Ditemukan 118584 dokumen yang sesuai dengan query
Defi Ohfanisa
"Perubahan iklim berdampak terhadap sektor kelautan. Dampak yang nyata adalah tinggi gelombang laut dan perubahan musim barat dan musim timur sehingga berdampak terhadap hasil tangkapan ikan nelayan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang pola sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan bagian tengah terhadap kejadian gelombang laut tinggi serta kaitannya dengan jumlah hasil tangkapan ikan dan mengetahui secara spasial maupun temporal frekuensi tinggi gelombang laut lebih dari 2,0 m (gelombang berbahaya bagi nelayan) masing-masing bulan selama periode tahun 2010 - 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dan teknik overlay peta. Tingkat sensitivitas per kabupaten didapatkan dari analisis skoring dan overlay peta tiap variabel.
Hasil penelitian, sensitivitas wilayah konsentrasi nelayan di pantai utara Jawa bagian barat dan tengah terhadap perubahan iklim menunjukan pola keruangan semakin ke arah tengah cenderung semakin rendah. Wilayah sensitivitas tinggi berada di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Jepara. Sensitivitas sedang berada di Kota Cirebon, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Batang. Sedangkan sensitivitas rendah berada di Kota Tegal, Kabupaten Subang dan Kabupaten Pati. Wilayah yang tergolong memiliki sensitivitas tinggi cenderung mengalami penurunan jumlah produksi tangkapan ikan.
Climate change afflicted the marine sector. The presence impacts are the rising ocean wave height and the shifted drought and rainy season, giving impacts to the fishing catches. The study aims to acquire spatial pattern of region sensitivity of fisherman concentration in west and central segment of north java coast to the rising ocean wave and its correlation with the fishing catches and understand the monthly wave height frequency more than 2 m (dangerous wave height to the fishermen) spatially and temporarily in 2010-2015. Methods used on this research are Analitical Hierarchy Process (AHP) and overlay method. Municipal sensitivity obtained through scoring analysis and map overlay for each variables. The results showed that, the place sensitivity level of fisherman concentration tends to be lower in central ward of the west and central segment of north java coast. Regions with high sensitivity are Cirebon municipality, Indramayu municipality, Bekasi municipality, Karawang municipality, and Jepara municipality. Whereas the Regions with mid-level sensitivity are Batang municipality, Brebes municipality, and Cirebon. The Regions with low sensitivity are Pati municipality, Subang municipality, and Tegal. The research showed that Climate change affected the fishermen activity, and the Regions with high sensitivity level tend to have lower fishing catches."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64807
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rina Purwani
"Pulau Bali menjadi destinasi utama wisata di Indonesia dan wisata pantai menjadi sektor utama. Fenomena perubahan iklim di Pulau Bali, dapat menggangu keberlanjutan wisata pantai di Pulau Bali. Untuk itu, perlu dilakukan studi guna mengetahui tingkat sensitivitas wisata pantai terhadap perubahan iklim. Metode yang digunakan adalah modifikasi perhitungan Indeks Sensitivitas Pantai Goodhue dan diskoring dengan tren frekuensi gelombang tinggi serta jumlah hari hujan pada 24 segmen pantai yang ada di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Hasil studi menunjukan bahwa, wisata pantai di Bali semakin aman untuk dilakukan aktivitas di lautan seperti aktivitas berenang, karena frekuensi gelombang tinggi cenderung menurun. Sensitivitas wisata pantai dari yang baik adalah Pantai Selatan, Pantai Timur dan Pantai Barat.
