Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reyhan Jonathan
"ABSTRAK
Merkuri adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya dalam industri minyak dan gas, khususnya dalam proses produksi. Suatu modifikasi dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk membuat adsorben yang dapat mengurangi kandungan merkuri dalam hidrokarbon cair. Penelitian ini menggunakan zeolit klinoptilolit sebagai bahan utama yang dimodifikasi dengan menggunakan chitosan dan Fe3O4, dengan maksud untuk menambah kemampuan adsorpsi adsorben. Modifikasi adsorben dilakukan dengan coating oleh chitosan dan Fe3O4 kepada zeolit, sehingga terbentuklah adsorben zeolit-chitosan-Fe3O4. Adsorben dikarakterisasi dengan beberapa uji, seperti uji FTIR, SEM-EDX, dan BET. Pengukuran kadar merkuri juga dilakukan dengan mercury analyzer, sehingga dapat terlihat berapa kandungan merkuri yang teradsorp. Hasil uji adsorpsi merkuri dalam hidrokarbon cair menunjukkan bahwa modifikasi yang dilakukan dengan chitosan dan Fe3O4 dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi adsorben dalam mengurangi kadar merkuri, terlihat dari konsentrasi merkuri setelah adsorpsi oleh adsorben zeolit-chitosan-Fe3O4 menyisakan merkuri sebesar 35 – 38 ppb, sedangkan adsorben zeolit tanpa modifikasi menyisakan merkuri sebesar 96 – 97 ppb dan adsorben zeolit-chitosan menyisakan merkuri sebesar 65 – 66 ppb.

ABSTRACT
Mercury is one of very dangerous heavy metals in the oil and gas industry, particularly in the production process. A modification made in this study aims to make the adsorbent can reduce the mercury content in the liquid hydrocarbon. This study uses clinoptilolite zeolite as main material which is modified by using chitosan and Fe3O4, with a view to increase the adsorption capacity of the adsorbent. Modifications done by coating the Fe3O4 and chitosan to the zeolite, thus forming a zeolite adsorbent-chitosan-Fe3O4. The adsorbent is characterized by several tests, such as FTIR, SEM-EDX, and BET. Measurement of mercury levels were also conducted with mercury analyzer, so that it can be seen how much the mercury content adsorbed. The test results adsorption of mercury in liquid hydrocarbon shows that modifications made with chitosan and Fe3O4 can enhance the adsorption capacity of the adsorbent in reducing levels of mercury, seen from the mercury concentration after adsorption by the adsorbent zeolite-chitosan-Fe3O4 leaving the mercury at 35-38 ppb, while the adsorbent zeolite without modification leaving the mercury at 96-97 ppb and zeolite-chitosan adsorbent leaving the mercury at 65-66 ppb."
2016
S63996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaludin Martin
"Sistem adsorpsi adalah salah satu cara atau metoda yang paling efektif untuk memisahkan CO2 dengan zat lainnya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Pada rancangan untuk aplikasi tersebut, disamping data karakteristik material berpori (adsorben), data penyerapan CO2 pada adsorben (kinetik dan thermodinamika) juga dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan menghasilkan data adsorpsi isotermal pada tekanan sampai dengan 3,5 MPa dengan menggunakan metoda tak langsung (metoda volumetrik) pada temperatur isotermal 300, 308, 318 dan 338 K. Adsorben yang digunakan adalah karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan Timur yang diproduksi dengan menggunakan metode aktivasi fisika (CO2) derngan luas permukaan karbon aktif (karbon aktif KT) adalah 668 m2 /g dan volume porinya 0,47 mL/g. Karbon dioksida (CO2) yang digunakan adalah karbon dioksida high purity dengan kemurnian 99,9%. Data yang diperoleh dari hasil eksperimen kemudian dikorelasi dengan menggunakan model persamaan Langmuir dan Toth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas penyerapan maksimum adalah 0,314 kg/kg pada temperatur 300 K dan tekanan equilibrium 3384,69 kPa. Hasil regresi data eksperimen dengan menggunakan model Langmuir dan Toth adalah 3,4% dan 1,7%.

