjang (3 minggu) terhadap laju pertumbuhan presipitat. Dari penelitian ini didapatkan hasil presipitat pada (B30/7 hari) suhu penyimpanan 15oC 0.184 gram sedangkan 20oC 0.163 gram. Hasil penelitian memperlihatkan setelah masa penyimpanan sampel lebih dari 7 (tujuh) hari, hasil presipitasi pada BXX sudah mulai stabil yaitu sebesar 0.172 gram pada hari ke-21 (dua puluh satu).

ABSTRACT
Biodiesel is mixed with petroleum diesel to improve physicochemical properties associated with CFP (cold flow properties). BXX has problems such as increasing precipitation at low temperatures and causing blockages in filters or fuel dispenser vehicles. This study aims to determine the effect of variations in monostearin content and storage temperature on the growth rate of precipitates formed. In this study monostearin was used in conditions of 15oC, 20oC, 25oC and room temperature in long-term (3 weeks) storage of precipitate growth rates. From this study the precipitates were obtained at (B30 / 7 days) storage temperature of 15oC 0.184 grams while 20oC was 0.163 grams. The results showed that after the sample retention period was more than 7 (seven) days, the precipitation results on BXX had begun to stabilize, amounting to 0.172 grams on the 21st day (twenty-one)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>