Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Nordhani
"Remaja adalah fase yang rentan terhadap permasalahan kesehatan mental dan tingkah laku. Apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan berdampak negatif selama fase hidup remaja tersebut (Kieling, et al., 2011). Remaja di daerah rural yang minim fasilitas penyedia kesehatan mental yang baik juga harus diperhatikan supaya dapat memberikan program preventif dan intervensi kepada remaja tersebut. Externalizing problem adalah salah satu masalah tingkah laku yang sering ditemukan pada remaja dengan self-esteem sebagai salah satu asosiasi yang kuat (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
Studi ini bertujuan untuk melihat asosiasi antara externalizing problem dan self-esteem pada remaja rural di Karawang baik yang memiliki kehadiran orangtua dan tidak memiliki kehadiran orangtua karena bekerja sebagai TKI. Penelitian ini menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) untuk mengukur Self-Esteem dan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur externalizing problem pada remaja. Terdapat 270 remaja dengan orangtua non buruh migran dan 171 remaja dengan orangtua buruh migran menjadi responden dalam penelitian ini.
Melalui teknik Pearson Product Moment, ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan externalizing problem baik pada sampel remaja dengan orangtua non buruh migran dan remaja dengan orangtua buruh migran. Selain itu, dengan independent sample t-test diketahui perbedaan tingkat self-esteem dan externalizing problem antara remaja dengan orangtua non buruh migran dan buruh migran.

Adolescent is more susceptible to mental health problems dan behavioral difficulties. Those problems will give greater impact to adolescent as they grew up if are not handled properly (Kieling, et al., 2011). Concerns should be thrown to adolescent who live in rural area with lack of mental health facilities in order to give preventive and intervention programs to support their mental health. Adolescents often show externalizing problem as one of their behavioral difficulties with self-esteem as one of their strong factor (Garaigordobil, Durá, & Pérez, 2005).
This study aims the association between self-esteem and externalizing problem in adolescents who live in rural area in Karawang district with their parents also adolescents who are left behind by their mgrant worker parents. The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) is the instrument to measured self-esteem and the externalizing problem dimension of Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) is used to measure externalizing problem among respondents. 270 rural adolescents who live with their parents and 171 adolescents who left behind by their parents are involved in this study.
The results of this study indicate that there is negatively significant correlation between self-esteem and externalizing problem on both groups. And also, there is significant difference on self-esteem and externalizing problem between adolescents with non-migrant worker parent dan adolescents with migrant worker parent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhuhita Karima
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat psychological well being antara remaja laki-laki dan perempuan yang ditinggal oleh orangtua bekerja di luar negeri sebagai buruh migran. Metode penelitian ini adalah non-eksperimental dan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. Partisipan penelitian ini adalah 163 remaja berusia 11-16 tahun berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan psychological well-being yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan memiliki tingkat psychological well-being yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja laki-laki.

The aim of this research is to see psychological well-being difference between male and female adolescent left behind by migrant worker parent. This research is non-experimental using 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. The respondents of this research are 163 adolescents between 11-16 years old who live in Cilamaya, Karawang, West Java. The results of this research shows that there is a significant psychological well-being difference between left behind male and female adolescent by parent?s migration where female adolescent scored higher psychological well-being compare to male adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyu Cantika Amiranti
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan externalizing behavior antara remaja yang ditinggalkan oleh orangtuanya sebagai TKI yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di Indonesia dan yang diasuh oleh keluarga besar, dan antara remaja laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini, 171 partisipan yang merupakan siswa SMP di Karawang dan ditinggal oleh salah satu atau kedua orangtuanya untuk bekerja di luar negeri mengisi alat ukur SDQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan externalizing behavior yang signifikan antara remaja yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di rumah dan keluarga besar. Externalizing behavior remaja laki-laki dengan remaja perempuan juga tidak berbeda secara signifikan.

ABSTRACT
;The study was conducted to investigate the differences of externalizing behavior
between children left behind that were raised by single parent and extended
family, and between boy and girl. A total of 171 participants, who were students
at junior high school at Karawang that were left behind by one or both of their
parents to become a migrant, completed the SDQ. The study found that there are
no significant differences of externalizing behavior between children left behind
that were raised by single parent or by extended family. There are also no
significant differences of externalizing behavior between boy and girl., The study was conducted to investigate the differences of externalizing behavior
between children left behind that were raised by single parent and extended
family, and between boy and girl. A total of 171 participants, who were students
at junior high school at Karawang that were left behind by one or both of their
parents to become a migrant, completed the SDQ. The study found that there are
no significant differences of externalizing behavior between children left behind
that were raised by single parent or by extended family. There are also no
significant differences of externalizing behavior between boy and girl.]
"
2015
S60679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elzza Priscania Raissachelva
"Perpisahan dalam jangka waktu lama yang dialami oleh remaja dan orang tua yang merupakan pekerja migran dapat membuat kualitas hubungan yang terjalin mengalami perubahan dan membentuk hubungan yang buruk diantara mereka. Ketika remaja memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua, mereka mulai menjalin kedekatan dengan teman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kelekatan pada orang tua dan teman sebaya dengan subjective well-being (SWB) remaja yang ditinggalkan orang tua bekerja sebagai pekerja migran. Partisipan penelitian terdiri dari 42 remaja berusia 12 - 15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur kelekatan adalah inventory of parent and peer attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg (1987).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah satisfaction with life scale (SWLS) oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985), positive and negative affect schedule (PANAS) oleh Watson, Clark dan Tellegan (1988) dan subjective happiness scale (SHS) oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan dan hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan afek negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ibu dengan komponen afek positif dan hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada teman sebaya dengan kebahagiaan.

