Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paraginta Basaria
"Kinerja anaerobic digestion (AD) sebagai solusi teknologi pengolahan sampah organik dapat ditingkatkan dengan pra-pengolahan mekanis, pencacahan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel sampah organik terhadap potensi pembentukan gas CH4 serta menganalisis ukuran partikel optimumnya dalam skala laboratorium BMP. Parameter yang diuji yaitu TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, dan alkalinitas. Penelitian dilakukan selama 35 hari dengan suhu 35°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki pengaruh pada proses hidrolisis, tetapi tidak begitu berpengaruh pada proses metanogenesis. Partikel berukuran 13-10 mm menghasilkan gas CH4 dengan rata-rata 114,7 mL atau sebesar 72,82% dari biogas dengan potensi 0,277 L CH4/gr VS, ukuran 10-4,76 mm dengan rata-rata 101,7 mL atau sebesar 76,04% dari biogas memiliki potensi 0,208 L CH4/gr VS, dan ukuran 4,76-2 mm dengan rata-rata 110,9 mL atau sebesar 75,14% dari biogas memiliki potensi 0,229 L CH4/gr VS. Perbedaan ukuran partikel nyatanya memiliki pengaruh yang besar dalam proses hidrolisis, hal ini dibuktikan dari perbedaan nilai VFA yang dihasilkan secara signifikan. Partikel 13-10 mm menghasilkan VFA sebanyak 19,25 mg/L, sementara partikel 4,76-2 mm menghasilkan VFA sebanyak 118,1 mg/L.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel memberi pengaruh besar pada laju hidrolisis dan asidogenesis, namun tidak begitu berpengaruh pada potensi pembentukan gas CH4. Melihat kepada volume gas CH4 yang dihasilkan maupun potensi gas CH4 yang dapat tercipta dari VS, tidak ada satupun rentang partikel yang lebih unggul dibandingkan yang lain, sehingga tidak terdapat ukuran partikel yang optimum dalam pembentukan gas CH4. Tetapi jika melihat kepada aspek biaya dan energi yang diperlukan untuk mencacah, maka partikel dengan rentang 13-10 mm merupakan ukuran yang paling menguntungkan.

Performance anaerobic digestion (AD) of organic waste processing technology solutions can be improved by pre-mechanical processing, chopping. The research objective was to analyze the effect of particle size of organic waste to the potential formation of CH4 and analyze the optimum particle size in a laboratory scale BMP. The parameters examined are TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, and alkalinity. The study was conducted for 35 days with a temperature of 35°C.
The results showed that the particle size has an influence on the process of hydrolysis, but not so influential in the process of methanogenesis. Particles size 13-10 mm produce CH4 gas with an average of 114.7 mL or by 72.82% of the biogas and potential of 0.277 L CH4 / g VS, size 10-4.76 mm with an average of 101.7 mL or amounting to 76.04% of the biogas has the potential of 0.208 L CH4 / g VS, and size 4.76-2 mm with an average of 110.9 mL or by 75.14% of the biogas has the potential of 0.229 L CH4 / g VS. Differences in particle size in fact has a great influence in the process of hydrolysis, it is evident from the difference in value generated significant VFA. VFA from particles 13-10 mm produce as much as 19.25 mg / L, while particles of 4.76-2 mm produce VFA as much as 118.1 mg / L.
Thus, it can be concluded that the particle size to give a major influence on the rate of hydrolysis and asidogenesis, but not so influential on the potential formation of CH4. Looking at the volume of gas produced and the potential CH4 gas that can be created from VS, none of the range of particles that are superior to the others, so there is no optimum particle size in the formation of CH4. But if you look at the aspect of cost and energy needed for chopping, then the particles with a size range of 13-10 mm is the most profitable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhtiy Afifah
"Pengelolaan limbah lumpur tinja yang sangat terbatas dapat ditingkatkan dengan memanfaatkannya menjadi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi biogas pada lumpur tinja dengan menambahkan sampah makanan dan sampah taman. Sistem yang digunakan berupa Anaerobic Co-digestion dengan variasi konsentrasi lumpur tinja, yaitu sebesar 25% dan 50% berdasarkan nilai Volatile Solids (VS). Inokulum yang digunakan adalah rumen sapi. Penelitian dilakukan menggunakan reaktor batch skala lab berukuran 51 L dengan masa operasi selama 42 hari. Biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25% adalah 0,30 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 71,93% dan COD sebesar 72,42%. Sedangkan, biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% adalah 0,56 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 92,43% dan COD sebesar 87,55%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa potensi biogas pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% lebih besar dibandingkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25%.

