Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Eryananda
"Pemberian umpan balik dan social comparison erat kaitannya dalam menentukan performa akademik siswa di sekolah. Penelitian eksperimental di sebuah SMA Di Jakarta dilakukan untuk mengetahui jenis umpan balik, jenis social comparison mana yang paling mempengaruhi performa akademik dan apakah social comparison memoderasi efek dari perbedaan jenis umpan balik terhadap performa. Penelitian dilakukan pada anak SMA kelas X (N=102). Partisipan dibagi atas dua kondisi yaitu yang mendapat umpan balik deksriptif (berisi komentar berupa informasi tentang apa yang sudah sesuai dan belum sesuai, mengapa sudah sesuai, apa yang perlu ditambahkan agar sesuai) atau umpan balik evaluatif (komentar singkat apakah jawaban sudah atau belum tepat, serta poin dari jawaban tersebut). Siswa diminta mengerjakan ujian pelajaran kewarganegaraan dalam bentuk esai 5 soal, lalu diberikan umpan balik. Dari hasil ujian tersebut, partisipan yang mendapat nilai tinggi akan diberi tanda bintang dan melakukan downward comparison, dan yang tidak mendapat bintang akan melakukan upward comparison. Lalu, partisipan diminta merevisi ujian berdasarkan umpan balik yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan partisipan yang mendapat umpan balik deskriptif memiliki performa akademik yang signifikan lebih tinggi dibanding partisipan yang mendapat umpan balik evaluatif dengan F (102) = 30,645, p"<.05, begitu juga dengan siswa yang melakukan upward comparison dengan F (102) ="11,648, p <.05. Namun, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari interaksi antara jenis umpan balik dan jenis social comparison terhadap performa akademik dengan F (102) = 0,181, p>.05. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin, rasa suka terhadap pelajaran Kewarganegaraan, dan nilai UAS di semester sebelumnya memiliki korelasi yang signifikan dengan performa akademik.

Feedback and social comparison closely related in determining student's academic performance at school. An experimental study in high school in Jakarta was conducted to determine the type of feedback, the kind of social comparison which most effect on academic performance and whether social comparison moderating the effects of different types of feedback on performance. The study was conducted on first grader (N""= 102). Participants were divided into two conditions; participants received descriptive feedback (content an information about which one is correct and incorrect, why it is correct, what needs to be added to make it correct) or evaluative feedback (comments whether the answer is correct or not, as well as the points of the answer). Participants will be asked to take an essay test about Citizenship, and given feedback. From the results of the test, participants who get high scores will be marked with a star and do downward comparison and student who did not get the star will do upward comparison. Then, participants will be asked to revise the exam based on the feedback given.
As a result, participants who receive descriptive feedback perform at a significantly higher than participants who receive evaluative feedback F (102) = 30.645, p <.05, as well as students who perform upward comparison F (102) = 11.648, p <.05. However, no significant effect interaction between the type of feedback and the kind of social comparison on academic performance F (102) = 0.181, p >.05. In addition, the results of the study found that gender, interest towards Citizenship lessons, and the results of UAS in the previous semester are significantly correlated with academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Tiara
"Performa akademik siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara jenis pemberian umpan balik sebagai faktor eksternal dan academic self-efficacy sebagai faktor internal terhadap performa akademik siswa. Penelitian eksperimen terhadap 101 siswa SMA kelas X dalam setting alamiah di kelas. Siswa diminta untuk mengerjakan soal ulangan harian pelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya, hasil ulangan harian akan dikoreksi dan diberikan umpan balik.
