Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilia Yolanda
"ABSTRAK
Indonesia memiliki salah satu lembaga legal untuk melakukan sertifikasi green building yang disebut GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI memiliki sistem penilaian sendiri yang disebut Greenship. Salah satu aspek penilaian yang terdapat pada Greenship adalah MRC (Material Resource Cycle). Pembahasan aspek ini dilakukan melalui metode deskriptif dan evaluatif untuk melihat aspek MRC yang telah dipenuhi, aspek MRC yang berkemungkinan untuk dipenuhi serta aspek yang tidak dipenuhi. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui peranan pemilihan material dalam pencapaian performa green building, khususnya pada sistem curtain wall. Kemudian juga akan dilakukan komparasi antara standar umum green building material (non-Greenship) dengan Greenship untuk melihat poin non-Greenship yang berpotensi untuk dijadikan poin rekomendasi penilaian dalam Greenship. Dari data dan analisis disimpulkan bahwa pemilihan material pada curtain wall tidak dapat berkontribusi maksimal terhadap pencapaian poin Greenship. Serta aspek penilaian material berdurabilitas tinggi dan meminimalisasi material pembungkus dapat dijadikan sebagai poin rekomendasi penilaian Greenship.

ABSTRAK
Indonesia has one legal institutions to perform green building certification called GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI has its own scoring system called Greenship. One aspect of the assessment contained in Greenship is MRC (Materials Resource Cycle). The discussion of this aspect is done through descriptive and evaluative to see aspects of the MRC which has been met, MRC aspects that are likely to be met as well as the aspects that were not met. The discussion was conducted to determine the role of materials selection in achieving green building performance, especially in the curtain wall system. Then also will do a comparison between the general standard of green building materials (non-Greenship) with Greenship to see non-Greenship points potentially to be used in the assessment recommendation Greenship points. From the data and analysis concluded that the selection of materials in curtain wall can not contribute to achieve maximum Greenship points. As well as high durability material and minimize the wrapping material can be used as assessment?s points on Greenship"
2016
S64153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Putri Alifa
"Permasalahan mengenai tingginya emisi karbon dari aktivitas bangunan meningkatkan urgensi untuk pengaplikasian bangunan hijau. Sistem yang digunakan untuk menilai performa bangunan hijau dinamakan Green Building Rating Systems (GBRS). GBRS ini sudah tersebar di berbagai bagian dunia, dari mulai wilayah Eropa hingga Asia. Namun, studi eksisting mengenai perbandingan GBRS masih terbatas pada analisis poin dari indikator terbarunya. Maka dari itu, tujuan dari penulisan ini adalah mengisi kesenjangan terhadap studi perbandingan GBRS, terutama mengenai perubahan indikator, isu yang melatarbelakanginya serta potensi pengembangannya di masa depan. Penulisan ini secara spesifik berisi tentang analisis perbandingan GBRS Internasional (BREEAM, LEED, DGNB) dengan GBRS Indonesia (Greenship). Perbandingan berbasis LEED dilakukan dengan cara meninjau indikator dan sub-indikator masing-masing GBRS dari instruksi manual. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa keterbukaan jumlah poin adalah aspek yang krusial dalam proses penilaian. Studi ini juga menunjukkan bahwa tingginya biaya sertifikasi tidak selalu menunjukkan lembaga for-profit. Selain itu, setiap GBRS yang dibanding memiliki ruang untuk berkembang, terutama dari GBRS lainya.

