Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qonitah Azzahra
"ABSTRAK
Hipertensi pada remaja semakin meningkat dan menyebabkan peningkatan berbagai penyakit degeneratif lainnya ketika dewasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang paling berhubungan terhadap kejadian prehipertensi dan hipertensi pada remaja usia 15-18 tahun di SMA Negeri 3 Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara tahun 2016. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional yang dilakukan pada 145 responden kelas X dan XI. Variabel dependen yang diteliti adalah hipertensi dan prehipertensi sedangkan variabel independen yang diteliti adalah jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi, asupan energi, asupan lemak, asupan natrium, asupan serat, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, keadaan stres dan durasi tidur.
br>
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi prehipertensi 42,1% dan hipertensi 12,4%. Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat perbedaan bermaknan antara prehipertensi dan hipertensi berdasarkan jenis kelamin (p value = 0,005), riwayat hipertensi keluarga (p value = 0,040), status gizi (p value = 0,012), asupan lemak (p value = 0,036), asupan natrium (p value = 0,031), asupan serat (p value = 0,010), aktivitas fisik (p value = 0,044), keadaan stres (p value = 0,043), dan durasi tidur (p value = 0,023). Sedangkan bedasarkan analisis multivariat, faktor dominan kejadian prehipertensi dan hipertensi adalah aktivitas fisik. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti hubungan kasualitas pada faktor-faktor tersebut dan untuk mencari apakah ada faktor dominan lain yang berhubungan dengan kejadian prehipertensi dan hipertensi pada remaja. Peneliti menyarankan agar siswa rutin melakukan pengukuran tekanan darah setidaknya sebulan sekali, aktif berolahraga paling sedikit tiga kali seminggu, memantau berat badan minimal sebulan sekali untuk memantau status gizi baik, dan menjaga asupan zat gizi dengan mengonsumsi makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

ABSTRACT
Hypertension in adolescents has increased and led to an increase in various other degenerative diseases when adults. The purpose of this study was to determine the most dominant factor that related to the incidence of prehypertension and hypertension in adolescents aged 15-18 years old at SMA Negeri 3 Kisaran Asahan District North Sumatra in 2016. The study used cross-sectional design which was conducted on 145 respondents of 10th and 11th grader. The dependent variables in this study is hypertension and prehypertension, while independent variables were gender, family history of hypertension, nutritional status, energy intake, fat intake, sodium intake, fiber intake, physical activity, smoking, stress and sleep duration.
The results showed that the prevalence of prehypertension and hypertension were 42,1% and 12,4% respectively. Based on the bivariate analysis, there were significant differences between prehypertension and hyepertension based on sex (p value = 0,005), family history of hypertension (p value = 0,040), nutritional status (p value = 0,012), fat intake (p value = 0,036), sodium intake (p value = 0,031), fiber intake (p value = 0,010), physical activity (p value = 0,044), stress (p value = 0,043), and sleep duration (p value = 0,023). While based on the multiariate analysis, the dominant factor of prehypertension and hypertension was physical activity.
Further research is needed to examine the relationship of causality on these factors and to explore whether there other dominant factor of prehypertension and hypertension among adolescents. The author suggests that the students should routinely check the blood pressure measurements at least once a month, exercise at least three times a week, monitoring the body weight at least once a month to maintain good nutrional status, and keep the intake of nutritionts by eating foods according to balanced nutriotional guidelines.
"
2016
S63406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezka Arsy Effrin
"Prahipertensi pada remaja diketahui dapat menyebabkan kejadian hipertensi di masa dewasa, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor dominan kejadian prahipertensi pada remaja di SMA Budi Mulia Kota Bogor tahun 2016. Penelitian yang bersifat kuantitatif dengan desain crosssectional ini dilakukan pada April?Mei 2016 pada 130 siswa berusia 14-18 tahun. Data tekanan darah didapatkan melalui pengukuran menggunakan sfigmomanometer merkuri Riester tipe novapresameter dan stetoskop Littmann. Indeks Massa Tubuh (IMT) dikalkukasi dari hasil pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan. Physical Activity Questionnaire for Adolescence digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas fisik. Data asupan natrium didapatkan dari wawancara 24 hour food recall. Sedangkan data berat lahir, waktu tidur, riwayat hipertensi keluarga, dan jenis kelamin didapatkan dari pengisian angket. Prevalensi prahipertensi pada penelitian ini adalah 21,5% serta ditemukan perbedaan yang bermakna antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh, berat lahir, dan riwayat hipertensi keluarga.Indeks massa tubuh merupakan faktor dominan kejadian prahipertensi dengan odds ratio sebesar 7,664. Responden disarankan untuk menjaga IMT kurang dari 1 standar deviasi menurut standar WHO serta menghindari faktor risiko lain jika memiliki riwayat hipertensi pada keluarga untuk mengurangi risiko kejadian prahipertensi.

