Ditemukan 116729 dokumen yang sesuai dengan query
Miftahul Jannah
"Kekeringan merupakan bencana alam yang terjadi secara perlahan-lahan hasil dari berkurangnya curah hujan dalam jangka waktu yang lama. Bencana ini dapat berdampak sangat besar dan mencakup daerah yang luas. Mitigasi untuk menanggulangi bencana ini adalah dengan mengetahui karakteristik wilayah yang terpapar kekeringan, melalui indikator durasi, intensitas dan frekuensi kekeringan. Penilaian kekeringan menggunakan data curah hujan dari 32 stasiun hujan di Kabupaten Kebumen selama periode 1985 - 2015 menggunakan metode de Boer.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keterpaparan kekeringan tinggi di Kabupaten Kebumen cenderung berada di wilayah bagian tengah mengarah ke timur laut kabupaten, yang meliputi 15 kecamatan, yang sebagian besar berada di Kecamatan Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng dan Kebumen. Wilayah yang paling terpapar kekeringan di Kabupaten Kebumen merupakan wilayah dengan penggunaan tanah sawah irigasi 2x padi/tahun, kepadatan penduduk 500-1249 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk agraris 51-250 jiwa/km2.
Drought is natural disaster that occurs gradually, resulted from long term declines in rainfall rate. The disaster would not be realized at first, but the impacts caused could be severe. One example of countermeasure efforts is to understand the regional characteristics of the drought exposed regions. Indicators used to assess levels of exposure are the duration, intensity and frequency of droughts. Drought assessment used rainfall rate data from 32 rain stations in Kebumen during 1985-2015 period with de Boer method. The results obtained from this study indicate that high level of exposures to drought in Kebumen are distributed in the center part to the northeast part of the region. The high level of exposures covered 15 districts, and concentrated in Subdistrict Karangsambung, Karanggayam, Alian, Pejagoan, Sruweng and Kebumen. In Kebumen, the region that most exposed to drought is attributed with the paddy rice fields land use that harvested 2 times a year, a population density of 500-1249 inhabitants/km2 and peasant population density of 51-250 inhabitants/km2.;"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65312
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Silvia Dwi Wardhani
"Kekeringan merupakan bencana alam yang terjadi akibat dari kemarau panjang yang tidak terlepas dari adanya pengaruh fenomena El Nino. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas wilayah Kabupaten Kebumen terhadap bencana kekeringan. Melalui perhitungan statistik dan pemetaan data spasial, penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat sensitivitas wilayah Kabupaten Kebumen terhadap bencana kekeringan baik berdasarkan kondisi iklim selama 30 tahun (1985-2014) ataupun pada tahun 2015 memiliki tingkat sensitivitas yang sama yaitu terdiri dari tingkat sensitivitas yang 'rendah' dan 'sedang'. Akan tetapi, tingkat sensitivitas wilayah Kabupaten Kebumen terhadap kekeringan yang 'sedang' jauh lebih luas pada tahun 2015 daripada tingkat sensitivitas wilayah Kabupaten Kebumen berdasarkan kondisi iklim selama 30 tahun (1985-2014). Sehingga adanya pengaruh fenomena El Nino di Kabupaten Kebumen pada tahun 2015 tergolong kuat. Sebaran wilayah yang memiliki tingkat sensitivitas yang 'rendah' umumnya terdistribusi di bagian tengah hingga utara Kabupaten Kebumen. Sedangkan, tingkat sensitivitas wilayah Kabupaten Kebumen terhadap kekeringan yang 'sedang' umumnya terdistribusi di bagian tengah hingga selatan terutama di daerah pesisir selatan Kabupaten Kebumen.
