Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156098 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivana Yapiy
"Infestasi tuma kepala sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di lingkungan padat penghuni misalnya di pesantren. Pengetahuan mengenai cara penularan tuma kepala diharapkan dapat menurunkan keparahan infestasi tuma. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat keparahan infestasi dengan pengetahuan mengenai penularan tuma kepala pada santriwati di sebuah pesantren di Jakarta.
Desain penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilakukan pada bulan Maret 2014. Subyek penelitian adalah semua santriwati yang hadir saat pengumpulan data dan bersedia berpartisipasi. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai pengetahuan santriwati tentang penularan tuma kepala dan pemeriksaan kepala untuk menilai keparahan infestasi. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 dan diuji dengan chi-square.
Hasil penelitian menunjukan semua anak perempuan (n=74) terinfestasi tuma kepala dengan kasus infestasi parah 24,3%. Sebagian besar santriwati (49/66,2%) memiliki pengetahuan rendah mengenai penularan tuma kepala. Uji chi-square tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada tingkat keparahan infestasi antara santriwati yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan kurang. Disimpulkan keparahan infestasi tuma pada santriwati tergolong tinggi dan tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan mengenai penularan tuma kepala.

Head lice infestation commonly found in children which live in overcrowded areas such as in pesantren. Having knowledge on head lice transmission is expected to decrease the severity of head lice infestation in children in pesantren. The aim of this research is to find the relationship between severity of infestation and level of knowledge on transmission of head lice in female students in a pesantren in Jakarta.
The study design was cross-sectional study which is held on March, 2014. The subjects of research were all female students that presented on the day of data collection and were willing to participate. Data were collected through questionnaire that consisted of five questions regarding level of female students? knowledge on head lice transmission and physical examination that assessed the level of head lice infestation severity. Data were analyzed through SPSS version 20 and chi-square test.
The result showed that all female students (n=74) infested by head lice with 24.3% of infestations were severe cases. Majority of female students (49/66.2%) had poor knowledge on head lice transmission. Chi-square test did not reveal significant difference on severity of head lice infestation between female students with good and poor knowledge on head lice transmission. As a conclusion, the severity of head lice infestation in female students was considered high and was not related to the level of knowledge on head lice transmission.;
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Pradnya Paramitha
"Pedikulosis kapitis adalah penyakit yang disebabkan infestasi Pediculus humanus capitis di kepala manusia. Faktor risikonya adalah usia muda, kebersihan lingkungan buruk, dan populasi padat, sedangkan perilaku kebersihan perorangan masih diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan keparahan pedikulosis dengan perilaku kebersihan santriwati sebuah pesantren di Jakarta. Pada studi cross sectional ini data diambil bulan Maret 2014. Semua santriwati dijadikan subjek penelitian lalu dilakukan pemeriksaan kepala untuk mendiagnosis pedikulosis. Subjek dinyatakan positif jika ditemukan tuma dewasa, nimfa, larva atau telur. Infestasi ringan jika tuma atau telurnya berjumlah <10 di tiap regio kepala (parietal, oksipital, lateral, tengkuk) dan berat jika >10. Santriwati diwawancara dengan bantuan kuesioner berisi 6 pertanyaan perilaku kebersihan yang berhubungan dengan pedikulosis. Perilaku dikatakan baik jika skor ≥70 dan buruk jika ≤69. Data diproses dengan SPSS versi 20.0 dan diuji dengan chi square. Didapatkan hasil, 71 subjek berusia 10?17 tahun dan semuanya (100%) terinfestasi pedikulosis; 59,2% terinfeksi berat oleh telur dan 16,9% terinfeksi berat tuma P.capitis. Sebanyak 85,9% berperilaku kebersihan buruk dan 14,1% berperilaku baik. Tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan pedikulosis (infestasi telur) dan perilaku kebersihan (chi square, p=0.73), maupun infestasi tuma dan perilaku kebersihan (chi square, p=1.00). Derajat keparahan pedikulosis dengan perilaku kebersihan tidak berhubungan karena tingginya prevalensi pedikulosis.

