Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Okky Miftachuddin
"ABSTRAK
Kabupaten Brebes merupakan salah satu wilayah perbatasan antara daerah
pengguna bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Mayoritas profesi di kabupaten Brebes
adalah Petani. Penggunaan bahasa yang umum digunakan di kalangan petani yaitu
istilah aktifitas pertanian dan istilah dalam sosialisasi. Mobilitas menjadi salah
satu faktor pengaruh perbedaan penggunaan bahasa. Pengaruh motif Mobilitas
oleh Petani berupa motif ekonomi berupa pekerjaan dan belanja serta motif sosial
berupa silaturahmi menimbulkan perbedaan sifat ruang dalam penggunaan
bahasa. Sifat ruang terbuka dibentuk oleh motif ekonomi berupa pekerjaan dan
belanja yang berlokasi di lingkungan dengan penggunaan bahasa lain. Sedangkan
sifat ruang tertutup dibentuk oleh motif ekonomi dan sosial yaitu belanja dan
silaturahmi dengan lingkungan bahasa yang sama

ABSTRACT
Brebes Regency is one of the local border area between Javanese and
Sundanese. The majority of the profession in the Brebes Regency is Peasant. The
use of language commonly used among peasant that term agricultural activity and
in terms of socialization. Mobility is one factor the effect of differences in
language use. The Influence of peasant?s mobility patterns in the form of
economic incentives in the form of jobs and shopping and social motives in the
form of the relationship cause differences in space of language use. The nature of
open spaces formed by economic motives in the form of jobs and shopping are
located in the environment with the use of other languages. While the nature of
the closed space formed by social and economic motives are shopping and
relationship with a common language environment."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Kiranaputri
"Penelitian ini membahas bahasa SMS yang digunakan oleh mahasiswa di Jakarta ketika berkomunikasi dengan tiga mitra tutur yang berbeda, yaitu kepada dosen, orangtua, dan teman. Bahasa SMS yang digunakan dengan ketiga mitra tutur tersebut mempunyai variasi. Hal ini disebabkan hubungan kedekatan pengirim SMS, dalam hal ini mahasiswa, dengan ketiga mitra tutur tersebut juga berbeda, selain status yang juga berbeda. Selain melalui SMS, seiring perkembangan zaman, media yang digunakan sebagai sumber data juga dapat berupa BBM, line, dan whatsapp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan variasi bahasa SMS yang digunakan mahasiswa di Jakarta. Secara umum, ada dugaan apakah bahasa SMS merupakan bahasa lisan yang dituliskan ataukah memang bahasa tulisan. Variasi bahasa tersebut terlihat pada bagaimana mahasiswa memberikan salam sebagai pembuka dan penutup SMS, serta bagaimana variasi pilihan kata, struktur kalimat, dan penyingkatan digunakan.
Hasil penelitian ini menunjukkan ragam bahasa SMS dapat berupa bahasa tulisan maupun bahasa lisan yang dituliskan. Hal tersebut bergantung pada salah satu faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa SMS tersebut, yaitu mitra tutur.
his research is analyzed SMS language that used by college students in Jakarta when they communicate with three different hearers, those are to their lecturer, parents, and friend. SMS language that used to communicate to those three hearers has the variation. It?s caused the relationship between SMS sender, in this case is college students, with three hearers that also different, besides the differents status. Besides through SMS, due to the technology development, the data in this research also from BBM, line, and whatsapp. The research purposes is to explain the variety of SMS language that performed by college students in Jakarta. In general, there is a suspicion whether the SMS language is a spoken language that is written or is written language. Those language variation is seen in how students give greeting as opening and closing in SMS, as well as how variation in diction, sentence structure, and shortened words.
The result showed that SMS language can be the written language nor the spoken language that is written. It relies on one of the factors that affect in usage of the SMS language, that is the hearers.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Theresye Wantania
"ABSTRACT
This study started from the two main problems. Those are (1) the factors caused the shift of Tonsea Language and (2) the factors supported the maintenance of the language. Based on the problems above, this study aimed to find out the factors causing the shift of Tonsea language and the factors supporting the maintenance of the language. As a consequence, the population of this study was all the member of Tonsea speech community, especially the 4.778 persons who lived in the village of Laikit, Dimembe. Then, the respondents of this study were 140 persons, taken through proportional stratified random sampling based on their sex, age, education, and occupation.
in order to obtain such aims the researcher involved the following ways. Data were collected through structured interview, questionnaires, participatory observation, and recording. The questionnaires was given to the respondents who were eleven to eighteen of age and above twenty-one. in addition, the process of recording was aided with some stimulation to the informants. Then, the data were analyzed with ANOVA in order to get the level of significance of their language choice. To make sure the accuracy of the computation the researcher used statistic computer "Microstat".
