Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Didik Sudarsono
"ABSTRAK
Komposit TiO2-NT/karbon aktif/Fe3O4 telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode heteroaglomerasi dan digunakan untuk mengeliminasi 2,4,6-Triklorofenol (2,4,6-TCP) dalam limbah cair industri pulp dan kertas. Komposit ini dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, FT-IR, SEM-EDX, TEM dan BET. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa komposit TiO2-NT/karbon aktif/Fe3O4 memiliki fasa anatase TiO2 yang dapat mendegradasi polutan dan fasa Fe3O4 yang dapat ditarik oleh medan magnet luar. Hasil karakterisasi FT-IR menunjukkan ikatan elektristatik dari ketiga material yang dikompositkan. Hasil karakterisasi SEM-EDX dan TEM menunjukkan adanya material karbon aktif, TiO2-NT dan Fe3O4 dalam morfologi dan komposisi komposit. Selain itu, hasil karakterisasi BET menunjukkan bahwa komposit mempunyai luas permukaan yang tinggi sebesar 116.8 m2/g. Berdasarkan hasil uji eliminasi 2,4,6-TCP, komposit TiO2-NT/karbon aktif/Fe3O4 memiliki kemampuan menyisihkan 2,4,6-TCP secara efektif. Komposisi komposit dan kondisi operasi optimum yang didapatkan adalah komposisi perbandingan massa TiO2-NT : karbon aktif : Fe3O4 yaitu 1 : 0.02 : 0.1, loading katalis sebesar 1 g/L, penambahan laju alir udara sebesar 500 cc/menit dan konsentrasi awal limbah kurang dari 10 ppm dengan dengan lama irradiasi selama 4 jam. Selain itu, berdasarkan pengukuran waktu separasi komposit menggunakan batang magnet luar, didapatkan bahwa penambahan Fe3O4 dalam komposit mampu mereduksi waktu separasi komposit.

Composite TiO2-NT/activated carbon/Fe3O4 has been successfully synthesized by use heteroaglomeration method and is used to eliminate 2,4,6-trichlorophenol in wastewater of pulp and paper industry. The composite is characterized by using XRD, FT-IR, SEM-EDX, TEM and BET. XRD characterization results indicate composite TiO2-NT/ activated carbon/Fe3O4 has anatase TiO2 to degrade pollutants and Fe3O4 to be pulled by external magnetic field. FTIR characterization results indicate electrostatic bonding of composite materials. SEM-EDX and TEM characterization results indicate the presence of activated carbon material, TiO2-NT and Fe3O4 in morphology and composition. In addition, BET characterization results indicate composite has high surface area of ​​116.8 m2/g. Based on results of elimination of 2,4,6-TCP, TiO2-NT/activated carbon/Fe3O4 have ability to eliminate 2,4,6-TCP effectively. The optimum of composition and operating conditions obtained are composition mass ratio of TiO2-NT : activated carbon : Fe3O4 is 1: 0:02: 0.1, loading the catalyst of 1 g/L, air flow rate of 500 cc/min and an waste initial concentration is less than 10 ppm with irradiation for 4 hours. In addition, based on measurements of time separation composite using an external magnetic rod, it was found that the addition of Fe3O4 in composite is capable of reducing separation time of composite.
"
2016
S63190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesario Fatriantama
"ABSTRAK
Komposit fotokatalis bermagnet telah disintesis dengan menyisipkan titania nanotube (TiO2-NT) ke permukaan nanopartikel magnet Fe3O4 yang sebelumnya sudah dilapisi dengan SiO2 melalui metode heteroaglomerasi. Tujuan nanopartikel magnet Fe3O4 disisipkan adalah untuk memudahkan proses separasi fotokatalis dari limbah hasil degradasi menggunakan batangan magnet sederhana dan fotokatalis bekas ini dapat digunakan berulang kali. Sedangkan penambahan SiO2 tujuannya adalah untuk merubah muatan permukaan Fe3O4 dan mencegah terjadinya efek fotodisolusi. Sampel komposit yang telah disintesis dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM-EDX, TEM, BET, dan FTIR. Hasil karakterisasi tersebut menunjukkan adanya fasa kristal dari TiO2-NT dan Fe3O4 dan morfologi nanotube dari TiO2-NT sudah terbentuk. Berdasarkan hasil uji degradasi 2,4,6-triklorofenol, komposit TiO2-NT/SiO2/Fe3O4 (6:1:1) dengan kondisi operasi pada pH larutan netral dan penambahan laju alir udara sebesar minimal 400 cc/min mampu menurunkan 97% konsentrasi 2,4,6-triklorofenol 20 ppm dalam waktu 4 jam sampai baku mutunya. Pengulangan proses eliminasi menggunakan komposit bekas pakai masih menunjukkan kinerja yang sangat baik. Komposit ini mudah dikumpulkan kembali dari cairan dengan bantuan batangan magnet.