Environmental issues such as the high carbon emissions from building activities increased the urgency of green building application. The system that is used to assess the performance of green buildings is called Green Building Rating Systems (GBRS). GBRS have spread in various parts of the world, from Europe to Asia. However, existing studies on comparisons of GBRS are limited to weight analysis of the most recent version of manuals. Therefore, the purpose of this paper is to fill the gaps in the comparative studies of the Green Building Rating System, especially regarding changes in indicators, underlying issues, and potentials for future developments. This writing specifically contains a comparative analysis of the International GBRS (BREEAM, LEED, DGNB) with the GBRS from Indonesia (Greenship). LEED-based comparisons were made by reviewing the indicators and sub-indicators of each GBRS from the instruction manuals. The result of this comparison shows that the disclosure of the number of points is a crucial aspect in the assessment process. This study also shows that the high cost of certification does not always indicate a for-profit institution. In addition, every GBRS that is compared has room to grow, especially from other GBRS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfin Imadul Haq
"Menteri Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan. Tujuan utamanya yaitu sebagai bentuk pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dan aspek penting dalam penanganan dampak perubahan iklim. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan gedung bertingkat yang bersertikat green dengan sertifikasi dari Greenship Building Council Indonesia (GBCI). Sertifikasi Green Building merupakan sebuah sistem penilaian bangunan gedung hijau di Indonesia yang mensyaratkan suatu proyek untuk memenuhi serangkaian prasyarat dan untuk meraih kredit di beberapa kategori yang telah ditentukan. Dalam proses sertifikasi ada beberapa kriteria yang memang menjadi syarat diantaranya adalah ASD (Appropiate Site Development), EEC (Energy Efficiency And Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycle), IHC (Indoor Air Health dan Comfort) and BEM (Building Enviroment Management). Dalam penelitian ini tidak semua kriteria GBCI dibahas tetapi hanya membahas yang berhubungan dengan effisiensi penggunaan air dan listrik tetapi masih memenuhi standart SNI. Dalam sertifikasi Green Building, ada beberapa tingkatan penilaian diantaranya Bronze, Gold dan Platinum. Dalam penilaiannya di gunakan system scoring mengacu pada standart yang sudah di tetapkan oleh pihak GBCI (Green Building Council Indonesia). Dan setelah dilakukan evaluasi WAC dan EEC untuk melihat effisiensi air dan listrik maka diperoleh penghematan biaya listrik dan air sebesar 5 milyar per tahunnya atau setera dengan 61 persen dari Baseline (Mengacu kepada Standart SNI). Dengan waktu pay back periode dengan biaya investasi selama 2 tahun 8 bulan 46 hari.

Minister of Environment and Forestry has issued a regulation of the State Minister for the Environment No. 8 of 2010 about criteria and certification of the Green Building. Its main objective is to implement and manage a building that applies environmental principles and important concept to prevent the impact of climate change. Therefore, a building plan with certification from the Greenship Building Council Indonesia (GBCI) is required. Green Building Certification is a green assessment system in Indonesia that requires a building to meet several prerequisites and to obtain credit in predetermined categories. In the certification process, several criteria are required, including ASD (appropriate site development), EEC (Energy Efficiency and Conservation), WAC (Water Conservation), MRC (Material Resources and Cycles), IHC(Indoor Air Health and Comfort), and BEM(Building Environment Management). In this research, not all of the GBCI criteria were discussed but only those related to the efficient use of water and electricity but still met SNI standards. In Green Building certification, there are several levels of assessment include Bronze, Gold, and Platinum. In the assessment, a scoring system is used referring to the standards that have been set by the GBCI (Green Building Council Indonesia). After evaluating the WAC and EEC to assess the efficiency of water and electricity, obtained that it can save about 5 billion rupiahs per year of the electric and water costs or equal to 61 percent of the baseline (referring to the SNI Standard). The payback period for this investment is about 2 years, 8 months, and 46 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dondi Daharyadika
"ABSTRAK
Fasad pada gedung bertingkat tinggi merupakan fitur arsitektur yang
penting. Sebagai selubung bangunan, fasad memberikan pemisahan antara interior
dan eksterior. Sistem Curtain Wall merupakan salah satu dari banyak cara untuk
menerapkan fasad bangunan. Skripsi ini menguraikan tentang fitur aplikasi
Curtain Wall, dengan sistem unitized dan stick pada gedung bertingkat tinggi.
