Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kenny Andrianus Jusmanto
"ABSTRAK
Sebagai makhluk hidup kita terus terpapar dengan radikal bebas dalam aktifitas sehari ? hari. Molekul ini dapat menggangu fungsi normal sel dan juga dapat merusaknya. Maka dari itu antioksidan berperan penting dalam menangkal proses buruk dari radikal bebas. Antioksidan sendiri dapat berasal dari berbagai macam sumber, dari dalam tubuh dan dari luar. Dalam hal ini buah djengkol dikatakan memiliki kadar antioksidan yang tinggi sehingga penulis ingin mengetahui lebih dalam djengkol yang sering dikonsumsi oleh warga Indonesia dapat memberikan efek positif dalam melawan radikal bebas. Penelitian ini dilakukan Juni 2015 menggunakan sel darah domba yang dibagi 5 grup intervensi dengan diberi hydrogen peroksida dan sari djengkol. Setiap grup intervensi dilakukan 5 kali pengambilan hasil. Parameter hasil ditandai dari hasil pengukura MDA dan GSH pada darah domba. Olah data digunakan program SPSS 2.0. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Will dan Kruskal-Wallis untuk non-parametric test. Hasil tes pada kedua grup MDA dan GSH menghasilkan perbedaan yang signifikan (p=0.001). Pada uji MDA penambahan sari djengkol meningkatkan MDA lebih dari grup kontrol. Sedangkan level GSH meningkat setelah diberikan sari djengkol.

ABSTRACT
As a living organism we continually exposed to free radicals during our daily activities. This molecule can alter the normal function of cell as well as creating a damage. So an antioxidant is required to tackle the adverse effect of free radicals. Antioxidant itself can be derived from various sources, naturally from our body and supplementary. In this case, djengkol bean is said to have high antioxidant content and so the writer would like to know more about the positive effect of this commonly consumed food by Indonesian. The research was performed in June 2015 using sheep?s red blood cell and the intervention group is divided into 5 including hydrogen peroxide and djengkol extract. Each group includes 5 times sampling. The result is interpreted by the level of MDA and GSH. Data analysis is performed using SPSS programme. Normality test using Shapiro-Wilk and Kruskal-Wallis for non-parametric test. The result for both MDA and GSH group were significant (P=0.001). The addition of djengkol extract to MDA group result in higher MDA level than in control group. Whereas the addition of Djengkol extract to GSH group multiplied GSH level."
2016
S70429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Alain Aditya
"Biji djenkol / Pithecellobium lobatum / Pithecellobium jiringa / Archidendron pauciflorum adalah buah dengan bau yang menyengat dan dapat dimakan. Walaupun dengan bau yang menyengat tersebut, biji djengkol ini bukan hanya sangat diminati oleh orang-orang Indonesia saja, tetapi juga diminati oleh orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Phillipines. Biji ini mengandung vitamin dan asam djengkol. Asam djengkol ini kaya akan sulfur sistein tioasetal formaldehid. Karena komponen tersebut, biji djengkol bisa berpotensi untuk menjadi antioksidan. Tujuan riset ini adalah untuk mengobservasi efek dari ekstrak biji djengkol dalam melindungi sel darah domba yang telah di induksi H2O2 dengan mengukur aktivitas enzim superoxide dismutase SOD . Dalam riset ini, sel darah domba diberikan lima perlakuan yang berbeda. Diantaranya adalah kontrol, H2O2, H2O2 Djenkol, Djenkol, and Djenkol H2O2. Dengan perlakuan tersebut, kami dapat melihat fungsi proteksi dan kuratif dari ekstrak biji djengkol. Hasil menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara grup kontrol dan grup H2O2 dimana aktivitas SOD lebih tinggi pada grup kontrol. Perbedaan yang signifikan juga ditemukan pada grup H2O2 dengan grup djenkol p=0.036 , dan grup djenkol H2O2 0.011 . Tetapi, perbedaan antara grup H2O2 dengan grup H2O2 Djenkol tidak signifikan p=0.059 . Hasil ini menunjukan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menghambat perusakan sel darah merah domba karena H2O2. Sebagai kesimpulan, ekstrak biji jengkol lebih menunjukan efek proteksi dibandingkan dengan efek kuratifnya.

