Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damas Yulianto
"Turbulensi ekonomi global atau krisis ekonomi global merupakan satu masalah besar dalam perekonomian yang saling terintegrasi, khususnya pada saat ini. Adanya turbulensi ekonomi global yang tercermin melalui indeks volatilitas global sebagai early warning system terhadap krisis yang berhubungan langsung dengan cadangan devisa, mengingat fungsi cadangan devisa itu sendiri sebagai bentuk recovery atau intervensi terhadap terjadinya turbulensi ekonomi global. Oleh karenanya perlu dilihat bagaimana hubungan turbulensi ekonomi global (yang tercermin melalui indeks volatilitas global) terhadap tren cadangan devisa di negara emerging market, khususnya di enam negara (Brazil, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Turki) sebagai negara subjek penelitian, dengan membagi keenam negara tersebut menjadi dua kelompok; Fragile Groups (Brazil, Indonesia, dan Turki) dan Robust Groups (Malaysia, Philipina, dan Thailand). Selain tren cadangan devisa, penelitian ini juga akan melihat perubahan realokasi asset keenam negara tersebut, yang disinyalir banyak pergeseran kearah asset yang dinilai lebih likuid dan konvertibel. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh indeks volatilitas global terhadap tren cadangan devisa di negara emerging market dan menganalisis perubahan realokasi asset cadangan devisa mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel, data yang digunakan berupa time series (tahun 1990-2014) dan cross section (enam negara kelompok emerging market countries). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics (IFS), World Bank Indicators (WDI), World Integrated Trade Solution (WITS), Chicago Board Options Exchange (CBOE) dan World Bank. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis panel dengan metode FEM digunakan alat bantu software STATA 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empat dari enam variabel memiliki pengaruh yang signifikan, dimana: FDI, dan Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa, sedangkan untuk Impor, dan M2 berpengaruh negatif dan signifikan. Namun untuk variabel volatility index (VIX) dan short-term debt masing-masing berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan. Selain itu perubahan realokasi asset juga sangat terasa perubahannya, mata uang basket special drawing right (SDR) telah bergeser ke mata uang negara maju lainnya (seperti: CHF, AUD, CAD, NZD, DKK, NOK, dan SEK). Tidak hanya mata uang negara maju diluar basket SDR yang menjadi pereferensi baru pasca krisis ekonomi global, tetapi Renminbi (Yuan) dan mata uang EMCs lainnya juga menjadi primadona baru. Saran peneliti ini ditunjukkan untuk masing-masing reserve managers keenam negara subjek penelitian, dimana sebaiknya jangan terlalu bergantung dengan short-term debt. Mengingat indikator kerentanan suatu negara terhadap krisis atau turbulensi ekonomi global berdasarkan rasio short-term debt terhadap cadangan devisa. Selain itu keenam negara harus segera untuk melakukan realokasi assets ke arah yang lebih likuid dan konvertibel , dapat beralih kepada SDR dan foreign exchange reserves dengan mata uang basket SDR, diluar basket SDR, atau negara EMCs lainnya. Selain itu bentuk antisipasi atau pembelajaran pasca krisis yang terjadi adalah dengan meningkatkan cadangan minimum di IMF atau institusi keuangan lainnya, sebagai dana cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu.

