Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The present study was conducted to evaluate the antibacterial activity of aqueous and ethanol extracts of Cinnamomum zeylanicum on different types of dental plaque microorganisms. Screening study was performed to detect the potential antibacterial activity agains S. aureus, E. coli, S. mutans, L. casei, B. fragilis, A. actinomycetemcomitans and dental plaque pool samples. From the screening test, values of Minimum Inhibitory Concentration (MIC) were determined. The lowest MIC value was 25 mg/ml of aqueous and 12.5 mg/ml of ethanol extract for S. aureus. The highest MIC values were seen in A. actinomycetemcomitans and dental plaque anaerobic pool samples with 300 mg/ml of aqueous extract and 150 mg/ml of ethanol extract. The MIC values for aqueous extracts ranged from 25 to 300 mg/ml whereas for ethanol extract it ranged from 12.5 to 150 mg/ml. The high concentration of ethanol extract, 100 mg/ml in the fixed plant concentration test, showed the strongest inhibition effect for all the organism tested. Generally, the ethanol extract of Cinnamomum zeylanicum demonstrated a stronger antibacterial activity compared to the aqueous extract. This study also compared the antibacterial activity of chlorhexidine with that of the plant extracts. Chlorhexidine showed a higher antibacterial effect on the microorganisms, with almost all organisms inhibited."
[University of Malaya, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mutma Inna
"Pengembangan permen karet yang mengandung minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmanii) sebagai agen antibiofilm oral. Biofilm oral menjadi masalah serius dalam bidang kedokteran gigi karena dapat mengakibatkan timbulnya penyakit gigi dan mulut antara lain karies, kalkulus, gingivitis dan periodontitis. Tindakan untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan. Saat ini, pembentukan biofilm oral biasanya dapat dihambat oleh penggunaan obat kumur atau pasta gigi yang dibuat dari bahan-bahan sintetis. Banyaknya penelitian tentang penggunaan bahan alam telah memberikan inovasi dalam menemukan bahan antibiofilm. Kayu manis merupakan tanaman herbal yang berasal dari Indonesia. Tanaman ini telah dikenal mempunyai sifat antibakteri dan antibiofilm yang dimiliki oleh minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Studi pustaka ini akan membahas tentang potensi penggunaan permen karet dengan bahan aktif minyak atsiri kayu manis
sebagai bahan antibiofim oral and melihat kemungkinannya untuk digunakan dalam bentuk permen karet.

Oral biofilm contributed to oral problem since it cause oral and teeth diseases such as caries, calculus, gingivitis and periodontitis. Actions for overcoming these problems are needed. Currently, formation of oral biofilm is usually prevented by using mouthwash or toothpaste derived from synthetic materials. Increasing research on the use of natural resources has led to the innovation of finding antibiofilm product. Cinnamon is one of herb plants originated from Indonesia that has
been known for its antibacterial and antibiofilm activities. These activities are owned by its essential oil. This review focused on potential use of Cinnamomum burmanii?s essential oil as oral antibiofilm agent and looking at the possibility of its usage in chewing gum. ;Pengembangan permen karet yang mengandung minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmanii) sebagai agen antibiofilm oral. Biofilm oral menjadi masalah serius dalam bidang kedokteran gigi karena dapat mengakibatkan timbulnya penyakit gigi dan mulut antara lain karies, kalkulus, gingivitis dan periodontitis. Tindakan untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan. Saat ini, pembentukan biofilm oral biasanya dapat dihambat oleh penggunaan obat kumur atau pasta gigi yang dibuat dari bahan-bahan sintetis. Banyaknya penelitian tentang penggunaan bahan alam telah memberikan inovasi dalam menemukan bahan antibiofilm. Kayu manis merupakan tanaman herbal yang berasal dari Indonesia. Tanaman ini telah dikenal mempunyai sifat antibakteri dan antibiofilm yang dimiliki oleh minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Studi pustaka ini akan membahas tentang potensi penggunaan permen karet dengan bahan aktif minyak atsiri kayu manis
sebagai bahan antibiofim oral and melihat kemungkinannya untuk digunakan dalam bentuk permen karet."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada;Journal of Dentistry Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuko Olivia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan dan menganalisa aktivitas antimikroba pada ekstrak etanol dari biji dan buah Jeruk Bali (Citrus maxima) dibandingkan dengan ekstrak etanol dari biji dan buah grapefruit (Citrus paradisi). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali dan grapefruit diselidiki untuk aktivitas antimikroba terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Efek antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivitas antimikroba dibandingkan dengan aktivitas antibiotik spektrum luas sebagai kontrol positif. Meskipun kedua ekstrak etanol tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans, ekstrak etanol dari pomelo yang digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil positif dengan efek mematikan pada Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan zona inhibisi dari 22 - 30 mm, dan lebih unggul dari ekstrak etanol grapefruit (17-25 mm). Ekstrak etanol dari Jeruk Bali memiliki efek antimikroba yang baik, dan dapat dipakai sebagai alternatif dari pengawet alami untuk kosmetik.

