Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"this is comparative study on the news reporting of conflict between executive and legislative bodies of the city of surabaya. the news reporting comparated are between Jawa Pos an Kompas. The result of the study, the was imbalance reporting on the two bodies, were the executive body is more being reported rather than legislative body."
384 JPPI 7:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zainun Najib
"Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah daerah yang mempunyai kedudukan spesial di mata masyarakat Indonesia. Pemerintahan daerah Yogyakarta bisa dikatakan bersifat monarki karena masyarakat masih berpegang teguh pada prinsip pemerintahan kesultanan. Kondisi pemerintahan ini tidak sesuai dengan prinsip demokrasi dengan pemilihan langsung. Pemerintahan masa Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan untuk melakukan pemilihan langsung pada daerah Yogyakarta melalui rancangan undang-undang. Hal ini menuai kontroversi karena masyarakat Yogyakarta merasa nyaman dan demokratis mengunakan sistem kesultanan. Kontroversi ini kemudian diproduksi oleh Koran Kompas yang memposisikan beritanya sebagai pro-masyarakat Yogyakarta melalui pemberitaan pembentukan rancangan undang-undang kesitimewaan daerah Yogyakarta.

Yogyakarta is a region that has special position in the eyes of Indonesian people. Monarchy is political system choosen by people because they still believe in their King as they believe in imperial political system. This condition somehow is not in accordance with the priciple of democracy with direct election. Susilo Bambang Yudhoyono's government proposes to conduct direct elections in Yogyakarta. in the other way people of Yogyakarta stands to Monarchy which is lead to a controversy between national government and people of Yogyakarta. This controversy then captured by daily newspaper Kompas which in this controversy give a hand and stands a position as pro-community (Yogyakarta's people) and creating the news that leads to pro-community's conclusion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi Syahputra
"Tidak terkecuali radio sebagai media massa, seluruh media memiliki tradisi yang berbeda-beda untuk memproses produksi berita sebelum disajikan ke publik. Proses produksi berita darurat militer di Aceh pada siaran radio Elshinta, itulah yang akan menjadi frame penelitian ini. Lebih fokus dan detail lagi, proses produksi berita yang melibatkan publik atau pengadaan public sphere dalam sajian beritanya Secara deskriptif penelitian ini akan memaparkan bagaimana suatu berita tersusun dari sebuah konstruksi sosial. Dialektika yang dinamis para pelaku sosial melalui tahapan seperti yang disebutkan Berger dan Luckmann sebagai realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi, maka setiap realitas sosial tidak akan pernah berhenti disatu titik sejarah kehidupan manusia. Dia akan dinamis terus bergulir secara interaktif dan dialektif, sehingga tidak ada realitas obyektif dalam anti yang sesungguhnya. Dialektika melalui tahapan eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi tersebutlah yang mengkonstruksi kehidupan sosial kita dan berita, dalam penelitian ini ditempatkan sebagai hasil produksi dan konstruksi sosial tadi.
Penelitian ini memilih menggunakan paradigma konstruktif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui depth interviewing, document analysis dan participation observation. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan kerangka evaluasi kesamaan akses dan posisi publik dalam pemberitaan Elshinta, independensi publik, dan rasionalitas publik. Unit yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah document yang memuat, lead berita, narasumber dan waktu siar serta key person yang terdiri dari Pemimpin Redaksi Radio Elshinta, Ivan Haryono dan Eksekutif Produser Radio Elshinta, Haryo Ristamadji.
Dalam proses produksinya, berita radio Elshinta sepanjang menyangkut topik dan masa penelitian ini dipengaruhi-baik secara langsung maupun tidak langsung- oleh apa yang disebut Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996) sebagai 5 faktor yang mempengaruhi produksi isi berita, yaitu idiological level, extramedia level, organizational level, media routines dan individual level. Faktor status darurat militer, persaingan media dan pasar pengiklan, tampaknya faktor yang paling dominan mempengaruhi produksi isi berita Elshinta. Faktor status darurat militer berimplikasi pada pemberlakuan Undang-undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya yang memberikan kewenangan bagi Penguasa Darurat Militer Daerah di Aceh mengadakan tindakan membatasi pertunjukan, percetakan dan penerbitan. Selain itu, penguasa darurat militer juga berhak menguasai perlengkapan pos dan telekomunikasi, termasuk pemancar radio dan televisi. Sehingga, berikutnya faktor extramedia ini juga turut memberi pengaruh pada proses pemberitaan radio Elshinta.