Djenkol bean Pithecellobium lobatum Pithecellobium jiringa Archidendron pauciflorum is a pungent smelling consumable fruit. Despite its repulsive smell, djenkol bean is quite favored by not only Indonesian, but also by the people of the Southeast Asian region, including Malaysia, Thailand, and Philippines. It contains vitamins and substance called djenkolic acid, which is a sulfur rich cysteine thioacetal of formaldehyde. Due to its components, djenkol bean has a potential to be an antioxidant. This research aims to observe the effect of djenkol bean extract in protecting sheep rsquo s red blood cells that treated by H2O2 by measuring the superoxide dismutase SOD activities. The sheep rsquo s red blood cells were given five different treatments, which include control, H2O2, H2O2 Djenkol, Djenkol, and Djenkol H2O2. Those treatments enable us to see the protective and curative effects of djenkol bean extract. The result showed that there was a significant difference between control group and H2O2 group where control group has higher SOD activity. H2O2 group was also significantly different compared to the djenkol p 0.036 , and djenkol H2O2 group p 0.011 . However, there were no significant difference between H2O2 group and H2O2 Djenkol group p 0.059 . The result indicates that djenkol bean extract were able to prevent harm caused by the H2O2. Therefore, djenkol bean extracts are more into its protective effect rather than its curative effect."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenisa Amanda Sandiarini Kamayana
"ABSTRAK
Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan tanaman yang tumbuh di Asia
Tenggara, dan biji jengkol telah menjadi makanan khas di berbagai negara tersebut.
Biji jengkol dipercaya memiliki sejumlah manfaat antioksidan karena adanya
kandungan asam jengkol, vitamin C, polifenol dan flavonoid. Asam jengkol
merupakan senyawa dengan gugus sulfur yang dipercaya memiliki sifat antioksidan.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan efek antioksidan dari ekstrak biji jengkol
terhadap stres oksidatif sel yang disebabkan oleh radikal bebas. Hidrogen peroksida
digunakan untuk menginduksi stres oksidatif pada sel darah merah domba secara in
vitro, diikuti dengan pengikuran aktivitas spesifik katalase. Penelitian laboratorium
eksperimental ini dilakukan pada lima perlakuan yang berbeda, di mana ekstrak biji
jengkol diberikan sebelum dan sesudah induksi stres oksidatif oleh hidrogen
peroxide. Hasil penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan dalam aktivitas
spesifik katalase dalam sel darah merah dengan penamahan ekstrak biji jengkol, baik
di kelompok kuratif dan preventif. Dengan demikian, penambahan ekstrak biji
jengkol menurunkan aktivitas spesifik katalase, kemungkinan dikarenakan oleh
pembentukan senyawa II katalase. Inaktivasi enzim katalase dapat mencegah
penguraian hidrogen peroksida sebagai senyawa radikal bebas.

ABSTRACT
Jengkol is a plant that grows natively in Southeast Asia, and its seeds has become a
typical food in these various countries. Jengkol beans are believed to carry antioxidant
properties due to its contents of djencolic acid, vitamin C, polyphenols and
flavonoids. Djencolic acid is an organosulfur compound and is thought to have
antioxidant benefits. In this study, we aim to determine the antioxidant effects of
jengkol bean extract against cellular oxidative stress induced by free radicals.