Siswa dibagi menjadi dua kelompok secara acak yaitu sebagian mendapat umpan balik deskriptif berisi tentang informasi spesifik mengenai apa yang sudah benar dan kurang dari hasil ulangan harian yang dikerjakan dan siswa lainnya akan mendapat umpan balik evaluatif berisi tentang ringkasan mengenai seberapa baik siswa dalam mengerjakan ulangan, diberikan dalam bentuk poin nilai dan komentar singkat. Selanjutnya siswa diminta untuk merevisi hasil ulangan berdasarkan umpan balik yang diberikan. Setelah melakukan revisi, siswa diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur academic self-efficacy dari skala Academic Self-Efficacy Subscale from Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) dengan koefisien Cronbach?s Alpha sebesar α = 0.725.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis umpan balik signifikan mempengaruhi performa akademik siswa F (101)= 45.28, p < .05. Sedangkan, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari academic self-efficacy terhadap performa akademik siswa F (101)= 0.01, p > .05, begitu juga interaksi antara jenis umpan balik dan academic self-efficacy terhadap performa akademik F (101)=0.146, p>.05. Hasil analisis tambahan menunjukkan jenis kelamin, durasi belajar, nilai UAS semester lalu, dan kesukaan terhadap pelajaran kewarganegaraan berkorelasi dengan performa akademik.

Student's academic performance is influenced by external and internal factors. Experimental research was conducted to determine whether there is influence between the type of feedback as external factors and academic self-efficacy as an internal factor of the student's academic performance. The participants of this experiment are 101 high school students of class X conducted in a natural setting. Students were asked to do an essay test of Citizenship lessons. Furthermore, the results of tests will be corrected and given feedback.
Students were divided into two groups randomly, students who get descriptive feedback contains specific information about how to improve the answer and the others receive evaluative feedback contains a brief comment and point on each answers. Furthermore, students were asked to revise the test based on the feedback given. Once revised, students were asked to fill out questionnaires that measure academic self-efficacy on a scale of Academic Self-Efficacy subscale from Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) with Cronbach's Alpha coefficient of α = 0.725.
The results showed that the type of feedback significantly effect a student's academic performance F (101) = 45.28, p <.05. Meanwhile, there was no significant effect on academic self-efficacy on student's academic performance F (101) = 0.01, p> .05. Also, there is no significant effect interaction between the type of feedback and academic self-efficacy on academic performance F (101) = 0146, p> .05. Results of additional analyzes indicate gender, duration of study, score final exam in last semester, and interest in Citizenship lessons correlated with academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Ika Novia
"ABSTRAK
Jenis umpan balik yang berbeda akan memberikan efek yang berbeda pula
terhadap prestasi belajar siswa. Jenis umpan balik deskriptif lebih efektif
digunakan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya (Tunstall
& Gipps, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan persepsi
siswa terhadap manfaat umpan balik dalam hubungan antara jenis umpan balik
terhadap prestasi belajar pada siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen. Partisipan dalam penelitian ini adalah 101 siswa
kelas X SMA 3 Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian
ulangan harian pelajaran mata pelajaran Kewarganegaraan dan kuisioner single
item mengenai persepsi manfaat umpan balik. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pemberian umpan balik
terhadap prestasi belajar siswa dengan t(101)=2,753, p<0,05. Selanjutnya
terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa atas manfaat umpan
balik terhadap prestasi belajar siswa dengan t(101)=2,234, p<0,05. Selain itu
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara interaksi jenis umpan balik dan
persepsi siswa atas manfaat dari umpan balik terhadap prestasi belajar siswa
t(101)=-1,106, p>0,05. Selain itu dilakukan pula analisis tambahan yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis
kelamin, durasi belajar, nilai uas dan kesukaan terhadap pelajaran
Kewarganegaraan dengan prestasi belajar siswa.

ABSTRACT
"Different types of feedback will give different effects on student achievement."
"Descriptive feedback is more effective to use to help students improve their"
"academic achievement (Tunstall & Gipps, 1996). This study aims to determine the role of students' perceptions of the benefits of feedback in the relationship between the type of feedback on the learning achievement of high school students. The method used is an experimental method. Participants in this study were 101 students of class X SMA 3 Jakarta. The research was done by giving daily test about Citizenship lessons and single item questionnaire about perception of the benefit of feedback. The analysis showed there is a significant difference between the type of giving feedback on student achievement with t (101) = 2.753, p <0.05. Furthermore, a significant difference between students' perceptions of the benefits of feedback on student achievement with t (101) ="
"2.234, p <0.05. Moreover there is a significant difference between the type of feedback and interaction of students' perceptions on the benefits of feedback on student achievement t (101) = - 1.106, p> 0.05. Will be conducted additional analysis showing that there is a significant relationship between age, sex, duration of study, the value of final exam and liking for Citizenship lessons to student achievement.""