Adsorption system is ones of the most effective methods for CO2 separating with other substances that produced from the burning of fossil fuels. In the design for that application, beside of characteristics of porous material (adsorbent) data, CO2 adsorption data on the adsorbent (kinetic and thermodynamic) are also needed. The aim of this research is resulting isothermal adsorption data at pressures up to 3.5 MPa by indirect methods (volumetric method) at isothermal temperature of 300, 308, 318 and 338 K. Adsorbent that used in this research is activated carbon made from East of Kalimantan coals by physical activation method (CO2) which is the surface area of activated carbon is 668 m2/g and pore volume is 0.47 mL/g. Carbon dioxide (CO2) that used in this research is high purity carbon dioxide with a purity of 99.9%. Data from the experiment results then correlated using the Langmuir and Toth equations model. The results showed that the maximum adsorption capacity is 0.314 kg/kg at 300 K and 3384.69 kPa. The results of regression of experiment data using Langmuir and Toth models were 3.4% and 1.7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sudaryani
"[Preparasi zeolit berpori hierarki dari klinoptilolit Kalianda Lampung berhasil dilakukan dengan metode tandem acid-base treatments. Material zeolit alam berpori mikro dimodifikasi dengan menyatukan dua metode yang biasa dilakukan untuk mengubah ukuran mikropori zeolit menjadi mesopori, yaitu perlakuan asam (dealuminasi) dan perlakuan basa (desilikasi). Perlakuan asam diharapkan dapat meningkatkan rasio Si/Al sebagai hasil dari penurunan kadar Al, kemudian dilakukan perlakuan basa yang bertujuan untuk melarutkan sebagian atau menyeimbangkan kadar Si dan mengarahkan pembentukan mesopori dalam kerangka zeolit. Karakterisasi terhadap klinoptilolit raw dan hasil perlakuan asam-basa digunakan instrumen AAS, XRD, FTIR, dan BET surface area. Berdasarkan penelitian, Z-A4B1 memiliki sisi aktif yang cukup besar yang dapat berperan menjadi adsorben ion logam berat Cu(II) yang lebih baik karena kapasitas adsorpsi Z-A4B1 ini 4 kali lipat lebih tinggi daripada kapasitas adsorpsi dari klinoptilolit raw pada waktu optimum dan konsentrasi awal Cu(II) 300 ppm. Nilai KTK Z-A4B1 adalah sebesar 33,27 mg/g yang setara dengan 104,78 meq/100 g zeolit, sedangkan nilai KTK klinoptilolit raw adalah sebesar 72,19 meq/100 g zeolit. Adapun isoterm adsorpsi yang paling sesuai untuk menjelaskan mekanisme adsorpsi Cu(II) pada klinoptilolit berpori hierarki Z-A4B1 adalah model isoterm adsorpsi Freundlich.
;Hierarchical zeolites are prepared from Kalianda Lampung clinoptilolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolites that are micropore intrinsicly was modified with two familiar methods that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite; acid treatment (dealumination) and base teratment (desilication). Acid treatments can increase Si/Al ratio of clinoptilolite because of Al content decreasing, then base treatment can balance Si content and aim the mesopore formation in zeolite frameworks. Intensive characterizations of both raw and modified clinoptilolites are conducted using XRD, AAS, FTIR, and BET surface area measurement. In this research, Z-A4B1 has more active sites to adsorb Cu(II) ions because the adsorption capacity of Z-A4B1 is up to 4-fold higher than the adsorption capacity of raw clinoptilolite at its optimum contact time and initial Cu(II) concentration 300 ppm. The CEC of Z-A4B1 is 33.27 mg/g that equals to 104.78 meq/100 g zeolite, besides CEC of raw clinoptilolite is 72.19 meq/100 g zeolite. Therefore, adsorption isoterm that fit to explain the adsorption Cu(II) mechanism at hierarichal zeolite Z-A4B1 is Freundlich isoterm adsorption model.
, Hierarchical zeolites are prepared from Kalianda Lampung clinoptilolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolites that are micropore intrinsicly was modified with two familiar methods that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite; acid treatment (dealumination) and base teratment (desilication). Acid treatments can increase Si/Al ratio of clinoptilolite because of Al content decreasing, then base treatment can balance Si content and aim the mesopore formation in zeolite frameworks. Intensive characterizations of both raw and modified clinoptilolites are conducted using XRD, AAS, FTIR, and BET surface area measurement. In this research, Z-A4B1 has more active sites to adsorb Cu(II) ions because the adsorption capacity of Z-A4B1 is up to 4-fold higher than the adsorption capacity of raw clinoptilolite at its optimum contact time and initial Cu(II) concentration 300 ppm. The CEC of Z-A4B1 is 33.27 mg/g that equals to 104.78 meq/100 g zeolite, besides CEC of raw clinoptilolite is 72.19 meq/100 g zeolite. Therefore, adsorption isoterm that fit to explain the adsorption Cu(II) mechanism at hierarichal zeolite Z-A4B1 is Freundlich isoterm adsorption model.