The purpose of this study is to formulate and analyze the antimicrobial activity of ethanolic extract of Indonesian pomelo (Citrus maxima) seeds and pulp compared to the grapefruit (Citrus paradisi) seeds and pulp ethanolic extract. Ethanolic extracts of pomelo and grapefruit seeds and pulp were investigated for activity against Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Candida albicans. The level of antimicrobial effects was established using agar diffusion method. Their antibacterial and antifungal activity was compared to the activity of broad spectrum antibiotic as a control. Although both of the ethanolic did not show any antimicrobial activity against Candida albicans, the ethanolic extract of pomelo seeds and pulp used in this research gave positive results with lethal effect on Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus and Escherichia coli with zones of inhibition ranging from 22 – 30 mm in diameter, which is more superior to grapefruit seeds and pulp ethanolic extract (17 – 25 mm). Ethanolic extract of pomelo seeds and pulp has a good antimicrobial effect, which makes it a good natural preparation for use as an alternative preservative for cosmetic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atna Permana
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian :
Kecenderungan peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu telah menjadi masalah kesehatan yang perlu dicermati. Masalah tersebut menyebabkan pengobatan menjadi mahal dan tidak efektif Dalam upaya untuk mencari antibiotik yang efektif, salah satu alternatif adalah dengan melakukan kombinasi dua antibiotik, Selaras dengan itu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek kombinasi dua antibiotik dalam hal ini antibiotik fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon. Pengujian dibagi dalam beberapa strategi yaitu : (1). Penentuan KHM masing-masing antibiotik dengan metode tube dilution, (2). Penentuan KHM kombinasi dua antibiotik dengan metode checkerboard titration. (3). Penentuan time kill curve. (4). Penentuan postantibiotic effect (PAE).
