Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamila Fitri Islami
"Pesantren, asrama islam di Indonesia, mempunyai risiko yang cukup tinggi dalam penyebaran penyakit kulit infeksius karena sanitasi yang kurang dan tempatnya yang ramai. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui prevalensi dari penyakit kulit infeksius dan menganalisa hubungannya dengan pengetahuan mengenai kebersihan. Riset ini dilakukan di sebuah pesantren yang bertempatkan di Jakarta Timur dan menggunakan desain pembelajaran cross sectional. Data yang dibutuhkan diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tim dokter kulit dari RSCM serta pengisian kuisioner oleh santri dan santriwati. Riset ini dilakukan dari bulan Januari 2013 hingga Juli 2014. Data yang terkumpul diolah menggunakan SPSS 21 dan diuji menggunakan uji Chi-square serta uji Kolmogorov Smirnof.
Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa prevalensi dari penyakit kulit infeksius di antara santri dan santriwati di sebuah pesantren di Jakarta Timur adalah 37.5% dengan tidak adanya hubungan yang signifikan antara penyakit kulit infeksius dan pengetahuan mengenai kebersihan.

Pesantren, an Islamic boarding school in Indonesia, has a high risk of infection because it has low sanitation and is very crowded. The objective of the study is to know the prevalence of infectious skin disease in a pesantren in East Jakarta and analyze its relation with one of the contributing factors, which is knowledge about hygiene. The cross sectional study was done at a pesantren, located at East Jakarta. The data were obtained from all students by anamnesis and dermatological examinations done by dermatologists. Students were also asked to fill out some questionnaires to know their knowledge about hygiene. Data collection was done from January ? May 2014, processed using SPSS 21, tested with Chi-square and Kolmogorov Smirnof Test.
Result showed that the prevalence of infectious skin disease in male and female students of a pesantren in East Jakarta was 37.5% with no significant relationship between infectious skin disease and knowledge about hygiene both in male and female students."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Lucky Indah Baskara Putri
"Penyakit kulit sering kali muncul pada komunitas padat penghuni dan prevalensi penyakit kulit masih tergolong tinggi di negara berkembang terutama di Indonesia. Di sebuah Pesantren yang terletak di Jakarta Timur, prevalensi penyakit kulit dilaporkan tinggi. Perilaku higienis diduga menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi penyakit kulit di Pesantren tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit di Pesantren yang terletak di Jakarta Timur serta hubungannya dengan perilaku higienis murid Pesantren atau Santri. Studi cross sectional ini dilakukan terhadap 184 santri sebagai subjek dari penelitian. Kuesioner yang berkaitan dengan perilaku higienis diisi oleh Santri, selanjutnya Santri akan diperiksa status kesehatan kulitnya oleh dokter spesialis kulit.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kulit menunjukkan, 144 Santri 78,3 memiliki berbagai jenis penyakit kulit dengan 69 Santri di antaranya 37,5 memiliki penyakit kulit infeksius sementara 75 Santri lainnya 40,8 memiliki penyakit kulit non-infeksius. Jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong baik adalah 107 Santri 81,7 , sementara jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong kurang baik adalah 37 Santri 69,8 . Tes Chi-Square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara prevalensi penyakit kulit infeksius dengan perilaku higienis p = 0.008 . Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku higienis Santri.