This study found the following result. Tonsea language was used by the tonsean aged fifty or more as the language was mastered enough by such people. The language was also used as a culture support, such as in family meeting, arisan, wedding ceremony, funeral ceremony, tumuwar activity, and traditional ceremony in order to release a village from the troubles made by devils. in addition, the language was also used by the youth when they were talking to their siblings, brothers or sisters in law, parents, and grand-parents. Malay-Manado language was used among tonseans who were under fifty of age in their community, by tonsean under fifty of age to their children, to their parents, and to the other persons in the same village. Mixed language was used by the participants in the situations other than what is mentioned above. Bahasa Indonesia tend to be used by the youth in educational and religious domain.
The maintenance variables of Tonsea Language were age, education and occupation. The tonseans who were fifty or more tend to maintain the language while those who were under fifty were not. The tonseans whose education was elementary school tend to use Tonsea language while those whose education were high school or university tend to use Malay-lVlenado or mixed the languages. Farmers, housewives, and merchandiser tend to use Tonsea language while civil servants, military member, students, and private servants tend to use Malay-Manado or mix the languages."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arzaqia Luthfi Yani
"Sikap terhadap bahasa Indonesia dan penggunaan bahasa Indonesia oleh para pelajar dan mahasiswa Indonesia di luar negeri menarik untuk diteliti. Berbeda dengan situasi di Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa minoritas di lingkungan mereka sekarang. Penelitian ini mengkaji sikap terhadap bahasa Indonesia dan hubungannya dengan masa tinggal di luar negeri serta penggunaan bahasa Indonesia berdasarkan situasi dan frekuensinya. Responden penelitian ini adalah 103 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang berada di Jepang. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Dalam penelitian ini, responden menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Durasi masa tinggal tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap bahasa, namun ditemukan sedikit penurunan pada aspek konatif sikap bahasa. Saat berada di Jepang, mayoritas responden menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang Indonesia lain. Para responden mempertahankan bahasa Indonesia dengan berbicara, membaca berita, mendengarkan lagu, dan menonton tayangan berbahasa Indonesia secara cukup rutin.

Attitudes towards the Indonesian language and the use of Indonesian language by Indonesian students abroad are fascinating subjects. Unlike their home country, Indonesian is a minority language in their current environment. This study discusses the attitudes toward the Indonesian language, its correlation with the length of stay abroad, and the use of Indonesian based on the situation and frequency. The respondents of this study are 103 Indonesian students who are currently in Japan. The method used is quantitative. In this study, respondents show a positive attitude towards the Indonesian language. The length of stay had no significant effect on language attitudes, but there is a slight decrease in the conative aspect. The majority of respondents use Indonesian to communicate with compatriots in Japan. The respondents maintain the Indonesian language by speaking, reading the news, listening to songs, and watching shows in Indonesian quite regularly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Njaju Jenny Malik
"Sejak beberapa tahun yang lalu studi sistematik tentang hubungan antara bentuk bahasa dan makna sosial telah berkembang dengan pesat (Ervin Tripp, 1969: 10). Di sini terlihat bahwa bahasa bukan hanya memiliki aspek-aspek linguistik saja tetapi juga memiliki aspek-aspek sosial. Jadi pemakaian bahasa selain tergantung pada strukturnya, juga tergantung pada faktor-faktor sosial.
