Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Idham
"Total Suspended Particulate (TSP) atau yang biasa dikenal sebagai partikulat (debu) merupakan salah satu sumber pencemar udara yang utama. Sumber pencemar di udara dapat dihasilkan oleh fenomena alam maupun kegiatan manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor. Di Kota Bekasi tingginya jumlah angka kendaraan bermotor yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun berpotensi memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan kualitas udara secara keseluruhan di kota tersebut.
Pada saat ini banyak gedung perkantoran maupun pusat perbelanjaan yang dibangun dengan menggunakan area parkir basement dengan tujuan efisiensi ruang dan waktu. Summarecon Mall Bekasi sebagai salah satu mall terbesar di Kota Bekasi dengan parkir basement yang memadai, jumlah kendaraan yang masuk ke area parkir ini dalam sehari terbilang cukup tinggi. Kendaraan bermotor yang masuk ke dalam area basement mengemisikan partikulat dalam kadar tertentu yang dapat memberikan dampak negatif kepada para pegawai yang bekerja di basement tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi dan ukuran diameter partikulat dalam parameter Total Suspended Particulate (TSP) beserta dampaknya terhadap tingkat kenyamanan dan kesehatan pegawai melalui kuesioner. Melalui penelitian ini diketahui konsentrasi TSP tertinggi di basement diketahui sebesar 326,28 g/m3 yang berarti telah melewati ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan yaitu sebesar 230 g/m3 untuk parameter Total Suspended Particulate, dengan ukuran diameter partikulat yang termasuk dalam kategori PM2,5, PM10, dan lebih besar dari keduanya.

Total Suspended Particulate (TSP) or in simplify as known as particulate matter (dust) constitute one of major class of air pollution. The source of air pollution can be emmited by natural phenomena or human activity like utilization of motor vehicle. In Bekasi City numerous number of motor vehicle and its growth from years to years have a potent to reduce air quality in this city at significant rate.
Today many building like offices or departement store had been founded using basement parking for space and time efficiency. Summarecon Mall Bekasi as one of the biggest departement store in Bekasi City with adequate basement parking space, the numbers of motor vehicle enter this parking site is quite high. Motor vehichle in basement area emitted an amount of particluate matter that can give ngetive impact to the employee who working in basement area.
This research was aiming at finding out and analyze concentration and diameter size of partculate matter in Total Suspended Particulate (TSP) parameter and its effect to employee comfortness dan health through questionnaire. From this research, given the highest concentration is founded on basement parking is 326,28 g/m3 and it means this concentration exceeds air standart that had maximal concentration 230 μg/m3 for Total Suspended Particulate Parameter, with the diameter size of particulate matter include in PM2,5, PM10 categories and bigger than both.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramestika Aringgamutia Wiraadiputri
"Penurunan kualitas udara dapat disebabkan adanya pencemar udara, salah satunya Total Suspended Particulate (TSP). Penelitian ini bertujuan untuk: a) mengetahui konsentrasi TSP di area depan sekolah di dekat gerbang masuk, di lapangan, dan di dalam ruang kelas; 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya; 3) mengetahui pengaruh vegetasi sebagai biofilter polutan; dan 4) memberikan rekomendasi sebagai upaya mengurangi konsentrasi debu yang masuk ke dalam area sekolah. Pengukuran dilakukan di SDN Pondokcina 1 Depok yang terletak di Jalan Margonda Raya Depok dengan metode gravimetrik menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS). Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi rata-rata TSP di depan sekolah sebesar 42,246 μg/m3, di lapangan sebesar 88,370 μg/m3, dan di dalam kelas sebesar 2,874 μg/m3. Faktor yang mempengaruhi naik-turunnya kualitas udara adalah faktor meteorologis (suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin), serta volume kendaraan. Hubungan beberapa faktor tersebut dengan fluktuasi konsentrasi TSP dianalisis menggunakan metode regresi linear sederhana, besarnya pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi TSP dilihat dari nilai korelasi (r). Hasil perhitungan menunjukkan korelasi yang lemah antara konsentrasi TSP dengan faktor meteorologis. Nilai r antara konsentrasi TSP dengan suhu sebesar 0,0063 di depan sekolah, 0,230 di lapangan, dan 0,0316 di dalam kelas. Korelasi kelembaban sebesar 0,003 di depan sekolah, 0,243 di lapangan, 0,007 di dalam kelas. Korelasi kecepatan angin sebesar 0,202 di depan sekolah, 0,281 di lapangan, dan 0,173 di dalam kelas. Korelasi dengan volume kendaraan sebesar 0,219 di depan sekolah, 0,114 di lapangan, dan 0,0775 di dalam kelas. Rekomendasi yang dapat diberikan berupa penambahan tanaman dari segi jumlah dan jenisnya yang memiliki luas tajuk rapat yang disesuaikan dengan kondisi alam SDN Pondokcina 1 Depok.