Secara umum, penerapan fasad memerlukan pertimbangan tertentu, seperti waktu,
kualitas, dan biaya, sebagai contoh. Dalam fungsinya, ada fitur-fitur umum yang
tentu harus disediakan; seperti fungsi yang menyangkut alam, dimana melibatkan
tentang perlindungan hujan dan filtrasi sinar matahari, keamanan, dan juga
estetika. Ini semua adalah hal-hal penting dalam menyediakan fasad pada
bangunan tinggi.

ABSTRACT
Façade in high-rise building is an essential architectural feature. It
encloses the building, and provides separation to interiors and exteriors. Curtain
walling system is one of many ways in applying building façade. This thesis
elaborates the features of application both the unitized and stick curtain wall
system in high-rise building. In general, the application of façade required certain
consideration; time, quality, and cost for instances. In its functionality, there are
common features that necessarily to be provided; such as nature related functions,
which involves rain protection and sunlight filtration, safety, and also aesthetic.
These are all important matters in providing high-rise building façade."
2014
S53797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
"Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%.
Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain.

Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan.

Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%.
Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features.
The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Tutut Subadyo
"ABSTRAK
Pembangunan gedung berdinding kaca refleksi di Jakarta akhir-akhir ini semakin popular. Pertimbangan yang sering diketengahkan dalam penggunaan kaca refleksi untuk dinding luar gedung tersebut adalah beban stnrkturalnya lebih ringan, waktu pelaksanaan yang cepat, biaya yang relatit lebih murah den unsur-unsur arsitektural lainnya. Hal lain yang banyak dijadikan dasar oleh pengembang adalah makna respansif yang dimunculkan oleh daya tarik dinding kaca yang menampilkan kesan mewah sehingga menjadi penarik mined konsumen.
Keadaan ini merupakan fenomena yang menarik, karena semakin banyaknya gedung berdinding kaca tersebut mengundang beberapa permasalahan yang sating dipertanyakan yaitu dampaknya terhadap lingkungan sekitar gedung.
Penggunaan kaca reFleksi pada satu sisi dapat meminimisasikan beban panas dan silau ke dalam ruangan, namun di sisi lain pantulan radiasi matahari dari dinding kaca tersebut akan mempengaruhi tingkat kesilauan dan perilaku termal di sekitar gedung.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk
1. Mengetahui besaran pantulan energi radlasi matahari dart gedung berdinding kaca refleksi di Jakarta.
2. Mengetahui apakah pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi mengakibatkan kesilauan dan perubahan keadaan termal (suhu) lingkungan sekitarnya.
3. Mengetahui bagaimana tanggapan/persepsi masyarakat di sekitar gedung terhadap dampak yang terjadi karena perubahan termal dan visual lingkungan sekitarnya.
Dari permasalahan tersebut, hipotesis yang diajukan adalah:
1. Pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi, dengan gelombang panjang akan memanaskan dan menyebabkan kenaikan suhu udara daerah di sekitar gedung.
2. Pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi, dengan gelombang pendek (cahaya dampak) akan mengakibatkan kesilauan.
3. Masyarakat di sekitar gedung kaca telah merasakan adanya dampak yang terjadi karena pantulan radiasi matahari dan gedung berdinding kaca refleksi
Obyek penelitian terdiri dari gedung berdinding kaca refleksi dan masyarakat sekitar gedung tersebut Lokasi penelitian di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Jenis peneitian ini adalah deskriptif eksploratif, dengan sampel yang ditentukan secara sengaja (purposif).
Gedung yang diteliti adalah Bank Bumi Daya Plaza Jalan Imam Bonjol No. 61, Kuningan Plaza Jalan H R. Rasuna Said Kav. C 11-14, Lippo Life Jalan H R. Rasuna Said Kav. B-10, Wisma BRI II Jalan Jenderal Sudrman Kav. 44-46, dan Wisma GKBI Jalan Jenderal Sudirman.