Kesadaran tentang hubungan yang erat antara bahasa dan masyarakat menjadi lebih nyata pada pertengahan abad ini. Para ahli bahasa mulai sadar bahwa pengkajian bahasa tanpa mengaitkannya dengan masyarakat akan mengenyampingkan beberapa aspek penting dan menarik, dan mungkin menyempitkan pandangan terhadap disiplin bahasa itu sendiri. Satu aspek yang mulai disadari adalah hakekat bahwa bahasa adalah suatu gejala yang senantiasa berubah, dan jika diteliti sebagian dari puncak perubahan itu timbal dari masyarakat yang menuturkannya. Sesuatu bahasa itu bukanlah suatu cara pertuturan yang digunakan oleh semua orang bagi semua situasi dalam bentuk yang sama, sebaliknya bahasa itu berbeda-beda tergantung terhadap siapa ia digunakan, oleh siapa, di mana, dan juga mengenai apa.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa untuk dapat berhubungan dengan manusia lain maka manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa baik lisan maupun isyarat (melalui gerak-gerik tangan, kaki, dan seluruh badan) tak mungkin sesuatu yang terkandung di dalam pikiran dapat dinyatakan. Adapun yang dimaksud dengan alat perhubungan di sini meliputi aspek yang lebih luas. Di dalam konteks warga masyarakat fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk menjamin dan mengekalkan hubungan diantara warga dalam masyarakat tersebut.
Selain itu juga bahasa mempunyai fungsi utama dan fungsi khusus. Fungsi utama dari bahasa adalah fungsi komunikasi, di mana fungsi ini memungkinkan para anggota masyarakat bahasa saling mengerti sesamanya. Sedangkan fungsi khusus bahasa adalah fungsi estetis.Oleh karena itu dalam masyarakat pemakai bahasa ada komunitas manusia yang menganggap diri mereka menggunakan bahasa yang sama (language community). Dengan demikian di dalam suatu masyarakat yang majemuk dihasilkan variasi-variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena bermacam-macam sebab, dapat terjadi pertemuan antara dua masyarakat yang masing-masing menggunakan bahasa yang berlain-lainan. Akibatnya penutur kedua bahasa itu dapat belajar unsur-unsur dari bahasa yang lain yang belum dikenal sebelumnya. Kemampuan mengerti sampai dapat menggunakan secara aktif bahasa yang lain itu melahirkan keadaan yang disebut sebagai kedwibahasaan.
Dalam masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa dengan sendirinya terdapat pula bermacam-nacam bahasa, yang digunakan untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat yang sama penggunaan bahasanya. Dengan kekayaan bahasa daerah yang beratus-ratus jumlahnya di samping bahasa nasional, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat gandabahasa yang semakin sarat dengan beban permasalahan bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Konsep jumlah tergolong kategori semantik, seperti halnya jenis kelamin, modalitas, aspektualitas, dan temporalitas yang masing-masing berpasangan dengan kategori gramatikal bilangan, jenis (gender), modus (mood), aspek (aspect), dan kala (tense). Konsep jumlah tersebut merupakan gambaran di dalam pikiran manusia yang menyatakan satu atau tunggal dan lebih dari satu atau jamak tentang maujud, hal, atau peristiwa di dunia nyata atau yang dibayangkan.
"Pengungkapan konsep jumlah di dalam bahasa Sunda" ini berlatar pokok bahasan semantik, yaitu berlatar masalah pengacuan, sedangkan pengungkapannya harus diamati pada tataran morfologi dan sintaksis. Dari sudut semantik ditelusuri berjenis jenis pengacuan yang disandang pleb konsep ketunggalan dan kejamakan. Dari sudut morfologi dan sintaksis analisis data diarahkan pada pemarkahan, pembentukan, dan distribusi ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan. Di samping 1W, ungkapan tertentu mempertimbangkan juga aspek pragmatik, yaitu yang menghubungkan sistem bahasa dengan pemakaian bahasa di dalam komunikasi (Kridalaksana et al. 1985:6; Verhaar 1996:14; Levinson 1997:9), yang di dalam hal ini siapa pembicara, kawan bicara, di mana, dan kapan diproduksinya ungkapan yang berkonsep jumlah tersebut (Brown dan Yule 1996:27).
Pertanyaan tentang bagaimana pengungkapan konsep jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal, belum dirinci dengan jelas. Alat apakah yang dipergunakan sebagai pemarkah jumlah secara leksikal, dan alat apa pula yang dipergunakan secara gramatikal, baik secara morfologis maupun secara sintaktis, belum juga dibahas dengan memadai.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar pokok bahasan pada tujuan penelitian ini adalah:
(a) mengamati, memerikan, dan menjelaskan jenis pengacuan yang disandang each ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan;
(b) mengamati, memerikan, dan menjelaskan bermacam-macam pemarkah jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal;
(c) mengamati, memerikan, dan menjelaskan kendala konstruksi dan distribusi ungkapan yang berpengacuan ketunggalan dan kejamakan.