Hydrogen peroxide is used to induce oxidative stress in sheep red blood cells in vitro,
followed by measurement of catalase specific activity. This laboratory experimental
study was conducted on five different treatments, where jengkol bean extract is
administered both before and after induction of oxidative stress by hydrogen
peroxide. Results showed a significant decrease in catalase specific activity in red
blood cells with added jengkol bean extract, both in the curative and preventive
groups. Thus, the addition of jengkol bean extract decreases catalase specific activity
in red blood cells, possibly through formation of compound II. The inactivation of
catalase may prevent eradication of hydrogen peroxide as a free radical."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasser Jayawinata
"Penggunaan senyawa antioksidan akhir-akhir ini semakin berkembang dengan bertambahnya paparan terhadap radikal bebas. Bahan alami yang banyak ditemukan di Indonesia dan diduga memiliki manfaat antioksidan adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol mengandung asam jengkolat (djenkolic acid, C7H14N2O4S2) yang memiliki struktur hampir serupa dengan asam amino sistin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Kandungan lain yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid. Namun, sampai saat ini masih belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas biji jengkol sebagai antioksidan.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dengan sampel berjumlah 32 tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi 4 perlakuan, yaitu tikus kontrol, tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol, tikus yang diberikan CCl4, dan tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol dan CCl4. Parameter yang digunakan untuk melihat keadaan stres oksidatif adalah MDA plasma.
Uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok percobaan (p=0,902). Namun, terjadi penurunan kadar MDA plasma pada tikus yang diberikan jengkol dan CCl4 (1,0328 nm/mL) terhadap tikus yang hanya diberikan CCl4 saja (1,1722 nm/mL). Oleh sebab itu, belum dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji jengkol memiliki sifat antioksidan.

Antioxidants have mainly used nowadays due to the increase exposure of free radicals. One of Indonesian traditional food that estimated has antioxidants effect is jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol consists of djenkolic acid (C7H14N2O4S2), which has the similarity structure with cystine, that can act as antioxidants. The other compounds that can act as antioxidants are vitamin C and flavonoid. However, there is still no researches that prove effectivity of jengkol as antioxidants.
The design of this research was experimental with 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 treatment groups, the control group, jengkol group, CCl4 group and jengkol along with CCl4 group. The parameter measured to see the oxidative stress condition in this research was MDA level of plasma.
The statistical test showed that there was no significantly difference between groups (p=0,902). However, the plasma level of MDA decreased in rats given jengkol and CCL4 (1,0328 nm/mL) than the rats only given CCl4 (1,1722 nm/mL). Therefore, we still cannot conclude that the extract of jengkol bean can act as antioxidants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dwinovyatmojo
"Banyak keadaan patologis pada tubuh yang dapat terjadi akibat radikal bebas baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Pada keadaan stres oksidatif, antioksidan endogen biasanya tidak cukup untuk melindungi tubuh dari radikal bebas, sehingga diperlukan antioksidan eksogen yang dapat diperoleh terutama dari bahan makanan. Salah satu bahan makanan tersebut adalah Jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol mengandung asam jengkolat yang mengandung dua molekul sistein yang dijembatani oleh metilen. Metabolisme asam jengkolat menghasilkan sistein dan metionin.
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk menguji kemampuan jengkol sebagai antioksidan dengan mengukur kadar GSH serum. Penelitian ini dilakukan pada 32 tikus Sprague Dawley jantan berumur delapan minggu dengan memberikan ekstrak jengkol dan juga pemberian CCl4. Dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan. Kelompok satu adalah kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, kelompok kedua tikus yang diberi ekstrak jengkol peroral, kelompok ketiga tikus yang memperoleh CCl4 (0,55 mg/g BB dosis tunggal, dua hari sebelum pembedahan) peroral, dan kelompok keempat memperoleh ekstrak jengkol+CCl4.
Efek antioksidan dilihat dari konsentrasi GSH dalam serum yang diukur secara spektrofotometer pada λ maks 412 nm. Hasil menunjukkan penurunan konsentrasi GSH pada kelompok CCl4 (p=0,022) dan pemberian ekstrak jengkol menyebabkan kenaikan kembali konsentrasi GSH walaupun tidak kembali seperti semula (p=0,000). Dapat dikatakan bahwa ekstrak jengkol dapat mengurangi penurunan konsentrasi kadar GSH serum dan memiliki kemampuan antioksidan.