Global economic turbulence or the global economic crisis is a big problem in an integrated economy, particularly at this time. Their economic turbulence global (economic shock) which is currently reflected through the index of global volatility (VIX) as an early warning system against the economic crisis directly related to the foreign exchange reserves, given the function of foreign exchange reserves itself as a form of recovery or intervention against the potential risks global. Therefore, need to be seen how the relationship between index of global volatility (VIX) to the trend of foreign exchange reserves in emerging market countries, especially in six countries (Brazil, Indonesia, Malaysia, the Philippines, Thailand, and Turkey) as a state research subject, by dividing the six countries into two groups; Fragile Groups (Brazil, Indonesia, and Turkey) and Robust Groups (Malaysia, Philippines, and Thailand). In addition to the trend of foreign reserves, this study will also see changes in asset reallocation of the six countries, which allegedly many shifts towards assets considered more liquid and convertible. The purpose of this study was to analyze the effects of global volatility index against the trend of foreign exchange reserves in emerging market countries and analyze changes in asset reallocation of their foreign reserves. This research is a quantitative research using panel data, the data used in the form of time series (years 1990-2014) and cross section (the six-nation group of emerging market countries). The data used in this research is secondary data obtained from the International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics (IFS), the World Bank Indicators (WDI), the Chicago Board Options Exchange (CBOE) and the World Bank. The analytical method used is the analysis method panel with FEM method used STATA 12 software tools. The results of this study show that four of the six variables have a significant effect, in which: FDI and Export positive and significant impact on foreign exchange reserves, while for Import, and M2 a significant negative effect. But for the variable volatility index (VIX) but not significant positive effect. Besides changes in the reallocation of assets is also deeply felt the changes, the currency basket of special drawing right (SDR) currency has shifted to other developed countries (such as CHF, AUD, CAD, NZD, DKK, NOK and SEK). Not only developed countries outside the currency SDR basket referrers who became the new post-crisis global economy, but the Renminbi (Yuan) and other currencies also be excellent EMCS new. The researchers suggest is shown for each of the six country managers reserve the subject of research, which should not be too dependent on short-term debt. Given the indicators of vulnerability of a country to a crisis or global economic turbulence based on the ratio of short-term debt to foreign exchange reserves. Besides the six nations must be to reallocate assets towards more liquid and convertible, can switch to the SDR and foreign exchange reserves to the SDR basket of currencies, excluding the SDR basket, or state other EMCS. Besides learning a form of anticipation or post-crisis is to increase minimum reserves in the IMF or other financial institutions, as a reserve fund that can be used at any time.
"
2016
S63355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reiza Afthony Hadi
"Penelitian ini mengkaji pengaruh ketidakpastian global yang direpresentasikan oleh World Uncertainty Index (WUI) terhadap kinerja pasar saham di enam negara Asia berkembang, yaitu China, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, selama periode 2008 hingga 2023. Dengan menggunakan fixed-effect panel threshold model, penelitian ini mengidentifikasi hubungan non-linear antara ketidakpastian dan indeks pasar saham, di mana ketidakpastian memberikan pengaruh positif pada pengembalian saham ketika berada di bawah tingkat ambang batas yang telah ditentukan. Pada ketidakpastian yang meningkat dari 0-0.08087, investor menginterpretasikan risiko sebagai peluang, sehingga meningkatkan valuasi pasar. Bahkan ketika ketidakpastian meningkat melebihi ambang batas, kinerja pasar tetap meningkat tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan saat berada di bawah ambang batas. Temuan ini menantang asumsi bahwa ketidakpastian selalu merugikan kinerja pasar dan sebaliknya menyoroti efeknya yang bergantung pada intensitasnya. Studi ini juga menyoroti peran faktor makroekonomi, seperti produksi industri, inflasi, pengangguran, dan interest rate spreads dalam membentuk hasil tersebut. Uji robustness juga mengonfirmasi validitas hasil, menawarkan wawasan praktis bagi investor, manajer perusahaan, dan pembuat kebijakan untuk menghadapi ketidakpastian global secara efektif.

This study examines the influence of global uncertainty, represented by the World Uncertainty Index (WUI), on stock market performance in six emerging Asian Countries which are China, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, and the Philippines over the period of 2008 to 2023. Using a fixed-effect panelthreshold model, the research identifies a non-linear relationship between uncertainty and stock market indices, where uncertainty exerts a positive influence on stock returns below the identified threshold level. When uncertainties rise from 0 to 0.08087, investors interpret increase in uncertainties as opportunities, leading to increase market valuations. Even as uncertainty rises beyond the threshold, the market performance increase but at a slower rate compare to below the threshold. These findings challenge the assumption that uncertainty uniformly harms market performance and instead highlights its effects depending on its intensity. The study also use the role of macroeconomic factors, such as industrial production, inflation, unemployment and interest rate spreads, in shaping these outcomes. Robustness checks also confirm the validity of the results, offering actionable insights for investors, corporate managers, and policymakers to navigate global uncertainty effectively."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reiza Afthony Hadi
"Penelitian ini mengkaji pengaruh ketidakpastian global yang direpresentasikan oleh World Uncertainty Index (WUI) terhadap kinerja pasar saham di enam negara Asia berkembang, yaitu China, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, selama periode 2008 hingga 2023. Dengan menggunakan fixed-effect panel threshold model, penelitian ini mengidentifikasi hubungan non-linear antara ketidakpastian dan indeks pasar saham, di mana ketidakpastian memberikan pengaruh positif pada pengembalian saham ketika berada di bawah tingkat ambang batas yang telah ditentukan. Pada ketidakpastian yang meningkat dari 0-0.08087, investor menginterpretasikan risiko sebagai peluang, sehingga meningkatkan valuasi pasar. Bahkan ketika ketidakpastian meningkat melebihi ambang batas, kinerja pasar tetap meningkat tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan saat berada di bawah ambang batas. Temuan ini menantang asumsi bahwa ketidakpastian selalu merugikan kinerja pasar dan sebaliknya menyoroti efeknya yang bergantung pada intensitasnya. Studi ini juga menyoroti peran faktor makroekonomi, seperti produksi industri, inflasi, pengangguran, dan interest rate spreads dalam membentuk hasil tersebut. Uji robustness juga mengonfirmasi validitas hasil, menawarkan wawasan praktis bagi investor, manajer perusahaan, dan pembuat kebijakan untuk menghadapi ketidakpastian global secara efektif.