Prehypertension in adolescents known as a risk factor of developing hypertension later in life. The objective of this study is to identify the dominant factor determining the prevalence of prehypertension among adolescents in SMA Budi Mulia Kota Bogor 2016. Cross-Sectional Study was conducted from April until May 2016 involving 130 students aged 14?18. Blood Pressure measurement obtained using Riester Novapresameter Mercury Sfigmomanometer and Littman Stethoscope. Body Mass Index data was calculated from weight and height measurements. Physical Activity Questionnaire for Adolesent was used to obtain Physical Activity Data. Sodium Intake was calculated by conducting twice 24-hour food recall. Self Administered Questionnaire was used to collect remaining data such as Birth Weight, Sleep Duration, Family History of Hypertension, and Sex. The prevalence of prehypertension is 21,5%. Chi-Square analysis found no association between blood pressure and physical activity, and also with sleep duration. Associations adjusted for Sodium Intake, Birth Weight and Sex showed independent relationship with BMI (OR=7,664) and Family History of Hypertension(OR=4,007) Respondents are advised to maintain BMI below 1 standard deviation according to WHO standards and avoid other risk factors if happen to have hypertension history in the family to reduce the risk of prehypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Mira Safitri
"ABSTRAK
Prehipertensi pada remaja berperan penting terhadap peningkatan risiko kejadian hipertensi pada masa dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan dominan terhadap prehipertensi pada remaja usia 14-17 tahun di SMA Al-Azhar 3 Jakarta berdasarkan jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi IMT/U , aktivitas fisik, asupan natrium, durasi tidur, dan kebiasaan merokok. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan melibatkan 142 responden kelas X dan XI. Instrumen yang digunakan, yaitu kuesioner, sfigmomanometer merkuri dan stetoskop, timbangan digital, dan microtoice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi prehipertensi sebanyak 40,8 . Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel jenis kelamin, riwayat hipertensi keluarga, status gizi IMT/U , asupan natrium, dan durasi tidur. Status gizi IMT/U terutama status gizi gemuk merupakan faktor dominan kejadian prahipertensi dengan odds ratio sebesar 5,998. Dianjurkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain penelitian yang berbeda, sampel yang lebih banyak, dan variabel lainnya yang belum pernah diteliti pada penelitian yang serupa.

ABSTRAK
Prehypertension among adolescenses plays important role on raising the risk of hypertension among adults. The purpose of this study is to know the related and dominant factors of prehypertension among 14 17 years old adolescence in SMA Al Azhar 3 Jakarta based on sex, family history of hypertension, nutritional status BMI , physical activiy, sodium intake, and sleep duration, and smoking habit. This study used cross sectional design. Total of 142 respondents from grade X and XI were included in this study. Instruments used are questionnaires, mercury sfigmomanometer, stethoscope, digital scales, and microtoice The result of study shows that prehypertension prevalence is 40.8 . There is significant correlation in sex, family history of hypertension, nutritional status BMI , sodium intake, and sleep duration. Nutritional status BMI , especially overweight, is the dominant factor of prehypertension with odds rasio of 5.998. It is suggested to measure other variables that have not been measured in similiar research."