Pediculosis capitis is a disease in which Pediculus humanus capitis infest the head of a person. Young age, poor environmental hygiene, and overcrowding have been reported to be risk factors of pediculosis capitis, but whether personal hygiene behavior is a risk factor is still open for debate. This cross sectional study aims to find out relationship between the severity of pediculosis capitis and the level of hygiene behavior among female students in a pesantren in Jakarta. Data collection was performed on March 2014 in a Pesantren in Jakarta. Every female students were taken as subjects and undergone head examination to diagnose pediculosis capitis. Subjects were diagnose positive if the parasite or the nits were found in their head, and negative if both parasite and nits were absent. Infestation is considered mild if there were <10 parasites or nits found in each region of the head (parietal, occipital, lateral, and nape), and considered as severe if there were >10 parasite or nits found. Afterwards, the subjects filled in questionnaire consisting of 6 questions regarding their hygiene behavior associated with pediculosis capitis. Hygiene behavior is considered good if the score achieved was ≥ 70 and poor if the score was ≤ 69. Data was processed with SPSS version 20.0 and tested with chi square. From this study, there were 71 subjects with the age of 10?17 years old, all of them (100%) were positive for pediculosis capitis; 59.2% were severely infected with the nits and 16.9% were severely infected with the lice. As many as 85.9% were considered as having poor hygiene behavior and only 14.1% were considered having good hygiene behavior. There was no relationship between the severity of nits infestation and hygiene behavior (chi square, p=0.73), nor between lice infestation and hygiene behavior (chi square, p=1.00). The relationship between the severity and hygiene behavior was not significant in this study due to the high prevalence of pediculosis capitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Luthfi Afina
"Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang mudah menular dalam lingkungan padat seperti pesantren. Pemberantasan pedikulosis membutuhkan perilaku yang tepat, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik yang dapat diperoleh melalui penyuluhan. Karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sehingga penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan karakteristik demografi. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 151 santri pesantren X yang dipilih dengan metode total populasi. Data diolah dengan program SPSS 11.5.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah santri berusia 16-18 tahun (47%), laki-laki (58,3%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tidak ada santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 23,2% santri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 76,8% santri memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan usia (p=0,587), jenis kelamin (p=0,814) dan tingkat pendidikan (p=0,358). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri tergolong buruk dan tidak berhubungan dengan karakteristik santri.

Pediculosis capitis is a skin disease that could be transmitted easily in a crowded environment like Islamic boarding school. Eradication of pediculosis needs appropriate behavior which requires good knowledge which can be given through health promotion. Demographic characteristics might influence the knowledge level, therefore health promotion needs to be adjusted according to the characteristic. This study aims to know the relationship between students? knowledge level about transmission and eradication of pediculosis capitis and their demographic characteristic. This study was conducted on January 22 2011 by giving questionnaire to 151 students (total population method). The data was processed using the SPSS 11.5 program.
The result showed that the majority of respondents are students aged 16-18 years old (47%), males (58,3%), Tsanawiyah students (50,3%). No student had good knowledge, 23,2% had fair knowledge, and 76,8% had poor knowledge. Based on chi-square test, there were no significant differences between knowledge level of transmission and eradication of pediculosis and age (p=0,587), sex (p=0,814) and grade of study (p=0,358). It was concluded that the students? knowledge about transmission and eradication of pediculosis was poor and had no association with their characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahar Salim Saleh Alatas
"Pedikulosis kapitis sering dijumpai di lingkungan padat penghuni seperti di pesantren. Pengobatan pedikulosis mudah dilakukan, tetapi reinfeksi mudah terjadi jika setelah pengobatan tidak diikuti dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Agar dapat melakukan PHBS dengan baik dan benar diperlukan survei pengetahuan terlebih dahulu sehingga jika tingkat pengetahuan kurang dapat diberikan penyuluhan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan santri mengenai pedikulosis kapitis dengan karakteristik demografinya (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan). Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan metode total populasi berupa pengisian kuesioner yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan jumlah sampel 151 santri. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 9,9% santri memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 90,1% santri memiliki pengetahuan kurang. Pada uji chi-square, terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan santri dengan jenis kelamin (p=0,019), tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan santri dengan usia (p=0,566) dan tingkat pendidikan (p=0,806). Disimpulkan tingkat pengetahuan santri tergolong kurang dan berhubungan dengan jenis kelamin tetapi tidak berhubungan usia dan tingkat pendidikan.