ABSTRACT
Concepts of numbers are classified as a semantic category, likewise sex, modality, aspectuality and temporality, each of which can be paired with the grammatical category of numeral, gender, mood, aspect, and of tense. Such a concept is formulated in one's mind as being one or singular and being more than one or plural about entities, conditions, and phenomena in a real or imagined world.
The act of expressing the concepts of number in Sundanese concerns mainly with semantic issues, namely references, whereas it has to be observed at the levels of morphology and syntax. From semantic points of view, various referring expressions endowed in the concepts for singularity and plurality are thoroughly analysed in this study. From morphological and syntactical points of view, an analysis is conducted with the focus on the process of marking, forming, and distributing expressions of the concepts for singalurity and plurality. Besides, certain expressions are analysed with some considerations on the aspects of pragmatic, namely those interconnecting a language system and a language use (Kridalaksana et at. 1985:6; Verhaar 1996:14; Livinson 1997:9), and those concerning the speaker, hearer, setting, and time of producing an expression of the concept of number (Brown and Yule 1996:27).
2. Research Objectives
In line with the background stated earlier, the research study aims to
(a) observe, describe, and explain various references shown by the expressions of the concepts for singularity and plurality;
(b) observe, describe, and explain various markers of number, both lexically and grammatically;
(c) observe, describe, and explain the constraints on the formation and distribution of referring expressions of singularity and plurality.
"
2000
D39
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarsono
"Kajian ini mengenai salah satu aspek ke dwi bahasaan , yaitu pamertahanan bahasa. Objeknya adalah bahasa Melayu Loloan, sebuah ragani bahasa Melayu yang di pakai oleh minoritas muslim didalam kota Negara, Bali. Masalah yang dikaji ialah faktor-faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, bahasa yang menjadi bahasa ibu guyup mayoritas Bali, dan bagai mana kondisi pemertahanan itu terhadap bahasa Indonesia saat ini.
Dengan ancangan sosiologi, metode survei, dan teknik wawancara, kuesionier, dan pengalnatan partisipasi , peneliti menjaring data utama berupa pengakuan pribadi (self-report) dart dua gerierasi dengan percontoh 290 kepala keluarga dan 120 ariak rnuda (13-21), dan 28 anak (6-12) tentang sikap, penguasaan, dan pengguriaan bahasa yang merijadi khazarrah kevahasaan rrlereka, yaltu bahasa Melayu Loloan (sebagal bahasa ibu= Bi), bahasa Bali (sebagai bahasa kedua= B2), dan bahasa Indonesia (sebagai B2 baru).
Hasilnya ialah di temukannya beberapa faktor yang mendukung peme rtahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, mencakupi faktor eksternal dan faktor internal yang saling berpaut. Dua faktor penting yang tergolong faktor eksternal ialah (1) adanya letak konsentras pemukiman yang secara geograf is , agak terpisah dan i letak pemukiman guyup mayoritas; dan sikap toleransi, atau setidak-tidaknya s i kap akomodatif . guyup mayoritas Bali yang tanpa rasa enggan menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan warga guyup minoritastas. Dari tubuh guyup Loloan sendiri ditemukan tiga faktor panting pendukung pemertahanan bahasa, yaitu sikap atau pandangan keislaman guyup Loloan yang tidak akomodatif terhadap guyup, dan bahasa Bali, sehingga bahasa ini tidak digunakan dalam interaksi intra kelompok Loloan; loyalitas yang tinggi terhadap bahasa Melayu Loloan karena bahasa ini dianggap sebagai lambang guyup Melayu Loloan yang beragama Islam; sedangkan bahasa Bali di pandang sebagai lambang guyup Bali yang Hindu. Akhirnya faktor kesinambungan pengalihan (transmisi) bahasa melayu Loloan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pemertahanan itu menjadi agak melemah dalam menghadapi ekspansi bahasa Indonesia. Bahasa ini dipandang tidak mengandung konotasi agama tertentu, di anggap tidak berbeaa dengan bahasa Melayu Loloan karena itu dianggap sebagai milik mereka juga terutama oleh posisi mereka sebagai orang Indonesia. Akibatnya, pada saat ini bahasa Indonesia sudah mendominas ranah pemerintahan , pendidikan , dan agama, dan sudah menjalankan peran sebagai alat komunikasi antar kelompok, menggeser peran yang semula dijalankan oleh bahasa Melayu Loloan atau bahasa Bali."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D344