2017
S67067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Noura Zumairitri Syam
"Prehipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang ≥90 persentil tetapi <95 persentil, sedangkan hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik 95th persentil hingga 99th persentil + 5 mmHg berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai prehipertensi dan hipertensi remaja di Indonesia, prevalensi prehipertensi pada remaja mencapai 16,8%, sedangkan prevalensi hipertensi mencapai 2,6%. Penelitian sebelumnya mengenai prehipertensi remaja di salah satu SMA di Bogor, prevalensi prehipertensi mencapai 21,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi status prehipertensi dan hipertensi berdasarkan karakteristik individu, status gizi, asupan, dan gaya hidup pada siswa/i usia 15-18 tahun di SMA Negeri 2 Cibinong. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 130 yang terdiri dari siswa/i kelas X dan XI SMA Negeri 2 Cibinong. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei - Juni melalui pengisian kuesioner (g-form), wawancara recall 2x24-h, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 29,2% responden mengalami prehipertensi dan 3,1% responden mengalami hipertensi tahap 1. Terdapat perbedaan proporsi prehipertensi dan hipertensi berdasarkan riwayat hipertensi keluarga (p-value=0,001; OR=4,020; 95% CI=1,765 - 9,159), asupan natrium (p-value=0,001; OR=19,091; 95% CI=5,91 - 61,61), asupan serat (p-value=0,001; OR=6,000; 95% CI=2,68 - 13,39), dan kebiasaan merokok (p-value=0,002; OR=10,118; 95% CI=2,044 - 50,091). Siswa/i dengan riwayat hipertensi keluarga, asupan natrium berlebih, asupan serat kurang, dan memiliki kebiasaan merokok lebih berisiko mengalami kejadian prehipertensi dan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan siswa/i dapat mulai memperhatikan tekanan darah dengan melakukan pengukuran tekanan darah rutin sebulan sekali, membatasi asupan natrium ≤2000 mg atau 1 sdt per hari, meningkatkan asupan serat ≥25 gr per hari, dan mengurangi/menghentikan kebiasaan merokok.

Prehypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure that is ≥90th percentile but <95th percentile, while hypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure of 95th percentile to 99th percentile + 5 mmHg based on gender, age, and height body. Based on previous research regarding prehypertension and adolescent hypertension in Indonesia, the prevalence of prehypertension in adolescents reached 16.8%, while the prevalence of hypertension reached 2.6%. Previous research on adolescent prehypertension in one high school in Bogor, the prevalence of prehypertension reached 21.5%. This study aims to determine differences in the proportion of prehypertension dan hypertension status based on individual characteristics, nutritional status, intake and lifestyle among students aged 15-18 years at SMA Negeri 2 Cibinong. The research design used in this study was cross-sectional with consecutive sampling technique. The number of respondents in this study was 130 consisting of students from class X and XI of SMA Negeri 2 Cibinong. Data collection was carried out in May - June through filling out questionnaires (g-form), 2x24-h recall interviews, measuring body weight, height and blood pressure. The research results showed that 29.2% of respondents had prehypertension and 3.1% of respondents had stage 1 hypertension. There were differences in the proportion of prehypertension and hypertension based on family history of hypertension (p-value=0.001; OR=4.020; 95% CI=1.765 - 9.159), sodium intake (p-value=0.001; OR=19.091; 95% CI=5.91 - 61.61), fiber intake (p-value=0.001; OR=6.000; 95% CI=2.68 - 13.39) , and smoking habits (p-value=0.002; OR=10.118; 95% CI=2.044 - 50.091). Students with a family history of hypertension, excessive sodium intake, insufficient fiber intake, and smoking habits are more at risk of experiencing prehypertension and hypertension. Based on the results of this research, it is hoped that students can start paying attention to blood pressure by taking regular blood pressure measurements once a month, limiting sodium intake to ≤2000 mg or 1 tsp per day, increasing fiber intake to ≥25 grams per day, and reducing/stopping the habit of smoke."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Sundari
"Rendahnya tingkat literasi pangan dan gizi pada remaja dapat membentuk perilaku makan tidak sehat dan dapat berlangsung hingga dewasa, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mereka. Literasi pangan dan gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pendapatan keluarga, kebiasaan makan keluarga, pengaruh teman sebaya, penggunaan media, dan peran guru. Untuk melihat faktor dominan tingkat literasi pangan dan gizi berdasarkan faktor tersebut, dilakukan penelitian studi cross-sectional pada bulan Maret hingga Mei 2021. Penelitian melibatkan 135 siswa/i SMA Negeri 3 Depok, dipilih menggunakan metode quota sampling serta pengisian kuesioner secara daring. Hasil penelitian menemukan sebagian besar responden memiliki tingkat literasi pangan dan gizi yang baik yaitu sebesar 71,1%. Hasil bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna pada tingkat literasi pangan dan gizi remaja hanya berdasarkan penggunaan media (p-value=0,000) serta penggunaan media merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan tingkat literasi pangan dan gizi remaja (OR = 6,5). Untuk itu, faktor penggunaan media pada remaja dapat dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan literasi pangan dan gizi para siswa/i.