Bali island is major destination in Indonesia and beach tourism becomes the main sector. The phenomenon of climate change in Bali, can interfere sustainability of tourism in Bali. Therefore, there should be a study to determine the sensitivity extent of beach tourism toward climate change. The method is a modification of Coastal Sensitivity Index Goodhue and have scoring with trend of high wave frequency and trend from number of rainy days in the 24 segments of the beach in Tabanan, Badung and Denpasar. The study results showed that tourism in Bali is getting safer to perform activities in the oceans such as swimming, because highfrequency waves tend to decline. Sensitivity of beach tourism in South Beach of Bali lower than East and West Beach. Sensitivity of beach tourism in East Beach of Bali is better than the West Beach."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65640
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
JPP 46:1(2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Anisa Berliana
"Perubahan iklim yang terjadi hingga saat ini dan berdampak pada kondisi fisik wilayah dan seluruh aspek kehidupan. Ancaman perubahan iklim membuat kondisi fisik wilayah menjadi rentan, salah satunya erosi yang membuat lahan menjadi terdegradasi dan tidak produktif lahan kritis, termasuk lahan kritis yang ada di Kabupaten Kebumen. Pemetaan untuk mengantisipasi ancaman perubahan iklim adalah dengan mengetahui persebaran keterpaparan lahan kritis terhadap perubahan iklim KLKPI. Penilaian KLKPI menggunakan data curah hujan harian dari 32 stasiun di Kabupaten Kebumen selama periode 1985-2015, dengan parameter frekuensi kejadian/tahun dan kecenderungan perubahan hujan normal 10-25mm/hari, hujan lebat 25-50 mm/hari dan hujan ekstrem >50mm/hari.
Analisis spasial menggunakan teknik overlay dan skoring menunjukan bahwa pola persebaran KLKPI di Kabupaten Kebumen memperlihatkan keterpaparan yang semakin meningkat dari barat menuju utara, terutama berada di wilayah kemiringan lereng lebih dari 40, ketinggian lebih dari 250 mdpl dan jenis batuan beku. Wilayah KLKPI kategori tinggi cenderung menghasilkan produktivitas padi lebih rendah dibandingkan wilayah KLKPI kategori sedang dan rendah. Ketela pohon yang dibudidayakan di wilayah KLKPI kategori tinggi menghasilkan produktivitas lebih tinggi, dibandingkan ketela pohon yang ditanam di wilayah KLKPI kategori sedang dan rendah.
Climate change is happening today and the impact on the physical conditions of the region and all aspects of life. The threat of climate change makes the physical condition of the area at risk, one of which erosion makes land becomes degraded and unproductive degraded land, including land degradation in Kebumen. Mapping to anticipate the threat of climate change is to know the distribution of critical land exposure to climate change KLKPI. Rate KLKPI used daily rainfall data from 32 stations in Kebumen during the period 1985 2015, the frequency of occurrence parameter year and the trend changes in the normal rainfall 10 25mm day, heavy rainfall 25 50 mm day and extreme rainfall 50 mm day. Spatial analysis using the overlay technique and scoring showed that the pattern. Distribution KLKPI in Kebumen shows exposure increasing from west to north, mainly in the area of a slope of more than 40, a height of over 250 meters above sea level and type of igneous rock. KLKPI region of high category tends to produce rice productivity is lower than the area KLKPI medium and low categories. Cassava is grown in the high category KLKPI generate higher productivity, compared to cassava planted in the area KLKPI medium and low categories."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66247
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Subhan Maulana Syifa
"Hingga saat ini terjadinya perubahan iklim beserta dampaknya sudah mulai dirasakan hampir di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Perubahan iklim memiliki dampak yang penting dalam produksi tanaman teh. Tanaman teh sangat bergantung pada distribusi curah hujan dan suhu udara yang baik. Perubahan iklim akan menyebabkan kerentanan pada perkebunan teh sehingga perlu untuk memetakan kerentanan perkebunan teh terhadap perubahan iklim di wilayah Puncak Gunung Gede Pangrango. Penilaian kerentanan dilihat dari tiga aspek yaitu keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptasi.
Pemetaan kerentanan dilakukan menggunakan analisis spasial dengan teknik skoring yang dipadukan dengan metode AHP dan weighted sum, sehingga diperoleh hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar (sekitar 80 persen) area perkebunan teh di wilayah Puncak memiliki kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim dalam kategori sedang. Perkebunan teh yang paling rentan (kerentanan tinggi) adalah perkebunan teh Gunung Mas yang disebabkan oleh tingginya dampak potensial dan rendahnya kapasitas adaptasi yang dimiliki, sebagian besar lahan perkebunan teh yang sangat rentan terhadap perubahan iklim berada di sebelah utara puncak Gunung Gede Pangrango.