This study examines the influence of global uncertainty, represented by the World Uncertainty Index (WUI), on stock market performance in six emerging Asian Countries which are China, Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, and the Philippines over the period of 2008 to 2023. Using a fixed-effect panelthreshold model, the research identifies a non-linear relationship between uncertainty and stock market indices, where uncertainty exerts a positive influence on stock returns below the identified threshold level. When uncertainties rise from 0 to 0.08087, investors interpret increase in uncertainties as opportunities, leading to increase market valuations. Even as uncertainty rises beyond the threshold, the market performance increase but at a slower rate compare to below the threshold. These findings challenge the assumption that uncertainty uniformly harms market performance and instead highlights its effects depending on its intensity. The study also use the role of macroeconomic factors, such as industrial production, inflation, unemployment and interest rate spreads, in shaping these outcomes. Robustness checks also confirm the validity of the results, offering actionable insights for investors, corporate managers, and policymakers to navigate global uncertainty effectively."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salastin Afriliyati
"Tesis ini membahas analisis Value at Risk dan Expected Shortfall menggunakan model volatilitas GARCH terhadap indeks saham dan nilai tukar local currency terhadap US dollar pada delapan negara emerging market Asia. Periode perkiraan penilaian risiko antara 01 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2009 dan periode validasi out of sample 01 Januari 2010 sampai dengan 31 Maret 2014. Penilaian model menggunakan back testing terhadap data in sample dan out of sample.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengukuran volatilitas return indeks saham dan nilai tukar dengan model GARCH dianggap tepat. Perkiraan risiko kerugian indeks saham menggunakan Value at Risk berdasarkan model volatilitas GARCH dapat digunakan pada confidence level 95%, sementara Expected Shortfall dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran risiko pada confidence level 99%. Sedangkan untuk memperkirakan risiko kerugian nilai tukar dapat menggunakan Expected Shortfall pada confidence level 99%.