The low level of food and nutrition literacy in adolescents tends to develop unhealthy eating behaviors which last until adulthood, this can affect their health. Food and nutrition literacy can be influenced by various factors, such as gender, education level of father and mother, family income, family eating habits, peer influence, media use, and the role of teacher. To see the dominant factor in the level of food and nutrition literacy based on these factors, a cross-sectional study was conducted from March to May 2021. The study involved 135 students of SMA Negeri 3 Depok, selected using the quota sampling method and filling out online questionnaires. The results of the study found that most of the respondents had a good level of food and nutrition literacy, which was 71.1%. The bivariate and multivariate results showed that there was a significant difference in the proportion of food literacy and adolescent nutrition based only on media use (p-value = 0.000) and media use was the most dominant factor associated with adolescent food and nutrition literacylevels (OR = 6.5). For this reason, the factor of media use in adolescents can be considered in an effort to improve food and nutrition literacy for students.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Ashilla Zahrantiara
"Konsumsi buah dan sayur di Indonesia masih terbilang sangat rendah. Kelompok usia remaja ditemukan sebagai salah satu yang paling rendah konsumsi buah dan sayurnya, hal tersebut akan berdampak terhadap peningkatan risiko menderita penyakit tidak menular di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi buah dan sayur serta berbagai faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa/i SMA Negeri 3 Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan pada bulan Maret – Mei 2021. Responden pada penelitian ini berjumlah 124 orang yang dipilih dengan metode quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan formulir food record secara mandiri oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 79,8% responden masih kurang konsumsi buah dan sayur (<400 gram/hari). Analisis bivariat dengan uji chi-square diketahui terdapat perbedaan proporsi konsumsi buah dan sayur berdasarkan preferensi (p-value = 0,032; OR = 3,086), pengaruh orang tua (p-value = 0,001; OR = 10,824), ketersediaan buah dan sayur (p-value = 0,009; OR = 4,250), dan kebiasaan sarapan (p-value = 0,016; OR = 3,490). Berdasarkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda ditemukan bahwa pengaruh orang tua merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada siswa/i SMA Negeri 3 Depok (OR = 7,075).

Consumption of fruit and vegetables in Indonesia is still relatively low. Adolescents are found as one of the age group with lowest consumption of fruit and vegetables, that may increase the risk of non-communicable diseases in the future. This study aims to determine the proportion of fruit and vegetables consumption and factors that associated with fruit and vegetable consumption among students in SMA Negeri 3 Depok. This study used cross sectional design and was conducted in March until May 2021. Respondents in this study consisted of 124 students that selected by using quota sampling. Data was collected by self-administered online questionnaires and food record form. Results of this study indicate that there are 79,8% of respondents consume less fruit and vegetables (<400 grams per day). Bivariate analysis with chi-square test shows that there are differences in the proportion of fruit and vegetable consumption based on preferences (p-value = 0,032; OR = 3,086), parental influence (p-value = 0,001; OR = 10,824), fruits and vegetables availability (p-value = 0,009; OR = 4,250), and breakfast habits (p-value = 0,016; OR = 3,490). Based on multivariate analysis with multiple logistic regression test are found that parental influence became the dominant factor that associated with fruit and vegetables consumption among students in SMA Negeri 3 Depok (OR = 7,075). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radina Aryanti Putri
"Stunting merupakan salah satu kondisi kekurangan gizi kronis yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang dominan pada siswa sekolah dasar kelas 1 di Jakarta Utara Tahun 2016. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode Multistage Sampling. Sampel yang diteliti sebanyak 156 siswa sekolah dasar kelas 1 di Jakarta Utara Tahun 2016 dengan responden yang memberikan informasi penelitian yaitu ibu dari siswa tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016. Data penelitian diperoleh melalui angket, formulir FFQ, dan pengukuran antropometri. Uji yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Chi-square dan uji T-independent, sedangkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 19,2% siswa mengalami stunting dan terdapat perbedaan proporsi bermakna antara stunting menurut ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi, sanitasi dan kebersihan, pemanfaatan pelayanan kesehatan, suplementasi vitamin A, status imunisasi, pola asuh, pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan frekuensi konsumsi makanan sumber zat gizi (protein, vitamin A, zat besi, dan seng). Kemudian, dari hasil analisis regresi logistik didapatkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan dapat melakukan perbaikan gizi siswa sekolah dasar baik melalui pemantauan status gizi berkala, muatan gizi di sekolah, perbaikan sanitasi dan lingkungan. Selain itu, sekolah dapat mendukung kinerja pemerintah melalui program sekolah sehat dan edukasi terhadap orang tua siswa.