2016
S63983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monabella Noor Jaswandi, autho
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan dari efikasi diri pemimpin dengan perilaku pencarian umpan balik pada mahasiswa berorganisasi. Melalui analisis data ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara leader self efficacy dengan perilaku pencarian umpan balik pada setiap tipenya; self positive, self negative, other positive, dan other negative. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki leader self efficacy akan memperjelas tujuan yang ingin dicapai, sehingga berhubungan dengan tipe perilaku pencarian umpan balik yang diperlukan untuk mendukung pencapaian tersebut.

This study aims to see whether there is a correlation of leaders self efficacy in academic performance with feedback seeking behavior on college students who join organization. Through the data analysis from 177 participants of Indonesia University college students who join organization, found that there is a significant relationship between leader self efficacy with the behavior of search feedback on each type self positive, self negative, other positive, and other negative. This suggests that students who have a self efficacy leader will clarify the goals to be achieved, so as to relate to the type of feedback seeking behavior needed to support that achievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fadlin Ananta
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara social comparison dan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 488 mahasiswa program sarjana dan diploma dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Social comparison diukur dengan menggunakan INCOM oleh Gibbons dan Buunk (1999). Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan AMS-R oleh Lang dan Fries (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa social comparison dimensi ability tidak berkorelasi secara signifikan dengan motivasi berprestasi dimensi hope of success, namun berkorelasi secara positif dan signifikan dengan dimensi fear of failure. Social comparison dimensi opinion berkorelasi secara positif dan signifikan dengan motivasi berprestasi dimensi hope of success dan dimensi fear of failure. Dari hasil tersebut, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh antara kedua variabel itu.

This study was conducted to investigate the correlation between social comparison and achievement motivation among college students. The participants were 488 undergraduate and diploma students from various universities in Indonesia. Social comparison was measured by INCOM, constructed by Gibbons and Buunk (1999). Achievement motivation was measured by AMS-R, constructed by Lang and Fries (2006). The results show that social comparison?s ability dimension is not significantly correlated with hope of success dimension of achievement motivation, but positively and significantly correlated with the fear of failure dimension. Social comparison's opinion dimension is positively and significantly correlated with achievement motivation's hope of success dimension and fear of failure dimension. Based on these findings, further research is suggested to find the effect between these two variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anies Syafitri
"Peneliti tertarik untuk melakukan identifikasi aspek yang mempengaruhi prestasi belajar pada siswa remaja berprestasi akademik rendah, karena berdasar data yang ada pada SMUN 106 Jakarta Timur bahwa hasil prestasi yang rendah dari siswa dapat menimbulkan masalah antara lain menurunkan peringkat sekolah karena output nilai yang dihasilkan siswa lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan Selain itu beberapa siswa yang berprestasi rendah memilih mengundurkan diri dari sekolah atau juga memang dikeluarkan oleh pihak sekolah sehingga menambah jumlah siswa yang drop out dari sekolah. Di sisi lain, beberapa siswa yang berprestasi rendah melakukan kompensasi ketidakmampuannya dalam bidang akademik dengan sikap apatis dan kenakalan misalnya mencontek atau membolos sekolah untuk menarik perhatian para guru.