This thesis describes the analysis of Value at Risk and Expected Shortfall using GARCH volatility models of the stock indices and exchange rate of local currency against the U.S. dollar in eight Asian emerging market countries. The estimation period of risk measurement is between January 1, 1997 until December 31, 2009 and out of sample validation period is January 1, 2010 until March 31, 2014. Assessment model using back testing in sample and out of sample data.
The analysis showed that the measurement of return volatility of stock indices and exchange rates by the GARCH model is appropriate. Estimating loss using Value at Risk based on GARCH volatility models of stock indices is appropiate to be applied at 95% confidence level, while the Expected Shortfall can be used as an alternative of risk measurement at the 99% confidence level. Whereas estimating the risk of exchange rate losses can use the Expected Shortfall at 99% confidence level.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Andreayani
"ABSTRAK
Saham merupakan salah satu bentuk unit penyertaan yang umum digunakan
sebagai aset investasi yang mengandung risiko. Atas risiko tersebut, maka
dibutuhkan aset lainnya yang dapat berperan sebagai hedge dan safe haven ketika
kondisi pasar saham mengalami keterpurukan. Aset yang diujikan yaitu logam
mulia yang terdiri atas emas, perak, dan platina serta indeks volatilitas atau VIX.
Atas periode 1997 hingga 2014, peneliti membaginya menjadi lima sub-periode
yang didalamnya termasuk dua krisis yang melanda wilayah emerging Asia.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tiga buah metode yaitu OLS, GARCH
(1,1), dan TGARCH atau model GJR. Hasil pengujian menyatakan bahwa model
TGARCH memberikan estimasi yang paling baik karena dapat menangkap efek
leverage yang terdapat pada model. Secara umum, logam mulia ditemukan tidak
dapat berperan dengan baik sebagai hedge dan safe haven atas keseluruhan
periode waktu tetapi VIX memberikan performa yang baik sebagai hedge dan safe
haven yang kuat terutama saat periode krisis melanda. Analisis kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengujian portofolio pasca guncangan selama 20
hari atas logam mulia dan indeks volatilitas (VIX) secara individual terhadap
indeks pasar saham negara, ditemukan VIX dapat memberikan kecepatan
pemulihan atas kerugian terbaik sedangkan perak dapat meminimalisir kerugian
paling baik dalam jangka waktu 20 hari.
ABSTRACT
Stock is one of commonly used as investment assets containing risks. As risks
come by, there is a need of other assets which can have a role as hedge or safe
haven when capital market is bearish. Those are gold, silver, platinum, and also
volatility index (VIX) which are tested in this research. From 1997-2014 periods,
we divided into five subperiods including two crisises which hit emerging Asia
region. The model is tested using three models which are OLS, GARCH (1,1),
and TGARCH or GJR model. The results show that TGARCH model gave the
best estimation because the ability of capture the leverage effect in the model. In
general, precious metals found tend not to be hedge and safe haven for all period
but VIX does an outstanding performance as hedge and safe haven especially
when during the crisis period. The research will be continued to analyze portfolio
performance 20 days after negative shocks of gold, silver, platinum, and VIX
individually against countries’ capital market index. VIX is found as a good
choice to be hold for recovering investors’ loss in very short period but silver is
found can do the best performance after 20 days of the shocks."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samitra Rismadani
"

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan arah kausalitas nilai tukar dan indeks saham negara Emerging Market (EM) saat periode kebijakanQuantitative Easing(QE) dan Tapering Off(TO) oleh The Fed. Negara EMdalam penelitian ini dipilih berdasarkan hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat, yaitu China, India, Korea Selatan, Taiwan, Indonesia, Argentina, Brazil, Meksiko, Rusia dan Turki. Adapun dari hubungan perdagangan ini dapat dilihat apakah suatu negara memiliki ketergantungan ekonomi dengan negara lainnya (Park, 2018). Penelitian ini sendiri dilakukan dengan membandingkan arah kausalitas masing-masing variabel (indeks S&P 500, indeks saham dan nilai tukar negara EM) sebelum dan sesudah implementasi kebijakan QE dan TO (1 Januari 2008 - 31 Desember 2017). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji kausalitas Granger dan Vector Auto Regression(VAR). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa hubungan kausal sebagian besar negara cenderung mengalami perubahan arah saat periode QE ke TO. 


This study was conducted to know the causality change of Emerging Market (EM) capital market and United States (US) capital market in the periods of the Quantitative Easing (QE) and Tapering Off (TO) policies by the Fed. The EM countries in this study were selected based on trade relations with the US, those are China, India, South Korea, Taiwan, Indonesia, Argentina, Brazil, Mexico, Russia and Turkey. From this trade relationship, it can be seen whether a country has an economic interdependence with other countries (Park, 2018). The study itself was conducted by comparing the causal direction of each variable (S & P 500 index, EM’s stock index and exchange rate) before and after the implementation of QE and TO policy (January 1st, 2008 - December 31st, 2017). The method used in this study is by using Granger causality test and Vector Auto Regression (VAR) model. The results of this study found that the causal relationships of most countries was changed during the period of QE to TO.

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Nadiyah Amany
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dari kegiatan internasionalisasi terhadap kinerja perusahaan di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Penelitian ini juga ingin melihat apakah home country uncertainty dan wilayah ekspansi dapat memperkuat hubungan internasionalisasi dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode unbalanced data panel generalized leat square (GLS) dengan data tahunan selama 9 tahun, yaitu pada 2009-2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan internasionalisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Home country uncertainty yaitu risiko politik dan tingkat korupsi sebagai variabel independen memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap kinerja perusahaan. Sementara sebagai variabel moderasi keduanya memiliki pengaruh signifikan yang berkebalikan, risiko politik berpengaruh negatif sementara tingkat korupsi berpengaruh positif. Sebagai variabel moderasi, wilayah ekspansi regional hanya signifikan mempengaruhi tingkat korupsi, sementara wilayah non regional signifikan mempengaruhi baik tingkat korupsi maupun risiko politik.


