Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eneng Elisnawati
"Kelelahan (fatigue) kanker didefinisikan sebagai perasaan subjektif pasien kanker yang membuat stres akibat dari kelelahan yang terjadi berbeda dari rasa lelah biasa yang dialami oleh individu yang sehat. Sedangkan, mekanisme koping merupakan suatu cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi dan beradaptasi pada stresor yang ada. Hasil penelitian pada 96 pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kelelahan (fatigue) kanker dengan mekanisme koping pada pasien kanker di Rumah Sakit Dharmais (p = 0,584, α = 0,05). Pengaruh budaya masyarakat Indonesia dalam mengahadapi stresor yang ada serta tidak seimbangnya perbedaan jenis kelamin responden dalam penelitian ini, pada akhirnya berdampak pada penggunaan koping ketika mengalami kelelahan (fatigue) kanker. Rumah Sakit Dharmais sebaiknya segera memberikan arahan kepada para perawat mengintervensi pasien kanker terkait dengan mekanisme koping dan kelelahan (fatigue).

Cancer-related fatigue is a subjective symptom experienced by patients that create stress as a result of the fatigue, which is different with other fatigue among healthy individuals. In another hand, coping mechanisms is used by individuals to confront and adapt the stressors. The result of the study in 96 cancer patients at "Rumah Sakit Dharmais" shows that there is no significant relationship between cancer-related fatigue with coping mechanisms (p = 0.584, α = 0.05). The influence of Indonesian culture to encountering stressors and imbalance of gender differences in this research, ultimately impact to coping which are used by respondents who are experiencing cancer-related fatigue. "Rumah Sakit Dharmais" should immediately provide nurses to intervene coping mechanisms and cancer-related fatigue among cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S62868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Husnul Fata
"Efek samping dari pemberian kemoterapi maupun beban penyakit kanker sering kali meyebabkan gangguan pada semua system dalam tubuh manusia serta masalah psikologis yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya fatigue pada pasien kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor yang dapat menyebabkan fatigue. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 95. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik concecituve samping. Penelitian ini menunjukkan bahwa 72,6% responden adalah perempuan dengan rerata usia 45,54 tahun, rerata kadar Hb 10,881 gr/dl, 38,9% kasus Ca Mammae, 69,5% termasuk stadium lanjut, 30,5% mendapat kemoterapi FAC, 29,5% menjalani kemoterapi lebih dari siklus 4, 55,8% fatigue ringan, 55,8% kategori nyeri sedang-berat, 82,1% kualitas tidur buruk, dan 38,9% termasuk katagori aktif minimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,05) antara kadar Hb, mual muntah, nyeri, tingkat aktivitas, depresi, dan kualitas tidur dengan fatigue. Analisis berikutnya didapatkan hasil bahwa variabel nyeri merupakan variabel yang berisiko paling besar untuk terjadinya fatigue. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kanker yang menjalan kemoterapi untuk mengurangi risiko kejadian atau semakin parahnya fatigue.

Side effect of chemotherapy and burden of cancer often cause interference with all the human body systems as well as psycological problems wich eventually can lead to fatigue in cancer patients. The purpose of the study was to identify predictor faktors that can be cause of fatigue. The method of the research applied correlation analysis with cross sectional. There were 95 respondents. Sample was taken by consecutive sampling technique. The research showed that 72,6% female respondents with 45,54 years of age in average, Hb rate 10,881 gr/dl in average, 38,9% Mammae cancer, 69,5% advanced stage, 30,5 % FAC chemotherapy, 29,5% more than 4 cycles of chemotherapy, 55,8% light fatigue, 55,8% moderate-severe pain, 82,1% bad sleep quality, 38,9% moderate nausea and fomiting, 36,8% bordeline anxiety, 62,1% no depression, and 44,2% minimal active.
The analysis showed that there was a significant relation between Hb, depression, physical activity, sleep quality, pain, nausea and vomiting with fatigue lavel of (p< 0,05). Further analysis showed that pain was the greatest risk for the occurence of fatigue. The reseacher recommends that should be to indentifying another factors that can cause fatigue in cancer patient undergoing chemotherapy to reduce risk occurrence and severity of fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, L. Rumiris
"Kanker payudara merupakan salah sam jenis kanker yang teroapat pada wanita dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Di Indonesia kanker payudara adalah kanker nomor dua tersering. dan di Rurmah Sakit Kanker Dharmais merupakan angka kunjungan tertinggi setiap tahunnya. Salah satu faktor protektif yang berperan menurunkan risiko kanker payudara pada wenita adalah menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk rnengeta.hui hubungan antara menyusui dengan kanker payudara pada pasien Rumnh Sakit Kanker Dharmais Jakarta yang berkunjung pada periode bulan Mei - Juli 2007.
Penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol dengan sampel peneiitian wanita melahirkan semua kelompok umur yang menderita kanker dan berkunjung ke poliklinik onkologi Rumah Sakit Kanker Dhannais Jakarta periode bulan Mei - Juli 2007. lumlah sampe1266 orang terdiri dari 127 orang kasus penderita kanker payudara dan 139 orang kontrol penderita kanker lainnya. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara o1eh perawat yang telah diberikan penjelasan mengenai daftar pertanyaa-pertanyaan da1am kuesioner. Data diuji dengan unconditional logistic regressiQu dengan program Stata versi 7,0.
Hasil penelitian diperoleh : proporsi responden yang menyusui selama >6 bulan sebesar 75,19 0/0, sisanya 24,81% menyusui selama 0 - 6 bulan; karakteristik responden rata-rata berumur 46,5 tahun, usia m£l1larche 13,5 tahun dan usia saat paritas pertama 25 tahun. Rata-rata jUn1Iah paritas adalah 2,5 kali dan rata~rata jumlah anak yang disusui adalah 2/6 anak. Rata~rata lama menyusui tiap anak adalah 12.04 bulan dan rata~rata lama menyusui sepanjang hidup adalah 32,62 bulan.
Disimpulkan terdapat hubungan dosis respon antara lama menyusui dengan risiko kanker payudara yaitu sema"kin lama menyusui sernakin kecil risiko untuk menderita kanker payudara. Hasil penelitian juga menunjukkan efek protektif lama menyusui tiap anak selaroa>6 bulan terhadap penurunan risiko kanker payudara setelah dikontrol dengan variabel umur, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia saat menarche, jumlah paritas dan usia saat paritas pertama dengan (OR Adjusted 0,43; 95% CI : O.24~OJ80;). Efek protektif ini lebih kuat pada wanita postmenopause dibandingkan wanita premenopausal pada responden yang menyusui tiap anaknya selama >6 bulan (OR Adjusted ~ 0,14; 95% CI ; 0,03 ... 0,62) setelah dikendalikan dengan variabel umur, usia saat menopause. jumlah paritas dan usia saat paritas pertama. Disarankan pada wanita yang pemah melahirkan untuk menyusui tiap anaknya >6 bulan untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara.

Breast cancer is cancer found in women and poses serious health problem. it rank second as the most frequent cancer and usually fatal. In Indonesia, among other cancers. breast cancer ranks second in frequency and Dharmais Cancer Hospital has highest visit each year. One known protective factor of breast cancer is breastfeeding. The aim of this study is to understand the association between breastfeeding and breast cancer among Dharmais Cancer Hospital patients in May - July 2007 period.
The study employs case-control design with sampJes of delivered mothers at all age groups who visit oncology polyclinic Dhannais Cancer Hospital during May - July 2001 period. Total sample was 266 consisted of 127 breast cancer patients and 139 other cancer controls. Primary data were coHected through interview conducted by nurse who had been explained about the questionnaire. Data were tested using unconditional logistic regression using Stata version 1.0.
The results shows that proportion of respondents who breastfed between 0--6 months was 75.190/0, 24.81% for breasfed for >6 months; average age of respondent 'WaS 46.5 years. average menarche was 13.5 years. and average first parity age of 25 years. Average parity was 2.5 times and average number of breastfed children was 2.6 children. The average duration of breasfeeding was 12.04 months and average longlife duration of breastfeeding was 32.62 months.
It is concluded that there is a significant relationship between breastfeeding and breast cancer among those who has average breastfeeding of >6 months after controlled by age, famity cancer history. menarche age, parity, and first parity age with adjusted OR of 0.43 (95% CI : 0.24-0.80). The study also concludes that breasfeeding has stronger protective effect among postmenopausal women with adjusted OR of 0.14 (95% CI : 0,03 - 0,62) after controlled by age, menopause age, parity. and first parity age. It is suggested that every mothers should breastfeed their children at least 7 months to reduce the risk of breast cancer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Pramudita
"Ketidaknyamanan seringkali dirasakan pasien kanker payudara seiring perjalanan penyakit dan efek samping pengobatan. Kesejahteraan spiritual dianggap dapat menjadi mekanisme koping dalam menghadapi situasi sulit sehingga dapat membantu meningkatkan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan. Desain penelitian berupa analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Studi ini menggunakan kuesioner SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) dan PKKP (Pengkajian Kenyamanan Kanker Payudara). Hasil penelitian menunjukkan 52,2% responden memiliki kesejahteraan spiritual tinggi serta terdapat proporsi yang imbang antara responden yang merasa nyaman dan yang tidak nyaman. Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan pasien kanker payudara dengan p-value 0,007 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi aspek penting dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien kanker payudara.