Penelitian deskriptif ini mengambil sampel pada remaja usia 15-18 tahun dengan pertimbangan di rentang usia ini remaja mulai mengembangkan identity achievement (Hurlock, 1994). Inventor yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tes SPM dan alat ukur kuesioner aspek-aspek yang mempengaruhi prestasi belajar yang telah disusun oleh peneliti sendiri. Dari hasil uji reliabilitas kuesioner dengan SPSS 11.0 diperoleh alpha sebesar 0, 9154 (total item yang dipakai berjumlah 139).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 50 siswa SMUN 106 Jakarta yang berprestasi akademik rendah, hanya 6 % subjek yang memiliki potensi kecerdasan yang tergolong kurang dan 2 % subyek yang memiliki potensi kecerdasan yang tergolong rendah. Selebihnya, 92 % subyek potensi kecerclasannya tergolong baik, cukup dan tinggi. Jadi ditemukan subyek yang memiliki kecerdasan tinggi namun berprestasi akademik rendah. Terlihat bahwa sebagian besar subyek memiliki jenis motivasi ekstrinsik, dimana 76 % subjek belajar di sekolah karena selalu ingin memperoleh bekal ijazah untuk bekerja Didukung dengan 92 % subjek mengaku orang tua mereka selalu beranggapan bahwa pendidikan sekolah sebagai bekal subyek untuk bekerja Menurut Mc Clelland (1987), harapan orang tua yang dikomunikasikan kepada subyek dapat mempengaruhi motivasi anak.
Dalam hal ak value, sebanyak 66 % subyek terkadang merasa tidak mendapat kepuasan batin dalam belajar. Sedangkan dalam hal perceived cost, 44 % subjek mengaku selalu menyediakan waktu belajar tanpa harus mengganggu jadwal bermain mereka. Dari aspek minat juga tampak 76 % subyek terkadang lebih berminat pergi bermain bersama teman-temannya dibanding belajar. Hal ini dapat dimaklumi mengingat subyek berada pada usia remaja yang memiliki kebutuhan psikologis untuk menjalin persahabatan, maka mereka belajar tanpa harus mengorbankan waktu bermainnya (Samah, dalam Rianiwulan, 1989).
Dari aspek terlihat 62 % subyek selalu hanya akan terlibat pada tugas sekolah dimana ia benar-benar yakin mampu mengerjakannya. Sifat tugas yang dihadapi memberi pengaruh pada subjek, dimana 54 % subjek mengaku terkadang jilza tugas yang dihadapinya semakin sukar, maka subyek semakin merasa tidak mampu untuk mengerjakannya Dari kinerja yang dicapai sebagai Salah satu sumber informasi self efficacy, sebanyak 50 % subjek terkadang merasa keyakinan dirinya dalam menghadapi tugas akan menurun jika sering gagal dalam mengerjakan tugas. Menurut Pajares (1996), siswa yang memiliki persepsi yang rendah dapat mengakibatkan siswa menghindari tugas yang dinilainya sukar untuk dikerjakan, karena subyek takut gagal.
Dari komponen harga diri akademik terlihat 54 % subyek terkadang kurang merasakan manfaat dari belajar. Untuk karakteristik siswa dengan harga diri akademik rendah terlihat bahwa 68 % subyek terkadang merasa pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Sebanyak 64 % subjek terkadang memandang kemampuan dirinya tidak selera dibanding kemampuan orang lain, dan 60 % subyek mengaku selalu menghindari situasi yang dapat membuat mereka malu atau cemas. Memang siswa dengan harga diri akademik yang rendah menampilkan perilaku yang kurang matang. la mudah menyerah dan merasa tidak berdaya serta mudah terpenga.rul1 oleh kegagalan dan kritik dari orang lain. Oleh karena itu, ia cenderung menghindari situasi yang menimbulkan rasa cemas, malu, dan terhina, akibat melakukan kesalahan (Clemes & Bean, dalam Dewi, 1999; Maslow, dalam Frey & Carlock, 1937).
Dari aspek kebiasaan belajar, 66 % subyek terkadang merasa susah berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebanyak 66 % subyek juga terkadang tidak membuat rangkuman dari materi yang dibacanya Ada 52 % subjek yang mengaku terkadang tidak memiliki jadwal belajar secara teratur dan hanya belajar menjelang ulangan atau ujian. Subjek tampaknya kurang memiliki kemauan untuk berlatih disiplin belajar. Sesuai dengan pendapat Gie (dalam Sugema, 1997) bahwa belajar secara teratur, disiplin dengan konsentrasi membutuhkan latihan tersendiri. Tidak ada kendala dari aspek Etik, 60 % subjek selalu melakukan aktivitas olahraga untuk memperkuat Fisik mereka. Namun dari kondisi mental, SD % subyek selalu merasa cemas dengan hasil prestasi sekolah mereka yang tidak bagus.