Skin diseases often arise among crowded community and the prevalence of skin diseases is still high in developing country particularly in Indonesia. In a Pesantren that is situated in East Jakarta, a high prevalence of skin diseases is reported. Hygienic behavior of the individuals evidently plays a role in the prevalence of skin diseases. The objective of this research is to know the prevalence of skin diseases in a Pesantren in East Jakarta and its relation with hygienic behavior of the Pesantren students or called Santris. This cross sectional study was conducted among 184 Santris as the subjects of this research. The questionnaires regarding hygienic behavior are completed by the Santris and thereafter the Santris are examined by dermatologists.
The examination result by dermatologists reveals approximately 144 Santris 78.3 experience various kinds of skin disease 69 Santris 37.5 with infectious skin disease while the other 75 Santris 40.8 experience non infectious skin disease. The number of Santris with infectious skin disease in poor hygiene is 107 Santris 81.7 and the number of Santris with skin disease in good hygieneis 37 Santris 69.8 . Chi Square test indicates significant difference between the prevalence of skin diseases and hygienic behavior p 0.008 . Therefore, there is a relation between the prevalence of skin diseases and the Santris rsquo hygienic behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Almer Sahala
"ABSTRAK
Penyakit kulit sering terjadi pada masyarakat yang hidup dalam lingkungan padat
misalnya di asrama. Pesantren adalah asrama sekolah Islam yang biasanya padat
penghuni sehingga mudah terjadi penularan, terutama penyakit kulit. Tujuan riset
ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit dan hubungannya dengan
perilaku dan tingkat pendidikan santri. Desain riset adalah cross-sectional dengan
subyek seluruh santri di sebuah pesantren di Jakarta Selatan. Pengambilan data
menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan dan
pemeriksaan dermatologi pada bulan Juli sampai September 2013. Pengolahan
data menggunakan SPSS 20 dan uji Fischer untuk menguji statistik. Hasil
penelitian dari 98 santri, 88 orang mempunyai penyakit kulit (prevalensi 89,7%).
Penyakit kulit menular yang paling banyak terjadi adalah scabies dengan
prevalensi 49,3% (67 kasus). Sebanyak 78 santri (88,6%) dari total santri yang
mengidap penyakit kulit mempunyai perilaku kebersihan yang buruk. Hanya 10
santri yang tidak mempunyai penyakit kulit. Tidak terdapat perbedaan bermakna
antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku kebersihan (p=0,350). Tingkat
pendidikan ibtidaiyah mempunyai santri paling banyak yang berpenyakit kulit
(51,2%). Terdapat perbedaan bermakna antara prevalansi penyakit kulit dengan
tingkat pendidikan (p<0,001). Disimpulkan prevalensi penyakit kulit tidak
berhubungan dengan perilaku kebersihan namun berhubungan dengan tingkat
pendidikan.

ABSTRACT
Skin diseases are very common in places where the society lives closely together.
Pesantren is an example of a place where people live in a crowded situation and
have high frequency of direct and indirect contact from one people to another. The
objective of this research is to identify the association between the prevalence of
skin diseases with the hygiene behavior and level of education of santris (students
of pesantren). A cross-sectional study design was used for this study that was
conducted from July to September 2013, in a pesantren in South Jakarta. The
collection of data was carried out through questionnaire that consist of ten
questions, which concerns hygienic behaviors and dermatological examinations.
SPSS 20 was used to analyze the data and Fischer?s exact test was the chosen
statistical test. Results showed that out of 98 santris, 88 of them have skin
diseases (89.7% prevalence). The most frequent infectious skin disease is scabies
with 49.3% prevalence (67 cases). Furthermore 78 (88.6%) out of those santris
who got skin diseases, were categorized to have poor hygienic behaviors. There
were only 10 santris that did not have any skin disease, three of them have good
hygienic behaviors. There is no significant difference between hygienic behaviors
of santris with the presence of skin disease (p=0.350). Regarding level of
education, ibtidaiyah has the highest number of santris affected by skin disease
with 51.2%. Fisher?s exact test shows that there is significant difference between
level of education and the prevalence of skin disease (p<0.001). In summary there
is no association between skin disease and hygienic behaviors however, there is an
association with level of education."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luminta, Ferdinand Inno
"Skabies adalah infestasi parasit yang berkaitan erat dengan perilaku kebersihan seorang individu dan daerah dengan populasi padat seperti pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infestasi skabies dengan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang pencegahan skabies, dan apakah siswa pesantren tersebut pernah mendapatkan informasi tentang skabies sebelum mereka masuk ke dalam pesantren.
Penelitian cross-sectional ini dilakukan di sebuah pesantren di Jakarta Timur. Data diambil pada tanggal 8 Maret 2014. Siswa pesantren tersebut dibagikan kuesioner yang memuat informasi tentang tingkat pendidikan, apakah mereka pernah menerima informasi tentang skabies, dan lima buah pertanyaan tentang pencegahan skabies. Nilai dari pertanyaan tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisa menggunakan uji chi-square.
Kemudian didapatkan bahwa dari 117 siswa, 43 (36.8%) didiagnosa dengan skabies. Dari 43 siswa yang didiagnosa scabies tersebut didapatkan bahwa 74.4% dari mereka merupakan siswa madrasah tsanawiyah. Selain itu, 37.2% merupakan siswa yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan skabies buruk dan 62.8% dari mereka tidak pernah menerima informasi sebelumnya tentang skabies. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skabies dan tingkat pendidikan siswa; namun didapatkan bahwa ada hubungan antara skabies dengan tingkat pengetahuan siswa dan jika siswa telah pernah mendapatkan informasi mengenai skabies sebelum masuk pesantren.

