Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Achmad Luanto
"Thermal Energy Storage (TES) dengan material Phase Change Materials (PCM) dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengurangi konsumsi energi listrik pada sistem air conditioner (AC). RT 22 HC merupakan salah satu PCM komersial yang memiliki kalor laten yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat ? sifat termal dari PCM RT 22 HC dengan penambahan nanopartikel Graphene (0,05, 0,10, 0,15, 0,20, 0,25, dan 0,30 wt%) dan memastikan kestabilan termal pada PCM/nano PCM dengan melakukan pengujian siklus termal. Kalor laten, titik leleh, titik beku, dan kalor jenis dari nano PCM RT 22 HC/Graphene dianalisis dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC), sedangkan konduktivitas termalnya diukur dengan alat KD2 Pro Thermal Analyzer. Viskositas fluidanya juga diukur dengan DV-E Brookfield Viscometer. Pengujian siklus termal menggunakan termoelektrik sebagai elemen pemanas dan pendinginnya. Penambahan nanopartikel Graphene akan meningkatkan konduktivitas termal dan viskositas fluidanya, akan tetapi menurunkan kalor laten dan kalor jenisnya. Hasil pengujian 1000 siklus termal pada PCM/nano PCM menunjukan kestabilan termal yang baik. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa PCM RT 22 HC dan nano PCM RT 22 HC/Graphene berpotensi untuk diaplikasikan pada sistem AC.

Thermal Energy Storage (TES) with Phase Change Materials (PCM) may be one solution to reduce the consumption of electrical energy in air conditioner (AC) system. RT 22 HC is one of commercial PCM with high latent heat. The objective of this study was to determine the properties of PCM RT 22 HC with addition of Graphene nanoparticles (0.05, 0.10, 0.15, 0.20, 0.25 and 0.30 wt%) and ensure the thermal stability of PCM/nano PCM by performing thermal cycling test. The latent heat, melting point, freezing point and specific heat capacity were analyzed by Differential Scanning Calorimetry (DSC) while thermal conductivity was measured using KD2 Pro Thermal Properties Analyzer device. The viscosity was also measured by DV-E Brookfield Viscometer. Thermal cycling test utilize thermoelectric as heating and cooling element. The existing of Graphene nanoparticles enhanced thermal conductivity and viscosity of PCM, however it would reduce latent heat and specific heat capacity. The test results of 1000 thermal cycle on PCM/nano PCM showed good thermal stability. Therefore, based on these results, it could be concluded that PCM RT 22 HC and nano PCM RT 22 HC/Graphene have potential to be applied in AC system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadel Prawira Erwin
"Salah satu pengembangan metode terbaru terkait alat uji siklus termal PCM adalah dengan menggunakan modul termoelektrik sebagai elemen pemanas dan pendingin. Kekurangan dari metode sebelumnya yaitu perubahan polaritas termoelektrik yang berdasarkan waktu, volume sampel yang besar dalam cartridge, kesulitan dalam mengeluarkan sampel PCM, dan membersihkan cartridge setelah digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengujian siklus berbasis termoelekrik dengan perubahan polaritasnya berdasarkan temperatur sampel PCM, membuat cartridge dengan volume yang lebih sedikit, dan juga dapat dibongkar-pasang. Metode yang baru ini diuji dengan menggunakan sampel PCM berupa beeswax dan RT44HC. Hasil dari penelitian menunjukkan metode terbaru ini dapat mencapai titik leleh dan titik beku dari sampel secara bergantian dan otomatis. Pengujian karakteristik termal menunjukkan beeswax dan RT44HC yang dapat mempertahankan temperatur leleh dan bekunya setelah pengujian 1000 siklus.

