Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fiyonda Kokarkin
"ABSTRAK
Arsitektur sebagai sebuah profesi yang terus mencari pendekatan baru dalam merancang sering melihat kepada dunia alam. Aspek yang diperhatikan tidak terbatas pada keindahan dan estetikanya saja, melainkan mekanisme dan strategi yang digunakan berbagai model alam untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya. Biomimicry merupakan sebuah metode perancangan yang meniru strategi dan proses alam ini, dengan tujuan akhir menciptakan produk atau kebijakan yang teradaptasi dengan baik dalam jangka panjang. Umumnya biomimicry digunakan sebagai sebuah metode perancangan untuk meningkatkan kualitas sustainability sebuah desain. Namun, apakah semudah itu mereplikasi model alami menjadi sebuah komponen desain. Proses perubahan model alami menjadi sebuah bentukan desain dalam biomimicry dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ?knowledge? pemahaman unsur alami yang di teliti, ?abstraction? proses deduksi informasi yang terkastndung di dalam unsur alam dan ?application? proses transfer prinsip organisme alam kepada komponen perancangan. Bagaimana seorang arsitek berfikir dan mengadaptasikan prinsip prinsip yang didapati pada melalui proses biomimicry menentukan bagaimana hasil desain mereka. Proses abstraction menjadi bagian yang paling menentukan dalam proses perancangan ini, karena berperan sebagai media transisi antara model alami menuju model arsitektural. Hasil abstraksi dalam biomimicry pada akhirnya dapat membantu perancang mencari sudut pandang baru dalam menyelesaikan sebuah permasalahan ataupun meningkatkan performa sebuah solusi lampau.

ABSTRACT
Architecture in practice continues to look for new approaches in design where nature oftenly becomes the object of observation. What designers tend to look in nature does not stop at its beauty and esthetics, however it continues towards its mechanics and strategy. Finding secrets used by nature in order for it to strive. Biomimicry is a design method that uses this principle, where it looks towards emulating various strategy and principles used by nature. Having the ultimate goal of creating products, process and insights to well adapted solutions for the long term. Commonly biomimicry is used a method to increase the sustainability of a design, however is it truly that simple to replicate nature to design?. The process to transform natures model into a form of design consist of three stages, ?knowledge? the idenfication of natures entity, ?abstraction? the deduction of biological information and ?application? the transfer of natures principles into architectural component. The train of thought of an architect and how he adapts the principles given by nature through biomimicry becomes the margin to evaluate their design. Abstraction has a vital role as a whole as it becomes the media of transition between nature towards architecture. The result of abstraction within biomimicry ultimately aids the search of a new point of view to solve an issue or it might even help to increase the performance of a preceding solution."
2016
S65130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviar Mahmud
"Arsitektur terbukti merupakan bidang interdisiplin ilmu. Biomimikri merupakan bidang yang menggabungkan dunia perancangan dengan dunia biologi. Melalui pendekatan biomimitik, tulisan ini ingin menjelajahi hubungan antara alam, manusia, dan arsitektur. Dalam kajian ini, penulis mencoba untuk memahami peran arsitektur di dalam konteks bagaimana manusia mengalami alam melalui indra pengelihatan dan pendengaran dengan melakukan proses perancangan arsitektur memakai pengetahuan yang disediakan oleh neuroscience. Tulisan ini juga akan menguji produk arsitektur yang lebih luas cakupannya seperti urban design dan perancangan ruang luar melalui kaca mata biologi dan sebaliknya untuk mengekspose kelayakan metode ini.