Faecal sludge management can be optimized by converting the sludge into biogas. The purpose of this study is to optimize the biogas potential of faecal sludge with food waste and garden waste. The system use Anaerobic Co-digestion with variation of 25% and 50% concentration of faecal sludge based on Volatile Solids (VS). Inoculum used was cow?s rumen. The study was operated using lab-scale batch reactor 51 L for 42 days. Biogas produced from 25% concentration of faecal sludge is 0,30 m3CH4/kg with 71,93% VS and 72,42% COD destruction. Meanwhile, 50% concentration of faecal sludge produced 0,56 m3CH4/kg VS biogas with 92,43% VS and 87,55% COD destruction. This study concludes that biogas potential from 50% concentration of faecal sludge is greater than 25% concentration of faecal sludge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Fitri
"Inokulum merupakan suatu media pertumbuhan bagi mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dan kinerja reaktor Anaerobic Digestion (AD). Kinerja inokulum dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah aditif asetat yang dapat mendorong pertumbuhan archaea metanogen agar fermentasi anaerob berjalan lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan asetat dalam inokulum pada populasi mikroorganisme penghasil metana dan pengaruhnya pada populasi mikroorganisme, pembentukan biogas, penyisihan Volatile Solids (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Terdapat 2 jenis inokulum yang digunakan pada penelitian ini, inokulum alami yang terbuat dari kotoran sapi dan inokulum buatan yang terbuat dari terasi, gula pasir, batang pohon pisang busuk, susu, dan dedak, ekstrak ragi, Lactobacillus MRS Broth, cairan rumen, dan penambahan asetat sebagai sumber karbon. Percobaan dilakukan pada reaktor AD berbahan fiber dan tanpa pengaduk yang memiliki volume keseluruhan 1 m3 dan volume isi 0,8 m3 selama 71 hari kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asetat tidak terbukti memperkaya populasi archaea metanogen dan produksi biogas. Metana dihasilkan dari genus Methanosaeta yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 0,004% dan genus Prevotella dalam jumlah cukup banyak yaitu 26,6% pada akhir operasional. Prevotella membentuk metana melalui penggunaan asam laktat yang dihasilkan genus Lactobacillus. Namun, inokulum buatan dengan aditif asetat terbukti meningkatkan konsentrasi metana hingga 41,7%, VSD hingga 91%, dan CODr hingga 99,5%. Hal ini menunjukkan inokulum buatan memiliki potensi yang sangat baik sebagai media pertumbuhan untuk menunjang pengolahan sampah makanan pada Anaerobic Digestion (AD) dengan bantuan pengontrolan pH yang sesuai dengan rentang pH optimum untuk tahap metanogenesis.

The inoculum is a growth medium for microorganisms to decompose organic matter that can optimize the growth of microorganisms and the performance of the Anaerobic Digestion (AD) reactor. The performance of the inoculum can be optimized in several ways, one of which is acetate additives which can encourage the growth of archaea methanogens so that anaerobic fermentation runs better.
The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of acetate in the inoculum on the population of methane-producing microorganisms and their effect on microorganism populations, biogas formation, removal of Volatile Solids (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD). There are 2 types of inoculums used in this study, natural inoculum made from cow dung and modified inoculum made from shrimp paste, granulated sugar, rotten banana tree trunks, milk, and bran, yeast extract, Lactobacillus MRS Broth, rumen liquid, and additions acetate as a carbon source. The experiments were carried out on an AD reactor made from fiber and without stirrer which had an overall volume of 1 m3 and a volume of contents of 0.8 m3 for 71 working days.