There are many pathological body conditions caused by free radical endogenic or exogenic. In Oxidative Stress condition, endogenic antioxidant substance is not enough to protect body from free radical, therefor we need exogenic anti-oxidant that can be obtained from food. One of the food is Jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol contains jengkolic acid (C7H14N2O4S2) which has the similarity structure with cysteine as an antioxidant. The metabolism of jengkolic acid are cysteine and methionine.
The aim of this experimental research was to prove that jengkol seed extract has an anti-oxidant effect measured in GSH serum. The research uses male rat (Spraguw Dawley) 8 weeks old given jengkol seed extract and CCl4. There are four treatment groups. Group 1 is a control group. Group 2 is a group which is given jengkol seed extract. Group 3 is a group which is given CCl4 (0,55 mg/g bodyweight single dose, two days before the surgery). Group 4 is a group which is given jengkol seed extract+CCl4.
The anti-oxidant effect can be seen from the concentration of GSH in serum measured by spectrophotometer using Ellman technic (λ maks 412 nm). The result from statistic test shows the decrease of GSH serum concentration in group CCl4 (p=0.022) and by giving jengkol seed extract cause in increasing concentration of GSH serum eventough it?s not back like normal again (p=0,000). So, extract of jengkol seed can be used as an antioxidant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Rusdi
"Saat ini, paparan berbagai zat yang berbahaya bagi tubuh manusia cenderung meningkat, termasuk di antaranya radikal bebas, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan suplemen antioksidan. Banyak penelitian membuktikan berbagai sumber antioksidan alami. Salah satu sumber makanan yang telah lama menjadi bahan makanan di Indonesia dan berpotensi memiliki fungsi protektif terhadap stres oksidatif adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Struktur asam jengkolat, salah satu kandungan jengkol, mirip dengan sistin sehingga secara teori dapat dipecah dan menghasilkan molekul sistein.
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak biji jengkol dapat melindungi hati tikus galur Sprague Dawley dari kerusakan yang diakibatkan oleh CCl4. Sebagai indikator, digunakah kadar GSH, suatu antioksidan endogen. 32 tikus Sprague Dawley dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan sari biji jengkol 10 mg/kgBB selama 8 hari, kelompok yang mendapatkan CCl4 2,75 mg/gBB dosis tunggal dua hari sebelum dibedah, dan kelompok yang mendapatkan sari biji jengkol dan CCl4.
Dari hasil pengukuran kadar GSH hati tikus dengan teknik Ellman, didapatkan peningkatan kadar GSH kelompok yang mendapat jengkol hingga 1,7 kali lipat kontrol (p=0,000). Selain itu, kadar GSH hati tikus yang mendapatkan jengkol dan CCl4 lebih tinggi 8,6 kali lipat dibandingkan yang mendapat CCl4 saja (p=0,000). Dari bukti ini dapat dikatakan bahwa sari biji jengkol dapat menunjang fungsi antioksidan endogen dan meminimalisasi kerusakan hati yang diakibatkan CCl4.

This time, exposure to a variety of substances that are harmful to the human body, including free radicals, is likely to increase. This led to increased need for antioxidant supplementation. Many studies try to prove the various sources of natural antioxidants. One food source in Indonesia, jengkol (Archidendron pauciflorum), potentially have a protective function against oxidative stress because the structure of djenkolic acid, found in jengkol, is similar to cystine so that in theory it can be broken down and produce cysteine molecules.
This experimental study was conducted to determine whether jengkol bean extract may protect Sprague Dawley rat liver from damage caused by CCl4. As an indicator is GSH, an endogenous antioxidant. Sprague Dawley rats were divided into four groups, namely control group, the group given jengkol bean extract 10 mg / kg BW for 8 days, the group receiving CCl4 2,75 mg / g BW single dose two days before surgery, and the group who received both jengkol bean extract and CCl4.
