Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizqi Pandu Sudarmawan
"Indonesia memiliki potensi untuk menjadikan batubara sebagai sumber energi alternatif. Sebagian besar cadangan batubara tersebut (60%) merupakan jenis batubara sub bituminus & lignit yang memiliki kadar abu tinggi & nilai kalor rendah. Selama ini pemanfaatan domestik batubara tersebut mayoritas untuk bahan bakar boiler. Pembakaran batubara dengan kadar abu tinggi di plant berpotensi menciptakan polusi udara. Gasifikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah batubara, yang dapat menambah porsi & variasi konsumsi domestik batubara. Gasifikasi mampu menghasilkan produk gas yang lebih bersih daripada pembakaran biasa. Efek katalis dari senyawa-senyawa dalam kandungan abu memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas gas yang dihasilkan. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kandungan abu pada batubara sub bituminus Indonesia terhadap yield gas & rasio H2/CO gasifikasi batubara tanpa pirolisis terpisah. Suhu operasi yang digunakan adalah 650, 700, dan 750°C. Rasio steam terhadap batubara ditetapkan sebesar 2,7 dan waktu tinggal steam & carrier gas dalam bed batubara adalah 3,5 detik. Rasio mol H2/CO tertinggi yang dihasilkan adalah 0,581 pada suhu 650oC dengan yield gas adalah 0,011 mol/mol C.

Indonesia has the potential to make coal as an alternative energy source. Most of the coal reserves (60%) is a type of sub-bituminous coal and lignite which has a high ash content and low calorific value. During this time the majority of the domestic use of coal to fuel the boiler. Burning coal with high ash content in the plant has the potential to create air pollution and increased risk of fouling and slagging. Gasification is an alternative to give added value of coal, which can increase the portion and variety of domestic consumption of coal. Catalyzing effect of the compounds in the ash has the potential to improve the quality of the gas produced. Based on these things, this study was conducted to see the effect of the ash content on Indonesia?s sub-bituminous coal to yield Gas & H2/CO ratio in coal gasification without separated pyrolysis. The operating temperature used is 650, 700, and 750 °C. The ratio of steam to carbon is set to 2,7 and the residence time of the steam and carrier gas on charcoal bed is 3,5 seconds. The highest mole ratio of H2/CO was 0,581 with the highest gas yield was 0,011 mol/mol C at 650oC.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Diyandana Filemon
"Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar cair melalui proses Fischer-Tropsch. Agar mudah diolah menjadi bahan bakar cair, batubara harus melalui proses gasifikasi untuk menghasilkan gas H2 dan CO dengan rasio 2:1. Kandungan abu dalam batubara yang selama ini sering diabaikan, diperkirakan memiliki efek sebagai katalis terhadap reaksi-reaksi gasifikasi. Pada penelitian ini, hendak diteliti pengaruh suhu reaksi dan kandungan abu terhadap rasio mol H2/CO dan yield gas sintesis yang dihasilkan. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis sub-bituminous. Variasi kandungan abu dalam batubara dibagi menjadi dengan abu dan tanpa abu, dilakukan dengan dengan metode aglomerasi menggunakan pelarut CPO-air. Gasifikasi dilakukan dengan metode steam gasification yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, dan 750°C. Rasio kukus terhadap arang ditetapkan 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Gasifikasi batubara yang tidak diaglomerasi (kandungan abu 6%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 5,3 mmol/mol C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 1,94 pada suhu 750°C. Gasifikasi batubara yang diaglomerasi (kandungan abu tersisa 0,9%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 3,34 mmol/mol C pada suhu 750°C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 0,77 pada suhu 650°C.