The air quality decreased can be influenced by air pollutants. The main air pollutant in the ambient air is Total Suspended Particulate (TSP). The objectives of this study are: a) to determine the concentration of TSP indoor and outdoor of SDN Pondokcina 1 Depok; 2) to analyze the factors that influence it; 3) to determine the effects of vegetation as pollutant biofilter; and 4) to formulate recommendations to reduce the dust concentration. Measurements were conducted at SDN 1 Depok Pondokcina that is located on Jalan Raya Depok Margonda using a High Volume Air Sampler (HVAS) with gravimetric method. The results show the average outdoor TSP concentration on the roadside is 42.246 μg/m3, 88.370 μg/m3 on the school's park, and 2.874 μg/m3 in the classroom. Meteorological parameters (temperature, humidity, wind speed and direction) affect the TSP concentration fluctuation, and also traffic volume. The correlation between TSP concentration and these factors are analyzed using simple linear regression method. The results showed a weak correlation between the concentration of TSP with meteorological factors. The r value between TSP concentration and temperature is 0,0063 on the roadside, 0,230 in the school?s park, and 0,0316 in the classroom. Correlation of humidity is 0,003 on the roadside, 0,243 in the school's park, and 0,007 in the classroom. Correlation of wind speed is 0,202 on the roadside, 0,281 in the school's park, and 0,173 in the classroom. Correlation with traffic volume is 0,219 on the roadside, 0,114 in the school's park, and 0,0775 in the classroom. The recommendations can be given in the form of additional plants in terms of number and kind of have a broad canopy that are tailored to meeting the conditions of its surroundings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42846
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
"Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler HVAS selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 ?g/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope SEM menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10m PM10. Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon C, oksigen O, dan kalsium Ca.

Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers rsquo health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 g m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is ldquo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon C, oxygen O, dan calcium Ca."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zebian Paskalis
"Kremasi menghasilkan emisi debu partikulat yang mampu mencemari udara ambien, tak terkecuali udara ambien pada ruang krematorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi debu partikulat dalam udara ambien pada ruang krematorium. Hal ini akan dikaitkan dengan kesehatan para pekerja krematorium. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS) selama satu jam per sampelnya. Konsentrasi partikulat tertinggi terjadi pada kremasi dengan peti berbahan kayu jati, yaitu sebesar 216,919 μg/m3. Bahan jenis lain yang digunakan adalah particle board. Enam dari delapan sampel yang diambil masih berada di bawah standar baku mutu. Dua sampel yang melewati standar baku mutu terjadi akibat kremasi dengan peti kayu jati. Standar baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hasil pengukuran diameter partikulat menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM) menunjukkan bahwa adanya partikulat memiliki diameter kurang dari 10 μm (PM10). Hal ini menunjukkan bahwa partikulat bisa masuk ke dalam saluran pernapasan dan membahayakan kesehatan. Komposisi kimiawi partikulat yang diuji menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy menunjukkan tiga unsur tertinggi adalah karbon (C), oksigen (O), dan kalsium (Ca).

Cremation produce particulate matter emission which can contaminate ambient air, including ambient air in the crematory. The purpose of this study is to determine and analyze particulate matter concentration in ambient air in the crematory. The analysis will be linked to the crematory workers health. The method of sampling is gravimetric method using the High Volume Air Sampler for one hour per sample. The highest particulate matter concentration is 216,919 μg/m3, which occur on teak wood coffin cremation. The concentration of six samples is below the quality standard. The concentration of two sample, which is above the quality standard, caused by teak wood coffin cremation. The quality standard that is used is Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. The results of particulate matter diameter, which is measured with Scanning Electrone Miscroscope, show the presence of PM10. It shows that particulate matter can enter the respiratory system and endanger health. Particulate matter chemical composition, which is tested using Energy Dispersive X Ray Spectroscopy, showed the highest three elements, which are carbon (C), oxygen (O), dan calcium (Ca)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S69867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardya Garini
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) - 0,512 (konsentrasi TSP) - 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) - 0,512 (TSP concentration) - 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trusti Dian Susanti
"Pajanan partikulat dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular serta kematian. Tujuan penelitian ini mengetahui konsentrasi pajanan partikulat di PKB Cilincing. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur pajanan personal pada petugas uji mekanis dan area pada kantor dan pengujian. Rata-rata konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 pada petugas uji mekanis : 342.26 g/m3; 232.23 g/m3; 190.58 g/m3; dan 140.10 g/m3, ruangan kantor : 208.05 g/m3; 168.87 g/m3; 149.18 g/m3; 110.42 g/m3, dan pengujian : 213,50 g/m3; 130.24 g/m3; 100,42 g/m3; 47,25 g/m3. Perbedaan konsentrasi pajanan partikulat dapat terjadi karena perbedaan ukuran dan jenis kendaraan, lokasi, serta jenis pengujian.

