Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibnu Rahmad Hidayat
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang faktor risiko postur janggal yang dilakukan petugas
Unit Laboratorium Puskesmas Kecamatan Kalideres saat melakukan pengambilan
darah pasien. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analitik
observasional. Hasil penelitian menunjukkan petugas Unit Laboratorium Puskesmas
Kecamatan Kalideres berada pada postur janggal saat melakukan pengambilan darah
pasien dengan posisi leher 20ᴼ extensi; lengan atas 73ᴼ ekstensi; lengan bawah
105ᴼ ekstensi; pergelangan tangan 32ᴼ flexi; dan batang tubuh 54ᴼ flexi
membungkuk ke depan. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya postur janggal
antara lain luas ruangan yang kurang; jumlah pasien terlalu banyak; jarak Petugas
dengan Objek/ Pasien terlalu dekat; derajat postur tubuh saat Sampling; pencahayaan
yang kurang; vision field melewati standar; tidak adanya kursi khusus pasien; work
height surface yang terlalu pendek.

ABSTRACT
This thesis discusses risk factors awkward postures performed Laboratory Unit
officers Kalideres sub-district Puskesmas when fetching the patient's blood. This
study is a qualitative research with observational analytic approach. The results
showed officers Kalideres Laboratory Unit District Health Clinics located in awkward
postures when fetching the blood of patients with neck position 20ᴼ extension; 73ᴼ
extension of the upper arm; 105ᴼ extension of the forearm; 32ᴼ flexi wrist; and flexi
54ᴼ torso bent forward. Factors that cause awkward postures include spacious rooms
were lacking; the number of patients is too much; Officers distance with Object /
Patient too close; Sampling current posture degrees; poor lighting; vision field for the
standard; the absence of a special chair patients; height work surface that is too short."
2016
S63797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin
"Tantangan utama unit laboratorium klinik di rumah sakit saat ini adalah melakukan efisiensi biaya terutama biaya sumber daya manusia. Di sisi lain pasien dan dokter menginginkan hasil pemeriksaan laboratorium yang lebih cepat dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan ahli teknologi laboratorium medik berdasarkan beban kerja di Unit Laboratorium Klinik Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah operational research dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis beban kerja dilakukan terhadap seluruh tenaga ahli teknologi laboratorium medik yang berjumlah 15 orang dengan metode kombinasi work sampling dan daily log. Perhitungan kebutuhan tenaga dilakukan dengan 3 metode yaitu Metode Ilyas, Metode WISN, dan Metode Full Time Equivalent. Hasil penelitian adalah dibutuhkan 18 orang tenaga ahli teknologi laboratorium medik menurut Metode Ilyas, 21 orang menurut Metode WISN, dan 17 orang menurut Metode Full Time Equivalent. Disarankan kepada Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru agar menambah 3 orang tenaga ahli teknologi laboratorium medik.

The main challenge of the clinical laboratory unit in hospitals today is to carry out cost efficiency, especially the cost of human resources. On the other hand, patients and doctors want the results of laboratory tests that are faster and more accurate. This study aims to determine the number of medical laboratory technology experts needs based on workload at the Clinical Laboratory Unit of the Santa Maria Pekanbaru Hospital. The research method used is operational research with quantitative and qualitative analysis. Workload analysis was carried out on all 15 medical laboratory technology experts with a combination of work sampling and daily log methods. Calculation of workforce needs is carried out with 3 methods, namely the Ilyas Method, the WISN Method, and the Full Time Equivalent Method. The results of research were the needs of 18 medical laboratory technology experts according Ilyas Method, 21 person according WISN Method, and 17 person according Full Time Equivalent Method. It was recommended to the Santa Maria Pekanbaru Hospital to add 3 medical laboratory technology experts. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Maya Pehulisa
"ABSTRAK
Pekerja di Laboratorium Aplikasi Makanan dan Minuman PT X wilayah Jakarta Pusat
berpotensi terkena risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs). Hal ini dikarenakan pekerja
melakukan aktivitas berulang dengan adanya penambahan beban angkut dan postur kerja
yang janggal. Untuk mengurangi keluhan MSDs, peneliti melakukan analisis faktor risiko
postur kerja dengan metode deskriptif analitik menggunakan instrumen Rapid Entire Body
Assestment (REBA), menyebarkan kuesioner terhadap keluhan MSDs dengan Nordic Body
Map (NBM), pengukuran faktor risiko individu (jenis kelamin, antropometri), pengukuran
faktor lingkungan (intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban), faktor peralatan (meja kerja).
Hasil pengukuran faktor lingkungan kerja (suhu, kelembaban, intensitas cahaya) tidak
memenuhi syarat sehingga diperlukan adanya tindakan perbaikan. Penelitian ini dilakukan
dengan metode total sampling yaitu seluruh aktivitas (7 aktivitas). Untuk hasil pengukuran
postur kerja menggunakan REBA menunjukkan 1 aktivitas berisiko sedang, 3 aktivitas
berisiko tinggi, 3 aktivitas berisiko sangat tinggi. Keluhan MSDs pekerja selama 1 minggu
dan 1 tahun terakhir, para pekerja di laboratorium aplikasi makanan dan minuman PT X
mengeluhkan dibagian leher atas, bahu kiri, lutut kanan kiri, kaki kanan kiri.