Stunting is a condition of chronic malnutrition that can lower the cognitive abilities and learning achievement of the primary school children. This study aim to reveal the dominant factor of stunting among the first grade primary school children in North Jakarta 2016.This study uses cross-sectional design with multistage sampling method. The samples are 156 primary school children in North Jakarta 2016 and respondents who provide the research information are mother of that primary school children. The study was conducted in March-June 2016. Data of this research collected by questionnaires, FFQ form, and anthropometric measures. Test used for bivariate analysis was Chi-square test and independent T-test, whereas multivariate analysis with multiple logistic regression.
Results of this research showed that 19,2% students were stunting. There are statistically differences proportion of stunting based on exclusive breastfeeding, history of infectious diseases, sanitation and hygiene, health service utilization, vitamin A supplementation, immunization status, nutrition care pattern, mother knowledge of nutrition, family income. and frequency of frequency of consumption food sources nutrition (protein, vitamin A, iron, and zinc). Then, the logistic regression analysis showed that that vitamin A supplementation as a dominant factor of stunting. Based on the results, Indonesian Department of Health and Indonesian Department of Education should improve the nutrition of primary school children through periodic monitoring of nutritional status, increase children knowledge, and improve the sanitation and environment. In addition, the school can support the government's performance through the healthy schools program and educate parents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Kurnia Mulyadi
"Asupan makanan berlebih dan rendahnya aktivitas fisik adalah dua faktor risiko obesitas pada remaja. Kurangnya pemahaman akan hubungan antarfaktor risiko ini membuat obesitas remaja sulit ditangani dan cenderung berlanjut ke usia dewasa. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik (physical activity level/PAL) dengan asupan energi dan makronutrien. Penelitian dilakukan di salah satu fakultas kedokteran di Jakarta dalam periode Juni 2011-Juni 2013, dengan metode total sampling pada populasi mahasiswa berusia 15-18 tahun. Data asupan energi dan makronutrien dari sampel yang terdiri atas laki-laki (n=30) dan perempuan (n=43), dinilai menggunakan Food-Frequency Questionnaire semikuantitatif, sedangkan PAL dengan Bouchard three-days physical activity record. Dengan uji one-way anova, terdapat hubungan antara PAL dengan asupan energi dan lemak (p=0,025 dan 0,019), sedangkan asupan karbohidrat dan protein sebaliknya. Dengan analisis post-hoc LSD, perbedaan bermakna terdapat pada PAL sedang dan tinggi (asupan energi p=0,007; lemak p=0,005), sedangkan rata-rata asupan energi dan makronutrien tetap tinggi pada PAL rendah. Disimpulkan bahwa peningkatan keluaran energi total akan meningkatkan asupan energi, sedangkan PAL rendah tidak akan mengubah kebutuhan energi individual.

Excessive nutrient intake and low physical activity are two obesity risk factors in adolescent. Lack of understanding in relationship amongst these risk factors has made adolescent obesity become health problems and tends to progress into adulthood. This study aimed to investigate the relationship between physical activity level (PAL) with energy and macronutrient intake. Study was held in one of medical school in Jakarta from June 2011-June 2013, with total sampling on medical students aged 15-18. Energy and macronutrient intake from boys (n=30) and girls (n=43) were assessed using semiquantitative Food-Frequency Questionnaire, while PALs were assessed using Bouchard-three days physical activity record. One-way anova analysis showed significant relationship of PAL toward energy and fat intake (p=0,025 and 0,019), and none of carbohydrate and protein intake. The post-hoc LSD analysis revealed the significant mean difference were found in subjects classified as high and moderate PAL (for energy intake p=0,007; fat intake p=0,005). Meanwhile, energy and all macronutrients intake were found to be persistently high in subject with low PAL. In conclusion, increase in total energy expenditure will subsequently induce increase in energy intake, but low PAL did not change the individual energy requirement."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujahidil Aslam
"Remaja merupakan proses perkembangan menuju dewasa. Masa remaja ini rentanterhadap terjadinya risiko penyakit degeneratif, salah satunya adalah hipertensi.Penelitian ini merupakan penelitian desain cross sectional. Metode sampling secarasimple random sampling. Tujuan penelitian mengetahui faktor dominan kejadianhipertensi pada siswa di SMK Kesehatan Annisa 3 Citeurup Bogor Tahun 2018. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa 11,8 dari 152 siswa di SMK Kesehatan Annisa 3Citeurup Bogor mengalami hipertensi. Faktor yang berhubungan bermakna adalah jeniskelamin, IMT/U dan durasi tidur. Faktor paling dominan adalah jenis kelamin. Saranuntuk siswa melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin dan mengkonsumsi makananbergizi seimbang serta mengurangi makanan yang berlemak yang dapat memicutekanan darah tinggi dan kegemukan.