The results showed that the addition of acetate was not proven to enrich the archaea methanogen population and biogas production. Methane is produced from the genus Methanosaeta, which is very small, only 0.004% and the genus Prevotella in considerable numbers, which is 26.6% at the end of operation. Prevotella forms methane through the use of lactic acid produced by the genus Lactobacillus. However, the modified inoculum with acetate additives was proven to increase the concentration of methane to 41.7%, VSD to 91%, and CODr to 99.5%. This shows that the modified inoculum has very good potential as a growth medium to support food waste processing in Anaerobic Digestion (AD) with the help of pH control that is in accordance with the optimum pH range for the methanogenesis stage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reigina Sandriaty
"Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan mengandung minyak dan lemak menjadi pemicu peningkatan timbulan limbah minyak dan lemak serta nilai COD dan VS air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biogas dan rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan yang paling optimum.
Penelitian dilaksanakan selama 42 hari inkubasi pada suhu 37˚C dengan tiga variasi rasio VS limbah minyak dan lemak dan sampah makanan yaitu 1:7, 1:2, dan 1:1 dengan metode biochemical methane potential. Limbah minyak dan lemak memiliki karakteristik COD 148 g/L, TS 763 g/L, dan VS 759 g/L.
Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah minyak dan lemak memiliki potensi menghasilkan biogas tertinggi melalui proses anaerobic co- digestion dengan sampah makanan dan menghasilkan 485 mLCH4/grVS dari variasi 1:7. Sementara variasi rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan 1:2 dan 1:1 hanya menghasilkan 128 dan 4 mLCH4/grVS.

Tendency of Indonesian people to eat foods containing oils dan fats trigger increasing in generation of fat, oil, and grease waste and increasing in wastewater?s COD and VS. This research is conducted to know potential of fat, oil, and grease and its ratio with food waste that obtain the highest biogas production through biochemical methane potential method.
The research was conducted over 42 days incubation at 37˚C including three variation of volatile solids (VS) ratio of fat, oil, and grease waste with food waste, that is 1:7, 1:2, and 1:1. As co- substrate of the anaerobic co- digestion process, fat, oil, and grease characteristics are COD 148 g/L, TS 763 g/L, and VS 759 g/L.
Result showed that fat, oil, and grease waste has potential to produce biogas through anaerobic co- digestion process with food waste and produce 485 mLCH4/grVS as the highest methane yield of 1:7 ratio. While the variation of ratio fat, oil, and grease waste with food waste at 1:2 and 1:1 only produce 128 and 4 mLCH4/grVS, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Kurnianingsih
"Pengadukan dalam Anaerobic Digestion AD dapat dikontrol untuk meningkatkan kinerja proses AD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas pengadukan terhadap kinerja proses AD, transfer panas di dalam digester dan untuk menganalisis kesetimbangan energi. Penelitian dilakukan menggunakan Continuous Stirred Tank Reactor CSTR dengan volume terisi 400 L yang beroperasi pada suhu rata-rata 27,8 1,07oC. Penelitian operasi skenario pertama dilakukan dengan input substrat sampah makanan dengan Organic Loading Rate OLR 10 kg VS/m3 selama 43 hari dan diaduk menggunakan variasi intensitas pengadukan 30 rpm dan 60 rpm selama 4 jam/hari untuk melihat kinerja proses AD. Operasi skenario kedua dilakukan menggunakan substrat sampah makanan dan kotoran sapi banding limbah Fat Oil and Grease FOG sebesar 10:1 dengan OLR 10 kg VS/m?3 dan dilakukan variasi pengadukan berkala 30 rpm, 15 menit/1,5 jam dan kontinu 30 rpm, 4 jam/hari untuk melihat tansfer panas dalam digester. Hasil penelitian operasi skenario pertama menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua intensitas pengadukan.