ABSTRACT
Workers at the Central Jakarta Food and Beverage Application Laboratory PT X decided
the risk of Musculoskeletal Disorders (MSDs). This is related to workers who carry out
repetitive activities with the burden carried and awkward work postures. To reduce MSD
complaints, researchers conducted a risk factor analysis of work posture with a descriptive
analytical method using the Rapid All Body Assessment (REBA) instrument, asking for a
questionnaire against MSD complaints with Nordic Body Map (NBM), measuring
individual risk factors (gender, anthropometry) Measurement of environmental factors (light
intensity, temperature, and humidity), equipment factors (work table). The results of the
measurement of work environment factors (temperature, humidity, light intensity) This
study was carried out by the total sampling method, namely all activities (7 activities). For
the results of the measurement of work posture using REBA showing 1 medium risk activity,
3 high-risk activities, 3 very high-risk activities. MSD complaints of workers for the past 1
week and 12 months, workers in the PT X food and beverage application laboratory
complained about the upper neck, left shoulder, left right knee, right left leg.

"
2019
T52954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarto
"Analisis biaya satuan menjadi penting bagi laboratorium kesehatan dikarenakan adanya peningkatan dorongan dalam pengelolaan anggaran yang tersedia untuk menjadi akuntabel, efisien dan efektif. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakana untuk menganalisis biaya satuan dan mengembangkan aplikasi perhitungan pemeriksaan laboratorium tahun 2009, metode yang digunakan adalah aclivify based costing dan operasional riset dengan bahasa pemrograman microsof't foxpro. Biaya satuan aktual terbesar adalah bidang imunologi jenis HCV Rp. 163.439,-. dan terkecil adalah bidang kimia kesehatan jenis rasa Rp. 9.591,- Biaya satuan normatif terbesar adaiah jenis air/MPN Rp. 38.348,-. dan terkecil adalah jenis pemeriksaan kesadahan CaCO3 Rp. 8.092,-. Disarankan dilakukan analisis lebih lanjut tentang strategi pengembangan pelayanan dan sistem komputerisasi untuk memproses data guna menghasilkan informasi efektif, ccpat dan akurat.

Unit cost calculation become important for of health laboratory because demand in budget management avaiable in order to be acountable and efisient, cost effective service become general concern in health service. This reserch in done at Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta to analysis unit cost and development unit aplication calculation for laboratory examination in 2009. Metode used in unit cost calculation is activity based coasting for development information tecnology supporting uses reserch opperational metode with microsoft foxpro language programing. The biggest actual unit cost in the field of imunology wich is HCV Rp. 163.439,- the smallest is in the field of health chemesrty wich is taste Rp. 9.591.-. The biggest normative unit cost while the cheapest in the field of imunulogy wich is HCV Rp.38.348,- the smallest is in the field of health chemstry wich is CaCo3 Rp. 8.092,-. lt is recomended that further research be done about strategi of service development and computerization system, to used procces the data to procedure effetive, fast and acurate information."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33233
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Nellyani
"Nama : Lita NellyaniProgram Studi : ApotekerJudul : Praktek Kerja Profesi di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Periode Bulan November Tahun 2016Praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat dilaksanakan selama tiga minggu dimulai dari tanggal 07 November sampai dengan 25 November 2016. Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi ini adalah agar calon apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinis. Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat telah melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, sedangkan pelayanan farmasi klinis yang belum dilakukan adalah pemantauan dan pelaporan efek samping obat.