Scabies is a parasitic infestation that is associated with poor personal hygiene and over-crowding area such as boarding school. This study aims to look into the association between students’ level of knowledge on scabies prevention, education, and if they ever had any information on scabies prior to entering boarding school.
This cross sectional study was conducted in an Islamic boarding school (pesantren) located in East Jakarta. Data was collected in March 8th, 2014. Students were given a questionnaire that consisted of their education level, whether they have had any information on scabies before entering pesantren, and five questions on scabies prevention that will be scored and grouped into three categories (good, moderate, poor). Data was processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square test.
It was revealed that out of 117 students, 43 students (36.8%) were diagnosed of having scabies. Among the 43 scabies students, 74.4% were from madrasah tsanawiyah. Furthermore, 37.2% of the scabies students have poor level of knowledge and 62.8% of them have never received any information about scabies prior to them entering pesantren. There is no significant difference between scabies infestation and students’ level of education; however, it was revealed that there is an association between scabies infestation and students’ level of knowledge and if students have ever getting information regarding scabies before entering pesantren.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eugene Dionysios
"Askariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di lingkungan padat dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk. Di Jakarta Timur terdapat pesantren padat penghuni dengan sanitasi terbatas sehingga rentan terhadap askariasis. Untuk mencegah askariasis, santri perlu diberikan pengetahuan melalui penyuluhan yang disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki dan karakteristik demografi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai A. lumbricoides dan hubungannya dengan karakteristik santri. Penelitian dilaksanakan di Pesantren X, Jakarta Timur. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan mengikutsertakan semua santri. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides serta isian data karakteristik. Hasilnya menunjukkan 104 santri (67,5%) memiliki < 3 sumber informasi dan 50 santri (32,5%) memiliki > 3 sumber, dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter. Santri yang mempunyai tingkat pengetahuan baik berjumlah 6 orang (3,9%), cukup 34 orang (22,1%), dan kurang 114 orang (74,0%). Pada uji Kolmogorov-Smirnov terdapat perbedaan bermakna (p=0,002) antara tingkat pengetahuan santri mengenai A. lumbricoides dengan jenis kelamin namun tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi dan informasi paling berkesan. Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai A. lumbricoides tergolong rendah dan berhubungan dengan jenis kelamin namun tidak berhubungan dengan pendidikan, sumber informasi dan informasi paling berkesan.

Ascariasis is a health problem ini area with high population density and poor hygiene. Pesantren X, East Jakarta with its high population density and bad sanitation are more at risk of being infected. Therefore health promototion is needed. The aim of this research is to measure the level of knowledge towards A lumbricoides and its association wuth students characteristics. This cross sectional study used total sampling. Data are taken on 22nd of January 2011 by giving questionnaires to the students. The result shows that 104 students (67.5%) have 3 or less source of information and 50 students (32.5%) have > 3 sources. Doctors are the most impressive source of information.There are 6 students (3.9%) who have good level of knowledge, fair 34 students (22.1%), and poor 114 students (74.0%). On the Kolmogorov-Smirnov test there were significant differences (p = 0.002) between the level of knowledge of students about A. lumbricoides with sex but not significantly different (p> 0.05) with education level, number of information sources and most impressive source of information. Overall students' level of knowledge about A. lumbricoides is poor and is associated with sex but not associated with education level, information resources and most impressive source of information."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahresa Hilmy
"Skabies merupakan penyakit kulit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di lingkungan padat penduduk dengan higiene dan sanitasi kurang baik misalnya pesantren. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi terhadap semua santri (157 orang). Hasilnya menunjukkan prevalensi skabies adalah 51,6% (putra 93,8% dan putri 6,2%), usia 14-16 tahun (42,1%), pendidikan tsanawiyah (58%), lokasi lesi sela jari tangan (19,2%), keluhan gatal malam hari (64,1%), lama menderita 1-3 bulan, riwayat pengobatan pada putra sudah pernah diobati (89,8%) dan pada putri belum pernah diobati (0,8%). Hasil pengobatan santri membaik pada putra (62,3%) sedangkan putri sembuh (100%). Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi skabies berdasarkan jenis kelamin (p=0,001) dan pendidikan (p=0,001). Uji Fisher’s exact menunjukkan perbedaan bermakna pada riwayat pengobatan (p=0,039). Uji Kolmogorov Smirnov tidak didapatkan perbedaan bermakna pada usia (p=0,994), keluhan gatal (p=0,992), lama menderita skabies (p=0,992) namun pada hasil pengobatan (p=0,001) didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan prevalensi skabies pesantren x adalah 51,6% dan berhubungan dengan jenis kelamin, pendidikan, riwayat pengobatan, dan hasil pengobatan tetapi tidak berhubungan dengan usia, keluhan gatal dan lama menderita skabies.