One of the most recent developments of PCM thermal cycling test method is by applying thermoelectric module as a heating and cooling element. The disadvantages of previous method were the alteration in thermoelectric polarity was based on time, large volume of sample in a cartridge, difficulty in taking out PCM samples, and cleaning the cartridge after use. This research aims to develop a method of cycling test using thermoelectric polarity was changed according to PCMs sample temperature, to build cartridge with less volume, and make a cartridge that can be disassembled. The new modified apparatus was operated over beeswax and RT44HC as PCM samples. The results of this research showed that the modified test apparatus had alternately and automatically reached melting and cooling temperature. From thermal characterization, beeswax and RT44HC is able to maintain its melting and freezing temperature after 1000 cycles, while its heat of fusion had undergone degradation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Safira
"ABSTRAK
Pemanfaatan Thermal Energy Storage atau TES menjadi salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mengatasi krisis energi. Sistem yang digunakan TES meliputi pemanfaatan kalor sensibel, laten, dan thermo-chemical, namun sistem TES dengan kalor laten dianggap paling efektif karena kemampuannya untuk menyimpan dan memancarkan energi dalam jumlah besar namun volume yang dipakai relatif kecil. Material yang digunakan pada TES laten disebut dengan phase change materials (PCM). Pada penelitian ini, PCM minyak kelapa ditambahkan dengan nanopartikel graphene untuk meningkatkan sifat termal dari PCM sebanyak 0.1 wt%, 0.2 wt%, 0.3 wt%, 0.4 wt%, dan 0.5 wt%, sehingga terbentuk menjadi komposit bio-based PCM. Kalor laten, titik leleh, titik beku, dan kalor jenis dari komposit PCM diuji dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Konduktivitas termal diukur dengan KD2 Pro Thermal Analyzer dan kestabilan termal PCM diuji dengan Thermogravimetric Analysis (TGA). Selain itu, pengujian struktur dilakukan dengan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk melihat mikrostruktur dan morfologi komposit PCM, dan Fourier Transfer Infrafred (FTIR) untuk melihat stabilitas kimiawi komposit PCM. Didapatkan bahwa penambahan graphene pada PCM minyak kelapa dapat mempengaruhi konduktivitas termal, kalor laten, kalor jenis, dan kestabilan termal.

ABSTRACT
The utilization of Thermal Energy Storage or TES become one of the developed technologies to overcome energy crisis. Systems that are used in TES include sensible heat, latent heat, and thermochemical, but TES with latent heat system is considered as the most effective due to its ability to store and release heat in large amount with relatively low volume used. Material used in latent TES is called phase change materials (PCM). In this research, coconut oil as PCM was being added with graphene to improve its thermal conductivity with mass fraction of 0.1 wt%, 0.2 wt%, 0.3 wt%, 0.4 wt%, dan 0.5 wt%. Latent heat, melting temperature, freezing temperature, and specific heat were tested with Differential Scanning Calorimetry (DSC). Thermal conductivity was measured with KD2 Pro Thermal Analyzer and thermal stability is tested with Thermogravimetric Analysis (TGA). Other than that, the structure of bio based PCM was tested with Transmission Electron Microscopy (TEM) to observe its morphology and Fourier Transfer Infrafred (FTIR) to see its chemical stability. It was obtained that graphene addition does affect thermal conductivity, latent heat, specific heat, and thermal stability of coconut oil as bio based PCM."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi
"Phase Change Material (PCM) adalah material yang dapat digunakan sebagai solusi untuk masalah krisis energi yang dihadapi dunia. Kesesuaian jenis PCM yang digunakan dan ketahanan material selama beroperasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan stabilitas termal PCM dengan melakukan pengujian siklus termal. Karakterisasi PCM meliputi beberapa pengujian yaitu DSC, FTIR, KD2, SEM-EDS dan viscometer. Pengembangan metode alat uji siklus termal untuk menguji stabilitas termal PCM telah dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan termoelektrik sebagai media pemanas dan pendingin. Sampel PCM yang digunakan pada penelitian ini adalah palm wax, soy wax dan paraffin wax.
Hasil pengujian karakteristik material menunjukkan bahwa palm wax memiliki kandungan O2 paling tinggi yaitu 18,6%. Konduktivitas termal yang dimiliki palm wax adalah 0,162 W/m°C pada suhu 65°C. Palm wax memiliki nilai panas laten pemanasan tertinggi sebesar 149.1721 J/g. Desain baru alat uji siklus termal berbasis termoelektrik dapat mengurangi waktu pengujian dan memiliki bentuk yang sederhana sehingga mempermudah mobilitas alat uji. Hasil pengujian selama 1 jam menunjukkan bahwa palm wax, soy wax dan paraffin wax memperoleh jumlah siklus terturut-turut yaitu 20, 13, 60 siklus. Karakterisasi PCM hasil uji siklus termal menunjukkan bahwa palm wax mengalami degradasi paling sedikit dibandingkan dengan material lain setelah mengalami 1000 siklus.