Exposure to vehicle emission particulates has been known to cause death and health effects on respiratory and cardiovascular systems. This study conducted to determine concentration of PM2.5 in Vehicle Emission Testing Centre, Cilincing unit, by collecting personal exposure on emission inspector, at office and testing area. Average personal exposure concentration of PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 were 342.26 g m3 232.23 g m3 190.58 g m3 dan 140.10 g m3, office area 208.05 g m3 168.87 g m3 149.18 g m3 110.42 g m3 testing area 213,50 g m3 130.24 g m3 100,42 g m3 47,25 g m3. Concentration of particulate matter may different due to size and types of vehicles, location, and types of vehicle testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Apranti
"Perkembangan aktivitas penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan mobilisasi yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan hingga mencapai suatu tingkat tertentu dimana laju pertumbuhan jalan tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat sehingga terjadilah suatu permasalahan yang disebut sebagai kemacetan. Permasalahan tersebut banyak terjadi di kota-kota besar, khususnya di Kota Jakarta. Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan yang terjadi adalah pembangunan jalan tol.
Ruas jalan tol memiliki sistem pembayaran tarif yang dilakukan pada pintu tol. Pada beberapa pintu tol tertentu, pembayaran tarif tol masih dilayani oleh petugas pintu tol, dimana petugas pintu tol ini bekerja secara rutin. Hal ini menyebabkan petugas pintu tol terpapar oleh emisi kendaraan bermotor. Salah satu diantaranya Total Suspended Particulate (TSP) yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, seperti ISPA, Bronchitis kronis, penurunan fungsi paruparu, serangan jantung minor, dan lain-lain. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran terhadap besarnya konsentrasi TSP di sekitar pintu tol sehingga dapat dilakukan perhitungan tingkat resiko pemajanan TSP, yang dinyatakan dalam nilai Risk Quotient, terhadap kesehatan petugas pintu tol.
Pengendalian terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP dapat dilakukan secara efektif dengan mengendalikan sumber yang paling mempengaruhi besarnya nilai yang terukur. Sumber utama penghasil TSP pada daerah sekitar pintu tol merupakan kendaraan bermotor, sehingga perlu dilakukan identifikasi jenis kendaraan bermotor mana yang paling mempengaruhi dan paling berkontribusi terhadap besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur.
Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi TSP adalah metode gravimetri dengan perangkat HVAS, dimana pengukuran dilakukan selama 7 jam, mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 13.00. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode regresi linier sederhana dan berganda serta Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sedangkan, pengukuran konsentrasi timbal dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).
Hasil penelitian menunjukkan jenis kendaraan yang paling mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur di pintu tol Cililitan 2 adalah kendaraan Golongan II yang merupakan Truk dengan dua gandar. Nilai koefisien determinasi R2 antara volume kendaraan total dengan konsentrasi TSP sebesar 0,123, menandakan bahwa 12,3 % besarnya nilai konsentrasi TSP yang terukur dipengaruhi oleh besarnya volume kendaraan total, dan 87,7 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya suhu dan kelembaban.
Nilai RQ hasil perhitungan menunjukkan para petugas pintu tol masih berada dalam tingkat resiko yang cukup aman akibat pemaparan polutan TSP. Namun, resiko pajanan yang diterima oleh petugas pintu tol tidak hanya berasal dari TSP, tetapi juga dari zat pencemar lain yang dihasilkan kendaraan bemotor, seperti NOx, SOx, HC, dan sebagainya, sehingga diperlukan data konsentrasi zat pencemar lain untuk menghitung resiko kesehatan total yang dialami oleh petugas gardu.
Nilai hasil uji kadar konsentrasi Pb menunjukkan hasil sebesar 0,055 g/Nm3. Hasil konversi nilai konsentrasi Pb untuk pengukuran 24 jam adalah 0,032 μg/Nm3. Nilai ini tidak melebihi baku mutu udara ambien sesuai dengan PP No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Development of people?s activities is bringing on the rise of mobilization that pointed out in an increase number of vehicles up to a certain level where the rate of path growth can not compensate for the increasing number of vehicles, so that there is traffic jam. It usually occurs in many metropolis on the development country, especially in Jakarta. One of effort to solve this problem is highway construction.