Discomfort is often felt by breast cancer patients along with the course of the disease and the side effects of the treatment. Spiritual well-being is considered to be a coping mechanism in dealing with difficult situations so that it can help increase comfort. This study aims to identify the relationship between spiritual well-being and comfort. The research design is analytic correlation with a cross-sectional approach, involving 92 respondents selected by consecutive sampling technique. This study used the instrument of SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) and PKKP (Breast Cancer Convenience Assessment) questionnaires. The results showed that 52.2% of respondents had high spiritual well-being and there was an even proportion of respondents who felt comfortable and those who were uncomfortable. The results of the chi-square test found that there was a relationship between spiritual well-being and the comfort of breast cancer patients with a p-value of 0.007 (p <0.05). It can be concluded that spiritual well-being is an important aspect of nursing care to increase the comfort of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandjung, Rini Agustien
"Latar Belakang: Akhir-akhir ini peristiwa epigenetik turut berperan menjadi penyebab keganasan. Peristiwa epigenetik meliputi metilasi DNA dan modifikasi histon. Gen penekan tumor adalah salah satu golongan gen yang merupakan target utama kcrusakan DNA. Contohnya gen penekan tumor dapat tidak berfungsi karena termutasi, termetilasi dan mengalami LOH (Loss of heterozygosity), gen WRN adalah termasuk gen penekan tumor. Gen WRN termutasi pada penyakit Werner Syndrome, gen WRN yang terletak pada kromosom 8p 11.2-12 sering mengalami LOH dan pada lokus genetik ini terdapat pada pasien usia muda kanker payudara, laporan terakhir mcnyatakan bahwa gen WRN dapat mengalami metilasi, semua kejadian pada gen WRN tersebut dapat mengarah ke kanker.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik status gen WRN yang temietilasi pada pasien kanker payudara di Rumah sakit Kanker Dharmais dan hubungan gen WRN yang termetilasi tersebut dengan ekspresi mRNA nya.
Desain: Analitik.
Metode: Jaringan segar kanker payudara di isolasi sehingga didapat DNA dan RNA. Untuk mengecek kualitas DNA yang didapat dilakukan PCR konvensional dengan primer Interferon-Gamma. Dilanjutkan perlakuan sodium bisuliit, untuk mengkonversi sitosin yang tidak termetilasi menjadi urasil sedangkan sitosin yang termetilasi tetap menjadi sitosin. Primer myod-1 untuk megecek hasil perlakuan sodium bisuliit kemudian dilakukan teknik MSP dengan masing-masing Primer metilasi dan Primer tidak metisi. RNA yang didapatdi reverse rranscripiase menjadi cDNA kemudian di perlakukan bersama cDNA B-actin diperiksa dcngan Real Time PCR. Uji Mann- Whitney U dipakai untuk menguji hubungan antara gen WRN yang termetilasi dengan ekspresi mRNA dan uji Fisher untuk menguji hubungan antara gen WRN yang temietilasi dcngan data klinik meliputi usia penderita, hasil pemeriksaan lmmunohistokimia (ER, PR, IIer2, p53) dan TNM.
Hasil: Gen WRN yang termetilasi sebanyak 9 sampel dari 60 sampel (l5%). Ekspresi mRNA yang dapat dinilai datanya sebanyak 49 sampel dari 60 sampel (8 I ,67%) dan Rasio ekspresi WRN terhadap B-actin sekitar 0,00 hingga 27,75.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara gen WRN yang tcrmetilasi dengan ekspresi mRNA dengan P = 0,61 dan tidak ada hubungan antara gen yang termetilasi dengan data klinik yang terdiri dari hasil pemeriksaan ER, PR, Her2, Triple negatif, p53, dan TNM, tapi ada hubungan yang signiiikan antara usia pcnderita yang muda (dibawah dan sama dcngan 40 tahun) dengan gen WRN yang termctilasi dengan P = 0,02.