Coal could be transformed to liquid fuel through Fischer-Tropsch. This process is affordable if the mole ratio of H2/CO from synthetic gas is 2:1. Ash content in coal often to be ignored, but it is predicted to has effect as catalyst for gasification reaction. In this research, the effect of operating temperature and ash content to H2/CO mole ratio and synthetic gas? yield are observed. The coal?s type in this research is sub-bituminous. The ash content will be varied to with-ash and ash-free by agglomeration method with the mixture of CPO-water as solvent. The gasification process is fed with char and steam to increase the mole ratio of H2/CO. The operating temperature varied to 650°C, 700°C, and 750°C. The steam to char ratio is 2,7 and steam?s residence time in char bed is 3,5 s. From gasification of non-agglomerated coal (ash content 6%), the highest yield of gas is 5,3 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 1,94 at 750°C. From gasification of agglomerated coal (ash content 0,9%), the highest yield of gas is 3,34 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 0,77 at 650°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aula Arief Atmojo
"ABSTRAK
Batubara sebagai sumber bahan bakar konvensional yang populer dapat dimanfaatkan menjadi sumber utama energi. Pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair dapat melalui proses Fishcer-Tropsh. Untuk kemudahan proses ini yaitu melalui gasifikasi batubara yang mana menjadi gas H2 dan CO dengan perbandingan 2:1. Namun kandungan batubara yang kurang diperhatikan akan mengganggu proses gasifikasi dan mempengaruhi kualitas dan gas sintesis tersebut. Kenyataanya kandungan abu dalam batubara dapat menjadi katalis terhadap proses-proses gasifikasi. Oleh karena itu diperlukan teknologi penghilangan kadar abu dalam batubara yaitu acid-washing/acid-leaching yang mana dilakukan pencucian batubara menggunakan asam HCl encer, melihat fakta bahwa ketersediaannya yang banyak dan merupakan pelarut yang baik dan tidak meninggalkan karboksilat dalam reaktor maupun mudah untuk ditiriskan sebagai dasar pertimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan abu dan suhu reaksi gasifikasi terhadap yield dan rasio mol H2/CO gas sintesis. Gasifikasi dilakukan dengan metode gasifikasi kukus (steam gasification) yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, 750°C dan 800°C. Rasio kukus terhadap arang, steam/C ditetapkan sebesar 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Dilakukan dua variasi gasifikasi batubara dalam satu feedstock yang masih memiliki kandungan abu (kandungan abu 5,28%) dan yang sudah dihilangkan kandungan abu, sebelum dilakukannya gasifikasi.

ABSTRACT
Coal as a popular source of conventional fuel can be utilized as major source of energy. Coal processing into conversed liquid fuel can be applied through Fishcer-Tropsh process. One of the technology that can convert coal into gas before liquid fuel is gasification. Where coal will be converted into Hydrogen and carbon monoxide gas with the ratio 2:1. Apparently, the mineral matter in coal can be a problem when it undergoes a process which can affect not only the quality of the syngas, but also the process equipment used. In reality, the ash or the mineral content in coal can act as a natural catalysts in gasification process under certain operation conditions. To this extent, we need to know the method to clean the coal from the mineral matter with acid-washing using dilute sodium chloride, knowing its availability and its efficiency as a solvent and does not leave any carboxylic traces in reactor. Thus, the conducted research is to observe and analyze the effect of mineral matter in coal and temperature reaction of gasification against the yield and mol ratio of H2/CO through steam gasification technology;where the feed is coal char and steam to increase the mol ratio of H2/CO. The operation temperatures are 650, 700, 750, and 800°C. Ratio of Steam/carbon 2,7 and the residence time of steam in char bed 3,5 seconds. With 2 feed variables, one with char (5,28%) and without char(0,8%)."
2017
S66104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaludin Martin
"Penelitian ini terdiri atas dua bagian penelitian, yaitu proses produksi karbon aktif berbahan dasar batubara sub bituminus Indonesia yang berasal dari Kalimantan Timur dan Riau dan adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif hasil penelitian bagian pertama. Karbon aktif diproduksi di laboratorium dengan menggunakan aktivasi fisika dimana gas CO2 digunakan sebagai activating agent pada temperatur aktivasi sampai dengan 950oC. Karbon aktif yang diproduksi selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas karbon aktif berupa angka Iodine dan luas permukaan. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan Timur lebih baik dibanding dengan karbon aktif berbahan dasar batubara Riau. Hal tersebut dikarenakan oleh perbandingan unsur oksigen dan karbon pada batubara Kalimantan Timur lebih tinggi daripada batubara Riau. Angka Iodine maksimum pada karbon aktif berbahan dasar batubara Riau adalah 589,1 ml/g, sementara karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan sampai dengan 879 ml/g.
Adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau serta satu jenis karbon aktif komersial dilakukan di laboratorium Teknik Pendingin dan Pengkondisian Udara Teknik Mesin FTUI. Adsorpsi isotermal dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik dengan variasi temperatur isotermal 27, 35, 45, dan 65oC serta tekanan sampai dengan 3,5 MPa. Data adsorpsi isotermal yang didapat adalah data kapasitas penyerapan karbon dioksida dan metana pada karbon aktif pada variasi tekanan dan temperatur isotermal yang kemudian di plot dalam grafik hubungan tekanan dan kapasitas penyerapan. Dari hasil penelitian didapat bahwa kapasitas penyerapan karbon aktif komersial lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau, hal tersebut dikarenakan luas permukaan dan volume pori karbon aktif komersial lebih tinggi dibanding yang lain. Kapasitas penyerapan CO2 pada karbon aktif komersial (CB) maksimum adalah 0,349 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3384,69 kPa, sementara untuk karbon aktif Kalimantan Timur (KT) adalah 0,227 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3469,27 kPa dan untuk karbon aktif Riau (RU) adalah 0,115 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3418,87 kPa. Kapasitas penyerapan CH4 pada karbon aktif CB maksimum adalah 0,0589 kg/kg pada temperatur isotermal 27oC dan tekanan 3457,2 kPa, sementara untuk karbon aktif KT adalah 0,0532 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3495,75 kPa dan untuk karbon aktif RU adalah 0,0189 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3439,96 kPa.
Data adsorpsi isotermal yang didapat selanjutnya dikorelasi dengan menggunakan persamaan model Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Dari hasil perhitungan korelasi persamaan didapat bahwa persamaan model Toth adalah persamaan model yang paling akurat, dimana nilai simpangan antara data eksperimen adsorpsi isotermal CO2 dengan korelasi persamaan model Toth adalah 3,886% (CB), 3,008% (KT) dan 2,96% (RU). Sementara untuk adsorpsi isotermal CH4 adalah 2,86% (CB), 2,817 (KT), dan 5,257% (RU). Dikarenakan persamaan model Toth adalah persamaan yang paling akurat, maka perhitungan panas adsorpsi isosterik dan adsorpsi isosterik dilakukan dengan menyelesaikan persamaan model Toth tersebut. Data panas adsorpsi dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar panas yang dilepaskan ketika adsorben menyerap karbon dioksida dan metana, sementara data adsorpsi isosterik diperlukan untuk dapat memprediksi berapa besar tekanan yang dibutuhkan dan temperatur isotermal yang harus dikondisikan untuk menyerap gas karbon dioksida dan metana dalam jumlah yang telah diketahui.

This research is consists of two main topics, first is production of activated carbon from Indonesian sub bituminous coal as raw material. The raw material is from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal. And secondly is adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon. Activated carbon was produced in laboratory with physical activation method by carbon dioxide as activating agent up to 950oC. Iodine number and surface area was used to characterize of activated carbon quality. From the research, the quality of activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is better than Riau sub bituminous coal. It caused the ratio of oxygen and carbon in from East of Kalimantan sub bituminous coal is higher than Riau sub bituminous coal. The maximum iodine number of activated carbon from Riau sub bituminous coal is 589.1 ml/g and activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is 879 ml/g.
Adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal and commercial activated carbon was done in Refrigeration and Air Conditioning Laboratory, Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Adsorption isotherms were done by volumetric method with variation of temperature is 27, 35, 45, and 65oC and the pressure of adsorption up to 3.5 MPa. Data of adsorption isotherm is adsorption capacity of carbon dioxide and methane on activated carbon with pressure and isotherms temperature variation. Data of adsorption capacity was plotted on pressure and adsorption capacity. From the research, adsorption capacity of commercial activated carbon is higher than Activated carbon from East of Kalimantan and Riau coal. It is caused; the surface area and pore volume of commercial activated carbon is higher than East of Kalimantan and Riau coal. The maximum adsorption capacity of CO2 on commercial activated carbon is 0.349 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3384.69 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.227 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3469.27 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.115 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3418.87 kPa. The maximum adsorption capacity of CH4 on commercial activated carbon is 0.0589 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3457.2 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0532 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3495.75 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0189 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3439.96 kPa.