Pediculosis capitis is often found in a crowded environment such as in boarding school. Eradication of pediculosis capitis is easy, however reinfection easily occurs if treatment is not followed by healthy living habit. A survey to determine the knowledge level is needed; if the level is low, health promotion can be given. This study aims to find the relationship between students? knowledge on pediculosis capitis and their demography characteristic (age, sex, and grade of study). This cross-sectional study with total population method was conducted on January 22nd, 2011 by giving questionnaires to all 151 students of X islamic boarding school, East Jakarta. Data from questionnaires were analyzed using SPSS version 11,5. The result showed that no student had good knowledge, 9,9% had fair knowledge, and 90,1% had poor knowledge. Based on chi-square test, there was significant difference between the knowledge level of characteristics and symptoms of pediculosis capitis and sex (p=0,019), but there were no significant differences between the knowledge level and age (p=0,566) and the knowledge level and grade of study (p=0,806). It was concluded that the students? knowledge about pediculosis capitis was poor, was associated with sex but not associated with age and study grade."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zebua, Gifta Hati Gemar
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit menular yang berkaitan erat dengan perilaku kebersihan individu dan kondisi lingkungan populasi yang padat. Oleh karena itu, pesantren seringkali menjadi tempat populasi dengan kejadian skabies yang tinggi. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan yaitu penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai skabies. Penyuluhan bukan saja ditujukan kepada santri pada pesantren, melainkan juga kepada keluarga santri sebagai komunitas terdekat dari santri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga santri mengenai skabies dengan kejadian skabies pada santri di pesantren Al Hidayah Bogor.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 72 responden, yaitu keluarga santri yang hadir pada saat penyuluhan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai skabies. Data dianalisa dengan menggunakan uji chi square.
Hasil: Dari total 72 responden, sebanyak 15 (45,5%) santri yang ditemukan menderita skabies memiliki keluarga dengan tingkat pengetahuan skabies yang baik. Sementara itu, sebanyak 20 (51,3%) santri yang ditemukan menderita skabies memiliki keluarga dengan tingkat pengetahuan skabies yang kurang baik. (p=0,798; OR 0,792; CI 95% 0,313-2,005).
Kesimpulan: Dari hasil analisis, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan keluarga santri mengenai skabies dengan kejadian skabies pada santri.

Background: Scabies infestation is a contagious disease that associated with individual health behaviors and enviromental condition, such as in over populated places. For these reasons, pesantren often become a place with high number of scabies occurrence. An effort to reduce the occurrence of scabies can be done through educational intervention in order to increase the level of knowledge about scabies. Educational intervention need to be delivered not only for the students but also for student's family, as one of the closest community within the student's life that can affect their health condition.
Objective: The objective of this research is to find out the relationship between familys knowledge level on scabies and the occurrence of scabies in students at pesantren Al Hidayah Bogor.
Method: Cross sectional study was conducted to 72 respondents of student's family that were presented during the educational intervention using a questionnaire to assess the level of knowledge of respondents regarding scabies. The collected data is then analyzed using the chi square test.
Results: From the total of 72 respondents, about 15 (45,5%) students within the family with good level of knowledge were diagnosed with scabies. Whereas, about 20 (51,3%) students within the family with low level of knowledge were diagnosed with scabies. (p=0,798; OR 0,792; CI 95% 0,313-2,005).
Conclusion: There is no significant relation between familys level of knowledge on scabies and the occurrence of scabies in students at pesantren Al Hidayah Bogor."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherin Pai
"Pedikulosis kapitis merupakan penyakit parasitik yang sering dijumpai pada orang yang hidup di lingkungan padat penghuni misalnya asrama. Terapi pedikulosis yang paling efektif adalah menggunakan pedikulosida yaitu gamma benzene heksaklorida (GBH) namun akhir-akhir ini dilaporkan resistensi Pediculus humanus capitis terhadap BHC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas GBH dalam memberantas P.h.capitis pada santriwati pesantren di Jakarta Timur.
Penelitian menggunakan desain pre post study dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2014 dengan metode total sampling. Diagnosis ditegakkan jika pada pemeriksaan kepala ditemukan telur, larva, nimfa atau tuma dewasa. Santriwati yang positif diobati dengan losio BHC ke seluruh rambut dan dibiarkan selama 10 jam. Data diolah dengan SPSS dan diuji dengan uji Wilcoxon Signed Ranks.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi pedikulosis berdasarkan telur dan kutu adalah 100%; sebanyak 25,6% infeksi berat dengan telur dan 7% infeksi berat tuma P.h.capitis. Setelah terapi BHC, infeksi berat telur menurun menjadi 4,5% dan infeksi berat kutu menurun menjadi 0%. Angka kesembuhan untuk infestasi ringan kutu P.h.capitis adalah 91,7% dan infestasi ringan telur 42,2%. Tingkat keparahan pedikulosis (telur dan kutu) sebelum dan sesudah pengobatan berbeda secara signifikan (uji Wilcoxon Signed Ranks p<0,001). Disimpulkan BHC masih efektif dalam mengobati pedikulosis kapitis.