]"
2015
S58386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Pradipta Arsyad
"ABSTRAK

Penyimpanan energi panas sistem adsorpsi memiliki reaksi bolak-balik dimana terjadi reaksi eksotermik ketika proses adsorpsi dan reaksi endotermik ketika proses desorpsi. Sistem ini memungkinkan penyimpanan panas untuk sumber energi yang tidak kontinu seperti sumber energi matahari dan sisa panas buang industri. Ketika proses adsorpsi berlangsung, panas dilepaskan dari adsorben dan dihitung sebagai jumlah panas adsorpsi yang dapat disimpan. Zeolite alam merupakan adsorben dengan potensi yang cukup besar mengingat panas adsorpsi yang cukup tinggi, karakteristiknya yang berporos, luas permukaan yang besar, dan kemampuannya untuk meng-adsorp molekul yang sangat kecil seperti air. Selain itu, zeolite alam merupakan bahan alami yang potensi sumber dayanya cukup besar di Indonesia. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis terhadap kemampuan penyimpanan panas sistem adsorpsi menggunakan pasangan zeolite alam-air sebagai adsorben-adsorbat untuk temperature pemanasan 160°C dengan variasi temperature adsorber dan evaporator (30°C, 35°C, 40°C). Didapatkan bahwa densitas energi paling besar didapatkan pada temperature 40°C sebesar 69.65 kWh/m3. Terlebih lagi, zeolite alam dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuannya mengadsorp air dan menyimpan panas lebih banyak.


ABSTRACT
Adsorption thermal energy storage has reversible reaction which are exothermic in adsorption reaction and endothermic in desorption reaction. This system is a promising technology for the storage of intermittent energy, such as solar power and industrial waste heat. During the adsorption reaction, heats are released and calculated as the amount of energy that can be stored. Natural zeolite is a potential adsorbent due to its high heat of adsorption, porous structure, high surface area and ability to adsorb small molecule such as water. Moreover, Indonesia has quite a lot of zeolite resourches. In this research, we analyze the storage performance of adsorption thermal energy storage using natural zeolite-water as a pair for charging temperature of 160°C at different evaporator and adsorber temperature ranges (30°C, 35°C, 40°C). As the result, the highest energy density reached at temperature 40°C with 69.65 kWh/m3. Furthermore, natural zeolite can be developed as it can be modified to enhance its ability to adsorb water.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Ayu Paramadini
"Sintesis ZSM-5 mikropori dan hirarki telah dilakukan dengan menggunakan zeolit ??alam Bayat sebagai sumber silika dan alumina. Pada zeolit ??alam dilakukan proses aktivasi, purifikasi, dealuminasi, dan fragmentasi terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor yang terdapat dalam zeolit alam. Sintesis ZSM-5 dilakukan dengan menggunakan metode single template dengan menambahkan TPAOH tetrapropilamonium hidroksida merupakan substrat organik sebagai pengarah struktur mikropori. Selanjutnya, sintesis ZSM-5 hirarki menggunakan metode double templated dengan penambahan TPAOH dan PDDAM poli akrilamida-co-diallyldimethylammonium chloride sebagai pengarah struktur mesopori. Zeolit ??yang disintesis kemudian dikarakterisasi dengan berbagai metode seperti FTIR, XRD, SEM-EDX dan BET. Hasil karakterisasi XRD menunjukan bahwa ZSM-5 hasil sintesis memiliki puncak khas 2? 7-10? dan 22-25?. Hasil analisa SEM menunjukan ZSM-5 hasil sintesis berbentuk heksagonal yang merupakan ciri khas kristal ZSM-5. Rasio mol Si/Al hasil sintesis ZSM-5 mikropori dan ZSM-5 hirarki berturut-turut adalah 32,34 dan 43,53. Hasil analisa BET menunjukan ZSM-5 mikropori memiliki rerata diameter pori sebesar 2,0213 nm dan ZSM-5 hirarki memilki rerata diameter pori sebesar 2,3837. Kemudian, hasil sintesis ZSM-5 dimodifikasi menjadi H/ZSM-5 untuk menghasilkan zeolit yang lebih stabil dalam lingkungan termal atau hidrotermal. H/ZSM-5 mikropori dan hirarki diuji aktivitasnya sebagai katalis dalam reaksi perengkahan senyawa n-heksadekana sebagai senyawa model. H/ZSM-5 hirarki memiliki konversi yang paling tinggi yaitu sebesar 84,73 serta memiliki persentase yield dan selektivitas produk gasolin paling tinggi berturut-turut yaitu sebesar 83,13 dan 98,11.