Dari aspek lingkungan sekolah, 53 % subyek menilai terkadang guru di sekolah-mya memberi beban pelajaran terlalu banyak melebihi batas kemampuan siswa. Banyaknya beban pelajaran yang diberikan kepada siswa tanpa memandang kemampuan mereka., dan memberi sanksi karena mereka tidak bisa memenuhinya memiliki pengaruh besar terhadap ketertinggalan anak dalam belajar (Asy-syakhs, 2001). Walaupun 92 % subjek mengaku bahwa pihak sekolah akan memberi sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah, namun 84 % subyek mengaku terkadang mencontek ketika ulangan- Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (1999) menunjukkan semakin rendah motivasi berprestasi siswa, maka semakin tinggi perilaku menyontek siswa muncul.
Selanjutnya saran untuk perbaikan penelitian adalah melengkapi dengan metode wawancara, melihat gambaran kemampuan pada tiap-tiap subyek agar dapat menggambarkan populasi secara lebih akurat, Serta melihat kontribusi aspek yang paling berpengaruh pada prestasi belajar Disamakan pula menambah jumlah item pada setiap aspek kuesioner, dan melakukan uji korelasional. Untuk data prestasi belajar, disarankan menggunakan tes prestasi yang baku sesuai kurikulum yang berlaku.
Akhirnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para siswa untuk memperbaiki prestasi akademik mereka Juga sebagai langkah awal bagi pihak sekolah dan orang tua untuk lebih memahami siswa sehingga dapat membantu mengatasi berbagai masalah yang bed kaitan dengan prestasi akademik siswa. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong timbulnya ide-ide baru untuk melaksanakan penelitian lain lebih lanjut, misalnya dengan menyusun suatu program pelatihan peningkatan prestasi bagi para siswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anizar Rahayu
"Abad 21, dunia semakin mengglobal, diperlukan individu berkuaiitas yang mampu berkompetisi sekaligus bergaui dan bekerjasama dengan bangsa Iain. Peran inteligensi, kreativitas dan adversity semakin penting.
Sampai saat ini inteligensi masih diyakini sebagai potensi terbesar yang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Freeman (1971) menyatakan seseorang yang inteligen tidak hanya mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari hal yang dipelajarinya, tetapi juga mampu mempertahankan pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk diterapkan pada situasi baru. Kreativitas (berfikir kreatif) adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berlikir serta kemampuan mengelaborasi suatu gagasan (Utami Munandar, 1992).
Sedangkan Adversity (Stoltz, 2000) merupakan sebuah kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua aspek keberhasilan; ukuran bagaimana seseorang merespon kemalangan dan alat untuk memperbaiki respon terhadap kemalangan.
Dari penelitian terdahulu terbukti bahwa ketiganya merupakan prediktor terhadap keberhasilan. Dalam dunia pendidikan, variabel-variabel tersebut terbukti memiliki hubungan secara bermakna terhadap prestasi belajar (Salah satu tolok ukur keberhasilan siswa). Inteligensi berkorelasi denan prestasi belajar sebesar r = 0,72 (Sekolah Dasar) dan r = 0,58 (SLTP), Utami Munandar (1977). Penelitian tentang hubungan kreativitas dan inteligensi dengan prestasi betajar membuktikan bahwa kreativitas sama absahnya seperti inteligensi sebagai prediktor prestasi belajar di sekolah; jika inteligensi dieliminasi, hubungan kreativitas dan prestasi belajar tetap substansial (Utami Nlunandar, 1977). Stoltz (2000), menemukan bahwa seseorang yang memiliki Adversity Quotient (AQ) tinggi, menikmati manfaat kinerja, produktivitas, kreativitas, kesehatan, ketekunan, daya tahan dan vitalitas Iebih besar dibanding orang ber-AQ rendah. AQ meramalkan siapa yang akan memiliki prestasi melebihi harapan kinerja mereka, dan siapa yang gagal.