Hasil dan Kesimpulan :
Isolat klinik yang digunakan untuk uji kombinasi adalah Pseudomonas aeruginosa (30 galur), Enterobacter aerogenes (30 galur), Escherichia coil (30 galur) dan Staphylococcus aureus (30 galur). Berdasarkan penentuan KEM obat tunggal, ditemukan banyak kuman yang resisten terhadap antibiotik uji, yaitu Pseudomonas aeruginosa 86,7% resisten terhadap fosfomisin dan 33,3% resisten terhadap sulbaktam-sefoperazon; Enterobacter aerogenes 80% resisten terhadap fosfomisin sedangkan Escherichia coil dan Staphylococcus aureus masingmasing 13,3% dan 33,3 % resisten terhadap fosfomisin. Kadar Hambatan Minimum (KHM) kedua antibiotik terhadap isolat klinik yang diperoleh pads penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa berkisar 0,25 - 2048 tg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; Enterobacter aerogenes berkisar 0,125 - 2048 pg/ml , 66,7% menunjukkan sinergis; Escherichia coil berkisar 0,125 - 1024 gg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; dan Staphylococcus aureus berkisar 0,06 - 512 µg/ml, 56,7 % menunjukkan sinergis. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antagonis. Kombinasi fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon mampu menurunkan KHM masing-masing obat, Sedangkan basil PAE yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai PAE antibiotik kombinasi memberikan basil yang lebih lama jika dibandingkan dengan antibiotik tunggal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Cahyo Widodo
"Lawson 2-hidroksi-1,4-naftokuinon merupakan salah satu senyawa alam yang memiliki aktivitas antimikroba, termasuk antibakteri. Keberadaan cincin 1,4-naftokuinon memiliki potensi yang menjanjikan untuk aktivitas antibakteri. Namun, perkembangan derivat lawsone sebagai senyawa antibakteri dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas dan mengimbangi evolusi bakteri. Pada penelitian ini, senyawa lawsone diderivatkan dengan mengikat gugus hidroksietilamino, menghasilkan 2- 2-hidroksietil amino -1,4-naftokuinon senyawa A , sebagai intermediet dan gugus aminoetilasetat, menghasilkan 2- 1,4-diokso-1,4-dihidronaftalen-2-il amino etil asetat senyawa B , pada reaksi kedua. Reaksi pertama menghasilkan senyawa A dengan persentasi yield sebesar 56,1 sementara reaksi kedua menghasilkan senyawa B dengan persentasi yield sebesar 51,6. Metode difusi cakram dilakukan untuk menentukan aktivitas antibakteri melawan S. aureus dan E. coli sebagai bakteri uji. Baik senyawa A maupun senyawa B menghasilkan zona inhibisi pertumbuhan. Dengan begitu, kedua senyawa produ, senyawa A dan senyawa B memiliki aktivitas sebagai senyawa antibakteri.

Lawsone 2 hydroxy 1,4 naphthoquinone is one of natural compound which posses antimicrobial activity, including antibacterial. The presence of 1,4 naphthoquinone ring have promising potential for antibacterial activity. However, development of lawsones derivate as antibacterial compound is required to increase the activity and equilibrate bacterial evolution. In this research, lawsone compound was derived by binding of hydroxyethylamino group, yielding 2 2 hydroxyethyl amino 1,4 naphthoquinone A compound, as intermediet and aminoethylacetate group, yielding 2 1,4 dioxo 1,4 dihydronaphthalen2 yl amino ethyl acetate B compound, at second reaction. The first reaction yielded A compound with 56,1 yield percentation. Meanwhile, the second reaction yielded B compound with 51,6 yield percentation. Disc diffusion methode was done to determine antibacterial activity against S.aureus and E.coli as bacterial sample. Either A or B compound produced inhibition zone at antibacterial activity. Therefore, the both derivatization product, A and B compound, posse activity as antibacterial compound."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Fathul Ilmi
"Senyawa turunan quinoxaline merupakan senyawa heterosiklik yang memiliki beberapa aktivitas biologis seperti antimikroba. Penelitian ini menggunakan variasi senyawa isatin. Isatin dilakukan modifikasi dengan menambahkan klor kedalam cincin benzena. Klorinasi isatin yang dihasilkan adalah senyawa 5-kloroisatin dan 5,7-dikloroisatin dengan massa masing-masing sebesar 1,692 dan 1,905 gram. Senyawa hasil klorinasi isatin telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT serta uji titik leleh, dan telah dikarakterisasi menggunakan instrumentasi FTIR dan UV-Vis. Senyawa hasil klorinasi digunakan kembali untuk direaksikan melalui reaksi kondensasi dengan o-fenilindiamin untuk membentuk senyawa turunan quinoxaline. Pada penelitian ini juga menggunakan nanopartikel TiO2 sebagai katalis yang dapat meningkatkan yield produk yang terbentuk. Nanopartikel TiO2 disintesis secara hidrotermal dari serbuk TiO2. Nanopartikel TiO2 yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan karakterisasi menggunakan XRD, TEM dan FTIR. Produk turunan quinoxaline yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT dan uji titik leleh serta karakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis dan LCMS. Massa yang dihasilkan dari senyawa turunan quinoxaline 1 sebesar 0,0834 gram, senyawa turunan quinoxaline 2 sebesar 0,0626 gram dan senyawa turunan quinoxaline 3 sebesar 0,036 gram. Pada penelitian ini juga telah diuji aktivitas antimikroba dari senyawa turunan quinoxaline yang dihasilkan. Pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi dengan menggunakan bakteri S.aureus dan E.coli, Senyawa turunan quinoxaline memiliki sifat antimikroba yang baik.