Sedangkan masyarakat yang djadkan responder adalah mereka yang berada dalam radius daerah pantul gedung kaca dan pada saat terjadnya peristiwa pantulan berada di lokasi.
Peneltian diaksanakan sejak bulan Juni 1996, sedangkan pengukuran fisik (suhu dan silau di lapangan dakukan pada tanggal 14 September 1996 sampai dengan 28 September 1996.
Penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi diaksanakan pada bulan September dan Oktober 1996.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) data intensitas radiasi matahari global horisontal kota Jakarta selama 31 tahun, (2) suhu udara di sekitar gedung, (3) silau I luminasi gedung kaca, dan (4) respon I persepsi masyarakat sekitar gedung terhadap perubahan aspek termal dan visual akibat pantulan radiasi matahari dari gedung kaca.
Jumlah data intensitas radasi matahari global horisontal kota Jakarta yang diolah adalah 4. 176, suhu udara sekitar gedung yang diukur sebanyak 1.656, silau dari gedung kaca yang diukur sejumlah 960, dan masyarakat sekitar gedung sebanyak 60 responden. Analisis data dilakukan secara analitik matematik, deskriptif, uji statistik chi-square, anova dan grafik garis.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut
1. Intensitas pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi secara akumulatif sangat potensial dalam mempengaruhi energi panas karena konveksi dari Binding kaca dan kalor (bahang) yang diserap kaca untuk menaikkan suhu udara daerah yang terkena pantulannya. Besaran IR tersebut ditunjukkan oleh nilai maksimum dari Wisma GKBI (91.40 watt/m2), Wrsma BRI II (95.75 watt/m2), BBD Plaza (99.64 watt/m2), Kuningan Plaza (134.97 watt/m2), dan Lippo Life (140.47 watt/m2).
2. Pantulan radlasi atahari dari gedung berdinding kaca refleksi dengan gelombang panjang (infra marsh) memanaskan daerah sekitar gedung dan menyebabkan kenaikkan suhu udara. Pada daerah terkena pantulan terjadi kenaikan suhu yang ditunjukkan oleh selisih meratanya dengan daerah tidak terkena pantulan sebesar 1.4° C (c t 2.0° C). Hasil pengukuran juga memperahatkan adanya gradien horisontal dan vertikal. Pada jarak 15 m dari dinding gedung pengaruh pantulan terhadap suhu udara sangat nyata, sedangkan pada jarak 25 meter suhu udara sudah tidak memperfhatkan adanya pengaruh pantulan.
3. Pantulan radlasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi dengan gelombang pendek (cahaya tampak) menimbulkan kesilauan. Nilai luminasi kaca reratanya mencapai 15.67 x 106 c d/m2 (23.16 % dari luminasi langit) minimumnya 4.37 x 10s cd/m2 (6.2 % dari luminasi langit) terjadi di gedung Bank Bumi Daya Plaza pada kaca miring saat periode pengukuran jam 09.30 - 12.00 dan maksimum 28.46 x 106 c d(m2 (40.21 % dari luminasi langit) terjadi di gedung Kuningan Plaza. Semua nilai luminasi ada diatas ambang nilai `borderline comfort and discomfort glare'. Pada saat kondesi matahari kelihatan (langit cerah -awan putih) daerah yang terkena pantulan merupakan daerah silau.