Drought is a natural disaster that occurred as a result of the long dry that can't be separated from the influence of El Nino phenomenon. This research aims to determine the region sensitivity of Kebumen Regency against drought. Through statistical calculations and mapping of spatial data, this research reveal that level of the region sensitivity of Kebumen Regency against drought is same between based on climatic conditions for 30 years (1985-2014) and 2015 that consists of region sensitivity level of 'low' and 'moderate'. However, the region sensitivity level of Kebumen Regency on drought 'moderate' is much wider in 2015 than the region sensitivity level of Kebumen Regency based on climatic conditions for 30 years (1985-2014). So, the effect of El Nino phenomenon in Kebumen Regency in 2015 relatively strong. Distribution of areas that have region sensitivity level 'low' is generally distributed from the middle to northern of Kebumen Regency. Meanwhile, the region sensitivity level of Kebumen regency 'moderate' is generally distributed from the middle to southern, especially in the southern coastal of Kebumen Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64203
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Soraya
"Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu kecamatan sering dilanda kekeringan. Kekeringan yang melanda kecamatan ini cenderung semakin parah apabila terjadi fenomena iklim yang menyebabkan bulan kering semakin panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap kekeringan yang ada di Kecamatan Babakan Madang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah terpapar kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara dan ke selatan semakin tinggi indeks keterpaparannya sedangkan pada bagian tengah wilayah indeks keterpaparannya rendah dikarenakan penggunaan tanah pada bagian utara adalah dominan sawah sedangkan pada bagian selatan dominan hutan. Wilayah sensitif kekeringan di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke selatan semakin tinggi indeks sensitivitasnya dikarenakan jenis batuan yang berada di selatan yaitu andesit dan vulkan tidak bisa menyimpan air. Wilayah kapasitas adaptif di Kecamatan Babakan Madang membentuk pola semakin ke utara semakin tinggi indeks kapasitas adpatifnya dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak adanya pelatihan bencana. Wilayah rentan terhadap kekeringan di Kecamatan Babakan Madang didominasi oleh tingkat kerentanan sangat tinggi, semakin ke selatan indeks kerentanan wilayahnya pun semakin tinggi dan dominasi dari kelas sangat tinggi mencakup luas 6577.8 ha atau 66.63% dari luas wilayah total.
Babakan Madang subdistrict is one of the districts are often hit by drought. The drought that hit this district tend to be more severe in case of climate phenomenon that causes dry months getting longer. The purpose of this study was to determine the vulnerability of meteorological drought in Subdistrict Babakan Madang. This research method approach, Fuzzy Logic and methods of spatial analysis and descriptive. The results showed that the area exposed to drought in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the north and to the south the higher the index whereas exposure to long fetches in the middle area of lower exposure to long fetches index due to the use of land in the northern part is the dominant fields while in the southern part of the dominant forest. Drought sensitive regions in Babakan Madang subdistrict form a pattern of getting to the south the higher the index the sensitivity is due to the type of rock that is located in the southern volcanic andesite and can not store water. Territory adaptive capacities in Babakan Madang subdistrict patterning Further north the higher the index adpatifnya capacity due to high level of education but no disaster training. Region prone to drought in Babakan Madang subdistrict is dominated by a very high degree of vulnerability, the vulnerability of the region to the south of the index was higher and the dominance of very high class covers a total area 6577.8 ha or 66.63% of the total land area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65122
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sari Dwika Ratri
"Pertanian adalah sektor yang rentan terhadap perubahan iklim, salah satunya padi sawah. Penelitian ini mengkaji dampak kekeringan meteorologis terhadap pola tanam padi sawah saat terjadinya El Nino secara spasial. Dalam hal ini dikaitkan dengan kondisi fisik wilayah di wilayah kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kekeringan meteorologis saat tahun El Nino, dan dampaknya terhadap pola tanam sehubungan dengan kondisi fisik wilayah. Kekeringan meteorologis diukur menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index), sementara pola tanam diperoleh melalui citra Landsat menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan penajaman citra untuk kelembaban. Kondisi fisik wilayah yang dikaji adalah penggunaan lahan sawah, relief, bentuk lahan, dan pola drainase yang dibuat dalam satuan lahan sawah.
Hasil yang didapatkan adalah kekeringan meteorologis pada tahun 2015 lebih lemah dibanding tahun 1997. Proporsi luas wilayah dengan klasifikasi kering pada tahun 1997 mencapai 48 %, sedangkan tahun 2015 hanya 31%. Kekeringan mengakibatkan perubahan pola tanam padi sawah di kabupaten Pringsewu. Kondisi lahan sawah banyak yang bera saat El Nino menyebabkan mundurnya musim tanam utama di bulan November bergeser menjadi Desember. Kekeringan mempengaruhi persediaan air pada satuan lahan tertentu. Musim tanam lebih cepat terjadi pada satuan lahan untuk sawah berupa aluvial dan dataran dengan relief datar hingga bergelombang.