Long-term separation experienced by adolescents and parents who are migrant workers can make quality of the relationships are change and form a bad relationship between them. When adolescent have a bad relationship with parents, they begin to develop closeness with friends.
The aim of this study is to find out the relationship between attachment to parent and peer with subjective well-being (SWB) among adolescents who are left behind by their parent to working as migrant worker. The research sample are 42 adolescents between 12 - 15 years old who are left behind by their parent to working as migrant worker.
Attachment to parent and peer was measured with Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) by Armsden and Greenberg (1987) and SWB was measured with Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985), Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) by Watson, Clark and Tellegan (1988), and Subjective Happiness Scale (SHS) by Lyubomirsky and Lepper (1999).
Result of this study indicated that attachment to father has positively significant correlation with life satisfaction and happiness while attachment to father has negatively significant correlation with negative affect. Attachment to mother has positively significant correlation with positive affect and attachment to peer has positively significant to happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Claudia Putri
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari perceived social support dan internalizing symptoms pada remaja yang ditinggalkan orang tuanya untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur dukungan sosial yang dipersepsikan dari tiga sumber dan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) pada dimensi internalizing problems untuk gejala internalizing. 171 remaja terlibat dalam studi ini. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa perceived social support berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan internalizing symptoms. Berdasarkan hasil dari studi ini, penulis menyarankan agar buruh migran tetap melakukan komunikasi dengan anak-anaknya.

This study aims to seek the relationship between perceived social support and internalizing symptoms in adolescents who are left behind by their parents to be a migrant worker abroad. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) are used to measure perceived social support from three sources, and the broad dimension of internalizing problem in the Strength and Difficulties Questionnaire are used to measure internalizing symptoms. 171 adolescents are involved in this study. The Pearson Correlation indicates that perceived social support correlates significantly and negatively with internalizing symptoms. It is suggested that parents working abroad should communicate frequently with their children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qaishum Masturoh
"ABSTRAK
Orangtua memiliki peran penting dalam kehidupan remaja, khususnya pendidikan. Beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan orangtua dengan motivasi berprestasi siswa. Daerah rural yang memiliki kemiskinan tinggi mendorong masyarakat untuk bekerja sebagai TKI di luar negeri. Kondisi tersebut memberikan konsekuensi kurang menguntungkan pada remaja yang ditinggalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan orangtua yang diterima oleh remaja yang orangtuanya bekerja sebagai TKI dengan remaja yang orangtuanya tidak bekerja sebagai TKI di daerah Rural. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dan motivasi berprestasi pada remaja rural. Sampel merupakan 257 remaja yang orangtuanya tidak bekerja sebagai TKI dan 171 remaja yang orangtuanya bekerja sebagai TKI. Kedua sampel berasal dari daerah rural Karawang. Pengukuran dukungan orangtua dilakukan dengan menggunakan Children Adolescent Social Support Scale (CASSS) dan motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan Achievement Motivation Inventory (AMI). Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada dukungan orangtua dan motivasi berprestasi pada remaja rural yang memiliki orangtua bekerja sebagai TKI dengan remaja rural yang orangtuanya tidak bekerja sebagai TKI. Berdasarkan hasil analisis diketahui pula terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan orangtua dan motivasi berprestasi remaja rural di Karawang.