Kendati sebagai radio komersial, namun dalam produksi beritanya Elshinta memiliki potensi untuk menciptakan public sphere yang dalam penelitian ini penulis letakkan sebagai kerangka ideal dan rujukan normatif. Potensi tersebut terletak pada rutinitas redaksi Elshinta yang selalu mengangkat topik aktual untuk didiskusikan pada publik secara bebas, sejajar, independen dan rasional. Dengan segala kekurangan yang dimilikinya, dalam 3 sesi diskusi interaktif yang diteliti dapatlah disebut sebagai ideal communication situation, bila belum dapat disebutkan sebagai manifestasi public sphere.
Sebagai konsep ideal, public sphere tidak dapat berdiri sendiri melawan kekuatan hegemoni negara dan dominasi pasar. Dia membutuhkan suatu kondisi tatanan masyarakat yang madani. Karena itu, dapat tidaknya public sphere diwujudkan akan sangat tergantung pada kuat tidaknya masyarakat sipil (civil society) yang terorganisisr sebagai public body.
Dalam konteks lembaga penyiaran yang berbasis pada kekuatan publik, bukan hanya publik diberikan akses berbicara pada lembaga penyiaran, tetapi berimplikasi pula pada kewenangan publik menentukan program, monitoring, pendanaan hingga akuntabilitas publik. Dan publik, oleh publik dan untuk publik. Sehingga, bagi lembaga penyiaran seperti Elshinta yang dalam siarannya nyerempet pada kepentingan publik, tidak secara otomatis dapat disebut sebagai radio siaran yang memberikan ruang publik (public broadcasting). Tetapi lebih tepat bila disebut sebagai radio yang melayani publik (public service broadcasting)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haikal Mahfuzh Riza
"Setelah 14 tahun penutupan majalah jurnalisme sastrawi Pantau, tidak ada media lain yang melanjutkan penggunaan jurnalisme sastrawi menjadi gaya utama pemberitaan di Indonesia. Saat ini, jumlah pembaca surat kabar menurun karena peralihan tren membaca media online. Jurnal ini meninjau penggunaan jurnalisme sastrawi pada Jawa Pos dan Kompas, dua surat kabar paling banyak dibaca penduduk Indonesia saat ini. Setelah ditinjau, ditemukan bahwa kedua surat kabar tersebut mayoritas menggunakan pendekatan hard news dan soft news dan tidak ditemukan penggunaan jurnalisme sastrawi. Padahal, hard news dan soft news merupakan pendekatan utama yang digunakan oleh media siar dan media online. Hasil tersebut disimpulkan setelah dilakukan peninjauan terhadap sejumlah artikel berita pada tiga edisi surat kabar Jawa Pos dan tiga edisi surat kabar Kompas dengan menggunakan alat-alat jurnalisme sastrawi, yaitu: Penyusunan Adegan, Dialog, Sudut Pandang Orang Ketiga, dan Mencatat Detil. Jurnal ini menyarankan surat kabar untuk mengaplikasikan jurnalisme sastrawi secara lebih mendalam dan mendetil sebagai pembeda dari media siar dan media online yang serba cepat dan singkat.