Quinoxaline derivatives are heterocyclic compounds that have several biological activities such as antimicrobials. This study uses a variety of isatin compounds. Isatin was modified by adding chlorine to the benzene ring. The chlorinated isatin produced was 5-chloroisatin and 5,7-dichloroisatin with a mass of 1.692 and 1.905 grams, respectively. The compounds resulting from isatin chlorination have been confirmed by identification using TLC and melting point test and have been characterized using FTIR and UV-Vis instrumentation. The chlorinated compounds were reused to be reacted by condensation reactions with o-phenylindiamine to form quinoxaline derivatives. This research also uses TiO2 nanoparticles as a catalyst that can increase the yield of the product formed. TiO2 nanoparticles were hydrothermally synthesized from TiO2 powder. The compound TiO2 nanoparticles formed were confirmed by characterization using XRD, TEM and FTIR. The compound quinoxaline derivatives formed were confirmed by identification using TLC and melting point test and characterization using FTIR, UV-Vis and LCMS. The mass of the quinoxaline 1 derivative was 0.0834 gram, the quinoxaline 2 derivative was 0.0626 gram and the quinoxaline 3 derivative was 0.036 gram. In this study, the antimicrobial activity of the quinoxaline derivative compounds produced was also tested. The antimicrobial activity test used the diffusion method using S. aureus and E. coli bacteria. Quinoxaline derivative compounds have good antimicrobial properties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Dwikaguri
"Kekhawatiran akan resistensi bakteri terhadap antibiotika semakin berkembang di dunia kesehatan. Untuk itu diperlukan metode terapi inovatif dalam mengatasi hal tersebut. Bakteriosin, yaitu suatu peptida antimikroba diproduksi oleh bakteri, termasuk bakteri asam laktat (BAL) yang telah diketahui mampu menghambat bakteri lain. Lysotaphin, yaitu bakteriosin yang dihasilkan oleh Staphylococcus dan Nisin yang dihasilkan oleh Lactococcus, masing-masing terbukti memiliki kerja sinergis terhadap antibiotik Polimiksin dan enzim Endolisin dari bakteriofage. Weissella confusa MBF8-1 termasuk galur BAL yang diketahui menghasilkan Bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). Untuk pengembangan bakteriosin sebagai komplemen antibiotik, penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas bakteriosin dari W. confusa MBF8-1 sebagai kombinasi antibiotik dengan pembanding antibiotik tunggal menggunakan metode difusi sumur agar. Antibiotik uji yang digunakan adalah Ampisilin, Tetrasiklin, dan Kanamisin, sedangkan bakteri indikator yang digunakan adalah Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil menunjukkan kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin meningkatkan zona inhibisi pada empat dari tujuh bakteri indikator uji, yaitu M. luteus, L. lactis, E. coli, dan S. aureus. Efek sinergis terbaik didapatkan dari kombinasi fraksi BLIS dari Weissella confusa MBF8-1 dengan Ampisilin.

