Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, {s.a.}
JTIT 5:1 (2004)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Pragusvita
"Menjaga kualitas Jaringan dalam suatu perusahaan atau organisasi khususnya yang bergerak dalam bidang telekomunikasi merupakan salah satu landasan dalam rangka penciptaan layanan yang berkualitas dan optimalisasi proses bisnis. Hal tersebut tidak lepas dari resiko yang timbul sehingga membutuhkan pengelolaan resiko yang baik dengan mengacu pada best practice framework manajemen resiko.
FWA (Fixed Wireless Access) merupakan salah satu teknologi akses nirkabel yang digunakan oleh PT. Indosat melalui produknya Starone, dimana memiliki risiko yang cukup tinggi untuk kelangsungan kinerja perusahaan sehingga dibutuhkan metode pengendalian pengelolaan risiko yang tepat.
Identifikasi dan pengolahan risiko kualitas jaringan Fixed Wireless Access (Starone) sangatlah penting untuk dapat menghindari maupun memperkecil tingkat risiko, sehingga menghasilkan suatu strategi yang tepat. Analisis risiko kualitas jaringan Fixed Wireless Access (Starone) di PT. Indosat dilakukan berdasarkan best practice framework manajemen risiko dalam meningkatkan daya saing terhadap kompetitor.
Hasil dari risk mapping, risiko parameter kualitas jaringan berada pada level Very Low (0-20%), coverage berada pada level Low (20-40%) dengan frekuensi kemunculan risiko yang rendah (unlikely) dan dampak menengah (moderate), sedangkan kapasitas dan utilitas jaringan berada pada level Low (20-40%) karena memiliki frekuensi yang low, tetapi dengan tingkat keparahan menengah (moderate).
Strategi untuk penanganan risiko dilakukan dengan meretensi dan atau mengalihkan risiko (transfer risk) dengan beberapa upaya yaitu: capital allocation, self insurance dan transfer by contract.

Maintaining quality network in particular company or organization which specially focus on telecommunication sector is one of base system framework for creating a high quality service and optimizing business process. This thing cannot be separated from the risks that come up, so it needs well and balance risk management system which refer on risk management framework.
FWA (Fixed Wireless Access) is one of wireless access technology which is used by PT. Indosat through its product called as Starone, which has high potential risks for its company continuity performance as of needed appropriate risk management controls. Identification and risk control in Fixed Wireless Access of Starone s network quality is very important to minimize the company s current risk level, so it can produce well managed strategy.
Risk analysis for Fixed Wireless Access of Starone s network quality in PT. Indosat is done by risk management best practice framework which can be used to give opinion about risk and best chance in increasing competitiveness against competitors.
The result from risk mapping shows that network quality s parameter risks is lying on Very Low (0-20%) level position, coverage on Low (20-40%) level position with low frequency intensity (unlikely) level and moderate severity, on the other side network capacity and network utility are also lying on Low (20-40%) level because have low frequency and moderate severity.
Strategy for risk control is doing by risk retention and or risk transfer with capital allocation, self insurance and transfer by contract as the application."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27545
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat riset dan HKI, Universitas Bina Nusantara,
661 INASEA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dan arus lalu lintas pada beberapa ruas jalan di Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada ruas jalan Mondoroko, jalan Segaran dan jalan raya Kebon Agung. Persamaan hubungan antara kecepatan dan arus lalu lintas yang diperoleh adalah hasil dari pendekatan regeresi. "
Malang: Universitas Brawijaya, {s.a}
620 JIIT
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Harryadin Mahardika
"Pengenalan model kompetisi duopoli yang dilakukan sejak tahun 2001, mulai sedikit demi sedikit mengubah industri telekomunikasi di Indonesia. Kompetisi duopoli merupakan tahap transisi menuju kompetisi penuh dan terbuka yang diharapkan akan terjadi pada tahun 2010. Namun, jalan panjang menuju tahapan itu masih harus dilalui bersama.