Adsorption isotherms data was correlated with Langmuir, Toth, and Dubinin- Astakhov equation models. From the calculation, Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CO2 and calculation by using Toth equation model is 3.886% for commercial activated carbon data, 3.008% for East of Kalimantan activated carbon, and 2.96% for Riau activated carbon. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CH4 and calculation by using Toth equation model is 2.86% for commercial activated carbon data, 2.817% for East of Kalimantan activated carbon, and 5.257% for Riau activated carbon.Isosteric heat of adsorption and adsorption isostere was calculated by using Toth equation model, caused the Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov models. Isosteric heat of adsorption is needed to know the amount of heat of adsorption released when activated carbon adsorpt the adsorbate. The adsorption isostere data is needed to predict the pressure and isotherm temperature for adsorp the amount of adsorbate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
D998
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Kristanda Suwignjo
"Untuk memenuhi persyaratan bahan baku pembuatan bahan bakar cair sintetis (synfuel) melalui proses Fischer Tropsch, diperlukan proses gasifikasi batubara lignit yang menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO ≈ 2 dan yield gas yang tinggi. Metode gasifikasi kukus dapat meningkatkan komposisi H2 dalam gas sintesis. Energi aktivasi reaksi gasifikasi dapat diturunkan dengan menggunakan katalis K2CO3. Laju pemanasan terkontrol pada tahap pirolisis menentukan ukuran pori arang yang berpengaruh pada komposisi dan yield gas sintesis. Pada penelitian sebelumnya, rasio H2/CO tertinggi didapat dari kondisi suhu 750°C dan rasio massa kukus/arang 3,3 yaitu 1,682 dengan yield gas yang dihasilkan sebesar 0,60 mol/mol C.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpankan arang batubara lignit hasil pirolisis dengan laju pemanasan terkontrol yang memiliki luas permukaan pori 172,5 m2/g bersama dengan katalis K2CO3 ke dalam reaktor unggun tetap. Rasio massa kukus/arang yang ditambahkan bervariasi 2,0; 3,0; 4,0 dan suhu gasifikasi 675, 750, 825⁰C.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi reaksi gasifikasi yang sesuai untuk produksi gas sintesis bahan baku proses Fischer Tropsch adalah reaksi gasifikasi berkatalis K2CO3 pada suhu 675°C dan rasio massa kukus/arang 2,0. Kondisi ini menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO 2,07 dengan yield gas 1,128 mol/mol C (45% konversi karbon). Keberadaan katalis K2CO3, suhu reaksi gasifikasi, dan rasio kukus/arang terbukti mempengaruhi rasio H2/CO gas sintesis yang dihasilkan.

To fulfill the requirement for synfuel production raw material through Fischer Tropsch process, a lignite coal gasification technology is needed to supply high yield of syngas with H2/CO ratio ≈ 2. Steam gasification is able to increase H2 composition in syngas. Activation energy of gasification can be decreased by using K2CO3 catalyst. Controlled heating rate in pyrolysis step determines the surface area of char which will give effect to the composition and production yield of syngas. In previous research, the highest H2/CO ratio (1.68) and yield (0.60 mole/mole C) is obtained from 750 oC gasification temperature with steam/char mass ratio 3.3.
This research was done by feeding the lignite coal char from controlled heating rate pyrolysis step which has surface area 172.5 m2/g and K2CO3 catalyst in fixed bed reactor. Steam/char mass ratio used in this research is varied from 2.0; 3.0; 4.0 and the gasification temperature is varied from 675, 750, 825 oC.