4. Masyarakat di sekitar gedung telah merasakan adanya dampak pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi. Hal ini dtunjukkan oleh tanggapannya terhadap semua aspek dampak yang dirasakan mengganggu dan mengurangi kenyamanan, ditinjau dari latar belakang pendidikan, lama tinggal, jenis kelamin dan umur. Prosentasi tanggapan terkecil adalah 28.6 % (lama tinggal < 1 tahun vs silau) dan terbesar 93.4 % (pendidikan S1 vs kenyamanan). Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil uji hubungan antara variabel bebas (tingkat pendidkan, lama tinggal, jenes kelamin dan umur) dengan variabei terikat (pantulan panas, gangguan silau, dan berkurangnya kenyamanan) dimana dari 12 hubungan, 9 hubungan menunjukkan signifikansi dan hanya 3 hubungan (pendidikn vs silau, lama tinggal vs pantulan panas dan umur vs pantulan panas) yang memperilihatkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengukuran fisik (termal dan visual) yang dperoleh.

ABSTRACT
Construction of reflected curtain wall buildings in Jakarta recently is becoming popular. Consideration to use reflected curtain wall is primarly on its light structural load, quick implementation, cost eficiency, and other architectural elements. Curtain walls are non structured glass walls that are used mostly for facing tall buildings. Another important consideration in using the reflected curtain wall is related to its luxurious image which attract consumers.
This is very interesting phenomenon because the use of that material has produced impact to the surrounding environment On one aspect, the use of reflective glass (curtain wail) reduces the weight heat and minimizes sun glare in the budding. However, solar radiation reflection from curtain wall to surrounding area could change thermal and visual characteristics as well as pleasant environment based on the problems above, this research intend :
1. to determine the magnitude of energy of reflected solar radiation from curtain wall building in Jakarta.
2. to figure out whether reflected solar radiation from the curtain wall building could cause thermal change (air temperature) and sun glare to surrounding environment
3. to determine community perception surrounding the building about the impact of reflected solar radiation in relation to the changing in thermal, visual, and the pleasant of the environment
Hyphotesis used in this research included :
1. Reflection of long wave solar radiation (infra red) from curtain wall building increases surrounding air temperatur.
2. Reflection of short wave solar radiation (visible fight) from curtain wall building cause high glare.
3. Community surrounding the curtain wall building has felt the impacts of reflected solar radiation from the building.
The object of this research is curtain wall buildings and the community surround. The research is located in Jakarta Pusat and Jakarta Selatan. The type of research is descriptive explorative with purposive sampling.
The budding object to the research is Bank Bumi Daya Plaza, Jalan Imam Bonjol No. 61; Kuningan Plaza, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C 11-14; Lippo Life Building, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B-10; Wisma BRI II, Jahn Jenderal Sudirman Kav. 44-46 ; and Wisma GKBI, Jalan Jenderal Sudirman.
The research was carried out in June 1996, while the physics measurement (air temperature and luminance) was underway on 14 - 28 September 1996. The questionaire distribution, interview,and observation was taken in September and October 1996.
The data being collected included (1) 31 years serial data of intensity of global horizontal solar radiation of Jakarta; (2) air temperature surrounding the building; (3) lumination of curtain wall bung; and (4) response or community perception surrounding the budding towards change in thermal, visual, and pleasant aspect due to reflection of solar radiation.
The available number of data on global horizontal solar radiation intensities of Jakarta were used for the calculation is 4176, while the number of data on air temperature and lumination of budding is 1656 and 960 respectively. The number of respondent of community surrounding the building is 60. Data was analyzed using mathematical approach, descriptive analysis, chi-square test, anova and One graphics analysis.
The study reveals the following :
1. Intencity of reflected solar radiation from curtain wall the building accumulatively Is very potential In influencing convection heat energy from the curtain wall and calor absorbed by the glass Increased temperature of the area subject to reflection. The intencity of reflected solar radiation (IR) magnitude is shown by maximum value from Wisma GKBI (91.40 watt/rn2), Wisma BRI II (95.75 wattlm2), BBD Plaza (99.64 wattlm2), Kuningan Plaza (134.97 watt/m2), and L.ippo Life (140.47 watt/m2).