Agriculture is the sector most vulnerable to climate change, one of which paddy rice. This study examines the impact of meteorological drought on paddy rice cropping pattern when El Nino spatially. In this case associated with the physical condition of the area in the district Pringsewu. The purpose of this study is to identify meteorological drought when the El Nino and its impact on cropping patterns with respect to the physical condition of area. Meteorological drought measured using SPI (Standardized Precipitation Index) method, while the cropping pattern obtained through Landsat imagery using NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and image enhancement for moisture. The physical condition of the area studied is the use of wetland, relief, landform and drainage patterns are made in units of paddy field. The results obtained are meteorological drought in 2015 was weaker than in 1997. The proportion of an area with dry classification in 1997 reached 48%, whereas in 2015 only 31%. Drought resulted in changes in cropping pattern paddy rice in the district Pringsewu. Wetland conditions much fallow when El Nino led to the withdrawal of the main planting season in November shifted to December. Drought affects water supplies in certain land units. The planting season occurs faster in the form of paddy land units for alluvial plains with flat to undulating relief."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46013
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Soeroso Hadiyanto
2007
T39431
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aude Ilman Rasjiddin
"
ABSTRAKKekeringan merupakan suatu fenomena yang diakibatkan penyimpangan iklim atau secara umum sebagai kurangnya hujan pada suatu wilayah. Kekeringan juga berdampak pada lapisan permukaan tanah dimana kandungan air dibutuhkan untuk keseimbangan bahan organik, biota tanah, serta kelangsungan hidup vegetasi. Kondisi tersegut dikateogrikan oleh NOAA sebagai kekeringan pertanian/tanah. Penelitian ini mencari wilayah berpotensi kekeringan tanah di Kabupaten Kebumen dengan algoritma indeks kebasahan dan indeks kecerahan yang dibuat oleh Jensen dalam Chen 2014 untuk melihat kondisi bahan organik dan juga kelembaban tanah sebagai indikator kekeringan tanah pada tahun 2015, serta hubunganya dengan kekeringan meteorologis dengan metode standartdized precipitation index SPI data curah hujan 30 tahun secara statistik. Kedua indeks tersebut kebasahan dan kecerahan dihitung pada data citra satelit. Kekeringan tanah dilihat secara spasial dengan penggunaan tanah sebagai unit analisisnya melalui metode overlay. Hasil mengatakan bahwa kekeringan tanah cenderung tinggi pada penggunaan tanah sawah tanah hujan, padang rumput dan tegalan. Hubungan kekeringan tanah dengan meteorologis secara statistik tidak signifikan.
ABSTRAKDrought is a phenomenon resulting irrelevancy or climate in General as a lack of rain in the area. Droughts also impact on the surface layer of the soil where the moisture content required to balance organic matter, soil biota, as well as the survival of vegetation. Tersegut condition dikateogrikan by NOAA as drought farms land. This research finding potentially soil drought region in the District of Kebumen index algorithm with kebasahan and brightness index made by Jensen in Chen 2014 to see the condition of the organic matter and soil moisture as well as indicators of soil drought by 2015, as well as linked with meteorological drought by the method of standartdized precipitation index SPI 30 years of rainfall data statistically. Both the index wetness and brightness are calculated on the data of satellite imagery. Drought seen in spatial soil with land use as the unit of analysis through the overlay method. The results say that the dryness of soils tend to high ground on the use of rice land, pasture and moorland. Relationship of soil drought by meteorologists are statistically insignificant."