Pediculosis capitis is a parasitic disease that is common in people living within a community, for instance people living dormitory. The most effective therapy for pediculosis is pediculocides known as gamma benzene hexachloride (GBH). However, resistance of pediculus humanus capitis towards GBH has been reported. This study aims to find out the effectiveness Gamma Benzene Hexachloride in controlling P.h.capitis among female students on Pesantren in Jakarta.
The research uses the design of pre and post study and data collection was performed on March 2014 in Pesantren X with a method of total sampling. The diagnosis is established if parasites were found in the subject?s head, includfing eggs, larva, nymph and adult parasites. Female students with positive diagnosis was given GBH lotion throughout the hair and left for 10 hours. Data was processed with SPSS and tested with Wilcoxon Signed Ranks test.
Results shows that the prevalence of pediculosis based on nits and parasite is 100%; 25.6% were severely infected with nits and 7% were severely infected with lice of P.h. capitis. After the treatment with Gamma Benzene Hexachloride, the severe infestation of nits has decreased to 4.5%, and severe infestation of lice has decreased to 0%. The cure rate for mild lice infestation is 91.7%, while only 42.2% for mild nits infestation. The severity of pediculosis (nits and lice) infestation before and after the treatment is significantly different (Wilcoxon Signed Ranks test shows p<0.001), indicating the treatment is effective in treating pediculosis capitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Tiffany
"Pedikulosis kapitis merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada orang yang hidup di lingkungan yang padat misalnya santri yang tinggal di pesantren. Agar dapat mencegah pedikulosis, santri perlu diberikan pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan santri mengenai penularan pedikulosis. Desain penelitian ini adalah pre-post study dan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan pada Mei 2012 dengan memberikan kuesioner pada 181 santri yang terdiri atas 110 santri Madrasah Tsanawiyah dan 71 santri Madrasah Aliyah. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai penularan pedikulosis kapitis yang diberi skor.
Hasilnya menunjukkan sebelum penyuluhan jumlah santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 24 (13,3%) santri, tingkat pengetahuan sedang 71 (39,2%) santri, dan 86 (47,5%) santri memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sesudah penyuluhan jumlah santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik meningkat menjadi 87 (48,1%) santri, pengetahuan sedang 80 (44,2%) santri, dan 14 (7,7%) santri memiliki tingkat pengetahuan kurang. Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (uji marginal homogeneity, p<0,01). Disimpulkan penyuluhan memberikan efek dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan pedikulosis.

Pediculosis capitis often find in people who live in crowded environment such as boarding schools. In order to prevent pediculosis capitis, students should be given sufficient knowledge. The purpose of this study was to know the effects of health promotion in improving student’s knowledge about the transmission of pediculosis. This pre-post study with a total sampling method was held on May, 2012 by giving questionnaires to 181 students that consist of 110 junior high school students and 71 senior high school students in islamic boarding school. Questionnaire consists of five questions about transmission of pediculosis which were given score.
The results showed that before the health promotion, there were 24 (13.3%) student who had a good level of knowledge, 71 (39.2%) students had a fair level of knowledge, and 86 (47.5%) students had a poor level of knowledge. After the health promotion, the number of students who had a good level of knowledge increased to 87 (48.1%) students, fair level of knowledge were 80 (44.2 %) students, and 14 (7.7%) students had a poor level of knowledge. There were significant differences in the level of knowledge before and after health promotion (marginal homogeneity test, p<0.01). In conclusion, health promotion affects in improving student’s knowledge about the transmission of pediculosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Isnarsandhi Yustisia
"Pedikulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh kutu kepala (Pediculus humanus capitis). Pedikulosis dapat bermanifestasi pada anak dengan usia sekolah, terutama yang berada pada populasi yang padat serta kebersihan yang kurang. Penelitian ini dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri terhadap pengobatan pedikulosis. Penelitian menggunakan metode cross-sectional dan dilakukan dengan metode total population pada santri perempuan dengan tingkat pendidikan Aaliyah dan Tsanawiyah di pesantren tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2011 dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang telah didapatkan, diolah menggunakan SPSS 17 dan dianalisis dengan uji chi square.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas santri memiliki informasi mengenai pengobatan pedikulosis yang cukup (79,6%). Santri paling banyak berasal dari kelompok usia 15-18 tahun (59%) dengan tingkat pendidikan terbanyak dari kelompok Aliyah yaitu 33%. Sebanyak 96,7% orang mengalami pedikulosis, dengan 59,3% berambut lurus. Pada uji chi square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri perempuan mengenai pengetahuan pengobatan pedikulosis dengan tingkat pendidikan, usia, dan riwayat pedikulosis. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan pedikulosis cukup baik dan tidak ada hubungan dengan karakteristik santri.