Background: Epigenetic events including DNA methylation and histone modifications contribute to the cause of malignancy. Tumor suppressor genes belong to class of genes which may be subjected to DNA damage or modification. For instance, tumor suppressor gene may be inactivated by mutation, methylation and LOH ( Loss of heterozigosity), the WRN gene is an example of tumor suppressor gene. Mutated in the premature aging Werner syndrome, WRN gene is located on chromosome 8p 11.2-12. Futhermorc, L01-I in this genetic locus is found in a subset of early onset breast cancer patients. Recent report also indicated that WRN gene may be susceptible to methylation. These data suggest that WRN gene inactivation may lead to cancer.
Objective : This study aims to examine the characteristic of a methylation status of WRN gene in breast cancer patients at Dhamiais National Cancer Hospital and the relationship between WRN gene methylation with its mRNA expression.
Design: Analytical.
Methods: DNA and RNA were isolated from archieved frozen breast cancer tissue sample. DNA quality was checked by PCR amplification of Interferon gamma gene. To determine promoter methylation, DNA was treated with bisultite to distinguish methylated cytosine from unmethylatated ones. The quality of converted DNA was determined by amplification of Myod-1 locus with contain cytosine rich sequences that are susceptible to uracil conversion upon bisultite treatment. Subsequently, WRN methylation was determined using Methylation Specific PCR (MSP) using 2 set of primers recognizing either methylated or unmethylated WRN sequence. WRN expression was determined bythe level of cDNA upon conversion of total, RNA using reverse transcriptase. Expression of WR.N was calibrated to B-actin expression using Real-Time PCR and Pffafl method. Mann-Whitney U test was used to examine the relationship between WRN gene methylation and its mRNA expression. Fisher test was used to examine the relationship between WRN gene methylation status with clinical data include age, lmmunohistokimia test (ER,PR,I-ler2,p53) and TNM.
Results: WRN gene is methylated in nine samples out of 60 samples (I5%). mRNA expression data was assessed from 49 samples out of 60 samples only (8l,67%). Although there is a trend of mRNA silencing in methylated WRN gene, the relationship does not reach statistical significance. WRN expression ratio of B- actin around 0,00 to 27,75.
Conclusion: There is no relationship between the WRN gene methylation and mRNA expression, P = 0.61 and no relationship between the WRN gene methylated with clinical data that consists of ER, PR, Ht-:r2, Triple negative, p53, and TNM. Interestingly, WRN methylation was found more frequently in early onset breast cancer patients, P=0,02.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulhaeriah
"Fatigue adalah salah satu masalah yang paling sering terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Berbagai terapi nonfarnakologi disarankan untuk mengurangi fatigue salah satunya adalah Relaxation Breathing Exercise (RBE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas RBE pada fatigue penderita kanker ginekologi yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment with pre-post test control group. Sebanyak 42 pasien yang diperoleh secara consecutive berpartisipasi dalam penelitian ini, 21 dimasukkan dalam kelompok RBE 4 kali dan 21 dalam kelompok 2 kali. Skor fatigue pasien akan diukur dengan menggunakan kuesioner Piper Fatigue Scale. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Repeated-ANOVA dan Independent t-test dengan tingkat kemaknaan  < 0,01. Penelitian ini menemukan penurunan yang signifikan (p < 0,01) pada skor fatigue rata-rata di kedua kelompok (kelompok RBE 4 kali 3,29 ± 0,59 dan kelompok RBE 2 kali 4,19 ± 0,61) pada hari terakhir intervensi. Namun kelompok 4 kali RBE menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok 2 kali RBE (Selisih mean = 0,91; 99%CI = 0,41 - 1,41; p = 0,001). RBE yang dilakukan 4 kali sehari lebih efektif mengurangi fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Peran perawat diperlukan untuk membantu pasien meminimalkan fatigue yang dialami salah satunya dengan mengajarkan terapi nonfarmakologi yang efektif seperti RBE.