The result of this research showed that the appropriate K2CO3 catalytic steam gasification condition to produce syngas for Fischer Tropsch material is at 675 oC with 2.0 steam/char mass ratio. This condition obtained syngas with 2.07 H2/CO ratio and 1.13 mole/mole C gas yield (45 % carbon conversion). The addition of K2CO3 catalyst, gasification temperature, and steam/char ratio was proved to influence the syngas H2/CO ratio.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman
"ABSTRAK
Batubara semi-antrasit, bituminus dan sub-bituminus dari Tanjung Enim,
Sumatera Selatan, telah diproses dengan metode aglomerasi menggunakan
media campuran air dan minyak goreng sawit atau minyak sawit mentah (CPO).
Kadar karbon masing-masing batubara yang mengalami proses aglomerasi
menurun, tetapi nilai kalorinya meningkat. Minyak goreng sawit sebagai media
aglomerasi dapat meningkatkan nilai kalori batubara semi-antrasit, bituminus
dan sub-bituminus masing-masing sampai 4,5%, 5,6% dan 11,1%. Sedangkan
kadar sulfur dapat diturunkan masing-masing sebesar 13,4% dan 18,75%.
Minyak sawit mentah dapat meningkatkan nilai kalori masing-masing jenis
batubara tersebut sampai 4,2%, 8,3% dan 7,1% relatif terhadap nilai kalori
batubara yang tidak mengalami proses aglomerasi. Pengujian dengan TGA
menunjukkan bahwa terjadi dekomposisi baik untuk batubara yang belum
diproses aglomerasi maupun yang telah mengalami proses aglomerasi. Sawit
mentah telah dapat meningkatkan nilai kalori batubara yang telah diproses
aglomerasi akibat persenyawaan kimia antara sawit mentah dengan batubara..
Sementara SEM memperlihatkan bahwa cairan sawit mentah telah dapat
mengisi celah antara butiran batubara sehingga terjadi ikatan yang baik

Abstract
The semi-anthracite, bituminous and sub-bituminous coals from Tanjung Enim,
South of Sumatera, were processed by using palm oil or crude palm oil (CPO)
as agglomerating oil. As a result, the carbon content decreased, while the
caloritic value increased. By adding palm oil, the calorific values of semi-
anthracite, bituminous and sub-bituminous coal increased up to 4.5, 5.6 and
11.1%. The ash content decreased to 57.28 % and 57.8 % for bituminous and
sub bituminous coals. The sulfur content decreased to 13.4% and 18.75%. On
the other hand, by adding crude palm oil, the crude palm oil, the calorific value
increased up to 4.2%, 8.3% and 7.1% for semi anthracite, bituminous and sub
bituminous coals. Thermogravimetry Analysis (TGA) showed some peaks of
coal decompotition. The CPO has influenced to increase the calorific value of
coals due to the chemical reaction between the CPO and the coals. The SEM
result showed that CPO has filled the space between the grain coal."
2006
D1221
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiki Tricayandaru
"Gasifikasi merupakan proses termokimia untuk mengkonversi bahan bakar padat seperti batubara, kayu dan biomassa lain menjadi bahan bakar gas yang terdiri dari komponen CO, H2, CH4, CO2 dan N2. Teknologi gasifikasi ini semakin diminati disebabkan harga bahan bakar minyak yang semakin mahal. Pemanfaatan batubara dengan teknologi gasifikasi diharapkan menjadi sumber energi baru dan dapat menggantikan peran bahan bakar minyak ke depannya.
Tujuan penelitian adalah mempelajari karakteristik gasifikasi batu bara subbituminous dengan menggunakan reaktor gasifikasi jenis Downdraft Fixed Bed Gasifier. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil temperatur di gasifier selama beroperasi, laju aliran (flowrate), nilai kalori (Heating Value), kandungan gas produser, Equivalence Ratio(ER) , konversi karbon, Spesific gasification Rate (SGR), Spesific Gas Production Rate (SGPR) serta efisiensi gasifikasi. Tujuan penelitian tersebut diatas dilakukan dengan memvariasikan laju udara gasifikasi (suplai udara ke reaktor).