Penerapan kompetisi duopoli sendiri disertai sejumlah paket deregulasi yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, seperti deregulasi interkoneksi, tariff rebalancing, SO (Universal Service Obligation), dan beberapa deregulasi lainnya. Dibandingkan isu lainnya, deregulasi interkoneksi menjadi salah satu titik kunci dalam tahap transisi Interkoneksi merupakan salah satu titik permasalahan dalam introduksi kompetisi di industri telekomunikasi Indonesia. Potensi permasalahan yang mungkin timbul adalah penolakan operator incumbent terhadap perubahan skema perhitungan tarif interkoneksi dari revenue sharing menjadi berbasis biaya (cost-based) yang tertuang dalam deregulasi interkoneksi tersebut.
Sebagai bagian dari paket restrukturisasi industri telekomunikasi di Indonesia, kebijakan deregulasi interkoneksi berbasis biaya dapat dijadikan sarana belajar bagi regulator, operator, maupun pihak lain yang terkait, dalam melakukan transisi perubahan yang mules dan berbiaya minimal. Keberhasilan penerapan interkoneksi berbasis biaya nantinya akan menentukan masa depan industri ini, terutama dalam mencapai tujuan terciptanya kompetisi penuh dan terbuka.

The introduction of duopoly competition in 2001 has changed the Indonesians telecommunication industry. Duopoly competition has been chosen as a transition stage before the industry is ready for open competition or liberalization, which is targeted, will be implemented in 2010. However, it is still a long way to go.
Along with the implementation of duopoly competition, the government of Indonesia is also introducing several deregulation policies, including interconnection, tariff re balancing, and USO (Universal Service Obligation). Compare with the other issues, interconnection deregulation policy is the most vital and key to the restructuring process. The government plan to change interconnection tariff scheme from revenue sharing to cost-based. It has the potential to make the process deadlock, consider that incumbent operator will against the deregulation that seems to threaten their income.
As a part of restructuring process, interconnection deregulation policy can be a case study for regulator, operators, and interest groups in the Indonesians telecommunication industry. They can learn the dynamics of restructuring process and how to achieve the target at minimal cost. The success of interconnection deregulation will decide the future of Indonesians telecommunication industry."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Penyediaan biaya investasi yang tinggi untuk memenuhi jaringan komunikasi nirkabel yang handal dengan kapasitas yang besar merupakan salah satu tantangan bagi operator telekomunikasi saat ini. Pemanfaatan alokasi bandwith frekuensi secara efisien dan optimal merupakan salah satu solusi untuk mengatasi biaya investasi yang tinggi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu melakukan kajian analisa kelayakan biaya CAPEX dan OPEX skema Refarming Frekuensi dengan metode Replacement Analysis (RA) sesuai dengan tingkat presentase pertumbuhan pelanggan nirkabel layanan voice dan data (2012-2017) pada salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Metode kajian penelitian adalah melakukan kajian analisa kelayakan metode replacement Analysis (RA) untuk mengoptimasi kapasitas jaringan skema re-farming frekuensi dengan menggunakan empat skenario implementasi, yaitu 2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, 3G/LTE collocation, dan LTE (JBS). Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu setelah dilakukan kajian analisa kelayakan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), skema Refarming Frekuensi merupakan salah satu solusi bagi operator telekomunikasi di Indonesia dalam melakukan optimasi kapasitas jaringan nirkabel eksisting (2G dan 3G) dan jaringan baru (LTE) yang handal dan dapat direkomendasikan sknario implementasi LTE karena biaya CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan tiga scenario implementasi yang lainnya (2G/3G collocation, 2G/3G/LTE collocation, dan 3G/LTE collocation)."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika,Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika ,
302 BPT
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, 2012
JTH 1(1-2) 2010 (1)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Tangerang : Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan Universitas Pelita Harpan-, 2006
JTSUPH 3:2 (2006)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Suhana
Jakarta: Pradnya Paramita, 1978
621.381 SUH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>