The result of measurements of rat liver GSH levels with Ellman technique, shows elevated levels of GSH in the group receiving jengkol, up to 1.7 times compared to the control (p = 0.000). In addition, liver GSH levels in rats receiving both CCl4 and jengkol are 8.6-fold higher than ones that received CCl4 alone (p = 0.000). From this evidence, we can say that jengkol bean extract can support the endogenous antioxidant function and minimize liver damage caused by CCl4.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Dafana Putra
"Tubuh memiliki pertahanan terhadap radikal bebas dengan menghasilkan antioksidan endogen salah satunya enzim glutation peroksidase (GPx). Untuk membantu kerja antioksidan endogen, banyak pencarian terkait antioksidan dari luar tubuh misalnya dari bahan makanan. Jengkol (Archidendron pauciflorum) adalah tumbuhan khas yang banyak terdapat di Indonesia berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung asam jengkolat (sistein), polifenol, dan vitamin C. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak biji jengkol dapat mempengaruhi aktivitas spesifik GPx pada jaringan hati tikus. Sebanyak 28 ekor tikuslSprague Dawley dibagi dalam empat kelompok, yaitu tanpa perlakuan, jengkol, CCl4, dan jengkol disertailCCl4. Ekstrak biji jengkol diberikan 10 mL/kg selama 8 hari dan CCl4 diberikan 0,55 mL/kg pada hari ke-9 dan 10. Pada hari ke- 11 tikus dieutanasia, homogenat hati tikus diambil, kemudian diukur aktivitas spesifik GPx dengan kit/reagen standar. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menurunkan aktivitaslspesifik GPx pada hati tikus yang tidak diberikan CCl4 (p=0,032) maupun tikus yang diberikan CCl4 (p=0,000). Hal ini diperkirakan karena jengkol mampu meminimakan radikal bebas pada jaringan hati normal (tanpa intoksikasi CCl4) karena sisteinnya secara langsung dapat menekan pembentukan H2O2 (substrat GPx) sehingga aktivitas GPx lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa perlakuan, namun jengkol tidak dapat menangkal kerusakan akibat CCl4.

Human body has defense mechanisms against free radicals by producing endogenous antioxidants, one of them is enzyme glutathione peroxidase (GPx). To help work of endogenous antioxidants, many studies search for exogenous antioxidants e.g. from food. Jengkol (Archidendron pauciflorum), a typical plant that grows in Indonesia, has potential as antioxidant because it contains djengkolic acid (cysteine), polyphenolics, and vitamin C. The purpose of this study is to prove that jengkol seed extract can affect GPx specific activity in rat liver tissue. A total of 28 Sprague Dawley rats are divided into four groups: untreated group, jengkol, CCl4, and CCl4 plus jengkol. Jengkol seed extract are administered 10 mL/kg for 8 days, and CCl4 are given 0,55 mL/kg on 9th and 10th day. On 11th day, all rats are euthanized, liver homogenates are then taken, and GPx specific activity is measured using standard kit/reagent. Result of statistical analysis shows that jengkol seed extract can decrease specific activity of GPx in non-CCl4-treated rat (p=0,032) and CCl4-treated rat (p=0,000). This is expected because jengkol is able to minimize the free radicals found in normal liver tissue (without CCl4 intoxication) as its cysteine can decrease formation of peroxide (GPx substrate) directly, so it lower GPx activity but jengkol cannot counteract the liver damage caused by CCl4."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giarena
"Seiring berkembangnya teknologi, paparan radikal bebas dari lingkungan semakin meningkat. Walaupun tubuh memiliki antioksidan untuk ?melawan? radikal bebas tersebut, namun jika terjadi ketidakseimbangan, maka dapat terjadi keadaan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi kerusakan sel yang serius. Oleh sebab itu, dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk membantu menjaga keseimbangan radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya bersumber dari makanan. Jengkol merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia. Jengkol memiliki kandungan asam sistein dengan gugus sulfihdril (SH) yang memiliki efek antioksidan dengan mekanisme tertentu. Selain itu, terdapat kandungan polifenol, vitamin C, dan flavonoid pada biji jengkol yang juga memiliki efek antioksidan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol terhadap aktivitas enzim antioksidan superoksida Bahasa Indonesia dismutase (SOD) dalam darah tikus yang dikondisikan mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Sejumlah 28 ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa perlakuan, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol, kelompok yang diberi CCl4, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama 8 hari dan CCl4 pada hari ke-9 dan ke-10. Pada setiap kelompok, dilakukan pengukuran aktivitas enzim SOD darah. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada perubahan aktivitas enzim SOD di darah tikus yang mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek jengkol sebagai antioksidan.