ABSTRAK
Magnetic photocatalyst composite has been synthesized by inserting titania nanotube (TiO2-NT) on the surface of magnetic Fe3O4 nanoparticle, which has been coated with SiO2 using heteroagglomeration method. The aim of inserting Fe3O4 was to make separation process of photocatalyst in wastewater become easier using simple magnet and the former photocatalyst can be used repeatedly. The aim of adding SiO2 was to change Fe3O4 surface charge and to prevent photodissolution effect. Synthesized composite sample was characterized by using XRD, SEMEDX, TEM, BET, and FTIR. The result shows that there was crystal phase from TiO2-NT and Fe3O4, and TiO2-NT morphology has been formed. Degradation test result shows that 2,4,6-trichlorophenols, with optimal composition TiO2- NT/SiO2/Fe3O4 (6:1:1) in neutral pH operation and air flow rate minimum 400 cc/min can make the concentration of 2,4,6-trichorophenol 20 ppm lower by 97% within 4 hours till safe limits. This composite still stable and has good performance when 2 times used. This composite can be collected from the solution by using magnet."
2016
S63713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Toya
"Produksi hidrogen dan degradasi 2,4,6-Triklorofenol secara simultan sudah dilakukan pada berbagai fotokatalis yaitu P25-TiO2, Titania Nanotube Arrays (TNTAs), dan variasi TNTAs-CdS selama 240 menit. VariasiTNTAs-CdS menggunakanperbandingan mol dari prekursor CdS yaitu CdCl2:CH3CSNH2dengan 0,2:0,12; 0,1:0,06; dan 0,05:0,03 mol/L. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkanenergy band gap berkisar antara 2,71- 2,89 eV.Fotokatalis terbaik didapat pada perbandingan 0,1:0,06 (TNTAs-CdS-2) karena menghasilkan hidrogen (3,17𝜇𝜇mol/g.s) dan degradasi 2,4,6-Triklorofenol (mencapai 80%) yang paling baik dibandingkan dengan katalis lainnya. Fotokatalis tersebut menghasilkan hidrogen 1,5 kali dibandingkan TNTAs dan 7 kali dibandingkan dengan P25-TiO2. Produksi hidrogen berjalan simultan dengan pendegradasian 2,4,6-Triklorofenol, dimana kinerja keduanya bergantung pada katalis yang digunakan. Disamping itu, pengaruh konsentrasi 2,4,6-Triklorofenol (10, 20, dan 40 ppm) dipelajari dengan menggunakan fotokatalis TNTAs-CdS-2 dan menghasilkan total produksi hidrogen berturut-turut 1,008; 1,061; dan 1,197𝜇𝜇mol/g.s. Semakin besar konsentrasi 2,4,6-Triklorofenol, semakin besar pula hidrogen yang dihasilkan.

Hydrogen production and 2,4,6-Trichlorophenoldegradationhave been investigated simultanously usingP25-TiO2, TNTAs, and variation of TNTAs-CdS for 240 minutes. TNTAs-CdS variations use mol ratio of CdS precursor that isCdCl2:CH3CSNH2 with ratio 0.2:0.12, 0.1:0.06, and 0.05:0.003.Rever to UVVis analysis, the TNTAs-CdS prepared have the band gap energy in the range of 2.71-2.89 eV. Among them, the optimum composition is0.1:0.06 (TNTAs-CdS- 2) which results in the highest total hydrogen production (3,17𝜇𝜇mol/g.s) and 2,4,6-Trichlorophenol degradation(achieve 80%) compared toothers. TNTAs- CdS-2 produces total hydrogen 1.5 and 7 times compared with TNTAs and P25- TiO2, respectively.Hydrogen production and 2,4,6-Trichlorophenol degradation could be perormed simultaneously and it depands on the catalyst employed. Furthermore, the effect of2,4,6-Trichlorophenol initial concentrations (10, 20, and 40 ppm) was also studied using TNTAs-CdS-2 and produced1.008,1.061, and1.197 𝜇𝜇 mol/g.s respectively.The higherthe 2,4,6-Trichlorofenol initial concentration, the more hydrogen produced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Dewata
"Kegiatan pembangunan yang paling banyak menimbulkan pencemaran adalah limbah industri, limbah permukiman dan kota, limbah kendaraan bermotor, limbah pertanian dan pariwisita. Akibatnya lingkungan hidup yang tercemar adalah adalah perairan, sungai, danau, pesisir, udara dan tanah.