Phase Change Material (PCM) is a material that can be used as a solution to the problem of the energy crisis facing the world. The suitability of the type of PCM used and material resistance during operation are important factors that must be considered. The purpose of this study was to determine the characteristics and thermal stability of PCM by conducting thermal cycle testing. PCM characterization includes several tests namely DSC, FTIR, KD2, SEM-EDS and viscometer. The development of thermal cycle test method to test the thermal stability of PCM has been carried out in this study by using thermoelectric as a heating and cooling media. The PCM samples used in this study were palm wax, soy wax and paraffin wax.
The results of the testing of material characteristics showed that palm wax had the highest O2 content of 18.6%. The thermal conductivity of palm wax is 0.162 W/m°C at 65°C. Palm wax has the highest heating latent heat value of 149.1721 J/g. The new design of thermoelectric-based thermal cycle test equipment can reduce testing time and has a simple shape so as to facilitate test mobility. Test results for 1 hour showed that palm wax, soy wax and paraffin wax obtained a number of consecutive cycles of 20, 13, 60 cycles. PCM characterization results of the thermal cycle test showed that palm wax experienced the least degradation compared to other materials after experiencing 1000 cycles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Afriyanti
"ABSTRAK
Pada saat ini kebutuhan akan energi semakin lama semakin meningkat, oleh karena itu kita
membutuhkan energi yang cukup banyak. Karena kebutuhan energi yang semakin meningkat
maka untuk mengatasinya kita membutuhkan inovasi yang terbarukan. Phase Change
Material (PCM) merupakan material yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kalor.
PCM digunakan dengan pemanfaatan kalor laten pada material tersebut, material yang
tergolong sebagai PCM adalah material yang memiliki heat of fusion yang cukup tinggi.
Penelitian ini menggunakan material PCM berupa Paraffin dan bee wax.
Metode penelitian menggunakan uji DSC dan uji konduktivitas termal untuk mengetahui
karakteristik material tersebut. Pengembangan karakteristik PCM berupa paraffin dengan
penambahan nano partikel. Partikel yang didispersikan ke dalam material dasar ada 4 macam
yaitu, Fe3O4, CuO4, TiO2, ZnO dengan masing- masing variasi komposisi sebesar 5%, 10%,
dan 15%. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penambahan nano partikel CuO4 10%
pada paraffin menaikan titik leleh material dan delta enthalpy material yaitu sebesar 54.39°C
dan 372.77 J/kg.

ABSTRACT
In this modern era, energy needed are increasing, because of mani activities need energy
source. Because of the energy needed are increasing, we need a renewable energy. Phase
Change Material (PCM) is the material which used to be an energy storage. PCM used in
latent heat utilization, PCM is material wich have large heat of fusion. In this research are
used Paraffin and Bee Wax to become PCM.
In this research used two methods, DSC and thermal conductivity test. This methode used for
knowing thermal properties of the material. The material are improve with adding
nanoparticles. The nanoparticles are Fe3O4, CuO4, TiO2, ZnO with the variation of weigt
percent are 5%, 10%, and 15%. The results from adding nanoparticles to properties of PCM
are increasing the melting point and the enthalpy. Material with adding CuO4 10% has the
highest melting point and enthalpy is 54.39°C and 372.77 J/kg."