Mixing in Anaerobic Digestion AD can be controlled to improve the performance of the AD process. This study aims to determine the effect of mixing intensity on the performance of the AD process, heat transfer in the digester and to analyze the energy balance. The study was conducted using a Continuous Stirred Tank Reactor CSTR with 400 L working volume which operates at an average temperature of 27,8 1,07 C. In the first scenario operation study, reactor was fed with food waste with Organic Loading Rate OLR 10 kg VS m3 for 43 days and mixed using variation of mixing intensity 30 rpm and 60 rpm for 4 hours day to see AD process performance. The second operation was carried out using food and cow dung with Fat Oil and Grease FOG waste ratio 10 1 and mixed intermittent 30 rpm, 15 min 1.5 hour and continuous 30 rpm, 4 hour day to see heat transfer in the digester. The results of the first scenario operation study showed that there was a significant difference in both mixing intensity p."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Theresia Juliana Br.
"Limbah organik yang berpotensi menjadi sumber energi dengan metode anaerobic digestion seringkali mengalami ketidaksabilan karena konsentrasi VFAs yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan produksi metana pada AD dengan kombinasi dua substrat yaitu limbah organik (LO) dan kotoran sapi (KS) yang berperan sebagai buffer dengan uji biochemical methane potential (BMP). Uji BMP dilakukan selama 35 hari pada suhu ±35⁰C dengan mengukur volume dan persentase biogas setiap minggu serta pengujian karakteristik awal dan akhir sampel. Volume metana pada setiap variasi perbandingan sampel tidak menunjukkan adanya perbedaan pada minggu ke-5 kecuali pada perbandingan LO /KS :12/1 dengan 3/1, dimana sampel dengan perbandingan 3/1 memiliki potensi yang paling besar yaitu 0,58±0,015(n=3) LCH4/grVS. Penambahan kotoran sapi juga membuat keseluruhan variasi perbandingan stabil selama pengujian BMP terutama sampel 6:1 dengan VFAs/alkalinitas yang <0,3 walaupun rasio C/N <20.

Organic waste that could potentially be a source of energy by anaerobic digestion methods are often unstable because of the high concentration of VFAs. The purpose of this research is to increase the production of methane by anaerobic digestion with two substrates combination The combination is between organic waste and cow manure which acted as a buffer with a biochemical methane potential testing. BMP testing conducted over 35 days at a temperature of ± 35⁰C by measuring the volume and percentage of biogas every week and testing the characteristics of the beginning and end of the sample. The result of the sample variation is that the volume of methane did not show any difference in the 5th week except in comparison organic waste / cow manure: 12/1 to 3/1, but the sample with a ratio of 3/1 has the greatest potential, namely 0,58 ± 0.015 (n = 3) LCH4 / grVS. With the addition of cow manure also makes the conditiin of overall variation is stable during testing BMP with VFAs / alkalinity <0.3 although C / N ratio of each variation is <20."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Setyarahardja
"PENDAHULUAN
Kuman anaerob adalah kuman yang peka terhadap O2, karena 02 merupakan bahan toksik terhadap kuman ini; makin lama kontak dengan 02, kondisi dan jumlah kuman yang hidup makin menurun (1-3). Dalam 10 tahun terakhir ini penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman anaerob tampak meningkat. Sebagian besar kuman anaerob penyebab infeksi adalah anggota flora normal kuman anaerob, yang karena sesuatu hal masuk ke dalam bagian tubuh yang bukan tempatnya (1). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perneriksaan terhadap kuman anaerob perlu dilaksanakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi.