Fatigue is one of the most common problem experienced by patients undergoing chemotherapy. Some non-pharmacological therapies have been suggested to alleviate the problem such as Relaxation Breathing Exercise (RBE). This research aimed to determine the effectiveness of the RBE on the fatigue suffered by gynecological cancer patients undergoing chemotherapy. This study used a quasy randomized-controlled trial with pre- and post-test design. Forty two patients were consecutively sampled, 21 were assigned to RBE four times a day group and 21 to RBE two times a day group. Fatigue score were measured every day for seven days from both groups using Piper Fatigue Scale. The data obtained were analyzed using repeated-ANOVA and independent t-test with significant level α<0.01. This study found significant decreases (p < 0.01) of mean fatigue scores on both groups (RBE four times in a day group = 3.29 ± 0.59 and RBE two times in a day group = 4.19 ± 0.61) after the completion of the intervention. However, the RBE four times a day group shown a larger decrease on fatigue score compared to the RBE two times a day group (Mean Difference = 0.91; 99%CI = 0.41 - 1.41; p=0.001). Four times RBE in a day is more effective in relieving fatigue on cancer patients undergoing chemotherapy. Nurses' role is necessary to help patients in minimizing their fatigue by guiding the patient to perform an effective non-pharmacological therapy such as the RBE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Ermawati Putri
"Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker yang sedang menjalani hospitalisasi, sehingga memerlukan manajemen nyeri yang dilakukan secara tepat oleh tenaga kesehatan terutama perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker oleh perawat di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melibatkan 76 perawat yang ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 48.68% perawat sudah memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik serta 60.5% perawat sudah menerapkan dengan baik manajemen nyeri pada pasien kanker di rumah sakit tersebut. Namun, dari hasil uji Chi Square didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan penerapan manajemen nyeri pada pasien kanker (p= 0.85, α= 0.05).
Penelitian ini memberikan implikasi sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya, terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawat terkait manajemen nyeri kanker.

Cancer pain is the most articulated grievances by undergoing hospitalization cancer patients, so they require pain management by health workers properly, especially nurses. This research aims to identify the relationship between knowledge and attitudes with the implementation of cancer pain management among nurses in Dharmais Cancer Hospital. This research used cross sectional design by involving 76 nurses who had been chosen by total technical sampling.
The result showed that 48.68% of nurse had good level of knowledge and attitude, and 60.5% of nurses implemented cancer pain management well. However, the Chi Square test result revealed that there was no relation between level of knowledge and attitude with the implementation of cancer pain management (p= 0.85, a= 0.05).
This research showed implication as starting data for the next research, especially which related to the influencing factors of knowledge and attitude of nurse towards cancer pain management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Fauziah
"ABSTRAK
Luka kanker merupakan salah satu dampak dari perkembangan sel kanker dimana luka kanker dapat menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan, salah satunya nyeri sehingga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian adalah untuk mengatahui hubungan nyeri dengan kualitas tidur pada pasien luka kanker. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan sampel 76 pasien, diambil di RSKD Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur buruk lebih banyak terjadi pada pasien yang memiliki skala nyeri sedang-berat (93.1%). Sedangkan presentase nyeri sedang-berat pada pasien yang memiliki kualitas tidur baik hanya 6.9%. Namun hasil uji fischer exact menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri dengan kualitas tidur (p: 0.301, α: 0.05). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penelitian selanjutnya yang membandingkan nyeri dan kualitas tidur pada pasien rawat inap dengan pasien rawat jalan di RSKD Jakarta.

ABSTRACT
Fungating malignant wound is one of the impacts of cancer cell growth that the wound would cause many discomforts and one of them is pain that effects on poor quality of life. The aim of this research was to identify the relationship between pain and sleep quality in cancer patients with fungating wound. This research design used cross sectional study with 76 samples that recruiting in RSKD Jakarta. The instrument used the Numeric Rating Scale (NRS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The result showed that poor quality sleep is more common in patients who had moderate to severe pain scale (93.1%) while the percentage of moderate to severe pain in patients who had good quality sleep was only 6.9%. However, fischer exact test results stated that there was no a significant relationship between pain and sleep quality (p: 0.301, α: 0.05). The result of this study recommended the importance of pain and quality of sleep in patients hospitalized with outpatients at RSKD Jakarta.;;"
2016
S65752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri Chairunnisa
"Doksorubisin merupakan salah satu terapi antikanker yang termasuk golongan antrasiklin, memiliki aktivitas klinis pada penyakit kanker payudara. Doksorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik akibat pembentukan doksorubisinol selaku metabolit utamanya. Salah satu metode biosampling terbaru yaitu volumetric absorptive microsampling memiliki berbagai kelebihan yaitu pengambilan darah secara finger prick, tidak dipengaruhi oleh hematokrit, dan dapat disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis doksorubisin dan mengetahui reaksi obat merugikan kemoterapi berbasis doksorubisin. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>396,9 untuk doksorubisin; m/z 546,22>398,9 untuk doksorubisinol; dan m/z 528,5>362,95 untuk daunorubisin. Nilai LLOQ yang diperoleh adalah 8 ng/mL untuk doksorubisin dan 3 ng/mL untuk doksorubisinol dengan linearitas 0,9904 untuk doksorubisin dan 0,9902 untuk doksorubisinol. Hasil analisis mendapatkan rentang kadar terukur untuk doksorubisin sebesar 9,47 – 87,84 ng/mL serta rentang kadar terukur untuk doksorubisinol sebesar 4,24 – 54,02 ng/mL. Dosis kumulatif doksorubisin pada pasien sebesar 47,93 – 346,09 mg/m2, hal ini menunjukkan bahwa risiko seluruh pasien terkena kardiomiopati di bawah angka kejadian 4%. Pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri setelah kemoterapi doksorubisin terdiri dari penurunan fraksi ejeksi <10% dan ada 3 pasien yang mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri >10%. Alopesia merupakan reaksi obat merugikan subjektif yang paling banyak dirasakan pasien diikuti dengan mual dan muntah. Hasil uji hubungan menunjukkan adanya tidak signifikan antara kadar doksorubisin dan doksorubisinol terhadap reaksi obat merugikan pada pasien kanker payudara. Terdapat hubungan signifikan pada kadar doksorubisin terhadap dosis kumulatif dan waktu pengambilan sampel pasien.