Tahap pengujian gasifikasi menggunakan batubara dengan LHV 5668 Kkal/kg sebanyak 18 kg dengan diameter penampang reaktor 0.15 m, luas penampang reactor 0.018 m2, menggunakan varian laju udara 112,81-365,78 lpm, Equivalance ratio 0,102- 0,172. Efisiensi terbaik dari penelitian ini mendapatkan nilai 42% dengan rentang gasifikasi (waktu flame burner menyala ) 85 menit, laju gas produser 293,57 lpm, SGR 719,73 kg/h.m2, SGPR 1616,49 m3/h.m2. LHV gas produser yang didapat 1070,49 kkal/m3.
Untuk menunjang hasil gas produser lebih baik maka dilakukan pengembangan feeding door dan aplikasi gas holding tank setelah siklon.

Gasification is a thermochemistry process for converting solid fuel such as coal, wood, and biomass into another gas fuel which contains CO, H2, CH4, CO2 and N2. Gasification technology rapidly concern because of high rise of oil fuel price. Coal utilization with gasification method hopefully will become a new energy resource and can transform oil fuel in soon.
This purpose of this research is for to studyin sub-bituminous gasification characteristics with using Downdraft Fixed Bed Gasifier. Also for obtaining temperature profile at gasifier during the operation, flowrate, heating value, and producer gascontain, equivalence ratio (ER), carbon convertion, Spesific gasification Rate (SGR),Spesific Gas Production Rate (SGPR) and gasification efficiency. All of matter above are done by varying the flowrate gasification (air into reactor supply).
Gasification trial phase using coal LHV 5668 Kkal/kg with amount 18 kg, reactor wide 0,15 m, diameter of reactor 0,15 m, also using flowrate variants 112,81- 365,78 liter/min. Equivalance ratio 0,102-0,172. Best efficiency obtained 42% with gasification time (time for flame burner ignited) 85 minutes, flowrate producer gas 293,57 liter/min, SGR 679,41Kg/h.m2, SGPR 1259,40 m3/h.m2. Producer gasLHV obtained 1070,49 Kkal/m3.
In order to get the best result of gas producer, some development in feeding door and gas holding tank after cyclone has installed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37336
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahayu
"Pencampuran biomassa dengan batubara dewasa ini dianggap menjadi solusi bagi lamanya waktu penyalaan batubara dan besarnya emisi CO yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari pencampuran batubara dan biomassa tandan kosong kelapa sawit pada pembakaran di dalam kompor dilihat dari waktu penyalaan briket pemasakan, emisi CO yang dihasilkan, dan efisiensi termal pembakaran. Komposisi biomassa divariasikan pada 50%, 75%, dan 100% biomassa serta kecepatan superfisial 0,29 m/s, 0,42 m/s, dan 0,54 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan baik waktu penyalaan maupun emisi CO dipengaruhi oleh komposisi biobriket dan kecepatan forced. Waktu penyalaan tersingkat dialami oleh pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa pada kecepatan 0,42 m/s (0,5 menit). Sedangkan, emisi CO terendah didapat dari pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa dengan kecepatan 0,54 m/s (rata-rata 312,81 ppm). Serta efisiensi termal tertinggi dicapai oleh pembakaran biobriket pada komposisi 50% biomassa, (1,27%). Perhitungan entalpi pembakaran membuktikan bahwa pembakaran biobriket di semua komposisi pada kecepatan superfisial 0,54 m/s terjadi pembakaran yang lebih sempurna sehingga menghasilkan emisi CO terendah dan entalpi pembakaran tertinggi.

Nowadays, mixture of biomass and coal has been considered to solve the problem of long ignition delay and high CO emissions in coal combustion. This research aims to study combustion performance in mixture of empty palm bunches and coal concerning of its ignition delay, CO emissions, and thermal efficiency. The content of biomass in biobriquettes was varied at 50%; 75%; and 100% biomass content; and superficial air velocity at 0.29 m/s; 0.42 m/s; and 0.54 m/s.