Begitu penting peranan ke tiga variabel diatas bagi keberhasitan seseorang khususnya siswa dalam mencapai prestasi belajar di sekolah. Permasalahannya, masih banyak siswa underachiever yaitu berprestasi dibawah taraf keoerdasannya (S- Sadli, dikutip Yusuf Munawir, 1996). Dari variabel kreativitas, masih dijumpai penelitian yang meragukan pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa (Sukarti, 1997). Selain itu Iingkungan kondusif yang dibutuhkan untuk menemu-kenali kreativitas sejak dini dan memberinya kesempatan beragam agar dapat muncul sebagai prestasi nyata, sering tidak memberinya dorongan yang cukup kuat. Demikian juga adversity yang memiiiki hubungan bermakna terhadap keberhasilan (Stoltz, 2000) merupakan teori baru, berasal dari dunia barat yang masih perlu dibuktikan keefektifannya bila diterapkan di Indonesia.
Sampai saat ini pemanfaatannya pun masih terbatas pada dunia kerja, alat yang dipakainya juga masih sangat terbatas- Dengan alasan-alasan tersebut penelitian ini dilakukan. Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP; dan variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Subyek penelitian yang diambii dengan Stratiiied Random Sarnpiing adalah siswa SLTP Negeri 49 (mewakili peringkat atas) SLTP Negeri 184 (mewakili peringkat tengah) dan SLTP 222 (mewakili penngkat bawah), dengan sampel 37 pria dan 37 wanita dari masing-masing sekolah, sehingga jumlah seluruhnya 222 orang.
Alat yang diorgunakan untuk mengukur inteiigensi adalah Standard Progressive Matrices (SPM) dari Raven; alat ukur kreativitas (bertikir kreatif) adalah Tes Kreativitas Verbal Pararel 1 (TKV Pararel-1) dari Utami Munandar, dan untuk mengukur Adversity Quotient digunakan Adversity Response Protiie Moditikasi (ARP-MAR).
Melalui kajian teoritis diajukan delapan hipotesis yang teiah diuji kebenarannya meialui teknik korelasi berganda, korelasi parsial dan korelasi bivariat dari Pearson, dan diperoleh hasil sebagai berikut;
1. Ada hubungan yang signihkan antara inteligensi, kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel kreativitas (bertikir kreatif) dan adversity.
3. Ada hubungan yang signiikan antara kreativitas (berpikir kreatif) dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteiigensi dan adversity.
4. Tidak ada hubungan yang signitikan antara adversity dengan prestasi belajar siswa SLTP, setelah dikontrol variabel inteligensi dan kreativitas (berHkir kreatif).
5. Ada hubungan yang signitikan antara inteligensi dengan kreativitas (bertikir kreatif) siswa SLTP.
6. Tidak ada hubungan yang signihkan antara inteligensi dengan adversity siswa SLTP.
7. Tidak ada hubungan yang signitikan antara kreativitas (bertikir kreatif) dengan adversity siswa SLTP.
8. Secara murni hanya variabel inteligensi dan kreativitas (bertikir kreatif) yang memberi sumbangan secara bermakna terhadap prestasi belajar siswa SLTP. Dan dari dua variabel tersebut, variabel kreativitas (berfikir kreatif) adalah penyumbang terbesar terhadap prestasi belajar siswa SLTP.
Sebagai hasil tambahan ditemukan :
1. Dimensi adversity control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan prestasi belajar siswa SLTP.
2. Dimensi adversity origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan inteligensi.
3. Dimensi advers;ty control, origin dan ownership berkorelasi secara signifikan dengan kreativitas (berfikir kreatif).
Saran yang diajukan berkaitan dengan :
1. Sampel. Agar hasil dapat dimanfaatkan dalam lingkup yang lebih luas, disarankan untuk memperluas sampet penelitian.
2. Alat Ukur
a. Alat ukur prestasi belajar {nilai rapor) Nilai raper dari sembilan mata pelajaran dianggap terlalu sempit untu mewakili prestasi elajar siswa (lebih banyak engukur ranah kognitif). Pada penelitian sejenis disarankan menyertakan nilai mata elajaran ekstra kurikuler.
b. Alat ukur adversity
1) Dalam penyajiannya ARP-MAR disarankan lebih memperhatikan faktor rappert dan administrasinya.