Untuk mengurangi tingkat pencemaran, maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan efisiensi pengolahan bahan dalam setiap kegiatan pembangunan, dan pengembangan teknologi daur ulang limbah dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Selain dari pada itu perlu pula dikembangkan industri hilir yang menggunakan limbah dari industri hulu sebagai bahan bakunya, serta dikembangkan pengaturan nilai ambang batas limbah maksimum yang masih dibolehkan dibuang ke dalam lingkungan hidup, yaitu limbah yang tidak melebihi kemampuan lingkungan alam untuk mencernanya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka jelaslah bahwa pengolahan dan daur ulang limbah wajib dilakukan oleh setiap industri. Dari kajian yang telah dilakukan mengenai sampai seberapa jauh pihak industri telah melaksanakan kewajiban tentang pengolahan limbah, diketahui bahwa ada industri yang telah melaksanakan sistem pengolahan daur ulang limbah, tetapi masih banyak yang belum melaksanakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas permasalahan yang perlu diperhatikan antara lain pemanfaatan limbah untuk pengolahan limbah terhadap dua industri, yaitu industri pulp dan kertas serta industri lapis listrik yang melakukan proses pelapisan logam.
Industri pulp dan kertas telah melakukan proses daur ulang dan pengolahan limbah cair, tetapi pada akhir proses masih ada limbah padat berupa serat yang perlu dicari pemanfaatanya. Industri lapis listrik melakukan daur ulang hanya pada sebagian kecil limbah padatnya, sedangkan limbah cairnya yang sangat berpotensi mencemari lingkungan karena mengandung B3 yaitu logam berat dan sianida masih banyak yang belum diolah.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Masri (1974), kemudian Larsen (1981), ternyata bahwa bahan-bahan alamiah seperti limbah padat proses lumpur aktif, limbah dari kulit kayu, merang, padi-padian. dapat mengikat kation logam berat di dalam larutan. Kemampuan ini teriadi karena bahanbahan tersebut mempuyai gugus aktif seperti polifenolik dalam tannin atau amida dalam chitin. Limbah pulp dan kertas antara lain mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa yang juga mengandung gugus aktif polihidroksil dan polifenolik. Di samping itu limbah beberapa kulit kayu mengandung tannin yang juga mampu mengikat logam berat karena juga mengandung gugus polifenolik. Berdasarkan pertimbangan tersebut dilakukan penelitian untuk menyelidiki pemanfaatan limbah serat dari unit pengelolaan limbah (UPL) limbah padat industri pulp dan kertas untuk menurunkan kadar logam berat dalam air limbah industri lapis listrik.
Untuk itu telah diselidiki kemampuan penyerapan limbah dari UPL pulp dan kertas untuk menyerap limbah krom, nikel dan seng dari limbah industri lapis listrik (electroplating). Kondisi optimum percobaan didapatkan dengan memvariasikan pH, kadar awal limbah cair dan waktupenyerapan limbah serat terhadap limbah cair industri lapis listrik."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T1593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean Triwandari
"Perkembangan industri di dunia termasuk di dalamnya industri pulp dan kertas Indonesia telah memberikan dampak buruk pada lingkungan hidup. Untuk mengatasi hal tersebut diperkenalkanlah prinsip sustainable development yang bertujuan agar pembangunan dapat terus berjalan tanpa merusak lingkungan. Salah satu metode yang berkaitan erat dengan prinsip sustainable development adalah life cycle assessment. Melalui life cycle assessment, diharapkan pembangunan dan kelestarian lingkungan dapat berjalan seiringan, yakni dengan cara melihat dampak lingkungan dari suatu produk dalam tiap fase kehidupannya.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana peran LCA dalam melindungi lingkungan dan bagaimana penerapan LCA di Indonesia. LCA adalah metode yang sifatnya voluntary, di mana LCA memiliki keunggulan dalam melindungi lingkungan dibandingkan dengan tool/ metode lain karena LCA telah distandarisasi oleh ISO. Akan tetapi LCA di Indonesia belum banyak dilakukan oleh pihak swasta/industri padahal mampu menunjukkan dampak lingkungan yang paling lengkap dalam tiap tahapan dalam siklus hidup. LCA perlu diterapkan karena LCA tidak hanya terbukti secara ilmiah dapat melindungi lingkungan, namun juga dapat membuat suatu produk memiliki daya saing di pasar global yang memiliki kecenderungan untuk memilih produk yang ramah lingkungan dan sustainable. Apabila LCA diterapkan bagi produk maka konsumen dapat memilih produk yang ramah lingkungan dan melindungi lingkungan. Kemudian Pemerintah diharapkan dapat mempromosikan LCA kepada industri agar lebih banyak industri yang akan paham dan menggunakan metode LCA sehingga tercapai sustainability.