Name Lita NellyaniStudy Program ApothecaryTitle Internship at Kalideres District Jakarta Barat Primary Health Period of November, 2016Internship at Internship at Kalideres District Jakarta Barat Primary Health was held at 07th November until 25th November 2016. This internship was intended to make apothecary student understand roles and responsilibities of pharmacist in primary health, understand managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools and also giving pharmaceutical care. Moreover, managerial activities pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools in Kalideres District Jakarta Barat Primary Health are appropriate with Regulation of Minister of Health No. 30 Year 2014 about Standarization of Pharmaceutical Care in Primary Health. Clinical pharmacy activities in Kalideres District Jakarta Barat Primary Health that are not done is monitoring and reporting of drugs side effect.
"
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg.

Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling serius,
masalah kesehatan di dunia dan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India
dan Cina. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa
penyakit TB penyebab kematian nomor 5 setelah penyakit kardiovaskular dan
penyakit saluran napas pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan
penyakit infeksi. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
menyerang organ pernapasan walaupun dapat mengenai organ lain. Sejak meluas
penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan pertambahan kasus TB kebal obat
(MDR-TB), masalah TB yang sebelumnya telah teratasi kembali mencuat, sehingga
pengawasan dan pemberantasan penyakit ini menjadi bertambah rumit.
Angka kesalahan (error rate) pemeriksaan laboratorium pada Mycobacterium
tuberculosis sangat mempengaruhi penemuan penderita dan pengobatan penyakit
tuberkulosis. Error rate pemeriksaan laboratorium yang tinggi berarti kemampuan
mendeteksi kurang, pemeriksaan belum dapat dipercaya hasil pelaporannya, akan
berdampak masalah penyakit tuberkulosis di masyarakat tidak terdeteksi dengan baik
dan benar, obat anti tuberkulosis tidak berhasil guna penyembuhan. Sehingga
penularan penyakit TBC tidak dapat ditanggulangi dengan baik di masyarakat.
Berdasarkan hasil laporan cross check pemeriksaan BTA triwulan I sampai IV
di Kota Tangerang tahun 2012 terjadi error rate 5,26% sampai 36,36%. Nilai error
rate yang ditoleransi dari Kementerian Kesehatan maksimal 5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja petugas pemeriksa BTA dan
determinannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain
cross sectional. Sampel pada penelitian ini 26 petugas laboratorium puskesmas yang
melakukan pemeriksaan BTA. Dari 26 petugas pemeriksa BTA terdapat 15 petugas
dengan error rate rendah dan 11 petugas dengan error rate tinggi. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuisioner dan wawancara. Dari hasil penelitian diketahui
faktor yang berhubungan dengan error rate BTA adalah sistem dan beban kerja.
Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel sistem (nilai p=0,030, OR=16,0)
berhubungan bermakna dan faktor dominan berhubungan dengan kinerja petugas
pemeriksa BTA. Disarankan kepada petugas pemeriksa BTA sistem yang ada (pmi,
menerapkan SOP) dan Dinas Kesehatan memberi pelatihan dan bimbingan intensif,
serta melengkapi kebutuhan laboratorium terutama untuk pemeriksaan BTA.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) has become one of the most seriuos health problem, health
problem in the world, and the leading cause of death in developing countries.
Indonesia is the country with the highest number of TB patients to the 3rd in the
world after India and China. Household Health Survei showed the TB diseases 5
causes of death after cardiovascular disease and respiratory disease in all age group
and the number 1 of infectious disease group. Tuberculosis is caused by
Mycobacterium tuberculosis and can attack the respiratory organs, although other
organs. Since the widespread disease of human immunodeficiency virus (HIV) and
an increase of drug resistance case of TB (MDR-TB), TB issues that previously havr
been resolved back sticking out, of control and eradication of this disease become
more complicated.
Error rate of laboratory test on Mycobacterium tuberculosis greatly affect the
detection and treatment of tuberculosis. Laboratory error rate is high means the ability
to detect less, yet reliable inspection result reporting, will impact the problem of
tuberculosis in the community are not detected properly, anti tuberculosis failed to
cure. So that transmission of TB disease cannot be addressed properly in society.
Based on the results of smear examination report cross check until the fourth
quarter in the city of Tangerang in 2012 there is an error rate of 5.26% to 36.36%.
Value of the tolerable error rate of 5% maximum Health Ministry.
The purpose of this study was to determine the error rate of smear examination and its
determinant. This study is an observational study with cross-sectional design. The
samples of the study 26 laboratory workers who perform both smear clinic. Of 26
inspectors smear contained 15 inspectors smear with a low error rate and 11 with a
high error rate. The data was collected using interviews and questionnaires. The
survey results revealed that factors related to the error rate and the BTA is a system
tool and workload. Multivariate analysis showed system variabel (p value = 0.003,
OR = 16) correlated significantly and significantly associated dominant factor related
to the performance of the examiners BTA. Suggested to the examiners BTA existing
system (pmi, implement the SOP) and the Department of Health provide intensive
training ang guidance, as well as complete laboratory requitments, especially for
smearexamination."
2013
T35169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmad Hidayat
"Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan pengujian laboratorium dan membandingkan biaya pengujian laboratorium berdasarkan tarip Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal-hal yang dianalisis adalah struktur biaya, alokasi biaya, biaya satuan dan tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penelitian ini menggunakan data historis pengeluaran antara Januari-Desember 2008. Distribusi biaya dari pusatbiaya penunjang ke pusat biaya produksi menggunakan Step Down Method.
Struktur biaya didominasi biaya operasional dan pemeliharaan sebesar 85.57% dari total biaya, 14,43% biaya investasi. Dari jumlah tersebut gaji (30.30%), bahan kimia habis pakai (19,90%), biaya insentif (9,71%) dan biaya alat operasional habis pakai (9,54%) dari total biaya. Alokasi biaya ke pusat produksi 80,38% dari total biaya, 19,62% pusat biaya penunjang. Pada pusat biaya produksi, dibagi untuk Laboratorium Teranokoko (45,12%), Laboratorium Pangan (19,55%) dan Laboratorium Mikrobiologi (l5,71%). Sedangkan pusat biaya penunjang, dibagi untuk biaya administrasi (15,60%) dan fasilitasi (4,02%).
Rata rata biaya satuan pengujian bila memasukan biaya penuh; tampa biaya investasi; tanpa biaya investasi dan gaji rnasing masing adalah sebagai berikut: di Laboratorium Teranokoko Rp. 192.449,- Rp. l65.917,- Rp. 113.310,-; di Laboratorium Pangan Rp. 216.373,- Rp. 192.479,- Rp. ll3.518,- dan di Laboratorium Mikrobiologi Rp. 97.932,- Rp. 78.144,- Rp. 47.696,-
Berdasarkan penghitungan Cost Recovery Rare bahwa total biaya pengujian pada Laboratorium Teranokoko, Pangan dan Mikrobiologi lebih bcsar daripada total biaya pengujian berdasarkan tarif atas PNBP yang berlaku di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta. Rekomendasi agar melakukan analisis biaya pengujian dan melakukan kaji ulang terhadap tarif PNBP yang berlaku. di Badan Pengawas Obat dan Makanan.