2) Bagi peneliti lain yang ingin memakai ARP-MAR, disarankan meneliti ulang validitas dan reliabilitasnya.
3) Peneliti I in yang ingin me odifikas1 ARP-Stoltz, disarankan untuk lebih memperhatikan pengaruh budaya.
3. Variabel inteligensi, kreativitas, adversity dan prestasi belajar. Mengingat ke empat variabel tersebut panting bagi dunia pendidikan, disarankan terus mengembangkannya melalui peneli ian secara berkala.
4. Variabel kreativitas dan a dversity dapat ditemu-kenali serta ditumbuhkembangkan ejak dini. Oleh karena itu disarankan agar dilibatkan dalam proses belajar-mengajar di berbagai lingkup dan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Najibah Bhaskara
"Penelitian ini bertolak dari adanya kebutuhan akan pemahaman tentang goal orientation yang dimiliki oleh peserta didik kursus bahasa lnggris dan hubungan goal orienzarion dengan prestasi belajar. Tingginya minat masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lnggris dapat dilihat dari banyaknya anggota masyarakat yang mengikuti kursus di berbagai lembaga bahasa yang ada, khususnya di kota Jakarta.
Selain motivasi, seseorang yang ikut bahasa lnggris juga mernbutuhkan waktu dan dana khusus. Biasanya faktor dana inilah yang kerap menjadi hambatan bagi seseorang untuk ikut kursus bahasa lnggris di suatu lembaga bahasa, sehingga mereka yang dapat mengikuti kursus seyogyanya benar-benar memanfaatkan dan menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, menurut pengamatan peneliti, masih banyak peserta didik kursus bahasa lnggris di LBPP-LIA Kelapa Gading yang tampak tidak menggunakan kesempatan yang mereka miliki_ Dalam Syah (1997) disebutkan beberapa faktor psikologis yang dianggap memberi pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik, salah satunya adalah motivasi. Adapun goal yang dimiliki oleh seseorang dapat memotivasi untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya dalam belajar. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa goal orientation penting unmk diteliti karena diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar seseorang. Selain itu, peserta didik di LBPP-LIA terdiri dari berbagai macam status (pekerjaan) yaitu antara lain pelajar SLTA, mahasiswa dan karyawan, sehingga peneliti pun ingin pula rnengetahui bagaimana goal orientation dan prestasi belajar bahasa lnggris yang dimiliki mereka.
Penelitian dilakukan terhadap peserta didik kursus bahasa lnggris di LBPP-LIA Kelapa Gading program General English (Basic l-4 dan Intermediate I-4) dan English for Special Purposes (CV starter, CV l-4). Sampel berjumlah 120 orang yang di peroleh dengan teknik purposive dan simple random sampling. Data tentang prestasi belajar peserta didik menggunakan nilai written test yang diberikan setiap akhir term- Adapun data tentang goal orientation diperoleh dari kusioner goal orientation yang disusun oleh peneliti. Analisis data dilakukan dengan ANOVA dan Pearson Product Moment, sedangkan pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS (Statistic Package for Social Science).
Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya satu hipotesis penelitian yang diterima yaitu ada perbedaan yang signinikan mengenai work-avoidant goal orientation yang dimiliki peserta didik yang berstatus belajar SLTA, mahasiswa dan karyawan Pelajar SLTA menjadi kelompok yang memiliki skor work-avoidant goal orientation tertinggi dibanding clua kelornpok lainnya. Artinya, sebagian besar pelajar SLTA tidak termotivasi untuk mengikuti kursus bahasa Inggris. Untuk penelitian Iebih lanjut disarankan agar melakukan penelitian di beberapa cabang lembaga bahasa namun masih di bawah satu yayasan. Cara pengambilan sampel penelitian hendaknya menggunakan satu teknik yang sama, dan jurnlah sampel yang diambil hendaknya lebih besar Iagi sehingga hasilnya lebih dapat menggambarkan populasi. Selain itu level sampel juga seyogyanya sama untuk seluruh kelompok status. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk mempersingkat instrumen penelitian dengan Cara mengurangi jumlah item pemyataan di tiap-tiap bagian goal orientation yang dirasa tumpang tindih. Hendaknya dalam penelitian Iebih lanjut dimasukkan faktor kecerdasan sebagai variabel pengontrol karena faktor kecerdasan memiliki peran terhadap prestasi belajar seseorang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Irvina
"Pemilihan terhadap jurusan/bidang studi tertentu biasanya disesuaikan dengan minat seseorang Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi diasumsikan memilih sekolah tersebut karena minatnya di bidang ekonomi (minat ekonomi). Begitu juga dengan siswa yang mengikuti pendidikan di Sekolah Perawat Kesehatan dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi, karena minatnya di bidang kesehatan (minat kesehatan).
Dalam membicarakan masalah pendidikan, yang menjadi topik utama adalah mutu siswa atau prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena sekalipun keberhasilan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses pendidikan itu, namun yang menjadi terminal penilaian adalah prestasi belajar yang dicapai siswa pada akhir pendidikan atau pada saat ujian, baik pengetahuan maupun keterampilan.
Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah minat (Suryabrata, 1983). Menurut Horrocks (1976) minat adalah kumpulan sikap yang tampil dalam bentuk perhatian selektif pada suatu obyek atau aktivitas tertentu.
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, sejumlah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, seperti penelitian Fredericksen & Melville, 1954; Barrileaux, 1961; Barak & Rabbi, 1982; serta Wiley & Magnon, 1982 (dalam Brown & Lent, 1984). Namun beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya (Super & Crites, 1962 dan Stanley & Hopkins, 1978 dalam Brown & Lent, 1984).
Perbedaan hasil-hasil penelitian itu mendorong penulis untuk meneliti hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa SMK. Penelitian ini dilakukan di Jakarta pada tahun 1997. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah Incidental Sampling. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1 dari dua jurusan SMK, yaitu SMK jurusan/bidang ekonomi (program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi) serta SMK bidang kesehatan (Sekolah Perawat Kesehatan/SPK dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi/SPRG). Penelitian ini memperoleh 158 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 84 orang siswa SMK bidang kesehatan dan 74 orang siswa SMK bidang ekonomi.
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah inventori minat dan tes formatif. lnventori minat digunakan sebagai alat ukur minat siswa dan tes formatif digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase (deskriptif statistik) dan Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, dengan mengontrol variabel kecerdasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara minat dengan prestasi belajar tidak terbukti secara signifikan pada penelitian ini. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan, ada dimensi-dimensi minat ekonomi dan minat kesehatan yang berhubungan dengan prestasi belajar, yaitu 'melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan bilangan' dan 'menjalankan standar kesehatan'.
Dari penelitian ini memang tidak dapat dilihat kaitan antara minat dengan prestasi belajar. Namun masih banyak aspek lain yang berhubungan dengan minat. Masalah minat siswa SMK ini penting untuk ditelaah, karena akan berkaitan dengan pembinaan siswa itu sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"lndeks prestasi mahsiswa FIK-UI Program Ekstensi Pagi 2004 pada semester Il 79%
mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cara dan
kesiapan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Ekstensi FIK-UI, 2005. Penelitian
ini dilakukan di kampus FIK-UI dengan jumlah responden 61 orang. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu
kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi, distribusi proporsi,
dan uji chi-kuadrat untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil penelitian ini
menyimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara cara belajar dengan prestasi belajar
(p value 0,062; a = 0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kesiapan belajar
dengan prestasi belajar (p value 2,07; a = 0,05). Penelitian ini merekomendasikan pada
mahasiswa untuk lebih mengenali karakteristik cara belajar yang dimiliki secara benar
dan meningkatkan belajar agar diperoleh prestasi belajar yang maksimal."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5459
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>