2015
S57788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Soultan Aliefiansyah
"Semakin meningkatnya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan komputasi, dan miniaturisasi perangkat komputer menyebabkan kenaikan heatflux yang dapat berakibat pada penurunan usia pakai CPU dimana 55% kegagalan pada CPU disebabkan oleh panas berlebih. Hal inilah yang mendorong penelitian dalam disipasi panas pada CPU. Eksperimen pada skripsi ini menggunakan heatsink dengan desain batik Parangkusumo sebagai fin yang menggunakan bahan tembaga dan dimanufaktur dengan 3D Printing metal. Selain itu, Eksperimen juga dilakukan dengan mengombinasikan heatsink BatiX dengan PCM RT 35 yang diinjeksikan ke dalam heatsink agar dapat lebih meningkatkan disipasi panas. Percobaan dilakukan dengan memberikan variasi beban kalor, temperatur udara dan kecepatan udara untuk mengetahui kinerja disipasi panas pada temperatur yang lebih tinggi, dan menentukan korelasi Nusselt pada fin heatsink BatiX. Eksperimen membuktikan bahwa penambahan PCM dapat menurunkan temperatur permukaan CPU hingga 8%, dan waktu setpoint naik pada kisaran 5-10%

Increasing computational capabilities and the miniaturization of computer devices have led to an increase in heat flux, which can result in a decrease in the lifespan of CPUs. In fact, 55% of CPU failures are caused by excessive heat. This has driven research in CPU heat dissipation. The experiment in this thesis utilizes a Parangkusumo batik-inspired heatsink design, with copper as the material, manufactured using 3D Printing metal. Additionally, the experiment combines the BatiX heatsink with PCM RT 35, injected into the heatsink to enhance heat dissipation. The experiment involves varying the heat load, air temperature, and airflow velocity to assess the heat dissipation performance at higher temperatures and determine the Nusselt correlation on the BatiX heatsink fins. The experiment demonstrates that the addition of PCM can reduce CPU surface temperature by up to 8% and increase the setpoint time within the range of 5-10%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prastika Dwi Agustin
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Dengan cuaca dan suhu ekstrem yang terjadi, hampir di seluruh bangunan menggunakan air conditioner untuk mendapatkan kenyamanan termal. Phase Change Material (PCM) merupakan Thermal Energy Storage (TES) dengan prinsip kerja kalor laten dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengurangi konsumsi energi akibat penggunaan air conditioner di bangunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat termal, pada material bangunan yang diintegrasikan dengan material PCM yaitu beeswax. Dengan melakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh dari penambahan beeswax ke material bangunan terhadap temperatur yang dihasilkan dan dibandingkan dengan material bangunan tanpa penambahan beeswax. Variasi dari penelitian ini adalah temperatur heater sebagai sumber panas (35, 40, 45 oC).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penambahan beeswax menghasilkan temperatur dinding dalam yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan beeswax. Dengan konduktivitas termal batako-beeswax yang didapatkan dari hasil pengujian sebesar 0,0211-0,0212 W/moC dan difusivitas komposit sebesar 2,89x10-6 m2/s. Hal ini membuktikan bahwa dengan menambahkan PCM pada material bangunan, PCM akan menyerap kalor dan panas yang akan masuk ke ruangan akan tereduksi.

Indonesia is one of the countries that has a tropical climate. With the weather and extreme temperatures occurring, almost all buildings use air conditioner to get the thermal comfort. Phase Change Material (PCM) is a Thermal Energy Storage (TES) with latent heat working principle can be an alternative in reducing energy consumption due to the use of air conditioner in the building.
The purpose of this research is to determine the characteristics of thermal properties in building materials integrated with PCM material namely beeswax. By conducting thermal properties testing to determine the effect of adding a beeswax to the building material to the resulting temperature and compared to the building material without the addition of beeswax. Variations of this research is the temperature of heater as heat source (35, 40, 45 oC).