The aim of this research was to calculate unit cost of laboratory testing and to compare cost of laboratory testing based on the tariff of PNBP in Drug and Food Control Agency. The research analysed cost structure, cost allocation, unit cost and tariff of PNBP for laboratory testing. This research used expenditure data within January to December 2008. Cost distribution used Step Down Method.
The cost structure was dominated by operational and maintenance cost (85,57% of total cost), following by investment cost (14.43%). Operational and maintenance cost consist of wage cost (30.3%), reagensia cost (1 9.9%), insentive cost (9.71%), sparepart and glassware cost (9.54%). Cost allocation for production cost was 80.38% and supporting cost was 19.62% of total cost. Production cost was allocated to Teranokoko Laboratory (45.12%), Food Laboratory (19.55%) and Microbiology Laboratory (1 5.71%). Supporting cost was allocated to administration cost (15.6%) and facility cost (4.02%).
Average unit cost for each testing cost with full cost, without investment cost and without investment and wage cost ave: at Teranokoko Laboratory are Rp192,449.- Rp165,917.- Rp113,310.-; at Food Laboratory Rp216,373.- Rp192,479.- Rp113,5l8.- ; at Microbiology Laboratory Rp97,932.- Rp78,144.- Rp47,696.-, respectively.
Based on the calculation of Cost Recovery Rate, the total cost of testing at Teranokoko Laboratory, Food Laboratory and Microbiology Laboratory are higher than total cost of testing based on the tariff of PNBP in Laboratory of Drug and Food Control Office in Jakarta. It is recommended to do the analysis of testing unit cost in Laboratory and to review the tariff of PNBP in Drug and Food Control Agency.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Asnah Nurjannah
"Puskesmas adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi salah satu pilihan terdekat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki beberapa pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Poli Penyakit Tidak Menular (PTM). Pasien penyakit tidak menular pada umumnya memerlukan pengendalian kondisi yang lama atau pengobatan jangka panjang serta umumnya mendapatkan lebih dari satu macam obat. Kondisi ini menyebabkan pasien rentan mengalami Drug Related Problem (DRPs). Unit farmasi puskesmas bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi kepada pasien untuk memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pada lima pasien rawat jalan Poli PTM Puskemas Kalideres bulan Mei 2023 untuk mengetahui jenis dan angka kejadian DRP. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan penilaian DRPs dilakukan berdasarkan klasifikasi Hepler-Strand. Dari hasil kajian, jenis kejadian DRPs yang ditemukan meliputi dosis subterapetik (2), dosis berlebih (1), dan interaksi obat bersifat major (6).