Synthesis of miroporous and hierarhical ZSM 5 has been carried out using Bayat natural zeolite as silica and alumina source. Prior being used as material for synthesis, natural zeolite was subjected to the process of activation, purification, dealumination, and fragmentation to remove impurities contained in natural zeolite. The synthesis of microporous ZSM 5 was performed using a single template method by adding TPAOH tetrapropylammonium hydroxide as an organic substrate as micropore structure directing agent. Furthermore, the synthesis of hierarchical ZSM 5 uses a double template method with the addition of TPAOH and PDDAM poly acrylamide co diallyldimethylammonium chloride as mesoporous structure directing agent. The synthesized zeolite were then characterized by various methods such as FTIR, XRD, SEM EDX and BET. The XRD characterization results show that the synthesized ZSM 5 had typical peaks of 2 7 10 and 22 25 . SEM analysis results showed ZSM 5 synthesized had hexagonal shaped which is characteristic of ZSM 5 crystals. The molar ratio of Si Al of synthesized ZSM 5 micropore and ZSM 5 hierarchies were 32.34 and 43.53, respectively. The result of BET analysis showed that ZSM 5 micropore has pore diameter mean was 2.0213 nm and ZSM 5 hierarchy has pore diameter mean was 2,3837. Then, the ZSM 5 synthesis results were modified to H ZSM 5 to increase the stability zeolite in thermal or hydrothermal environments. Microporous and hierarchical H ZSM 5 were then used as a catalytic cracking reaction catalyst using n hexadecane as a model compound. Hierarchical H ZSM 5 had the highest conversion that is equal to 84.73 and has the highest percentage of yield and selectivity of gasoline product which is 83.13 and 98.11 , respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syah Afgani
"Pada penelitian ini dilakukan preparasi Cu0/zeolit alam dengan metode pertukaran ion menggunakan larutan Cu(NO3)2 ditambahkan dengan NI-I3 pekat. Proses preparasi ini berlangsung dengan mempertukarkan [Cu(NH3)4]2+ dengan Hf zeolit alam yang dilanjutkan dengan proses penyalingan, proses pemanasan pada temperatur 110 °C selama 12 jam serta kalsinasi pada temperatur 550 “C selama 4 jam.
Hasil analisis FTIR menunjukkan puncak Cu0 pada CuO/zeolit alam menumpuk pada puncak sekunder zeolit alam sehingga sulit untuk diketahui keberadaanya. Dari hasil analisis XRD dapat diketahui bahwa Cu() pada Cu0/zeolit alam terletak pada puncak utama sudut difiaksi (20) 35", 38° dan 48° dengan d-value berturut-turut 2,53; 2,33 dan 1,87 A. Hasil karakterisasi AAS, BET dan adsorpsi isotermik menunjukkan bahwa loading aktual Cu sebesar 7,96% berat, luas permukaan adalah 98,31 U12/gl' dan dispersi sebesar 60, 16%.
Pengujian adsorpsi dilakukan pada adsorben CuO/zeolit alam pada temperatur 350 °C. Sedangkan untuk proses regenerasi dibedakan atas tiga perlakuan yaitu termal pada temperatur 600 °C, reduksi pada temperatur 250 “C yang dilanjutkan dengan oksidasi pada temperatur 400 "C dan penambahan uap air pada temperatur 600 °C. Pengujian adsorpsi S02 dengan regenerasi termal dilakukan sampai dengan 3 siklus (adsorpsi-regenerasi-adsorpsi-regenerasi-adsorpsi), sedangkan untuk perlakuan regenerasi reduksi oksidasi dan penambahan uap air hanya dilakukan sampai dengan 2 siklus (adSorpsi-regenerasi-adsorpsi).
Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan CuO/zeolit alam cukup baik dalam mengeliminasi S02 sampai pada siklus ketiga. Kapasitas adsorpsi S02 CuO/zeolit alam adalah 2,27.10" mol/gr CuOf zeolit alam pada adsorpsi pertama, 5,68.l0" mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi kedua dan l,73-l0'5 mol/gr CuO/zeolit alam pada adsorpsi ketiga, Sedangkan variasi perlakuan regenerasi Dengan menggunakan reduksi H2 dilanjutkan dengan oksidasi O2 dan penambahan uap air tidak memberikan kenaikan kapasitas adsorpsi yang berarti dibandingkan dengan regenerasi termal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulus Ridho Pangudi
"Adsorpsi menggunakan unggun tetap zeolit dapat menjadi salah satu metode purifikasi bioetanol yang cukup menjanjikan dikarenakan biayanya yang relatif murah dengan efisiensi tinggi. Dalam penelitian ini, operasi adsorpsi etanol-air menggunakan unggun tetap zeolit diinvestigasi dengan membuat model matematika untuk memperoleh kurva terobosan menggunakan metode perhitungan Finite Difference. Model adsorpsi didapatkan dengan menyelesaikan persamaan neraca massa fasa cair, difusi fasa film, difusi intrapartikel menggunakan model Linear Driving Force (LDF), serta kesetimbangan adsorpsi desorpsi yang menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir. Model disimulasikan untuk mengetahui pengaruh variasi parameter proses yaitu variasi nilai laju alir (8, 10, 12 ml/menit), konsentrasi awal larutan etanol-air (10%, 50%,  90% v/vair), porositas unggun (0,56; 0,7), dan tinggi unggun (0,6; 0,8; 1,0 meter). Peningkatan laju alir umpan menyebabkan terjadinya percepatan waktu breakpoint dan peningkatan keterjalan kurva terobosan secara signifikan. Peningkatan konsentrasi air sebagai adsorbat pada umpan menyebabkan terjadinya peningkatan keterjalan kurva terobosan secara signifikan dan percepatan waktu breakpoint meskipun tidak signifikan. Peningkatan porositas unggun menyebabkan terjadinya penundaan waktu breakpoint tanpa adanya perubahan signifikan pada keterjalan kurva terobosan. Peningkatan ketinggian unggun zeolit menyebabkan terjadinya penundaan waktu breakpoint tanpa adanya perubahan signifikan pada keterjalan kurva terobosan.

Utilization of adsorption in a fixed bed column with zeolite as the adsorbent can be a promising solution to purify the ethanol until it reaches the fuel-grade criteria, due to its relatively lower cost and higher efficiency. In this study, ethanol-water adsorption in the zeolite fixed-bed column was investigated by creating a mathematical model to obtain a breakthrough curve using the Finite-Difference calculation method with the aid of computational software (Microsoft ExcelTM add-in), OpenSolverTM. The fixed bed adsorption process is modelled by the liquid phase mass balance equations complemented by an approach to the adsorption and diffusion processes in the adsorbent particles using the Linear Driving Force (LDF) model and Langmuir extended mixture adsorption isotherm equation. The variations of several operation parameters (flow rate, initial concentration of water, porosity, and column length of adsorption) significantly affect the breakthrough curve. Breakthrough points occur faster with a higher flow rate, and higher initial concentration. While the effect of porosity and column length is similar, breakthrough and exhaustion times are slower with increasing porosity and column length."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel
"Hidrogen adalah salah satu energi terbarukan yang menjanjikan dan berpotensi menjadi pengganti bahan bakar fosil. Namun, aplikasi hidrogen sebagai bahan bakar memiliki kekurangan, yaitu dalam hal penyimpanannya. Dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir, hidrogen memiliki rasio energi yang sangat rendah terhadap volumenya jika disimpan dalam bentuk gas sehingga perlu dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan metode dan material untuk menyimpan hidrogen terus dilakukan. Sejauh ini metode penyimpanan hidrogen memakai prinsip adsorpsi dengan karbon aktif berbentuk granular sebagai adsorben sangat menjanjikan karena bisa menurunkan tekanan dalam tangki dengan kapasitas penyimpanan yang relatif sama. Pada penelitian ini, karbon aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif berbahan dasar zeolite alam.