The results of the study showed that the addition of beeswax resulted in a lower inner wall temperature compared to those not added by beeswax. With the thermal conductivity of beeswax-concrete composite obtained from the test result are 0.0211-0.0212 W/m oC and the composite diffusivity at 2.89x10-6 m2/s. This proves that by adding PCM to the building material, the PCM will absorb the heat and the heat that enter the room will be reduced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Anggraeni
"Bersamaan dengan adanya pandemi COVID-19, tren wisata alam mengalami peningkatan. Glamour camping (glamping) menjadi salah satu akomodasi wisata alam yang menjadi pilihan favorit warga kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pendinginan dan pemanasan pasif dengan menggabungkan bambu dan PCM bio-based minyak kelapa sebagai pengontrol suhu pada glamping di dataran tinggi Indonesia. Penelitian dimulai dengan melakukan pre-test pada salah satu kawasan glamping di daerah Ciwidey, Bandung untuk mendapatkan data eksisting 24 jam. Hasil data kemudian dijadikan acuan untuk melakukan eksperimen laboratorium simulasi suhu dengan model percobaan material PCM dengan bambu. Eksperimen simulasi suhu dilakukan menggunakan constant climate chamber dengan pengaturan suhu minimum dan maksimum sesuai data eksisting yang didapatkan selama pre-test. Untuk mendapatkan efektivitas pengontrolan suhu oleh minyak kelapa, digunakan dua model. Model pertama sebagai kontrol tanpa PCM dan model kedua sebagai eksperimen dengan PCM. Berdasarkan hasil eksperimen, terbukti bahwa dengan menggunakan PCM dalam bambu dapat mengontrol suhu dalam ruangan saat masa pendinginan dan pemanasan.

Along with the COVID-19 pandemic, the trend of natural tourism has increased. Glamor camping (glamping) is one of the natural tourist accommodations that is a favorite choice for city residents. This study aims to explore passive cooling and heating by combining bamboo and PCM bio-based coconut oil as a temperature controller in glamping in the Indonesian highlands. The study began by conducting a pre-test in one of the glamping areas in Ciwidey, Bandung to obtain 24-hour existing data. The data results are then used as a reference for conducting temperature simulation laboratory experiments with an experimental model of PCM material with bamboo. Temperature simulation experiments were carried out using a constant climate chamber with minimum and maximum temperature settings according to the existing data obtained during the pre-test. To obtain the effectiveness of temperature control by coconut oil, two models were used. The first model as a control without PCM and the second model as an experiment with PCM. Based on the experimental results, it is proven that using PCM in bamboo can control the indoor temperature during cooling and heating periods."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Prawiro
"Kebutuhan energi semakin meningkat dengan bertambahanya populasi manusia pada saat ini. Salah satu konsumsi energi terbesar adalah pada bidang industri khususnya pada gedung-gedung. Phase Change Material (PCM) merupaka salah satu solusi terhadap permasalahan kebutuhan energi ini. Beeswax merupakan salah satu PCM dengan kapasitas kalor yang tinggi. Material ini akan diuji dan dianalisis pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat termal dari komposit beeswax dan nanopartikel CuO. Titik leleh dan kapasitas termal dari nano-PCM akan dianalisis dengan metodologi DSC (Different Scanning Calorymeter). Titik leleh dari nano-PCM menurun sebesar 0.6,0.63,0.66,1.07,1.41oC untuk 0.05,0.1,0.15,0.2,0.25 wt % secara berurutan. Tidak ada reaksi kimia diantara beeswax dan nanopartikel CuO berdasarkan hasil dari tes FTIR. Penambahan nanopartikel CuO akan meningkatkan kemampuan perpindahan kalor dari komposit, akan tetapi menurunkan kapasitas kalor dari komposit tersebut. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, penambahan nanopartikel akan meningkatkan kecepatan penghantaran kalor dibandingkan dengan material dasar.