Due to the alarming spread of resistance to antimicrobial agents is growing in the world. To overcome this problem, Innovative therapeutic method are urgently required. Bacteriocins, which is an antimicrobial peptide produced by bacteria, including lactic acid bacteria (LAB) have been known to inhibit other bacteria. Lysotaphin from Staphylococcus and nisin from Lactococcus, a another type of bacteriocins, shown to have a synergistic action against Polymyxin and Endolysin, the enzymes of bacteriophage. Weissella confusa MBF8-1 including LAB strains are known to produce bacteriocin Like Inhibitory Substance (BLIS). In order to develop bacteriocin as antibiotic complement, we study the bacteriocin activity of BLIS MBF8-1 in combination with antibiotic compare to the antibiotic alone by performing agar well diffusion assay. The antibiotic used in this study were Ampicillin, Tetracycline, and Kanamycin, whilst the indicator bacteria used in this study were Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Lactococcus lactis, and Leuconostoc mesenteroides. The results showed that the combination with Ampicillin increases the diameter of inhibition zone on four out of seven indicator bacteria, that is M. luteus, L. lactis, E. coli, and S. aureus. The best synergistic effect of the combination of Weissella confusa MBF8-1 BLIS fraction is in combination with Ampicillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S58209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Nur Rachma
"Isolat Actinomycetes BCy diisolasi dari lamun Cymodocea rotundata di Prapat Agung, Bali Barat dan telah diidentifikasi menggunakan gen 16S rRNA menunjukkan kemiripan 99,00 dengan Streptomyces sp. Isolat tersebut difermentasi dalam Production Medium 4 PM4 , diinkubasi selama 1 dan 2 minggu. Medium difiltrasi dengan etil asetat lalu biomassa dikeringkan. Hasil biomassa kering minggu 1 dan 2 1,68 g, 2,79 g . Ekstrak kasar minggu 1 68,30 mg lebih tinggi dibandingkan minggu 2 62,35 mg . Metode uji antimikroba menggunakan Kirby-Bauer. Hasil uji menunjukkan ekstrak kasar senyawa antimikroba tidak mampu menghambat Escherichia coli NBRC 3301, namun mampu menghambat Staphylococcus aureus NBRC100910 pada konsentrasi 5 mg/mL dan apabila konsentrasi ditingkatkan menjadi 15 mg/mL maka mampu menghambat Candida albicans UICC Y-29 dan Staphylococcus aureus NBRC100910.

Isolate Actinomycetes BCy was isolated from seagrass Cymodocea rotundata in Prapat Agung, Bali Barat and was identified using 16S rRNA gene showing similarities 99,00 with Streptomyces sp. The isolates were fermented in Production Medium 4 PM4 , incubated for 1 and 2 weeks. Medium was filtered with ethyl acetate then the biomass was dried. Total dried biomass during the 1st and 2nd weeks were 1,68 g and 2,79 g respectively. The crude extract of the 1st week 68,30 mg was higher than 2nd week 62,35 mg. Antimicrobial test was done using the Kirby Bauer method. The results show that crude extract can not inhibit Escherichia coli NBRC 3301, but inhibit Staphylococcus aureus NBRC100910 in 5 mg mL and if the concentration was added into 15 mg mL, it can inhibits Candida albicans UICC Y 29 and Staphylococcus aureus NBRC100910. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Azzahra
"Jerawat (acne vulgaris) adalah penyakit pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri patogen Cutibacterium acnes. Asam glikolat diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap C. acnes. Untuk meningkatkan efektivitasnya, asam glikolat dapat dienkapsulasi oleh niosom dengan menggunakan surfaktan Span® 60 dan tokoferol asetat. Membran bilayer yang mengandung tokoferol asetat diketahui dapat digunakan untuk aplikasi penyembuhan luka. Pada penelitian ini, niosom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan berbagai variasi formula. Efisiensi enkapsulasi untuk niosom asam glikolat tanpa tokoferol asetat sebesar 66,41%, niosom dengan 5%mmol tokoferol asetat sebesar 44,13%, dan niosom dengan 10%mmol tokoferol asetat sebesar 43,86%. Hasil karakterisasi dengan particle size analyzer (PSA) menunjukkan bahwa niosom pada penelitian ini memiliki ukuran ³ 1000 nm dengan nilai potensial zeta pada kisaran -3 mV hingga -0,8 mV. Uji aktivitas antimikroba niosom terhadap C. acnes dilakukan dengan menggunakan metode broth dilution. Niosom yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik adalah niosom tanpa tokoferol asetat dengan nilai %inhibisi 96,3%.