Architecture is proven to be an interdisciplinary field. Biomimicry is the one that merges the world of design and the world of biology. Using biomimietic approachment, this paper wants to explore the relationship between nature, human, and architecture. Within this research, author is trying to learn the role of architecture in the context of how human percieve nature through their senses using audio and visual senses as starting point by doing the architecture design process with the knowledge provided by neuroscience. This paper also examines some wider-scope product of architecture like urban design and exterior design through the perspective of biology and vice versa to exspose the reliability of this method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Priya Alfarizqi Baskara
"Proyeksi jumlah penduduk dalam beberapa waktu kedepan akan terus meningkat. Di sisi lain, elemen karbon yang tersedia pun dalam kondisi yang terbatas, sedangkan kebutuhannya dalam aspek material bangunan selalu ada. Dua hal tersebut memiliki dampak terhadap bidang arsitektur, seperti pertambahan jumlah penduduk yang mempengaruhi kebutuhan ruang dan peningkatan permintaan material. Dari dua permasalahan yang ada, titik fokusnya adalah material beton yang masih diminati memiliki kontribusi dalam emisi karbon. Dengan pendekatan biomimicry, permasalahan tersebut dapat diatasi. Tujuan skripsi ini adalah menjelaskan peran biomimicry untuk menghasilkan beton yang lebih ramah lingkungan. Metode yang digunakan adalah analisis komparatif antara beton konvensional dan beton biomimicry. Hal yang di bandingkan dari dua kelompok beton tersebut adalah adalah nilai embodied carbon (kg CO2e / m3). Dengan melihat komposisi beton biomimicry, maka nilai embodied carbon akan merepresentasikan pengaruh biomimicry pada beton. Dari hasil yang didapat, ditemukan jenis beton biomimicry yang memiliki nilai embodied carbon lebih rendah dari beton konvensional (388 kg CO2e / m3) seperti self-healing concrete (379 kg CO2e / m3). Namun, ditemukan pula beton biomimicry yang memiliki nilai embodied carbon yang lebih tinggi dari beton konvensional seperti beton dengan serat wortel (770 kg CO2e / m3). Kesimpulannya adalah beton biomimicry dapat dijadikan alternatif dari beton konvensional karena lebih ramah lingkungan yang dindikasikan oleh nilai embodied carbon yang rendah.

The predicted population will grow rapidly. On the other hand, the accessible carbon elements are in finite supply, although the need for construction materials is constant. Population expansion, for example, has an impact on space needs and increases material consumption. The difficulties listed above must then be studied. Based on these issues, the emphasis is on concrete materials, whose increasing demand has contributed to increased carbon emissions. These issues can be solved using the biomimicry technique. The goal of this thesis is to illustrate how biomimicry may be used to create ecologically friendly concrete. The approach employed is a comparison of ordinary concrete with biomimicry concrete. The embodied carbon value (kg CO2e/m3) of the two should be compared. By examining biomimicry in tangible terms, the effect of biomimicry in concrete will then reflect the embodied carbon value. Therefore, the embodied carbon value of biomimicry concrete-self-healing concrete (379 kg CO2/m3) is lower than that of conventional concrete (388 kg CO2/m3). However, it is also based on biomimicry concrete, which has a larger embodied carbon value than ordinary concrete, such as carrot fiber concrete (770 kg CO2e/m3). To summarize, biomimicry concrete can be a viable alternative to traditional concrete since it is more ecologically friendly, as seen by the low embodied carbon value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rizky
"[Dari sekian banyak objek biomimikri oleh manusia, sarang lebah merupakan salah satu yang sudah sejak lama dikaji dan masih terus dikaji hingga saat ini. Mengenai bagaimana sarang lebah memberi inspirasi dalam menjawab permasalahan arsitetural manusia, menjadi isu yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. Pengkajian isu dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kebutuhan arsitektural yang sama-sama dimiliki manusia dan lebah, yakni kebutuhan dalam pengaturan suhu, efisiensi ruang dan material, serta struktur kuat dan ringan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa mengimitasi sarang lebah dapat menjadi solusi yang potensial dalam menjawab permasalahan arsitektur. Penerapan yang dapat dilakukan mulai dari skala kecil seperti ruangan hingga penataan urban.
, Of many biomimicry objects by human, beehive is one that has long been studied and still continues to be studied until now. Regarding how beehive, gives inspiration in answering human architectural problems, becomes an issue that will be discussed in this essay. The issue will be discussed by dividing it into three categories based on the same architectural needs of both human and bee, which are the needs of thermal regulation, space and material efficiency, and light but strong structure. The result obtained in this essay indicate that imitating beehive can be a potential solution to answer the problems in architecture. The application in architecture start from a small-scale like room to urban planning.
]"
2015
S61478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kronenburg, Robert
Chichester: Wiley-Academy, 2001
720.105 KRO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Van Nostrand Reinhold, 1994
720.1 ORD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Van Nostrand Reinhold, 1994
720.1 ORD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Ramadhaniar
"Dalam proses merancang, peran kolase sebagai wadah representasi visual dapat menjadikan kolase sebagai salah satu metode yang potensial untuk merepresentasikan ide seorang arsitek. Kolase dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide dalam bentuk visual dengan cara menggabungkan fragmen-fragmen desain (Socio, 2006) untuk menghasilkan makna baru. Peran kolase dalam merepresentasikan makna sebuah objek kedalam sebuah ruang (Socio, 2006), dapat memudahkan arsitek dalam menginisiasi dan memperkirakan penciptaan sebuah ruang arsitektur (Socio, 2006; Martin, 2007). Oleh karena itu, kolase dapat menjadi salah satu metode yang digunakan dalam perancangan arsitektur yang menghasilkan makna. Makna dalam perancangan memiliki potensi untuk mempertahankan nilai sebuah bangunan. Dengan adanya makna dalam rancangan, sebuah bangunan dapat mempertahankan eksistensinya, agar fungsi bangunan tersebut tidak hilang dimakan zaman, dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran karya arsitektur, serta dapat berkembang menjadi bangunan cagar budaya (Nursanty & Suhalyani, n.d). Namun, kolase belum banyak digunakan sebagai metode yang dianggap potensial untuk mengkomunikasikan ide dalam proses perancangan arsitektur. Sehingga dalam skripsi ini, penulis bertujuan melihat potensi kolase sebagai metode yang digunakan pada proses merancang dan kemudian dibuktikan dengan mempelajari bangunan cagar budaya Villa Isola. Dalam proses perancangan Villa Isola, terdapat penggunaan teknik penyusunan dengan teknik kolase sehingga bangunan tersebut hingga saat ini memiliki makna yang masih berlanjut.