Adolescence is a process of development toward adulthood. Adolescence is vulnerableto the occurrence of the risk of degenerative diseases, one of which is hypertension.This research is a cross sectional design study. A simple random sampling method. Thepurpose of research to determine the dominant factors of hypertension incidence instudents in SMK Kesehatan Annisa 3 Citeurup Bogor Year 2018. The results showedthat 11.8 of 152 students in SMK Kesehatan Annisa 3 Citeurup Bogor hypertension.Related factors are gender, BMI of age and sleep duration. The most dominant factor isgender. Suggestions for students perform routine blood tests and nutritious foods andreduce fatty foods that can form high blood and obesity."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunersi Handayani
"ABSTRAK
Pengukuran VO2max secara langsung memang menghasilkan data yang akurat dan dapat dipercaya tetapi umumnya memerlukan waktu lebih banyak, peralatan yang mahal serta tenaga pelaksana terlatih. Penelitian sebelumnya telah berhasil mengembangkan model prediksi khusus untuk anak-anak dari etnis Jawa berdasarkan jenis kelamin, denyut nadi dan waktu tempuh berjalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi yang cocok bagi kelompok usia remaja dengan prediktor jenis kelamin, status gizi (IMT/U dan PLT), aktivitas fisik dan asupan gizi. Penelitian dilakukan pada 78 remaja laki-laki dan 114 remaja perempuan dengan rata-rata usia 16,19±0,5 tahun. Nilai estimasi VO2max diukur berdasarkan tes lari 1 mil, jenis kelamin, IMT/U ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi badan, PLT diukur dengan BIA, aktivitas fisik diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode food record 3 hari. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, seluruh asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, protein, lemak) dan beberapa asupan zat gizi mikro (vitamin B2, vitamin B6 dan seng) dengan nilai estimasi VO2max. Model prediksi non latihan dibentuk melalui analisis multi regresi linier VO2max= 40,7 + 3,1 JK - 2,5 IMT/U - 0,08 PLT + 0,4 AF - 0,004 P + 0,001 A - 1,76 B6 - 0,2 B12 + 0,5 Zn. Untuk meningkatkan nilai VO2max pada remaja, sekolah direkomendasikan untuk mengimplementasikan program TOP yang kegiatannya berfok us pada kegiatan pengendalian berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.

ABSTRACT
A direct measurement on maximal oxygen uptake (VO2max) provides accurate and reliable data but requires more time, costly aquipment and trained personnel. Previous research has developed a VO2max prediction model special for Javanese children using sex, heart rate and walk time.
The purpose of this study was to investigate the use of gender, nutritional status (body mass index for age and percent fat), physical activity level, and dietary intake in another VO2max prediction model for adolescent. The design study was a cross sectional one. Subjects were 78 male and 114 female wih a mean age of 16,19±0,5 years. Estimated VO2max was measured from one mile run test; sex; BMI for age was calculated from measured height and weight, percent fat was assessed by BIA, self report physical activity was assessed by PAQ-A and 3 day food records were used to calculate the average dietary intake. Male students (42,45 ml/kg/min) had significantly higher estimated VO2max than female (38,74 ml/kg/min). There were significant correlations between sex, BMI for age, percent fat, physical activity, all macronutrient intake (energi, carbohydrat, protein, and fat) and some micronutrient intake (vitamin B2, vitamin B6 and zinc) with estimated VO2max. The non-exercise prediction model was developed by a multiple regression analysis: VO2max= 40,7+3,1 JK-2,5 IMT/U-0,08 PLT + 0,4 AF-0,004 P + 0,001 A-1,76 B6-0,2 B12+0,5 Zn. In order to improve adolescent?s VO2max, school was recomended to implement TOP program focused on weight management, increased physical activity and promoted adequate dietary intake."
2013
T36795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>