Doxorubicin is an anticancer therapy belonging to the anthracycline class, which has clinical activity in breast cancer. Doxorubicin can cause cardiotoxic effects due to the formation of doxorubicinol as its main metabolite. One of the newest biosampling methods, namely Volumetric Absorptive microsampling, has many advantages, namely blood collection by finger prick, not affected by hematocrit, and can be stored at room temperature. This study aims to analyze doxorubicin and determine the adverse drug reactions of doxorubicin-based chemotherapy. The multiple reaction monitoring (MRM) value is set at m/z 544.22> 396.9 for doxorubicin; m/z 546.22>398.9 for doxorubicinol; and m/z 528.5>362.95 for daunorubicin. The LLOQ values ​​obtained were 8 ng/mL for doxorubicin and 3 ng/mL for doxorubicinol with a linearity of 0.9904 for doxorubicin and 0.9902 for doxorubicinol. The results of the analysis showed that the measured concentration range for doxorubicin was 9.47 – 87.84 ng/mL and the measured concentration range for doxorubicin was 4.24 – 54.02 ng/mL. The cumulative dose of doxorubicin in patients was 47.93 – 346.09 mg/m2, this shows that the risk of all patient developing cardiomyopathy is below the incidence rate of 4%. Patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction after doxorubicin chemotherapy consisted of a decrease in ejection fraction <10% and there were 3 patients who experienced a decrease in left ventricular ejection fraction >10%. Alopecia is the most common subjective adverse drug reaction experienced by patients, followed by nausea and vomiting. The results of the relationship test showed that there was no significant relationship between doxorubicin and doxorubicinol levels on adverse drug reactions in breast cancer patients. There is a significant relationship between doxorubicin levels and cumulative dose and patient sampling time.xv,"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Indah Pertiwi
"Kanker payudara banyak diderita perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengetahuan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan pasien kanker payudara dengan desain penelitian deskriptif sederhana. Responden berjumlah 80 orang secara non probability convenience sampling. Mayoritas responden berpengetahuan baik tentang pengetahuan umum, faktor risiko, tanda gejala, skrining serta perawatan, sedangkan mengenai pengobatan masih kurang. Respon awal saat menyadari perubahan payudara diantaranya tidak bertindak, bercerita, mencari pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan alternatif, dan herbal. Keterlambatan pemeriksaan dialami sebagian besar responden. Suami menjadi pilihan terbanyak saat diskusi awal. Dokter bedah dan fasilitas kesehatan pemerintah menjadi pilihan terbanyak saat pemeriksaan awal. Perawat perlu meningkatkan edukasi kanker payudara pada perempuan dan pasien kanker payudara.

Breast cancer occurs to many women. This study aimed to describe the knowledge and health care seeking behavior of breast cancer patients with simple descriptive research design. The respondents were 80 who are chosen by non probability convenience sampling. Majority of respondents have good knowledge about the general knowledge, the risk factors, the signs and symptoms, the screening and nursing care, but they lack about the treatment. The initial responses when there were changes in their breast included no action, telling somebody, seeking health care, getting alternative medicine and herbal. The delayed diagnosis experienced by most of the respondents. The husband became the largest selected person for the initial discussion. The surgeons and the government?s health facilities were chosen by most respondents at the first examination. Nurses need to improve the education provision about breast cancer to women and the breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>