Distrct health center is a first level health facility which is one of the closest options for getting health services. The Kalideres District Health Center has several health services, one of which is the Non-Communicable Diseases polyclinic. Patients with non-communicable diseases generally require long-term condition control or long-term treatment and generally receive more than one type of medication. This condition makes patients vulnerable to experiencing Drug Related Problems (DRPs). The pharmacy unit in district health center is responsible for providing pharmaceutical services to patients to maximize efficacy and minimize side effects. In this study, five outpatient with non-communicable diseases were identified at the Kalideres District Health Center in May 2023 to determine the type and incidence of DRP. Data collection was carried out retrospectively and DRPs assessment was carried out based on the Hepler-Strand classification. From the results of the study, the types of DRPs found included subtherapeutic doses (2), overdoses (1), and major drug interactions (6).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meilinda Irianti Putri
"Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) Laboratorium Dinas Kesehatan
Kota (DKK) Bukittinggi adalah satu-satunya laboratorium pemeriksaan kualitas
air Paket A dan Paket C yang ada di wilayah Sumatera Barat bagian utara yang
dimanfaatkan bukan hanya oleh kota Bukittinggi tapi juga oleh kota/kabupaten di
wilayah Sumatera Barat lainnya.
Proses pengelolaan sampel air saat ini masihdilakukan secara manual,
sehingga memakan waktu yang cukup lama mulai dari registrasi tipe pemilihan
pemeriksaan sampai dengan mengirimkan sampel kepada petugas pemeriksa
(pranata laboratorium kesehatan). Proses kegiatan yang belum terkomputerisasi
ini menyebabkan pencatatan dan pelaporan yang mendukung sistem informasi
tentang pemeriksaan kualitas air seringtidak lengkap dan tidak akurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi
pengelolaan sampel air pada UPTD Laboratorium DKK Bukittinggi agar
didapatkan bentuk formulir dan penyajian yang terkomputerisasi yang dapat
mempersingkat waktu.
Pengembangan sistem dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
terstruktur mengikuti tahapan siklus hidup pengembangan sistem. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi sistem di UPTD
Laboratorium DKK Bukittinggi. Sistem yang dikembangkan berbentuk prototype.
Sisteminformasiini diharapkanmenghasilkaninformasi yangcepat,
tepatdanakurat yang
dapatdigunakanpihakmanajemendalampengambilankeputusanuntukmelakukaneva
luasipelayanan.

District Technical Unit (DTU)Laboratory of Bukittinggi District Health
Office (DHO) is the only laboratory for water testing of Package A and Package C
in northern West Sumatera. It is not only utilized by Bukittinggi but also by
nearby areas in West Sumatera.
Water sample management is still in manual that it takes time longer
starting from registration of testing type to sending sample to examiner (pranata
laboratorium kesehatan). The process is not computerized yet, and it causes
incomplete and inaccurate reporting and recording of water quality test.
This research purposes to develop water sample management information
system in DTULaboratory of Bukittinggi DHO and to develop computerized
forms and presentation that can reduce time of process.
This system development uses structured approach of system development
life cycle (SDLC). The data collection process is by doing interview and
observation in DTU Laboratory of Bukittinggi DHO. The system is developed in
the form of prototype.
This system information is expected to produce rapid, appropriate and
accurate information that can be used by management in making decision related
to service evaluation
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>