Salah satu syarat dalam usaha mengisolasi dan mengidentifikasi kuman anaerob dari bahan-bahan pemeriksaan adalah suasana lingkungan pertumbuhan yang babas 02. Untuk memperoleh suasana tersebut telah dikenal beberapa cara, diantaranya (1, 3-7):
1. Silinder anaerob (anaerobic jar)
2. Roll tube technique
3. Anaerobic glove box
Kedua cara tersebut terakhir di atas adalah cara-cara yang lebih canggih dibandingkan cara yang percama, akan tetapi kedua cara ini dalam penggunaannya memerlukan biaya yang besar, tempat yang lebih luas, dan tenaga laboratorium yang berpengetahuan cukup mengenai teknik anaerob serta perawatan alat-alatnya. Oleh sebab itu kedua cara ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam laboratorium rutin. Untuk suatu laboratorium mikrobiologi yang sederhana dengan tenaga, ruangan dan dana yang terbatas, maka cara dengan mempergunakan silinder anaerob merupakan cara yang lebih dianjurkan (1,7). Suasana optimal untuk pertumbuhan kuman anaerob dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dengan evacuation replacement system dan Gaspak/ Gaskit anaerobic system (1, 3-5, 7). Evacuation replacement system merupakan cara standar yang telah mengalami beberapa kali modifikasi dan penyempurnaan sejak ditemukannya oleh McIntosh dan Fildes. Cara tersebut sampai kini masih tetap dipergunakan. Untuk mempergunakan cara ini disamping silinder anaerob diperlukan pampa isap, manometer, silinder-silinder gas yang masing-masing berisi gas H2, CO2 dan N2 serta alai pengisi gas untuk memindahkan gas dari silinder gas ke dalam silinder anaerob. Proses anaerob-iosis dilaksanakan dengan mengeluarkan udara dart dalam silinder dan memasukkan gas N2 atau H2 yang diulangi 5 sampai 7 kali. Pada penggantian terakhir dimasukkan gas H2 dan CO2 atau gas N2, H2 dan CO2 (1). Proses pengeluaran dan penggantian tersebut di atas, di seksi anaerob laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) hanya dilakukan satu kali. Gas yang dipergunakan adalah gas H2 dan CO2.1 Gaspak anaerobic system pertama kali diperkenalkan oleh Brewer dan Allgeier (8), cara ini mempergunakan 'generator H2 dan C02' sebagai penghasil gas H2 dan C02. Gaspak generator merupakan suatu kit untuk sekali pakai (disposable) yang diproduksi dan dipasarkan oleh Becton, Dickinson UK Ltd.; dengan memasukkan air ke dalamnya, maka generator H2 dan C02 akan menghasilkan gas H2 dan CO2 (1, 7-9)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olav Kevin Sudja
"[Pada akhir tahun 2012 diperkirakan bahwa 3.3 juta pengungsi di dunia tinggal di kamp penampungan sementara. Persediaan bahan bakar masak kepada kamp-kamp sering kali mengalami kekurangan, sehingga penggungsi terpaksa untuk mendapatkan bahan bakar melalui penebangan liar pohon disekitar kamp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk men-design system digestasi anaerobik sebagai alternatif sumber bahan bakar. Digestasi anaerobic pada temperatur tinggi (>50°C) mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi dengan memerlukan energi agitasi lebih kecil. Design yang di ajukan oleh penelitian ini adalah sistem digestasi anaerobik semi-batch yang dioperasikan pada temperature 55°C. Design yang diajukan di modelkan menggunakan model IWA Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) pada temperatur operasi normal 35°C dan 55°C. Analisa Monte-Carlo juga dilakukan untuk menetukan kestabilan model terhadap perubahan feed masuk ke reaktor. Hasil model menunjukan bahwa digester yang dioperasikan pada temperature tinggi (55°C) menghasilkan produksi biogas lebih tinggi dengan volume reactor lebih kecil. Penelitian ini jika diterapkan dengan benar dapat menyediakan alternatif sumber bahan bakar bagi pengungsi di berbagai belahan dunia.;It is estimated by year?s end of 2012 that 3.3 million refugees across the world is living in planed/managed camp. Supply of cooking fuel by aid agencies to these camps has not always meet demands and has resulted in refugees resorting to dangerous practice of deforestation. The aim of the project is to design an alternative method of producing cooking fuel to these camps by using anaerobic digestion, anaerobic digestionconducted at elevated temperatures of (>50°C) has been observed to have faster rate of fermentation while requiring less agitation. The design proposed by the project is a semi-batch anaerobic digester operated at a temperature of 55°C. The IWA Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) was used to