2017
S69156
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dini Daruati
"Penelitian ini mengkaji kekeringan pertanian lahan sawah di Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebaran wilayah dan pola kekeringan pertanian lahan sawah yang terjadi di Propinsi Jawa Barat dan untuk mengetahui hubungan kekeringan pertanian lahan sawah dengan karakteristik fisik lahannya. Kekeringan pertanian diperoleh meggunakan model TVI (Thermal Vegetation Index) dari pengolahan citra satelit MODIS Terra tahun 2000-2011. TVI merupakan rasio antara LST (Land Surface Temperature) dan EVI (Enhanced Vegetation Index). Faktor fisik yang dikaji adalah, curah hujan, kemiringan lereng, geomorfologi, drainase tanah, dan wilayah irigasi. Hasil yang didapatkan adalah kekeringan sangat berat tertinggi terjadi pada bulan September 2006 seluas 806.564 ha yang meliputi hampir seluruh Propinsi Jawa Barat karena pengaruh El Nino, sedangkan terendah terjadi pada bulan September 2010 seluas 101.959 ha yang sebagian besar berada di Kabupaten Subang dan Indramayu karena pengaruh La Nina. Sebaran kekeringan pada tahun 2000-2011 memiliki pola yang sama yaitu pada awal musim kering (Mei) kekeringan terjadi di bagian utara (sepanjang pantura) kemudian bertambah luas ke arah timur/selatan pada pertengahan musim kering (Juli-Agustus) lalu bertambah lagi ke arah barat pada akhir musim kering (September). Kejadian kekeringan ada hubungannya dengan kondisi fisik wilayah tetapi yang paling berpengaruh adalah curah hujan berdasarkan uji ststistik Chisquare.
This study examines agricultural drought paddy fields in West Java. The aims of this research are to know the pattern and distribution of paddy field drought in West Java and the correlation between drought and the physical characteristics. The agricultural drought is obtained from TVI (Thermal Vegetation Index) model. TVI is derived from MODIS Terra satellite image which is the ratio between the LST (Land Surface Temperature) and EVI (Enhanced Vegetation Index). Physical factors studied are rainfall slope, geomorphology, soil drainage, and irrigation areas. The most severe drought occurred in September 2006 because of El Nino, covering 806,564 ha, distributed in almost all West Java Province while the lowest occurred in September 2010 because of La Nina, covering 101,959 ha, mostly distributed in Subang and Indramayu district. Spatial distribution of drought in 2000-2011 have the same pattern at the start of the dry season (May) drought occurred in the north (along the coast) then expanded to the east / south in the middle of the dry season (July-August) and then increased further to the west at the end of the dry season (September). Incidence of drought has correlation with the physical condition of the area, but the most influential is the rainfall based on Chi-square test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T32612
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Faridatul Khasanah
"Kekeringan merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak sirkulasi musiman ataupun perubahan iklim global. Berdasarkan data dan informasi bencana Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB , Kabupaten Cilacap merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang sering mengalami kekeringan parah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara spasial bahaya kekeringan di Kabupaten Cilacap.
Tingkat bahaya dihitung berdasarkan parameter fisik dari komponen keterpaparan dan sensitivitas dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografi dan dianalisis dengan menggunakan metode overlay. Tingkat bahaya dipengaruhi oleh distribusi curah hujan, tutupan lahan, dan lereng. Semakin ke utara, jumlah curah hujan semakin tinggi, dan di wilayah tersebut tingkat bahaya termasuk kategori rendah, dan berlaku sebaliknya.
Drought is one of the phenomena that occurs as the impact of seasonal circulation or global climate change. Based on Data and Information Disaster Indonesia BNPB, Cilacap Regency is one of the districts in Indonesia that often experience severe drought. This study aims to determine the spatial hazard of drought disaster in Cilacap regency. The hazard level is assessed based on the physical parameters of exposure and sensitivity components by utilizing Geographic Information System and analyzed by using overlay method. The danger level is more affected by rainfall distribution. To the north, the amount of rainfall is higher, and in that area the danger level is low, and the other way."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68806
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nadine Grace Yusticia
"Wilayah Probolinggo di Jawa Timur memiliki perbedaan musim kering dan musim basah yang jelas antara dataran rendah dan pegunungan. Penerapan metode de Boer, Standardized Precipitation Index (SPI), dan Hari Tanpa Hujan (HTH) dalam penentuan kekeringan di Probolinggo akan diperbandingkan secara keruangan berbasis data hujan dari 55 lokasi periode 1990-2015. Melalui teknik overlay peta dan perbandingan luas, pola spasial wilayah kekeringan dari ketiga metode dibandingkan. Hasil analisis menunjukkan metode de Boer dan HTH menampilkan pola keruangan kekeringan yang bergerak dari dataran rendah ke pegunungan. Tingkat kekeringan menurut metode de Boer sebanding dengan tingkat kekeringan SPI, namun lebih basah dibandingkan tingkat kekeringan menurut metode HTH. Kekeringan menurut metode de Boer lebih sesuai dianalisis berdasarkan ketinggian, angin dan arah hadapan lereng dibandingkan dengan metode SPI dan HTH.