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bloomfield, Leonard
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961
400 BLO l (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anton M. Moeliono
"Bahasa Indonesia sering dijadikan contoh keberhasilan di dalam perencanaan bahasa, khususnya di dalam fungsinya selaku bahasa kebangsaan. Tidak dapat diingkari bahwa kedudukannya di dalam sejarah bahasa, sosial, dan politik Indonesia sangat penting. Beberapa monografi mutakhir memerikan aspek luar-bahasa itu dari berbagai sudut pandangan. Bodenstedt (1967), misalnya, dengan menggunakan ancangan (approach) sosiologi, berusaha menjelaskan tata hubungan antara bahasa kebangsaan dan gerakan politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Khaidir Anwar (1976) menangani masalah yang berhubungan dengan pengangkatan bahasa Malaya menjadi bahasa kesatuan nasional di Indonesia dan peranannya kemudian sebagai bahasa negara yang resmi di dalam perspektif sosiolinguistik. Aspek sejarah dan sosiolinguistik juga menjadi perhatian Husen Abas (1978) yang membahas peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa, pemersatu di dalam jaringan kornunikasi antarsuku dan antarbudaya.
Kemiripan telaah penulis ini dengan ketiga tesis yang disebut di atas terletak pada minat terhadap masalah kebahasaan dan cara pemecahannya. Perbedaannya akan tampak di dalam ancangannya yang menempatkan berbagai masalah itu di dalam kerangka teori perencanaan bahasa yang sedang berkembang. Studi ini berusaha mensistemkan konsep-konsep pokok di dalam teori itu dengan bertolak dari praktek pengembangan dan pembinaan bahasa di Indonesia selama ini. Penelaahan itu menghasilkan kerangka acuan baru, yang pada hemat penulis ini, dapat memadukan bermacam-macam pandangan perencanaan bahasa ke dalam kesatuan yang lebih bersistem. Walaupun penulis ini tidak ingin dituduh hanya bermain dengan istilah yang lazim dipakai di dalam kepustakaan perencanaan bahasa, salah satu usaha awalnya, yang dirasakannya perlu dilakukan di dalam kalangan ini, justru berupa pencermatan pembatasan makna istilah yang kadang-kadang masih bersimpang-siur.
Di samping itu, sebagai pengarang yang menulis di dalam bahasa Indonesia, penulis ini juga berhadapan dengan masalah pengungkapan pikirannya di dalam ragam bahasa ilmiah. Atas kepercayaan bahwa perkembangan ilmu dan ragam bahasa ilmiah gantung-bergantung, maka di dalam tulisan ini akan ditemukan sejumlah istilah Indonesia yang mungkin digunakan untuk pertama kali untuk merujuk ke konsep yang pelambangannya di dalam bahasa Inggris sudah disepakati oleh kalangan ahli sosiolinguistik. Penulis ini pun ingin menunjukkan bahwa pergumulannya dengan materi pembahasannya, yang harus direkamkannya di dalam bahasa yang masih sering dianggap orang kurang terkembang, merupakan proses yang kreatif baginya.
Di dalam proses penulisan itu, penulis ini banyak dipengaruhi oleh gagasan Haugen, pelopor teori perencanaan bahasa, yang lewat karangannya turut mewarnai penafsiran pelbagai pokok bahasan studi ini. Penulis ini juga merasa diperkaya oleh wawasan Ferguson, Fishman, Rubin, Neustupny, dan Jernudd, yang baik lewat percakapan pribadi maupun lewat tulisannya, merupakan sumber bagi apa pun yang berharga di dalam studi ini. Dengan sendirinya penyimpangan anggapan terhadap apa yang disebut perencanaan bahasa yang sekarang dianut oleh penulis ini tidak dapat dipulangkan kepada mereka. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
D1004
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>