As the development of technology, exposure to free radicals from the environment is increasing. Although the body has antioxidants to "fight" free radicals, but if there is an imbalance, then it can be a state of oxidative stress that can progress to serious cell damage. Therefore, it takes an antioxidant that comes from outside the body to help maintain the balance of free radicals in the body, one of which is sourced from the food. Jengkol is one of Indonesia's natural resources. Jengkol acid contains cysteine with sulfihdril group (SH) which has antioxidant effects with a specific mechanism. In addition, there are polyphenol, vitamin C, and flavonoids in jengkol seeds which also have antioxidant effects. Therefore, this study was conducted to determine the effect of jengkol seed extract in the activity of the antioxidant enzyme superoxide dismutase (SOD) in blood of rats that were conditioned oxidative stress through CCl4 intoxication. A total of 28 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups, the group without treatment, the group which was given jengkol seed extract only, the group which was given CCl4 only, and the group which was given jengkol seed extract for 8 days then CCl4 on 9th and 10th , In each group, SOD activity was measured in the blood. Statistical analysis showed no significant difference (p> 0.05) on changes in SOD activity in blood of rats with oxidative stress through CCl4 intoxication. Thus, it is necessary to conduct further research on the effects of jengkol as antioxidants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Abdi Zil Ikram
"Stres oksidatif di hati dapat terjadi akibat peningkatan produksi radikal bebas berlebih seperti ROS yang akhirnya menyebabkan kerusakan hepatoseluler. Glutation GSH , antioksidan non enzimatik, berperan dalam memberikan efek proteksi melawan radikal bebas. Selama ini, bekatul diperkirakan mempunyai potensi antioksidan pada hati. Peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bekatul padi Oryza sativa varietas IPB3S terhadap kadar GSH pada organ hati tikus yang diinduksi karbon tetraklorida CCl4 . Dua puluh empat ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi ke dalam enam kelompok yaitu, tanpa perlakuan, CCl4, bekatul 150 mg/kgBB, bekatul 150 mg/kgBB CCl4, bekatul 300 mg/kgBB, dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4. Kadar GSH jaringan hati tikus diukur pada tiap kelompok perlakuan menggunakan metode Ellman. Data kemudian dianalisis menggunakan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar GSH jaringan hati tikus yang bermakna pada kelompok bekatul 150 mg/kgBB p=0,01 dan bekatul 150 mg/kgBB CCl4 p=0,046 dibandingkan dengan kelompok tanpa perlakuan dan CCl4 saja. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok bekatul 300 mg/kgBB p=0,118 dan bekatul 300 mg/kgBB CCl4 p=0,247 terhadap kelompok tanpa perlakuan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak bekatul mempunyai potensi sebagai antioksidan terhadap jaringan hati jika dilihat dari adanya peningkatan kadar GSH.