2. Reflection solar radiation from the curtain wall building with long wave improved temperature surrounding hence increases air temperatur. Increased in temperature has occured in area subject to reflection which is seen by the 1.4° C (°o ± 2.0° C) different from the area of non subject of reflection. The measurement also revealed horizontal and vertical gradient On 15 meter distance of the wall, the influence of reflection on air temperature is significant, but not from 25 meter distance.
3. Reflection solar radiation from the curtain wall building with short wave cause serious glare. The average value of glass Iuminatioon reached 15.67 x 106 cdlm2 (23.16 % from sky lumination) with minimum of 4.37 x 106 cdlm2 (6.2 % from sky lumination) occured in Bank Bumi Daya Plaza on slope glass during lime of measurement of 09.00 - 12.00 AM. The maximum 28.46 x 106 cdlrn2 (40.21 % from sky iuminatlon) occured in gedung Kuningan Plaza. Ai lumination values are above the standard of borderine comfort and discomfort glare. During clear sky, area being laminated is glare area. The size of glare area is depending upon the building tallness and orientation direction of building.
4. Community at surrounding the building has felt the impacts of reflection solar radiation on the local environment. This could be seen from the response in which most community felt that the reflection has heat reflection, glare and reduced their comfort (minimum procentage 28.6 %, length of stay < 1 year vs glare and maximum 93.4%, 51 education vs comfort). The analysis examines the relationship between Independent variables (education, length of stay, sex, and age) and dependent variables (heat reflection, glare, and a reduction of comfort). The result shows that from 12 relationship, 9 relationship showed significant relation, and only 3 relationship (education vs glare, length of stay vs heat reflection, and age vs heat) showed otherwise. That measurements supported by physics measurement (thermal dan visual).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rifaldy
"Saat ini penggunaan akan energi pada bangunan gedung terus-menerus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Oleh karena itu Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau yang dimaksudkan sebagai pedoman bagi penyelenggara bangunan dalam melakukan penyelenggaraan bangunan gedung hijau untuk tujuan penghematan energi. Di Indonesia terdapat sistem penilaian untuk Gedung Hijau yang disebut Greenship, yaitu standar dalam penilaian gedung hijau yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia. Sesuai aturan GBCI terdapat update penilaian dari versi 1.2 tahun 2014 ke versi 2.0 tahun 2020, didalamnya terdapat beberapa persyaratan baru yang sebelumnya tidak ada maupun hanya tambahan persyaratan dari versi 1.2. Tujuan dari penelitian ini adalah memudahkan pengguna dalam melakukan penilian mandiri untuk mendapatkan sertifikasi Gedung Hijau. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah belum adanya sistem aplikasi yang dapat digunakan, pengguna harus melakukan penilaian mandiri menggunakan buku pedoman penilaian bangunan hijau. Hal ini berdampak pada faktor kemudahan, kecepatan dan biaya yang dikeluarkan dalam proses penilaian mandiri. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memudahkan penilaian mandiri dan mampu meningkatkan kinerja waktu, memberikan informasi tentang bangunan hijau dan persyaratannya secara terperinci kepada pengguna
Currently the use of energy in buildings is constantly increasing along with technological developments. Therefore, the Government issued Minister of Public Works and Public Housing Regulation No. 02 / PRT / M / 2015 concerning Green Building which is intended as a guideline for building operators in carrying out green building construction for energy saving purposes. In Indonesia there is an appraisal system for Green Buildings called Greenship, which is a standard in green building appraisal issued by the Green Building Council Indonesia. In accordance with the GBCI rules, there is an update assessment from version 1.2 in 2014 to version 2.0 in 2020, in which there are some new requirements that previously did not exist or only additional requirements from version 1.2. The purpose of this study is to make it easier for users to conduct independent assessments to get Green Building certification. The problem raised in this study is that there is no application system that can be used, the user must conduct an independent assessment using the green building appraisal manual. This has an impact on the ease, speed and cost incurred in the self-assessment process. The expected outcome of this study is to facilitate self-assessment and be able to improve time performance, provide users with detailed information about green buildings and their requirements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Budiman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas evaluasi standar penilaian Green Building di Indonesia pada tahap operasional dan pemeliharaan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian mutu Green Building pada tahap operasional dan pemeliharaan serta bentuk kontribusi dari hasil evaluasi Green Building. Metode pengumpulan data lapangan dan studi literatur dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian mutu Green Building di Indonesia. Setelah itu, dengan Studi Kasus penelitian ini akan memberikan bentuk kontribusi dari evaluasi Green Building pada fase operasional dan pemeliharaan. Hasil penelitian menyarankan bentuk kontribusi yang tepat untuk meningkatkan mutu Green Building adalah penerapan insentif untuk bangunan yang menerapkan konsep Green Building.