Pediculosis is the infection which caused by head lice (Pediculus humanus capitis). Pediculosis can be manifested in school childrens, especially whom lived in crowd population and also less hygiene. The research was conducted in Pesantren Tapak Sunan, Jakarta Timur, and the aim of the research is to knowing the level of students knowledge of the treatment of pediculosis. The research used cross sectional method and data were taken by total population method from female students of Tsanawiyah and Aliyah on January 2011 through interview and questionnaire. The data were proceed by SPSS 17 program and analyzed by chi-square.
The overall prevalence of pediculosis was 96,7%. Most of them were from Aaliyah (33%), 96,7% had pediculosis with 59,3% of them had straight hairs. There were no significant correlation between the level of knowledge of pediculosis treatments and educational level, age and pediculosis history. The students knowledge about treatments of pediculosis was average and there is no correlation with the students’ characteristics
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Ryano Sandakh
"Infestasi tuma kepala sering dijumpai pada penduduk di lingkungan kumuh, padat dan pengetahuan yang kurang. Dengan demikian untuk memberantas kutu kepala, penduduk yang berisiko terinfestasi perlu diberikan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai pedikulosis kapitis pada siswi di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Metode: Desain penelitian adalah pre-poststudy dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswi pesantren yang datang pada pengumpulan data dijadikan subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan cara penularan kutu kepala. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan hanya 13 siswi 17,57 yang memiliki pengetahuan baik sedangkan ada 27 36,49 siswi pengetahuan sedang dan 34 45,9 siswi yang mendapat nilai kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan meningkat menjadi 34 siswi 45,9 berpengetahuan baik, sedangkan pengetahuan sedang 20 siswi, sama dengan yang berpengetahuan kurang yaitu 20 siswi 27 . Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Head lice infestation is common in the population in a seedy neighborhood, dense and less knowledge. Thus, to eradicate head lice, people at risk should be given knowledge infested. This study aims to determine the effectiveness of health education about pediculosis capitis in students at a pesantren in East Jakarta.
Method: The study design is a pre poststudy and data taken on March 8, 2014. All the girls pesantren coming on data collection used as research subjects. Data were collected by a questionnaire consisting of 10 questions mode of transmission of head lice. The data was processed with SPSS version 20 and tested with marginal homogeneity.
Results: The results showed, before the extension was only 13 female students 17.57 who have a good knowledge, while there were 27 36.49 were female students knowledge and 34 45.9 students who scored less. After counseling, knowledge increased to 34 students 45.9 good knowledge, while knowledge was 20 students, together with knowledgeable less that 20 students 27 . Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after counseling p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Permatasari
"Pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis yaitu penyebab dan gejala yang ditimbulkannya penting untuk diketahui masyarakat supaya kasus pedikulosis bisa dideteksi dan ditangani secara dini Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai pedikulosis kapitis Bentuk penelitian ini adalah studi pre post Data penelitian diambil pada 22 Januari 2011 di Pesantren X Jakarta Timur Seluruh santri diikutsertakan dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai penyebab dan gejala pedikulosis Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan Data diolah menggunakan program SPSS versi 11 5 dan diuji dengan marginal homogeneity Responden terdiri atas 151 orang berusia 11 18 tahun Responden laki laki 88 orang 58 3 dan perempuan 63 orang 41 7 Sebelum penyuluhan 13 orang 8 6 responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 138 orang lainnya 91 4 memiliki tingkat pengetahuan kurang Setelah penyuluhan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik menjadi 3 orang 2 0 sedang 47 orang 31 1 dan tingkat pengetahuan kurang menjadi 101 orang 66 9 Melalui uji marginal homogeneity didapatkan nilai p.

Knowledge about pediculosis capitis especially about the causative agent and the symptoms generated are important for public in order to detect and manage pediculosis early if it happened This research is purposed to observe the effectivity of health promotion in increasing respondents rsquo knowledge about pediculosis capitis This research is a pre post study The data was taken on January 22 2011 at lsquo X rsquo Islamic High School East Jakarta All of the students were included in this study by filling the questionnaire about pediculosis capitis causative agent and symptoms The survey was taken before and after the health promotion The data was processed using SPSS program version 11 5 and checked using marginal homogeneity test There were 151 respondents aged between 11 18 years old The respondents consisted of 88 boys 58 3 and 63 girls 41 7 Before the health promotion 13 respondents 8 6 had fair knowledge and the remaining 138 91 4 had poor knowledge After the health promotion the amount of respondents who had good knowledge increase to 3 respondents 2 0 fair knowledge 47 respondents 31 3 and poor knowledge decreases to 101 respondents 66 9 Using marginal homogeneity test the value of p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>