The developing of industry in the world, including pulp and paper industry came with negative impact for environment. To address that issue sustainable development is introduced with the purpose to reach developments goal without damaging the environment. One of the method thats closely related to sustainable development is life cycle assessment. Through life cycle assessment, environmental impact can be assessed throughout products entire life cycle.
This writing will discuss how LCA can protect the environment and how LCA is implemented in Indonesia. LCA in Indonesia is voluntary based, in which LCA is better than other tool / method because LCA is standardized by ISO. Despite all of that private party and government has not been implementing LCA much even though it can show the most through environmental impact in its entire life cycle. LCA need to be implemented because not only it can be proven scientifically to protect the environment, it also can make a product have competitiveness in global market which show tendency towards environmental friendly and sustainable product. LCA. If LCA is implemented in a product consumer can choose more environmental friendly product and therefore can protect the environment. Government is expected to promote LCA so industries can get better knowledge about LCA therefore can implement LCA to reach sustainability goal. 
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Leonita
"Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri penyumbang air limbah, sehingga diperlukan instalasi pengolahan air limbah. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri pulp dan kertas di PT.RAPP terdiri dari beberapa unit, seperti unitbucket screen, primary clarifier, neutralization basin, cooling tower, aeration basin, dan secondary clarifier. Terjadi peningkatan jumlah produksi maka terjadi peningkatan beban air limbah yang dibuang, sehingga harus dilakukan identifikasi dan evaluasi kinerja sistem dan unit pengolahan. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan parameter-parameter kinerja berupa TSS, pH, warna, COD, dan BOD yang akan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan, kriteria desain IPAL, serta studi literatur. Selain itu, dilakukan perhitungan terhadap proses kondisi bak aerasi pada kondisi eksisting dan pada kondisi perencanaan.
Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa timbulan limbah cair sebesar 330000 m3/hari, dimana masih memenuhi kriteria desain IPAL sebesar 450000 m3/hari. Karakteristik limbah cair industri pulp dan kertas menunjukkan limbah cair tersebut memiliki pH kondisi basa, yaitu 9,0, sedangkan untuk parameter TSS (566 mg/l), warna (1256 PtCo), COD (741 mg/l) dan BOD (338 mg/l). Konsentrasi effluent secara keseluruhan sudah dibawah baku mutu lingkungan, dengan nilai efisiensi pH sebesar 14%, warna sebesar 70%, TSS sebesar 94%, COD sebesar 78% dan BOD sebesar 96%.

Pulp and paper industry is one of the contributors to the wastewater industry, so that the necessary wastewater treatment plant. Waste Water Treatment Plant (WWTP) in the pulp and paper industry PT.RAPP consists of several units, such as units of bucket screen, primary clarifier, neutralization basin, cooling tower, aeration basin and secondary clarifier. Increase the amount of production then increase loads wastewater, so it should be the identification and evaluation of system performance and the processing unit. Evaluation of performance is based on parameters such as TSS, pH, color, COD, and BOD which will be compared with environmental quality standards, design criteria for wastewater treatment, and the study of literature. In addition, the calculation is done on process conditions of the existing conditions of aeration basin and on the conditions of the planning.