The result showed that both ignition delay and CO emissions were influenced by biomass composition and superficial air velocity. The shortest ignition delay occured at combustion involving biobriquettes 100% biomass content with superficial air velocity at 0.42 m/s (0.5 minutes). The lowest CO emissions was obtained by burning biobriquettes 100% biomass content with 0.54 m/s superfisial air velocity (average 312.81 ppm). The highest thermal efficiency was reached by burning of biobriquettes with 50% biomass content (1.27%). Combustion enthalpy calculation showed that compared to those at low air velocity 0.54 m/s had higher enthalpy and produced lowest CO emission at all combustion runs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Justin Edgar
"Co-pyrolysis antara bonggol jagung dengan plastik polipropilena dilakukan di dalam reaktor tangka berpengaduk menggunakan gas CO2 sebagai gas pembawa karena ketersediaannya yang melimpah dan harganya yang murah. Percobaan dilakukan pada berbagai komposisi bonggol jagung dan plastik polipropilena untuk memperhitungkan pengaruh komposisi pada yield dan kualitas minyak nabati yang dihasilkan. Laju alir gas yang digunakan adalah 750 mL/menit dan laju pemanasan sebesar 5°C/menit hingga suhu mencapai 500°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield gas non-kondensibel dan char yang dihasilkan lebih banyak, sedangkan yield minyak nabati lebih sedikit dibandingkan saat gas N2 digunakan sebagai gas pembawa. Derajat percabangan molekul pada fraksi non-polar minyak nabati yang dihasilkan terbukti lebih besar dan kandungan aromatiknya lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar komersial. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Lestari
"Dekomposisi termal batubara Muaro Bungo Jambi dianalisis menggunakan TGA/DTG dengan laju pemanasan 10oC/menit menggunakan nitrogen sebagai gas pembawa. Parameter kinetika dicari dengan memakai model Arrhenius. Senyawa hasil dekomposisi dianalisis dengan menggunakan pyrolysis-GC-MS. Dari data TGA/DTG diketahui bahwa batubara Muaro Bungo Jambi merupakan batubara dengan peringkat sub-bituminus. Terdapat tiga tahap dekomposisi yang terjadi. Tahap II menentukan kualitas batubara akibat adanya perlakuan oksidatif. Reaksi oksidasi menyebabkan temperatur maksimum tahap II dekomposisi bergeser ke arah temperatur yang lebih rendah, dan menghasilkan jenis volatile matter baru. Nilai energi aktivasi (Ea) dari batubara aglomerasi yang lebih rendah meningkatkan kereaktifan terhadap oksigen yang menyebabkan terbentuknya produk dengan gugus karboksil dan alkohol lebih banyak. Walaupun tingkat oksidasi batubara aglomerasi lebih besar, tetapi penurunan sifat caking batubara tidak mempengaruhi kualitas batubara. Hal ini dapat dilihat dari nilai faktor Arrhenius yang lebih kecil, yang mengindikasikan penurunan kadar volatile matter batubara pada tahap II tidak terlalu besar. Dari analisis senyawa hasil dekomposisi, batubara dapat digunakan sebagai sumber bahan baku senyawa kimia, atau bahan bakar tidakl angsung/sekunder.

The thermal decomposition of Muaro Bungo Jambi Coal has been analyzed using differential thermal gravimetry (DTG) with nitrogen as the gas carrier. The heating rate was 10oC min-1. An Arrhenius model is established to describe the kinetics parameter of coal. Pyrolysis-GC-MS was employed to obtain information about change in the chemical compound of coal due to oxidation. The DTG result classified the coals as belonging to sub-bituminous group. There were three reaction stage of DTG curves. Stage II determined qualities of coal as the result the oxidative behaviour. The oxidation would decrease maximum temperature and produced new volatile matter. The lower value of activation energy (Ea) of aglomeration coal caused a higher degree of oxidation and obtained more alcohol and carboxyl group. The small factor Arrhenius (A) value made slight degradation quantity volatile matter but didn?t effect on coking properties of coal. From analysis of decomposition, the coal observed could be used as a chemistry source material or secondary fuel."
Depok: Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T24631
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>