Proses pengambilan data dilakukan dengan metode volumetrik dan tipe adsorpsi yang digunakan adalah adsorpsi isotermal. Penyerapan dilakukan pada 3 temperatur berbeda, pertama pada temperatur 35°C dan tekanan mencapai 40 bar, yang kedua adalah pada temperatur 25°C dan tekanan mencapai 40 bar, dan yang ketiga pada temperatur 0°C dengan tekanan mencapai 40 bar. Pada temperatur 35°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.01162kg/kg pada tekanan 39.3620 Bar. Pada temperatur 25°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.01991kg/kg pada tekanan 40.2015 Bar. Pada temperatur 0°C, penyerapan hidrogen sebesar 0.03042kg/kg pada tekanan 39.6427 Bar. Data yang didapat selanjutnya dikorelasi dengan menggunakan persamaan model Langmuir, Toth, dan Langmuir-Freudlich.

Hydrogen is one of promising and potential new energy sources as the substitute of fossil fuel.But, the application of hydrogen as fuel still has weakness in a storage system. Inroom temperature and atmosphere pressure, hydrogen has a very low energy/volume ratio if the hydrogen is stored in gas phase, so it's needed to do some research about the method and materials to adsorp hydrogen. Nowadays, hydrogen adsorption's method using granular activated carbon as the adsorbent is very promising since can reduce the pressure in cell with the adsorption capacity relatively same as other methods. In this research, the activated carbon which used is natural zeolite.
The method which used in this research is volumetric method and the type of adsorption in this research is isothermal adsorption. The adsorptions in this research are in 3 temperatures, first adsorption in 35oC and the pressure up to 40 bars. Then second adsorption in 25°C and the pressure up to 40 bars, and the third adsorption in 0oC. At temperature 35°C, the hydrogen adsorption is 0.01162kg/kg at 39.3620 Bars. At temperature 25°C, the hydrogen adsorption is 0.01991kg/kg at 40.2015 Bars. At temperature 0°C, the hydrogen adsorption is 0.03042kg/kg at 39.6427 Bars.The Data are corelated with some model equations Langmuir, Toth, and Langmuir-Freudlich.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
"ABSTRAK
Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggar Anindita
"Limbah cair industri tahu biasanya dibuang langsung ke lingkungan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga berbahaya bagi lingkungan. Kandungan COD dan TSS pada limbah cair tahu melebihi ambang batas yang maksimal yang ditentukan oleh pemerintah. Metode ozonasi dan adsorpsi diketahui mampu mendegradasi kandungan senyawa organik dan anorganik pada limbah cair secara efektif. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kinerja pengolahan limbah cair industri tahu dengan metode ozonasi, adsorpsi dengan zeolit alam lampung ZAL, dan kombinasi keduanya. Sampel akan dialiri ke dalam kolom unggun diam yang diisi oleh zeolit dan dialirkan ozon dengan waktu 60 menit dan 120 menit. Efektivitas metode ini dievaluasi dari angka COD dan TSS yang terdegradasi dengan memvariasikan dosis ozon dan jumlah zeolit alam 50 g, 75 g, dan 100 g. Hasil terbaik dicapai menggunakan kombinasi metode ozonasi dan adsorpsi menggunakan 100 g zeolit dan dosis ozon sebesar 155,1 mg/jam yang menghasilkan penyisihan COD dan TSS sebesar 253 mg/L dan 29 mg/L.

Tofu industrial wastewater is usually disposed directly without undergo waste treatment that would endanger the environment. The number of COD and TSS in tofu industrial wastewater is exceed maximum number of COD and TSS number that determined by government. Ozonation and adsorption method are well known method that able to degrade organic and inorganic compounds in wastewater effectively. In this research, the removal of COD and TSS in tofu industrial wastewater was examined by ozonation method, adsorption method using zeolit alam lampung, and combination of them. The sample is passed into the packed bed column containing zeolite and using ozone in 60 minutes and 120 minutes. The method effectiveness was evaluated by COD and TSS degradation with variation of the dosage of ozone and amount of natural zeolite 50 g, 75 g, and 100 g . The best result is achieved when using combination of ozonation and adsorption with 100 g zeolite and dosage of ozone of 155.1 mg h that produced 253 mg L and 29 mg L removal of COD and TSS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>