Highway payment system is carried out on the highway gate. In many gate, payment is still served by an officer who works in a continous period. This lead the officer to expose by motor vehicle emissions. One of the emission is Total Suspended Particulate (TSP) which is bad for human health, such as respiratory infections, bronchitis, decrease the function of lung, minor heart attack, etc. Therefore, it is important to measure the TSP concentration around the gate so that we can assess TSP exposure risk level, where described in Risk Quotient value, to the officer?s health.
Control of TSP concentration can be done effectively by controlling the source that has the most influence to the magnitude of TSP concentration measured around the gate. The main source of TSP in such area is motor vehicle, therefore it is necessary to identify the type of vehicle which the most influential and most contribute to TSP concentration.
TSP concentration was measured from 06.00 A.M to 01.00 P.M by using Gravimetry method with HVAS Equipment. Lead concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The most influential type of vehicle to TSP concentration was determined by descriptive analysis. The relationship between TSP concentration and vehicle traffic volume was assessed by using least square and multiple regression analysis. Whereas TSP exposure risk level in Risk Quotient (RQ) value was assessed using Environmental Health Risk Analysis.
Result of analysis shows the type of vehicle that the most affect the magnitude of TSP concentration measured at Cililitan 2 gate highway is vehicle that belongs to Category II, truck with two axles. Coefficient of determination R2 between total vehicles volume with TSP concentration is 0,123. The value indicates that 12,3 % data of TSP concentration influenced by total vehicles volume, and 87,7% data of TSP concentration influenced by other factors, such as formation of secondary particulate, changes in temperature and humidity, etc.
Result of Risk Quotient (RQ) assessment shows that the officers are still in a safe level from risk due to exposure of TSP. However, the risk of exposure received by the officer not only come from TSP, but also come from the other pollutants, such as NOx, SOx, HC, etc. So, investigating another pollutant concentration data is necessary to calculate the total health risk experienced by the officers.
Measurement of Pb concentration level with AAS method shows the value of 0,055 μg/Nm3. The conversion value for 24 hours measurement is 0,032 μg/Nm3. It is not exceed the ambient air quality standards accordance with government regulation PP No.41/1999 about Air Pollution Control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1113
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ony Rosalia
"Peningkatan kendaraan transportasi menyebabkan pencemaran udara. PM2,5 polutan utama memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan. Kondisi cekungan Bandung menyebabkan polutan terperangkap karena penyebaran polutan terhambat. Penelitian bertujuan menganalisis risiko kesehatan pada remaja siswa SMPN 16 Bandung akibat pajanan inhalasi PM2,5 di lingkungan sekolah. Desain studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ARKL . Pengukuran konsentrasi PM2,5 dilakukan pada 10 titik menggunakan Haz Dust EPAM 5000. Sampel siswa kelas VIII sebanyak 66 siswa yang dipilih secara acak. Rata-rata konsentrasi PM2,5 sebesar 29,34 g/m3 , masih di bawah nilai baku mutu menurut PP Nomor 41 Tahun 1999 65 g/Nm3. Adanya peningkatan Intake realtime, 3 tahun dan 12 tahun secara berturut-turut 7.53x10-5, 1.25x10-4, 5.02x10-4 mg/kg/hari. Intake PM2,5 tinggi pada siswa dengan berat badan rendah dibandingkan dengan siswa dengan berat badan yang besar. Estimasi risiko kesehatan dinyatakan sebagai risk quotient RQ yang dihitung dari rata-rata intake pajanan PM2,5 terhadap siswa dan dosis referensi RfC , RQ>1 menunjukkan risiko perlu dikendalikan. Hasil analisis dengan durasi pajanan realtime, 3 tahun, dan 12 tahun menunjukkan batas aman terhadap pajanan PM2,5 RQ < 1 . Secara keseluruhan siswa kelas VIII tidak berisiko terhadap pajanan inhlasi PM2,5 di Lingkungan sekolah.