Acne vulgaris or simply acne is a skin disease that can be caused by pathogenic bacteria, Cutibacterium acnes. Glycolic acid is known to have antibacterial activity against C. acnes. To enhance its activity, glycolic acid can be encapsulated by niosome using surfactant Span® 60 and tocopherol acetate. It is known that bilayer membrane containing tocopherol acetate can be used for wound healing application. In this research, niosomes were prepared using the thin-film hydration method with several variations of the formula. Results of the encapsulation efficiency of glycolic acid niosome without tocopherol acetate is 66,41%, niosome with 5%mmol tocopherol acetate is 44,13%, and niosome with 10%mmol tocopherol acetate is 43,86%. Results of the characterization using particle size analyzer (PSA) in this research shows that the particle size of the niosome is ³ 1000 nm with the zeta potential value range from -3 mV to -0,8 mV. The antimicrobial activity of niosomes against C. acnes was tested using the broth dilution method. Niosome with the best antimicrobial activity is glycolic acid niosome without tocopherol acetate with 96,3% %inhibition value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawan Putra
"Latar belakang: Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sekian banyak penyakit infeksi, diare merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi untuk semua usia di Asia Tenggara. Pengobatan diare dilakukan dengan pemberian antibiotik. Namun, saat ini resistensi mikroba terhadap antibiotik semakin meningkat. Oleh karenanya perlu dikembangkan pengobatan alternatif memanfaatkan bahan aktif yang terkandung dalam tanaman (bahan alam). Salah satunya adalah pemanfaatn kulit buah manggis.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi experimental dengan 7 perlakuan yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif (antibiotik tetrasiklin), ekstraksi dalam berbagai macam pengenceran dan besar sampel setiap perlakuan adalah 4. Aktivitas antibakteri dilihat dengan pengukuran zona hambat atau diameter pada agar yang mengandung bakteri Escherichia coli. Data akan dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis kemudian akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: Uji hipotesis memperlihatkan nilai signifikansi p=0,000 dan pada uji Mann-Whitney terdapat perbedaan bermakna p<0,05 pada perbandingan antara antibiotik tetrasiklin dibandingkan dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada berbagai pengenceran. Hal ini juga dapat dilihat pada perbandingan antara aquades dengan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran 10x dengan nilai p=0,13 (p>0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna. Sedangkan antara aquades dan ekstrak kulit buah manggis pada pengenceran lainnya tidak terdapat perbedaan bermakna.
Simpulan: Ekstraksi kulit buah manggis pada pengenceran 10x mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli atau mempunyai aktivitas antimikroba.

Background: Infectious diseases are still tops the cause of health problems in developing countries, including Indonesia. Of the many infectious diseases, diarrhea is the cause of high morbidity and mortality for all ages in Southeast Asia. Diarrhea treatment is done with antibiotics. However, the current microbial resistance to antibiotics is increasing. Therefore necessary to develop alternative treatments utilizing the active ingredient contained in the plant (natural materials). One is the utilization of mangosteen rind.
Method: This study uses an experimental study with 7 treatment that negative control (distilled water), positive control (tetracycline antibiotic), extraction in a large variety of sample dilution and each treatment was 4. Antibacterial activity seen with inhibition zone measurement or diameter on agar containing the bacteria Escherichia coli. The data will be analyzed with the Kruskal-Wallis test will then be followed by the Mann-Whitney test.
Result: Hypothesis test showed a significance value p = 0.000 and the Mann-Whitney test significant difference p <0.05 in comparison between tetracycline antibiotics compared with distilled water and mangosteen peel extract at various dilutions. It can also be seen in the comparison between the distilled water with mangosteen peel extract at 10x dilution with p = 0.13 (p> 0.05), which showed significant difference. While between distilled water and mangosteen peel extract on other dilution is not significantly different.
Conclusion: Extraction of mangosteen rind at 10x dilution capable of inhibiting the growth of bacteria Escherichia coli or having antimicrobial activity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>