This study aims to determine the influence of internationalization activities on the performance of firms in Indonesia, Philippines, and Malaysia. This study also determines whether home country uncertainty and region of expansion strengthen the relations between internationalization and firm performance. This study uses the generalized least square (GLS) unbalanced panel data with annual data for 9 years (2009-2017). The result shows that there is a positive and significant influence of internationalization on firm performance. Home country uncertainty (political risk and level of corruption) as independent variables has positive and significant effect on firm performance. While as moderating variables, both political risk and level of corruption have different significant influence, political risk gives negative effect to firm performance whereas level of corruption gives positive effect to firm performance. As moderating variable, regional expansion only gives significant influence to level of corruption whereas non-regional expansion gives significant effect on both level of corruption and political risk.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Oka Suprayana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh tingkat tingkat kas berlebih yang dipegang oleh perusahaan sebagai pendekatan dari likuiditas aset perusahaan terhadap likuiditas saham dari perusahaan tersebut khususnya terkait dengan keberlangsungan trading saham perusahaan di pasar modal pada negara emerging market di ASEAN. Selain melihat pengaruh tingkat kas berlebih terhadap likuiditas saham, penelitian ini juga melihat pengaruh tingkat kas berlebih dengan nilai perusahaan secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode ordinary least square dengan fixed effect model dengan data perusahaan selama 10 tahun semenjak 2008-2017.
Hasil penelitian ini menunjukan meski tidak terlihat pengaruh secara langsung antara tingkat kas berlebih dengan nilai perusahaan, namun melalui mekanisme likuiditas saham, perusahaan dengan tingkat tingkat kas berlebih yang tinggi dapat mendorong keberlangsungan trading dan meningkatkan likuiditas saham sehingga menurunkan liquidity premium yang diminta oleh investor. Temuan ini selain dapat mengkonfirmasi adanya mekanisme yang menghubungkan antara tingkat kas berlebih dengan nilai perusahaan, perusahaan juga dapat memanfaatkan tingkat kas perusahaan untuk mendorong likuiditas saham khususnya dalam kondisi tekanan finansial atau ketika terjadi penurunan likuiditas pasar.

This study aims to determine the influence of the level of excess cash held by a company, as a proxy for asset liquidity, on their stock liquidity through the trading continuity mechanism in the capital market of ASEAN emerging market country. Using ordinary least square method with fixed effect on 852 publicly listed company during a 10 years period (2008-2019), this study uncovers beyond the effect of excess cash on stock liquidity, but also determine the direct impact of excess cash on firm value.
The results show, while there is no direct observable impact on firm value, a company with a high level of excess cash can improve their stock liquidity by ensuring trading continuity that could lead to lower liquidity premium and cost of equity. Besides confirming the existence of mechanism between excess cash and firm value, this could also mean that company can manage the level of cash to improve stock liquidity especially during a financial distress or a decline in market liquidity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfado Agustio
"Kejadian krisis ekonomi 2008 yang melanda negara-negara global termasuk Indonesia, mendorong Bank Indonesia dan pemerintah perlu mempersiapkan tindakan antisipatif dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian. Atas dasar tersebut, penelitian ini berupaya mengukur respon instrumen di pasar keuangan dan perekonomian akibat gejolak ekonomi global.
Variabel nilai tukar rupiah dan indeks saham merupakan variabel yang mewakili pasar keuangan, sementara variabel indeks produksi mewakili perekonomian. Untuk variabel global, penulis memilih fed fund rate, volatility index dan harga minyak global. Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model Exogenous Variable (VECM-X).
Semua variabel global diposisikan sebagai variabel eksogen, sementara nilai tukar rupiah, indeks saham dan indeks produksi merupakan variabel endogen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, respon pasar keuangan dan perekonomian cukup tinggi akibat adanya gejolak dari ekonomi global. Ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumar, Nirmalya
New York: Palgrave Macmillan, 2013
658.8 KUM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>