Increase in transport vehicles causes air pollution. Major pollutant of PM2.5 provides an enormous impact on health. Basin condition in Bandung causes the pollutants to be trapped because the pollutant cannot be released. The aim of this research is to analyze the health risks of junior high school students of SMPN 16 Bandung due to PM2.5 inhalation exposure in the school environment by using Environmental Health Risk Assessment method. PM2.5 concentration assessment was conducted at 10 points with a sample of 66 students rsquo grade VIII selected randomly. The average concentration of PM2.5, which was 29.34 g m3 was still below the standard value regulated by Government Regulation No. 41 of 1999 65 g Nm3. The increased in real time intake for 3 years and 12 years respectively were 7.53x10 5, 1.25x10 4, 5.02x10 4 mg kg day. PM2.5 intake was higher in students with light weight than students with heavy weight. Estimated health risks was expressed as risk quotient RQ calculated from the average of PM2.5 exposure intake on students and reference dose RfC , RQ 1 indicated the risk needed to be controlled. The results of the analysis with the duration of real time exposure for 3 years and 12 years showed a safe limit to PM2.5 exposure RQ.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidila Fitri
"Polusi udara menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit kardiovaskular di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis pajanan personal debu PM2,5 dan kadar Apolipoprotein-B Apo-B sebagai biomarker aterosklerosis dalam darah pekerja di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing tahun 2017. Status merokok, obesitas, penggunaan APD, dan riwayat penyakit juga di analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan T-Test independen. Sampel penelitian berjumlah 35 orang pekerja PKB Cilincing sebagai kelompok terpajan dan 24 orang pekerja FKM UI sebagai kelompok kontrol. Pajanan personal diukur menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor, sedangkan analisis Apo-B menggunakan metode Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan pada pekerja adalah 232,233 g/m3, sedangkan rata-rata kadar Apo-B pada kelompok terpajan adalah 107,30 mg/dL dan kelompok kontrol adalah 91,17 mg/dL.Kata Kunci: Apolipoprotein-B Apo-B , aterosklerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5.

Air pollution becomes one cause of cardiovascular disease in the world. This study aim for measuring personal exposure of particulate matter 2,5 PM2,5 , and Apolipoprotein B level in diesel exhaust emission inspector blood in PKB Cilincing, 2017. In addition this study analyze smoking status, obesity, FPE using, and history of disease using independent T Test. Study samples of 35 worker of PKB Cilincing as exposed group and 24 worker of FKM UI as control group. Personal exposure measure using Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor, while analysis of Apo B using Polyethyleneglycol PEG enhanced immunoturbidimetric assay method. Result of study shows mean concentration of personal exposure to worker is 232,233 g m3, while mean Apo B level to exposed group is 107.30 mg dL and control group is 91.17 mg dL. Keywords Apolipoprotein B Apo B , atherosclerosis, Particulate matter 2.5 PM2,5."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Purnama Ning Cahya
"Skripsi ini membahas tingkat konsentrasi debu PM2,5 dan keluhan saluran pernapasan pada pekerja di PT. X Plant Kasablanka Tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwaPT. X Plant Kasablanka dengan uji statistik yang tidak ditemukan hubungan antarakadar PM2,5 dengan keluhan pernafasan, namun perlu dilakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerjaan dan pencegahan terhadap timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan bahan-bahan kimia berbahaya dikarenakan kadar PM2,5 yang tinggi pada dua area di tempat kerja PT. Ready Mix Plant Kasablanka. Pekerja dengan keluhan pernafasan lebih banyak dari pada yang tidak ada keluhan, usia para pekerja yang kebanyakan lebih dari 30 tahun, yang merupakan usia yang rentan dengan gangguan saluran pernafasan, banyak pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 6 bulan dan terpapar > 8 jam perhari dan banyaknya keluhan pernafasan pada pekerja yang tidak menggunakan masker.Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor yang ada atau timbul dilingkungankerja dimaksudkan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetapsehat dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan,sehingga tenaga kerja terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atautenaga kerja tidak menderita akibat kerja dan tidak mendapatkan kecelakaan kerja.

This thesis discuss dust concentration levels of PM2,5 and respiratory tractcomplaints for worker at PT. X Plant Kasablanka year 2016. this study is quantitativeresearch with the descriptive design. The result of study suggest that PT. X PlantKasablanka statistical test that no relationship was found between the levels of PM2,5with respiratory complaints, but need to be evaluated and to the health of the job andthe prevention of the onset of health problems caused by harmful chemicals due tohigh levels of PM2,5 in two areas workplace PT. Ready Mix Plant Kasablanka. Workers with respiratory complaints more than that no complaints, the age of theworkers were mostly over 30 years, which is a vulnerable age with respiratorydisorders, many workers who have a work period of more than 6 months and exposedto 8 hours per day and, the number of respiratory symptoms in workers who are notwearing masks.Control of the danger factors that exist or arise in the work environment isintended to create or maintain a working environment in order to remain healthy andsafe or meets the requirements of health and safety norms, so that labor is free fromthe threat of disruption of health and safety or workers do not suffer as a result of thework and do not get a work accident.Key Word Particulate PM2,5, Industry ready mix, respiratory tract complaints
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>