Skabies is a skin disease that becomes public health problem especially in boarding school because they live in crowded environments with hygiene and poor sanitation. The aim of this study is to know the prevalence of skabies and its association with characteristics of boarding school students X, East Jakarta. This cross sectional study was conducted on January 22, 2011 by performing anamnesis and dermatology examination to all students. The results showed that the prevalence of skabies was 51.6% (male 93.8% and female 6.2%), aged 14-16 years (42.1%), education level tsanawiyah (58%), location of lessions on the sidelines of the fingers (19.2%), complaints of itching at night (64.1%), long suffering in 1-3 months, the treatment history of male students had already treated (89.8%) and the treatment history of female students had not been treated (0.8%), the result of treatment outcomes had improved of male students (62.3%) and the female students of treatment outcomes had cured (100%). Chi square test showed meaningful difference in the prevalence of skabies by sexes (p = 0.001) and education level (p =0.001). Fisher’s exact test showed meaningful difference in history of treatment (p=0.039). Kolmogorov Smirnov test didn’t obtain meaningful difference in age (p=0.994), complaints of itching (= 0.992), long suffering from skabies (p= 0.992) but the outcome of treatment (p=0.001) obtained meaningful difference. But there are some tables that states are not significantly different from that. In conclusion, the prevalence of skabies in boarding school X, is 51.6% and the prevalence of skabies associated with gender, educational level, history of treatment, and outcome of treatment but had not associated with age, complaints of itching and long-suffering skabies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sarah Ningtiyas
"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei.Prevalensi skabies di pesantren padat penghuni di Jakarta tergolong tinggi (78,7%). Di Jakarta Timur, terdapat pesantren dengan kepadatan santri yang tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas sehingga perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies sebagai upaya preventif. Agar penyuluhan memberikan hasil yang baik, penyuluhan harus sesuai tingkat pengetahuan dan karakteristik demografi santri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri.
Penelitian dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada semua santri. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dan dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 8 orang (5,7%), cukup 33 orang (23,6%), dan pengetahuan rendah 99 orang (70,7%).
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, informasi yang paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), dan jumlah informasi (chi square= 0,895) Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai pengobatan skabies umumnya tergolong rendah dan tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan.

Scabies is a skin disease caused by infestation and sensititation of parasite named Sarcoptes scabiei. The prevalence of scabies is high in crowded areas like pesantren in Jakarta (78.7%). In an effort to prevent scabies, health promotion and screening the level of knowledge about treatment of scabies are needed. The purpose of study was to determine whether there is an association between level of knowledge about treatment of scabies with the demographic characteristic of students.
This cross-sectional study was held in Pesantren X, East Jakarta on January 22, 2011, using questionnaires which given out to all the students. Data were processed using SPSS version 11.5 and analyzed using chi-square test and Kolmogorov-Smirnov test. The results showed that students with good level of knowledge were 8 students (5.7%), fair 33 students (23.6%), and poor 99 students (70.7%).
There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnovp> 0.05) between levels of knowledge about treatment of scabies with students’ age, sex, grades, the most impressive information, and there was also no significant difference (chi-square = 0.895) with the number of information. It was concluded that the level of knowledge was not associated with students’ age, sex, grades, the most impressive information, and the number of information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adwin Haryo Indrawan Sumartono
"Trikuriasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis. Di Jakarta prevalensi trikuriasis tergolong tinggi dengan prevalensi tertinggi di Jakarta Timur (41,7%). Di Jakarta Timur, terdapat pesantren dengan kepadatan santri yang tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas sehingga diperlukan penyuluhan agar terhindar trikuriasis. Agar diterima dengan baik, penyuluhan harus diberikan sesuai pengetahuan yang dimiliki dan karakteristik santri. Karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai T. trichiura dan hubungannya dengan karakteristik santri. Penelitian dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai T. trichiura kepada semua santri. Data diolah dengan program SPSS versi 16 dan dianalisis dengan uji chi square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 9 orang (5,8%), cukup 28 orang (18,2%), dan pengetahuan rendah 117 orang (76%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pendidikan dan sumber informasi paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah informasi (chi square, p=0,183), namun terdapat perbedaan bermakna (chi square, p<0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura dengan jenis kelamin. Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai T. trichiura tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, jumlah informasi dan sumber informasi paling berkesan tetapi berhubungan dengan jenis kelamin.