Regions Probolinggo in East Java having clear difference between the dry and wet seasons on the lowlands and the mountains. Implementation of the methods of the de Boer, Standardized Precipitation Index (SPI), and No Rain Days (NRD) in the determination of drought in Porbolinggo will be compared based on spatial rainfall data from 55 locations periode from 1990 until 2015. The spatial pattern of drought of the dryness methods are compared by overlay maps techniques and size of the regions. The spatial result analysis of the method de Boer and NRD showed the drought move from the lowlands up to the mountains. The level of dryness of the de Boer is comparable to the SPI drought, but more wetter than the method of drought NRD. Drought is more appropriate analysed based on the elevation, wind direction and toward front slopes according to the de Boer method than methods of SPI and NRD."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65109
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dyan Agni Mayatirtana
"Air adalah sumberdaya yang utama dalam mendukung kehidupan manusia, baik untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun sebagai pendukung kegiatan manusia. Kabupaten Bojonegoro dengan luas 230.706 ha adalah wilayah dengan kondisi perbedaan curah hujan yang cukup jelas, pada saat musim kemarau dan musim hujan. Kejadian El-Nino menjadi salah satu faktor terjadinya kekeringan yang dapat dikategorikan menjadi kekeringan meteorologis yang berakibat pada ketersediaan air yang tidak mencukupi dan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya air tersebut, pemerintah membangun Bendung Gerak Bojonegoro untuk mengalirkan air Sungai Bengawan Solo ke areal persawahan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkatan kekeringan yang terjadi dari kondisi curah hujan selama 30 tahun menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index) pada tahun El Nino (tahun 1991, 1997, 2002, 2009 dan 2015) yang dihubungkan dengan ketersediaan air Bendung Gerak Bojonegoro terhadap pola tanam tembakau. Maka didapatkan kondisi kekeringan di tahun terjadinya El Nino lebih cenderung menunjukkan peningkatan dan rata-rata mencapai puncaknya di bulan September.
Sedangkan budidaya tembakau yang di optimalkan tahun 2002 dan 2009 dengan kondisi kekeringan yang terjadi, petani masih mengoptimalkan melalui pergeseran tanam di sepanjang aliran sungai. Sedangkan di tahun 2015 di saat kekeringan sangat tinggi, maka ketersediaan air yang berkurang membuat petani lebih cenderung memperhatikan waktu tanam guna mengurangi kendala ketersediaan air atau lebih memilih mengkosongkan sementara lahan yang ada (diberakan).
Water is a key resource in support of human life, both for the fulfillment of their daily needs as well as a supporter of human activity. Bojonegoro with an area of 230 706 ha is the region with the condition of difference rainfall is quite clear, during the dry season and the rainy season. Genesis El-Nino became one of the factors of drought which can be categorized into a meteorological drought that resulted in inadequate water availability and to overcome the limitations of water resources, the government is building a dam to drain water Gerak Bojonegoro Solo River to the paddy fields.The purpose of this study was to determine the level of the drought that occurred from rainfall for 30 years using SPI (Standardized Precipitation Index) in the year of El Nino (1991, 1997, 2002, 2009 and 2015) associated with the availability of water weir Gerak Bojonegoro to pattern planting tobacco. Then obtained the drought conditions in the year of El Nino is more likely to show increased and the average peaked in September. While the cultivation of tobacco in optimizing in 2002 and 2009 with drought conditions, farmers still optimizing through shifting planting along streams and rivers. Whereas in 2015 in the time of drought is very high, the availability of water is reduced to make farmers more likely to pay attention to the time of planting to reduce water availability constraints or prefer mengkosongkan while the existing land (fallow)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46668
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library