ABSTRACT
Parents play important role in adolescent?s life, especially education. Some studies have found that there is positive relationship between student?s achievement motivation and parental support. High poverty in rural area motivated people to work as migrant workers in another country. This condition gives disavantaged consequences to the adolescent who were left behind. This study aimed to know parental support and achievement motivation differences between adolescent whose parents work as migrant workers and non migrant workers. This study also aimed to understand the relationship between parental support and achievement motivation in rural adolescents. The sample in this study were 257 adolescent whose parents work as non migrant workers and 171 adolescent whose parents work as migrant workers. Both sample group come from rural area in Karawang. Parental support was measured with Children Adolescent Social Support Scale (CASSS) an Achievement motivation was measured by Achievement Motivation Inventory (AMI). Results showed that there are significant differences on parental support and achievement motivation in adolescent whose parents work as migrant workers and adolescent whose parents work as non migrant workers. The result also showed there is significant relationship between parental support and achievement motivation in rural adolescents.;"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riztianti Setiamurdiawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) dan Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) digunakan untuk mengukur attachment dan behavior difficulties. Partisipan dari penelitian ini adalah 153 remaja berusia 11-16 tahun di Kecamatan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara attachment yang terdiri dari parental dan peer attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Dengan demikian, parental dan peer attachment yang berkualitas dapat mengurangi kemungkinan remaja anak buruh migran mengembangkan behavior difficulties. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk menjaga kualitas attachment dengan anak mereka walau tidak dapat selalu hadir dan berinteraksi secara langsung.

The aim of this study is to investigate whether any correlation between attachment and behavior difficulties in adolescents who are left behind to work abroad by their migrant worker parents. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) and Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) are used to measure attachment and behavior difficulties. Participants of this study were 153 adolescents aged 11-16 years old from Cilamaya, Karawang, West Java.
The result of the study shows that there is a significant negative correlation between attachment (consist of parental and peer attachment) and behavior difficulties in adolescents with migran worker parents. In conclusion, high-quality parental and peer attachment could lower the chance for migrant worker?s children to develop behavior difficulties. Hence, it is important for parents maintain the quality of attachment with their children despite the distance that prevents them to interact in person and couldn?t present when their children need them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Harfiana
"[Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara self-esteem dan motivasi berprestasi pada mahasiswa perantau di Universitas Indonesia. Partisipan penelitian berjumlah 71 orang mahasiswa laki-laki dan perempuan yang berusia antara 18-23 tahun. Self-esteem adalah sikap positif atau negatif seseorang terhadap dirinya sendiri. Motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan
sesuatu dengan baik atau meraih kesuksesan yang dibuktikan dengan kegigihan dan usaha dalam menghadapi kesulitan. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Pengukuran self-esteem menggunakan
alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale sementara motivasi berprestasi diukur menggunakan Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa perantau di Universitas Indonesia (r= .340, p < 0.01). Hasil tersebut membuktikan bahwa self-esteem dan motivasi berprestasi memiliki peran penting pada kesuksesan akademis seseorang dan juga aspek kehidupan yang lain terutama pada mahasiswa perantau di Universitas Indonesia.

This study was conducted to find the relationship between self-esteem and achievement motivation among migrant students at Universitas Indonesia. Participants study of 71 students between the ages of 18-23 years. Self-esteem is a positive or negative attitude toward a particular object, namely, the self. Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success, evidenced by persistence and effort in the face of difficulties. The study was a correlational study using a quantitative approach. Self-esteem was measured by -esteem Scale (RSES) and achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). The result showed a significant relationship between self-esteem and achievement motivation (r= .340, p < 0.01). The result proved that self-esteem and achievement motivation has an important role in academic performance as well as other aspects of life, especially among migrant students at Universitas Indonesia., This study was conducted to find the relationship between self-esteem and
achievement motivation among migrant students at Universitas Indonesia.
Participants study of 71 students between the ages of 18-23 years. Self-esteem is a
positive or negative attitude toward a particular object, namely, the self.
Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success,
evidenced by persistence and effort in the face of difficulties. The study was a
correlational study using a quantitative approach. Self-esteem was measured by
􀀵􀁒􀁖􀁈􀁑􀁅􀁈􀁕􀁊􀂶􀁖􀀃 􀀶􀁈􀁏􀁉-esteem Scale (RSES) and achievement motivation was
measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). The result showed a
significant relationship between self-esteem and achievement motivation (r= .340,
p < 0.01). The result proved that self-esteem and achievement motivation has an
important role in academic performance as well as other aspects of life, especially
among migrant students at Universitas Indonesia.]
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S62213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisatul Umami
"[Remaja yang ditinggal orangtuanya bekerja sebagai Buruh Migran di Luar negeri rentan mengalami loneliness dan memiliki kecenderungan psikotik. Periode remaja ini merupakan periode paling sulit dalam kehidupan remaja (Gender, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi persentase loneliness dan kecenderungan psikotik pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale untuk mengethui tingkat loneliness partisipan dan Psychotic like-Experince (PLE). Penelitian ini mengikutsertakan 171 remaja, usia 11-16 tahun yang berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja mengalami lonelines sebesar 73.7% dan kecenderungan psikotik sebesar 81.9%.;Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using ?The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale? and ?Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%.;Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using ?The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale? and ?Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%., Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using “The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale” and “Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%.]"
2015
S59535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>