Trichuriasis has become a public health problem in the tropics. In Jakarta, trichuriasis prevalence is high with the highest prevalence in East Jakarta (41.7%). In East Jakarta, there are boarding schools with students who are highly populated with limited sanitation facilities so that it is necessary to give health promotions to avoid trichuriasis. Education should be given with appropriate level of knowledge and demographic characteristics of students.Therefore this study aims to determine the level of knowledge students on T. trichiura and its relation to the characteristics of students. The study was conducted in Pesantren X, East Jakarta with cross-sectional design. Data was taken on January 22, 2011 by distributing questionnaire which had questions about T. trichiura to all students. Data was processed with SPSS version 16 and analyzed by chi square and Kolmogorov-Smirnov tests. The results showed that students have a good level of knowledge were 9 people (5.8%), fair 28 people (18.2%), and poor knowledge 117 people (76%). There were no significant differences between the level of knowledge with their grades, information sources most memorable (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), and the amount of information (chi square, p = 0.183), but there were significant differences between the level of knowledge on T. trichiura with their sex (chi square, p< 0.05). Therefore, level of knowledge about T. trichiura was not associated with level of education, the amount of information and most memorable information sources but was associated with their sex."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisah Aulia
"ABSTRAK
Skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang menyerang komunitas padat, salah satunya pesantren. Penyakit skabies berdampak besar bagi produktivitas belajar santri. Jika santri memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit skabies maka santri berprilaku hidup bersih dan sehat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penyebab skabies dengan karakteristik demografi pesantren. Setelah mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai penyebab skabies maka pemberian penyuluhan harus sesuai dengan tingkat pengetahuan santri. Dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional proses pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011 melalui pemberian kuisioner kepada 140 santri yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.
Setelah proses analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, penelitian memberikan hasil santri dengan tingkat pengetahuan baik 2 orang (1,4%), cukup 7 orang (5%), dan pengetahuan rendah 131 orang (93,6%). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan usia(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jenis kelamin(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), tingkat pendidikan(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), jumlah informasi(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), dan informasi yang paling berkesan(Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri mengenai penyebab skabies tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan.

ABSTRACT
Scabies is one of skin diseases that strikes dense community, for example boarding schools. Scabies has an enormous impact for students learning productivity. If students have good knowledge about scabies, hopefully, it can reduce the incidence of scabies.
The purpose of this study is to determine the relationship of the level of knowledge about the etiology of scabies with the demographic characteristics of the school. Once students know the level of knowledge about the etiology of scabies, then counseling activity should be in accordance with the level of knowledge of the students. By using cross-sectional research design, the data was collected on January 22nd 2011 by giving questionnaires to 140 students who choose the criteria of the sample.
After the data analysis performed using Kolmogorov-Smirnov test, the result shows that students with good knowledge 2 students (1,4%), fair 7 students (5%), and poor 131 students (93,6%). The result also shows, that there was no relationship between the level of knowledge of students with age (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), sex (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), educational level (Kolmogorov-Smirnov, p> 0, 05), the amount of information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05), and the most memorable information (Kolmogorov-Smirnov, p> 0.05). From the description above, it can be concluded that the level of knowledge of students about the etiology of scabies is not related to age, gender, the amount of information, and the most memorable information."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amajida Fadia Ratnasari
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di lingkungan padat hunian seperti pondok pesantren. Karakteristik santri diduga berperan terhadap kejadian skabies. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan santri Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada tanggal 10 Juni 2012 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi terhadap semua santri (192 orang). Data diolah menggunakan program SPSS versi 20.0 dan dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi skabies 51,6% (laki-laki 57,4% dan perempuan 42,9%; tsanawiyah 58,1% dan aliyah 41,3%) dengan lokasi lesi skabies terbanyak di bokong (33,8%) dan di sela-sela jari tangan (29,2%). Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi skabies berdasarkan jenis kelamin (p=0,048) dan tingkat pendidikan (p=0,023). Disimpulkan prevalensi skabies di Pesantren X, Jakarta Timur adalah 51,3% dan berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Scabies is a common skin disease, especially in crowded places, like pesantren. Characteristics of the students there are believed to be associated with scabies. The purpose of this study was to determine the prevalence of scabies and its association with gender and education level of students Pesantren X, East Jakarta. This cross sectional study was conducted on June 10, 2012 by performing anamnesis and dermatology examination to all students (192 students). Data are managed with SPSS version 20.0 and analyzed with chi square test.
The results showed that the prevalence of scabies was 51,3% (male 57,4% and female 42,9%; education level tsanawiyah 58,1% and aliyah 41,3%). Most lesions are found in buttocks (33,8%) and interdigital space of the hand (29,2%). Chi square test have shown significant difference between the prevalence of scabies with gender (p=0,048) and educational level (p=0,023) of the students. In conclusion, the prevalence of scabies in Pesantren X, East Jakarta is 51,3% and there is association between the prevalence of scabies with gender and educational level of the students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>