model the behaviour of the digesters operating at both 35°C and 55°C. While using a Monte-Carlo analysis approach, to observe the digester sensitivity to varying feed inputs. The proposed design was analysed to be cost appropriate while still producing a higher yield of biogas compared to digesters operated at lower temperatures of 35°C. If applied this design could be used to provide a healthier and more sustainable source of cooking fuel for refugee camps across the world., It is estimated by year’s end of 2012 that 3.3 million refugees across the world is living in planed/managed camp. Supply of cooking fuel by aid agencies to these camps has not always meet demands and has resulted in refugees resorting to dangerous practice of deforestation. The aim of the project is to design an alternative method of producing cooking fuel to these camps by using anaerobic digestion, anaerobic digestionconducted at elevated temperatures of (>50°C) has been observed to have faster rate of fermentation while requiring less agitation. The design proposed by the project is a semi-batch anaerobic digester operated at a temperature of 55°C. The IWA Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) was used to model the behaviour of the digesters operating at both 35°C and 55°C. While using a Monte-Carlo analysis approach, to observe the digester sensitivity to varying feed inputs. The proposed design was analysed to be cost appropriate while still producing a higher yield of biogas compared to digesters operated at lower temperatures of 35°C. If applied this design could be used to provide a healthier and more sustainable source of cooking fuel for refugee camps across the world.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paraginta Basaria
"The performance of anaerobic digestion (AD) to process organic fraction of municipal solid waste (OFMSW) can be improved with various pre-treatments. Mechanical pre-treatments, mainly chopping, have shown to be the most economical and relatively effective method to increase contact between the substrate and microorganisms. The purpose of this research was to analyze the effect of OFMSW particle size on CH4 gas formation in a laboratory-scale Biochemical Methane Potential (BMP) assay. The research was conducted for 35 days at a temperature of 35°C with three sizes of OFMSW co-digested with cow manure. OFMSW with particle sizes of 10-13 mm, 4.76-10 mm, and 2-4.76 mm produce CH4 gas with an average of 114.7+14.7 ml, 101.7+0.5 ml, and 110.9+10.8 ml, respectively, while methane yield was 0.277 L CH4/g VS, 0.208 L CH4/g VS, and 0.229 L CH4/g VS, respectively. Particle size is more likely to have an influence on the hydrolysis and acidogenesis processes, as demonstrated by the significant difference of VFA value, but not on the biogas potential. Particle sizes of 13-15 mm produce 19.25 mg VFA/L, while the size range of 2-4.76 mm produces 118.1 mg VFA/L."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:8 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Widjajanti
"ABSTRAK
Pengisian saluran akar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan endodontik Untuk maksud tersebut pengisian saluran akar dilakukan dengan bahan padat dan semen saluran akar. Mengingat dalam saluran akar yang terinfeksi banyak ditemukan mikroorganisme dan tidak mudah dihilangkan dengan tindakan sterilisaasi maka pemberian antimikroba dalam semen saluran akar dianjurkan Akan tetapi sampai sejauh mana daya antimikroba semen saluran akar terhadap tumbuh kembang biaknya kuman penyebab infeksi pulpa perlu diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba dari empat macam semen saluran akar yang banyak dipakai di Indonesia terhadap kuman anaerob. Kuman anaerob yang digunakan diperoleh dengan cara isolasi haggling dari pasien dengan infeksi pulpa pada klinik pasca FKG UL Sebelas koloni kuman kokus gram positif dan 12 koloni laiman batang gram negatif yang diperoleh dari 23 pasien diuji kepekaannya terhadap semen saluran akar Proco-Sol, Endomethasone, AH26 dan Sealapex dengan menggunakan metode cakram. Jarak zona hambat diukur dan dibandingkan. Hasilnya AH26 mempunyai daya antimikroba terbesar diikuti oleh Proco-Sol, Endomethasone dan Sealapeks, serta daya antimikroba ke empat semen saluran akar tersebut terhadap kuman kokus gram positif dan kuman batang gram negatif tidak berbeda bermakna pada batas kemaknaan p= 0,05."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>