ABSTRACT
This thesis discusses the standard evaluation ratings Green Building in Indonesia at this stage of operations and maintenance to identify factors that influence the quality achievement Green Building in the operational phase and maintenance as well as a contribution by the results of the evaluation of Green Building. Field data collection methods and literature studies conducted to examine the factors that affect the achievement of quality Green Building in Indonesia. After that, the case study of this research will provide a contribution of evaluation Green Building on the operation and maintenance phase. The researcher suggests the form of a proper contribution to improving the quality of Green Building is an incentive for building application that implements the concept of Green Building."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Budiman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas evaluasi standar penilaian Green Building di Indonesia pada tahap operasional dan pemeliharaan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian mutu Green Building pada tahap operasional
dan pemeliharaan serta bentuk kontribusi dari hasil evaluasi Green Building.
Metode pengumpulan data lapangan dan studi literatur dilakukan untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian mutu Green Building di Indonesia.
Setelah itu, dengan Studi Kasus penelitian ini akan memberikan bentuk kontribusi
dari evaluasi Green Building pada fase operasional dan pemeliharaan. Hasil
penelitian menyarankan bentuk kontribusi yang tepat untuk meningkatkan mutu
Green Building adalah penerapan insentif untuk bangunan yang menerapkan
konsep Green Building.

ABSTRACT
This thesis discusses the standard evaluation ratings Green Building in Indonesia at
this stage of operations and maintenance to identify factors that influence the quality
achievement Green Building in the operational phase and maintenance as well as a
contribution by the results of the evaluation of Green Building. Field data collection
methods and literature studies conducted to examine the factors that affect the
achievement of quality Green Building in Indonesia. After that, the case study of this
research will provide a contribution of evaluation Green Building on the operation
and maintenance phase. The researcher suggests the form of a proper contribution to
improving the quality of Green Building is an incentive for building application that
implements the concept of Green Building"
2017
T47524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Budiman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas evaluasi standar penilaian Green Building di Indonesia pada tahap operasional dan pemeliharaan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian mutu Green Building pada tahap operasional dan pemeliharaan serta bentuk kontribusi dari hasil evaluasi Green Building. Metode pengumpulan data lapangan dan studi literatur dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian mutu Green Building di Indonesia. Setelah itu, dengan Studi Kasus penelitian ini akan memberikan bentuk kontribusi dari evaluasi Green Building pada fase operasional dan pemeliharaan. Hasil penelitian menyarankan bentuk kontribusi yang tepat untuk meningkatkan mutu Green Building adalah penerapan insentif untuk bangunan yang menerapkan konsep Green Building.

ABSTRACT
This thesis discusses the standard evaluation ratings Green Building in Indonesia at this stage of operations and maintenance to identify factors that influence the quality achievement Green Building in the operational phase and maintenance as well as a contribution by the results of the evaluation of Green Building. Field data collection methods and literature studies conducted to examine the factors that affect the achievement of quality Green Building in Indonesia. After that, the case study of this research will provide a contribution of evaluation Green Building on the operation and maintenance phase. The researcher suggests the form of a proper contribution to improving the quality of Green Building is an incentive for building application that implements the concept of Green Building."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>