Until now, climate change and its impacts are already being felt almost all over the world, including in Indonesia. Climate change has a significant impact in the production of tea plants. Plants are highly dependent on the distribution of rainfall and air temperature. Climate change will lead to vulnerabilities in the tea plantation so it is necessary to map the vulnerability to climate change of tea plantations in the Peak region. Vulnerability assessment viewed from three aspects: exposure, sensitivity and adaptive capacity.Vulnerability mapping using spatial analysis by scoring technique combined with the AHP and the weighted sum method, so that the obtained results show that the majority (approximately 80 percent) in the tea plantation area of the Peak has areas of vulnerability to climate change in the medium category. Tea plantations are most vulnerable (high vulnerability) is Gunung Mas tea plantation is due to high potential impact and low adaptive capacity owned, tea plantations mostly highly vulnerable to climate change are in the north peak of Gede Pangrango Mountain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55666
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Juhyeon, KANG
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019
551.6 JUH w
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Anggita Maharani Darmawan
"Adanya fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini membawa dampak yang cukup nyata terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Dampak yang ditimbulkan cukup serius sehingga banyak kerugian yang harus ditanggung. Salah satu dampak yang cukup berpengaruh membuat kondisi fisik dan lingkungan manusia semakin terancam adalah adanya degradasi lahan, erosi, tanah longsor dan lahan tidak produktif lahan kritis. Dari beberapa contoh dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim, lahan kritis di DAS Citarik menjadi salah satu akibat nyata yang ditimbulkan. Varibel yang digunakan adalah data curah hujan per stasiun selama periode 31 tahun 1986 ndash; 2016 yang berada di wilayah DAS Citarik. Penilaian keterpaparan curah hujan menggunakan parameter frekuensi curah hujan lebat 50-100 mm/hari, curah hujan sangat lebat > 100 mm/hari, jumlah rata-rata curah hujan musim hujan, dan jumlah rata-rata dasarian curah hujan per stasiun pengamat curah hujan.
Analisis yang dihasilkan bahwa wilayah bagian selatan dari DAS Citarik yang terpapar tinggi khususnya di Kecamatan Cikancung, Paseh, Cicalengka, Nagreg, Solokan Jeruk dan Majalaya. Hal ini diperkuat karena didaerah tersebut memiliki ketinggian dan kemiringan lereng yang cukup curam dan berada di ketinggian 1200-1400 mdpl hingga lebih dari 1400 mdpl serta tingkat kecenderungan curah hujan yang bertambah signifikan di daerah tersebut. Nilai produktivitas pertanian di DAS Citarik cenderung rendah di wilayah lahan kritis dengan tingkat keterpaparan perubahan iklim tinggi. Sedangkan, produktivitas pertanian cenderung tinggi di wilayah lahan tidak kritis dengan tingkat keterpaparan sedang.