From research conducted showed that wastewater generation of 330 000 m3/day, which still meets the design criteria of 450000 m3/day WWTP. Characteristics of wastewater pulp and paper industry showed the effluent pH alkaline conditions, namely 9.0, whereas for the parameters of TSS (566 mg/l), color (1256 PtCo), COD (741 mg/l) and BOD (338 mg/l). Effluent concentration is below the overall environmental quality standards, with a pH value of efficiency by 14%, color by 70%, amounting to 94% of TSS, COD and BOD by 78% at 96%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Berry Hasudungan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S34341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Hasanah
"Komposit batu apung-TiO2 dan komposit batu apung-biofilm digunakan untuk mengeliminasi fenol dalam fotobioreaktor. Komposit dikarakterisasi dengan FTIR dan SEM. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa komposit batu apung-biofilm terbentuk dengan baik menggunakan metode aerasi sedangkan komposit batu apung-TiO2 dapat disintesis dengan metode dip coating. Berdasarkan hasil uji, diperoleh kesimpulan bahwa biofilm yang dibentuk dari konsorsium bakteri memiliki kinerja degradasi yang lebih baik dibandingkan dengan Acinetobacter sp., tetapi tidak lebih baik bila dibandingkan dengan fotodegradasi dan biodegradasi tunggal. Treatment pencucian dan penjemuran sinar matahari merupakan teknik regenerasi yang sesuai untuk mengaktifkan kembali komposit batu apung ?TiO2 yang telah digunakan sedangkan penambahan nutrisi dan inkubasi kembali selama 24 jam tidak meningkatkan kinerja degradasi komposit ? biofilm.

Pumice-TiO2 composite and pumice-biofilm composite were used for phenol removal in photobioreactor. The composites were characterized by FTIR and SEM. It shown that the best method to synthesize pumice-biofilm composite is aeration while pumice-TiO2 composite could be synthesized by dip coating. Based of phenol removal experiments result, biofilm from bacteria consortium could remove phenol better than Acinetobacter sp., but worse than single photodegradation or single biodegradation. Washing and drying treatment by using sunlight was an appropriate regeneration technique for pumice-TiO2 composite reactivation whereas nutrition enhancing and reincubating for 24 hours could not improve the degradation performance of pumice-biofilm composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Octavia Viriyo
"Komposit Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania telah disintesis untuk mendegradasi fenol sebagai model limbah industri farmasi. Sintesis komposit MWCNT/Titania dilakukan dengan pretreatment asam kepada MWCNT, pengaturan pH larutan dan metode ultrasonikasi. Sampel dikarakterisasi dengan FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS. Hasil karakterisasi FE-SEM/EDX, XRD dan UV-Vis DRS menunjukkan bentuk komposit yang homogen dengan kristal fasa anatase dan rutile yang berukuran 14 nm dan 15 nm serta tingkat celah energi sebesar 3,05 eV. pH pengkompositan MWCNT/Titania optimum untuk mendegradasi fenol adalah pH 3. Komposisi MWCNT optimum dengan aktivitas fotokatalis tinggi yaitu 3% berat. Komposit MWCNT/TiO2 mampu mendegradasi senyawa fenol hingga 100% setelah 4 jam pengujian.