Oxidative stress in the liver can occur as a result of increased production of excess free radicals such as ROS that eventually cause hepatocellular damage. Glutathione GSH , a non enzymatic antioxidant, plays a role in providing protection against the effects of free radicals. Recently, rice bran has been predicted to have antioxidant potential in the liver tissue. Researcher wanted to determine the effect of rice bran variety IPB3S Oryza sativa extract to level of GSH in the rats liver induced by carbon tetrachloride CCl4 . Twenty four male Sprague Dawley rats were divided into six groups which are control, CCl4, rice bran extract 150 mg kgBW, rice bran extract 150 mg kgBW CCl4, rice bran extract 300 mg kgBW, and rice bran extract 300 mg kgBW CCl4. GSH levels in rats liver tissue in each treatment group were measured using Ellman 39 s method. Data were analyzed using One way ANOVA. The results showed a significant increase in rats liver tissue GSH levels in 150 mg kgBW rice bran extract group p 0.01 and 150 mg kg rice bran extract CCl4 group p 0.046 compared to the control group and CCl4 group alone. In contrast, there were no significant differences in the 300 mg kgBW rice bran extract group p 0.118 and 300 mg kgBW rice bran extract CCl4 group p 0.247 compared to control group. This study suggested that rice bran extracts had antioxidant potential on liver tissue observed from elevated level of GSH.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kun Chyntia Mega Ningrum
"Dewasa ini terjadi peningkatan kebutuhan antioksidan untuk melawan paparan radikal bebas dari lingkungan dan mencegah kondisi stres oksidatif pada tubuh. Salah satu tanaman yang dikonsumsi masyarakat adalah jengkol. Jengkol (Archidendron pauciflorum) diketahui berpotensi sebagai antikosidan yang kuat karena kandungan asam jengkolat yang tersusun dari dua molekul sistein, kandungan vitamin C, dan flavonoid pada bijinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol pada kadar senyawa karbonil jaringan hati tikus yang diintoksikasi CCl4. Sebanyak 27 ekor tikuslSprague Dawley jantan berusia 8 minggu dengan berat tikus 90-160 gram dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol dengan dosis 0,01 ml/gbb peroral selama 8 hari, kelompok yang diberi CCl4 dengan dosis 0,55 mg/gbb peroral selama 2 hari, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama delapan hari disertailCCl4 pada dua hari berikutnya. Parameter stres oksidatif yang diukur ialah kadar senyawa karbonil jaringan hati.
Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok percobaan (p = 0,015). Terdapat penurunan kadar senyawa karbonil dalam jumlah kecil secara kuantitatif tetapi bermakna secara statistik pada kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol dengan CCl4 dibandingkan kelompok CCl4 saja (p = 0,974). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji jengkol pada dosis tersebut belum menunjukkan efek antioksidan.

Today antioxidants are used widely to protect body from environmental free radicals and prevent oxidative stress. One of traditional food that has been consumed widely is jengkol. Jengkol (Archidendron pauciflorum) is believed to have strong potential as antioxidant because of its seed content of jengkolic acid, a chemical compound consisting of two cysteine molecules, vitamin C, and flavonoid.
This research is conducted to find the effect of jengkol seeds extract towards carbonyl level of rat?s liver induced by CCl4. Twenty seven Sprague-Dawley strain rats, male, weight from 90-160 gram are divided into four groups: a control group, a group given jengkol seeds extract for 8 days (dosage: 10 ml/gbb orally), a negative control group given CCl4 for 2 days (dosage: 0,55 mg/gbb orally), and a group given jengkol seeds extract for 8 days and CCl4 for the next 2 days. The parameter of oxidative stress measured in this research is carbonyl level of rats liver tissue.
The statistical test showed that there was significantly difference in carbonyl level between groups (p = 0,015). There is a small decrease of carbonyl level but not statistically significant in group given both CCl4 and jengkol seeds extract compared to CCl4 group (p = 0,974). Therefore, the antioxidant effect of jengkol seed extract at this dose could not be concluded.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>