The existence of climate change phenomenon bring a real impact on human life everyday. The impact is serious enough so many losses to be borne. One of the most influential impacts to make the physical and human condition more threatened is land degradation, erosion, landslide and unproductive land critical land. From some examples of the impacts of climate change, critical land in the Citarik watershed becomes one of the real effects. The variables used are the rainfall data per station during the 31 years period 1986 2016 located in the Citarik watershed area. The assessment of rainfall exposure uses the frequency parameters of heavy rainfall 50 100 mm day, very heavy rainfall 100 mm day, average rainfall amount of rainy season, and average rainfall decade amount of rainy season per station observer of rainfall. The analysis resulted that the southern part of the Citarik watershed was exposed particularly in Cikancung, Paseh, Cicalengka, Nagreg, Solokan Jeruk and Majalaya sub districts. This is reinforced because the area has a height and slope of a fairly steep slope and at an altitude of 1200 1400 mdpl up to more than 1400 mdpl and the level of rainfall tendency is increased significantly in the area. The value of agricultural productivity in the Citarik watershed tends to be low in critical land areas with high levels of climate change exposure. Meanwhile, agricultural productivity tends to be high in non critical land areas with moderate exposure levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68223
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Butarbutar, Tigor
Jakarta: Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 2009
JAKK 6(1-3)2009
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yanto Rochmayanto
Jakarta: Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 2013
JAKK 10(1-3)2013
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Nurul Qamilah
"Pemanasan global telah menganggu sistem iklim global dan menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim. Hujan ekstrim merupakan salah satu indikasi terjadinya kejadian iklim ekstrim. Dampak akibat terjadinya hujan ekstrim di sebagian wilayah Indonesia menimbulkan bencana alam, salah satunya bencana longsor. Indonesia yang sebagian wilayahnya berupa daerah perbukitan dan pegunungan, menyebabkan sebagian wilayah tersebut menjadi daerah yang rawan kejadian longsor. Kebumen merupakan salah satu wilayah yang dinyatakan termasuk wilayah dengan kejadian longsor tinggi. Berdasarkan banyaknya titik kejadian longsor membuktikan bahwa wilayah Kabupaten Kebumen merupakan salah satu wilayah yang tergolong rentan terhadap kejadian longsor. Melalui pendekatan Modeling GIS melalui Tools SINMAP diperoleh bahwa wilayah Kabupaten Kebumen yang berpotensi longsor terluas terdapat di Kecamatan Rowokele dengan luas 60% dari total wilayah yang berpotensi tinggi.
Hasil pemodelan SINMAP kemudian dilakukan validasi berdasarkan titik kejadian longsor yang ada dan selanjutnya wilayah yang potensi dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process (AHP), sehingga diperoleh bahwa wilayah yang dinyatakan rentan tersebar pada 149 desa, dengan desa yang memiliki rentan tinggi tersebar di 6 desa yaitu Desa Kebakalan, Desa Kajoran, Desa Kalirejo, Desa Clapar, Desa Logandu, dan Desa Wadasmalang atau 4,02% dari total wilayah yang dinyatakan rentan terhadap longsor. Terkait dengan perubahan iklim, maka kerentanan wilayah terhadap longsor sehubungan dengan perubahan Iklim terbagi atas sebaran kerentanan longsor berdasarkan rerata frekuensi hujan ekstrim yang terus meningkat sepanjang tahun dengan intensitas hujan ekstrim >20 kejadian tersebar di Desa Sawangan. Untuk sebaran kerentanan longsor berdasarkan tren hujan ekstrim dengan tingkat rentan tinggi dan nlai tren mengalami kenaikan dengan r > 0,4 terdapat di Kecamatan Sempor.
Global warming disturbing the global climate system and causing increased frequency and intensity of extreme climate events. Extreme of rain is an indication the occurrence of extreme climate events. Impacts due to the occurrence extreme rainfall in some parts of Indonesia caused natural disasters, one of the landslides. Indonesia that partly in the form of hilly and mountainous regions, causing most of the territory into areas prone to landslide. Kebumen is one of the areas declared to including areas with a high incidence of landslides. Based on the number of points landslide prove that Kebumen district is one of the region that are vulnerable to landslide. Through the GIS Modeling approach of through Tools SINMAP obtained that the district of Kebumen potentially there are the largest landslide in the district with an area Rowokele 60% of the total area of high potential.The modeling results SINMAP then validated by a point landslide existing and further areas of potential analyzed with Analytical Hierarchy Process (AHP), to obtain that areas declared to vulnerable scattered in 149 villages, the village has a vulnerable high spread in 6 villages namely Kebakalan, Kajoran Village, Village Kalirejo, Clapar Village, Village Logandu and Wadasmalang village with a total area 5.71% of the total areas declared to vulnerable landslides. Related climate change, the vulnerability of the region to landslides in connection with climate change consists of the distribution of landslide vulnerability based on the average frequency of extreme rainfall that is continued to increase throughout the year with extreme rainfall intensity> 20 events spread in the District Sawangan. For the distribution of landslide vulnerability by extreme rainfall trends with high levels of vulnerable and value of trend has increased with r> 0.4 there are in the district Sempor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45111
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library