The demand of energy is increased in recent days. Experimental and implementation of phase change material as thermal storage is gained greater attention as solution to energy issue. Beeswax as one of phase change material with high thermal capacity is investigated in this paper. The objective of this paper is to analyze thermal properties and behaviors of beeswax-CuO Nano-PCM. The melting temperature and thermal capacity of nano-PCMs were determined by differential scanning calorimetry test. The melting temperature of nano-PCM decreased by 0.6,0.63,0.66,1.07,1.41oC for 0.05,0.1,0.15,0.2,0.25 wt %,respectively. There was no chemical reaction between CuO and beeswax based on FTIR test. Existing of CuO nanoparticles enhanced thermal conductivity of beeswax. Addition of CuO nanoparticles reduced heat capacity of beeswax. However, the change of latent heat would not cause significant effect towards the performance of beeswax-CuO. Thus, based on result, heat transfer of composite beeswax-CuO could be faster than base phase change material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Wahyu Diasmika
"Tulang tengkorak berfungsi untuk membentuk struktur kepala dan melindungi organ-organ penting di dalamnya. Keretakan tulang tengkorak dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mental, dan bahkan kematian. Polilaktida (PLA) telah menjadi salah satu bahan implan yang paling banyak digunakan untuk keretakan tulang tengkorak. Hal ini dikarenakan PLA memiliki sifat toksisitas yang rendah, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas, serta sifat mekanis yang baik. Salah satu turunan dari PLA adalah PLLA (poli(L-laktida)) dengan struktur semi-kristalin yang digunakan pada penelitian ini. PLLA tersebut perlu dilakukan alterasi supaya sifat mekanis dan sifat degradasi sesuai dengan aplikasi pelat fiksasi patah tulang kraniomaksilofasial. Bahan yang ditambahkan dalam matriks PLLA merupakan agar-agar dengan struktur amorf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh komposisi campuran yang optimal dari variasi campuran agar-agar, yaitu 4%, 8%, dan 12%. Pencampuran menggunakan metode melt-blending yaitu mencampurkan dan mengaduk bahan dalam kondisi lelehan. Sampel dicetak dengan dimensi 80×10×4 mm sesuai standar ISO 178 untuk pengujian kekuatan tekuk polimer. Sampel dilakukan karakterisasi FTIR, TGA, DSC, three-point bending UTM. Hasil karakteriasi dengan FTIR menunjukan terdapat gugus C=O, C-H simetris dan asimetris, C-O, C-COO, serta pergeseran nomor gelombang karena pengaruh suhu yang lebih tinggi. Selain itu, karakteriasi termal TGA menunjukan bahwa campuran dengan konsentrasi agar-agar yang lebih tinggi menunjukkan degradasi yang lebih besar pada suhu campuran 180°C. Suhu yang lebih tinggi juga mempercepat degradasi agar-agar dalam campuran. Hasil DSC menunjukan bahwa semakin tinggi penambahan agar-agar dalam matriks PLLA, maka titik leleh dan %Xc dari PLLA akan semakin menurun. Hal tersebut juga berdampak dengan hasil pengujian sifat mekanis, di mana kekuatan tekuk semakin menurun seiring bertambahnya agar-agar. Nilai dari kekuatan tekuk dan regangan cenderung terus menurun dari 0,87 hingga 0,35 MPa seiring dengan bertambahnya kadar agar-agar dalam matriks PLLA baik untuk T1 (160oC) maupun T2 (180oC).

The skull functions to form the structure of the head and protect the vital organs within it. Skull fractures can cause various health issues, mental disturbances, and even death. Polylactide (PLA) has become one of the most widely used implant materials for skull fractures due to its biocompatibility, biodegradability, low immunogenicity and toxicity, and good mechanical properties. The main material used is poly(L-lactide) (PLLA) with a semi-crystalline structure. The PLLA needs to be altered to achieve the appropriate mechanical and degradation properties for craniomaxillofacial fracture fixation plates. Agar-agar with an amorphous structure is added to the PLLA matrix. This study aims to obtain the optimal composition from the variations of agar-agar mixtures, namely 4%, 8%, and 12%. The mixing is done using the melt-blending method, which involves mixing and stirring the materials in a molten state. Samples are molded to dimensions of 80×10×4 mm according to ISO 178 standards for polymer bending strength testing. The samples are characterized using FTIR, TGA, DSC, and three-point bending UTM. The FTIR characterization results show the presence of C=O, symmetric and asymmetric C-H, C-O, C-COO groups, and shifts in wave numbers due to the influence of higher temperatures. Additionally, the TGA thermal characterization shows that mixtures with higher agar-agar concentrations exhibit greater degradation at a mixing temperature of 180°C. Higher temperatures also accelerate the degradation of agar-agar in the mixture. DSC tests indicate that the higher the addition of agar-agar in the PLLA matrix, the more the melting point and %Xc of PLLA decrease. This also impacts the mechanical properties test results, where the bending strength decreases with increasing agar-agar content. In the mechanical properties test, the values of bending strength and strain tend to continuously decrease with increasing agar-agar content in the PLLA matrix for both T1 (160oC) and T2 (180oC)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>