In the process of designing, the role of collage as a visual representation can make the collage method as one of the potential methods to represent the idea of an architect. Collages can be used to communicate ideas in visual form by combining fragments of design (Socio, 2006) to produce new meanings. The role of collage in representing the meaning of an object into space (Socio, 2006), can facilitate the architect in initiating and estimating the creation of architectural space (Socio, 2006; Martin, 2007). Therefore, collage can be one method that can be used in architectural design that produces meaning. The meaning in design has the potential to maintain the value of a building. With the existence of meaning in the design, a building can maintain the existence of the building, so that the functions of the building are not lost to the times, can be used as objects of learning architectural works, and can develop into cultural heritage buildings (Nursanty & Suhalyani, n.d). However, collage has not been widely used as a method that is considered a potential to communicate ideas in the architectural designing process. So in this thesis, the author aims to see the potential of collage as a method used in the design process and then proven by studying the heritage building, Villa Isola. In the designing process of Villa Isola, there is the use of assembling collage techniques, so that the building has a continuing meaning untill now.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Fitriyanti
"Dalam beberapa tahun terakhir, desain komputasional telah mengubah paradigma desain tradisional dengan memungkinkan penciptaan desain yang lebih efisien melalui teknik digital. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi arsitek di era digital ini adalah tantangan dalam menghasilkan desain berkelanjutan untuk menjaga keberlangsungan hidup antara manusia dan alam. Biomimetik, pendekatan yang meniru strategi dan prinsip alam, dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan ini. Studi ini membahas implementasi pendekatan biomimetik dalam desain komputasional untuk menghasilkan sebuah visualisasi proses desain biomimetik hingga akhirnya dapat menghasilkan desain inovatif berbasis alam. Studi ini dilakukan melalui studi literatur, kuesioner, dan studi kasus. Studi kasus dilakukan dengan mengimplementasi pendekatan biomimetik dalam proses desain komputasional, sehingga dapat menciptakan envelope bangunan yang adaptif terhadap konteks lingkungan terutama intensitas cahaya matahari. Proses ini akan melibatkan tiga tahap utama yaitu knowledge, abstraction, dan application. Ketiga tahap ini dilewati dengan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip biologis dan adaptasinya dalam konteks desain arsitektur. Tujuan dari studi ini adalah mengivestigasi potensi integrasi pendekatan biomimetik dengan desain komputasional, serta memberikan visualisasi proses desain komputasional yang mengimplementasikan pendekatan biomimetik dalam menghasilkan sebuah envelope bangunan yang mengadaptasi prinsip alam.

In recent years, computational design has transformed the traditional design paradigm by enabling the creation of more efficient designs through digital techniques. One of the main challenges faced by architects in this digital era is the need to produce sustainable designs to maintain the coexistence between humans and nature. Biomimetic, an approach that mimics the strategies and principles of nature, can provide a solution to this challenge. This study discusses the implementation of the biomimetic approach in computational design to produce a visualization of the biomimetic design process, ultimately leading to innovative nature-based designs. The study is conducted through literature review, questionnaires, and case studies. The case study involves implementing the biomimetic approach in the computational design process to create a building envelope that adapts to the environmental context, particularly sunlight intensity. This process involves three main stages: knowledge, abstraction, and application. These stages are undertaken with a deep understanding of biological principles and their adaptation in the context of architectural design. The aim of this study is to investigate the potential integration of the biomimetic approach with computational design and provide a visualization of the computational design process that implements the biomimetic approach in creating a building envelope that adapts natural principles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>