Multi-Walled Carbon Nanotubes (MWCNT)/Titania composite have been synthesized to degrade phenol as a model of the pharmaceutical industry waste. Synthesis of Composite MWCNT/Titania performed with acid pretreatment of MWCNT, solution pH adjustment and ultrasonication. The samples were characterized by FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS. The results of the characterization of FE-SEM/EDX, XRD and UV-Vis DRS showed a homogeneous composite form with crystalline anatase and rutile phase measuring 14 nm and 15 nm as well as the energy band-gap of 3.05 eV. pH optimum composite MWCNT/Titania to degrade phenol is pH 3. Composition optimum MWCNT with high photocatalytic activity of 3% by weight. MWCNT/TiO2 composite able to degradate phenol up to 100% after 4 hours of testing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Fitra
"[Pengelolaan hutan dan hasil hutan kayu terutama untuk kebutuhan industri pulp dan kertas yang dilakukan oleh perusahaan HTI, sangat rentan untuk dimonopolisasi dan menimbulkan praktek persaingan usaha tidak sehat. Adanya larangan ekspor log (kayu bulat) dan kewajiban bagi perusahaan HTI memasok kayu ke industri semakin memperkuat posisi industri pulp dan kertas. Di samping itu beberapa regulasi atau kebijakan secara tidak langsung mendukung terjadinya
integrasi antara industri pulp dan kertas dengan perusahaan HTI. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 telah melarang adanya integrasi vertikal secara rule of reason, artinya ketika ada integrasi vertikal harus dibuktikan apakah menimbulkan praktek persaingan usaha tidak sehat atau merugikan masyarakat. Untuk mengetahui apakah integrasi vertikal antara industri pulp dan kertas dengan perusahaan HTI adalah integrasi yang dibolehkan atau dilarang, perlu dipertanyakan bagaimana dampak integrasi antara industri pulp dan kertas dengan
perusahaan HTI di Indonesia? selanjutnya apakah integrasi tersebut sejalan dengan prinsip hukum persaingan usaha? Untuk menjawap pertanyaan tersebut, menggunakan pendekatan penelitian hukum doktrinal, karena lebih fokus menilai dari sisi regulasi dan mengaitkannya dengan dampak-dampak yang terjadi di lapangan yang bersumber dari informasi penelitian-penelitian terdahulu atau
pemberitaan terkait. Dengan menggunakan pendekatan teori economic analysis of law penelitian ini melihat fakta-fakta hukum maupun regulasi terkait dari perspektif ekonomi. Integrasi vertikal antara industri pulp dan kertas dengan perusahaan HTI telah menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan usaha dibidang HTI, dengan concentration ratio produksi pulp mencapai 93 persen, kendali perusahaan HTI ada ditangan industri, yang rentan menimbulkan praktek persaingan tidak sehat, dan beberapa regulasi mengenai industri dan perusahaan HTI cenderung tidak sejalan dengan prinsip hukum persaingan usaha. Forest management and timber forest products especially for the needs of the pulp and paper industry conducted by the plantation forest, are tend to monopolize and lead to unfair competition practices. The ban on the export of logs and the
obligation of the plantation forest to supply the logs to the industry to further strengthen the position of the pulp and paper industry. In addition, some regulation or policy indirectly support the integration between the pulp and paper industry with plantation forest. Act 5/1999 prohibit vertical integration as rule of reason, its mean the vertical integration to be seen whether the practice raises unfair competition or harm the public. To determine whether the vertical integration between the pulp and paper industry is the integration with the plantation forest is allowed or prohibited, is questionable how the impact of the
integration between the pulp and paper industry with forest plantation companies in Indonesia? The next, whether integration is in line with the principles of competition law? To answer these questions, using the doctrinal legal research approach, because more focus judging from the regulation and relate to impacts that occur in the field of information derived from previous studies or related news. By using an economic analysis of law approach of this study to see the facts of the law and others related regulations from an economic perspective. Vertical
integration between the pulp and paper industry with the plantation forest have an negative effect on competition in the field of plantation forest, the concentration ratio of pulp production reached 93 percent, the control is in the hands of pulp and paper industry, which is prone to the practice of unfair competition, and some regulations on industrial and plantation forest tend not in line with the principles of competition law., Forest management and timber forest products especially for the needs of the pulp
and paper industry conducted by the plantation forest, are tend to monopolize and
lead to unfair competition practices. The ban on the export of logs and the
obligation of the plantation forest to supply the logs to the industry to further
strengthen the position of the pulp and paper industry. In addition, some
regulation or policy indirectly support the integration between the pulp and paper
industry with plantation forest. Act 5/1999 prohibit vertical integration as rule of
reason, its mean the vertical integration to be seen whether the practice raises
unfair competition or harm the public. To determine whether the vertical
integration between the pulp and paper industry is the integration with the
plantation forest is allowed or prohibited, is questionable how the impact of the
integration between the pulp and paper industry with forest plantation companies
in Indonesia? The next, whether integration is in line with the principles of
competition law? To answer these questions, using the doctrinal legal research
approach, because more focus judging from the regulation and relate to impacts
that occur in the field of information derived from previous studies or related
news. By using an economic analysis of law approach of this study to see the facts
of the law and others related regulations from an economic perspective. Vertical
integration between the pulp and paper industry with the plantation forest have an
negative effect on competition in the field of plantation forest, the concentration
ratio of pulp production reached 93 percent, the control is in the hands of pulp
and paper industry, which is prone to the practice of unfair competition, and some
regulations on industrial and plantation forest tend not in line with the principles
of competition law]"
Universitas Indonesia, 2015
T44458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>