Fourteen years after the shutting down of Pantau, a literary journalism magazine, no other media has since continued applying literary journalism as the principal style of news reporting in Indonesia. Nowadays, the number of newspapers readers is decreasing because of the shift to the trend of reading online media. This journal observes the application of literary journalism on Jawa Pos and Kompas,two of the most-read newspapers by Indonesian people today. After observing, it is found that both newspapers predominantly use hard news and soft news approaches, and the use of literary journalism is hardly found. Factually, hard news and soft news are the principal approaches mostly used by broadcast media and online media. This result is concluded after observing a number of news articles written for three editions of Jawa Pos newspaper and three editions of Kompas newspaper using the tools of literary journalism, namely Scene-by-Scene, Dialogue, Third Person Point of View, and Status Details. This journal suggests newspapers to apply literary journalism more deeply and in more detail, as a way to distinguish from broadcast media and online media with its speed and brief approaches."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aviandy
"Disertasi ini membahas bagaimana pembingkaian isu glasnost dan perestroika di harian Kompas pada kurun waktu 1986-1991 digunakan sebagai tempat untuk mengkritik pemerintahan rezim otoritarian Orde Baru. Riset ini menemukan bahwa upaya bernegosiasi Kompas dengan kekuasaan sentralistik otoritarian Orde Baru dilakukan oleh Kompas melalui artikel tajuk rencana dalam balutan isu glasnost dan perestroika. Relasi hubungan bilateral Indonesia dan Rusia mengalami penurunan yang signifikan pada era rezim Orde Baru dibandingkan dengan era Orde Lama. Akan tetapi, pada kurun waktu 1986-1991, pemberitaan mengenai Rusia (Uni Soviet) masif diberitakan. Hal ini tidak lepas dari terwujudnya gerakan pembaharuan glasnost dan perestroika di Uni Soviet yang menjadi semangat zaman saat itu. Disertasi ini menemukan bahwa Kompas bertendensi secara implisit untuk mengkritisi rezim Orde Baru dengan menggambarkan bahwa suatu negara otoritarian dan militeristik dapat berubah apabila ada kemauan kuat dari internalnya. Disertasi ini menggunakan metode pembingkaian (framing) dalam membedah artikel tajuk rencana harian Kompas kurun waktu 1986-1991. Hasil dari riset ini adalah strategi pembingkaian media perlu digunakan secara komprehensif dalam menghadapi rezim pemerintahan otoritarian. Dengan demikian, kritik dapat disampaikan oleh media tanpa harus mengalami pembredelan. Negosiasi dengan kekuasaan perlu digunakan untuk tetap mempertahankan peran media sebagai salah satu pilar utama demokrasi dalam mengkritisi kekuasaan.

This dissertation examines how the Glasnost and Perestroika issues were framed in Kompas daily newspaper from 1986 to 1991 to criticise the authoritarian New Order regime. This research found that Kompas's efforts to negotiate with the New Order's authoritarian centralised power were conducted through editorial articles under the Glasnost and Perestroika issues. Compared to the Old Order era, bilateral relations between Indonesia and Russia declined significantly during the New Order government. However, from 1986 to 1991, there was massive news about Russia (Soviet Union). It was inseparable from the realisation of the Glasnost and Perestroika reform movements in the Soviet Union, which defined the era’s spirit. This dissertation found that Kompas implicitly criticised the New Order regime by articulating how an authoritarian and military state could change if it had a solid internal will. This dissertation applies a media framing analysis to dissect Kompas editorial articles from 1986 to 1991. This research demonstrates that comprehensive media framing strategies are required when dealing with authoritarian political regimes. Thus, the media can express criticism without the risk of being banned. Negotiations with the power are necessary to sustain the media's role as one of the primary pillars of democracy in terms of power criticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Based on the concept of contested terrain formulated by Douglas Kellner, this research applied Robert K. Yin's case study method and Gamson Modigliani's framing analysis. It concludes that media owners do control the contestation. Newsrooms are intervened for the sake of the media baron"
Thesis: Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi, VI (1) Januari-April 2007: 19-42, 2007
TJPI-VI-1-JanApr2007-19
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harriss, Julian
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, 1989
070 JUL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"dalam setiap masyarakat selalu terdapat konflik antara kepentingan dari mereka yang memiliki kekuasaan otoritatif berupa kepentingan untuk memelihara atau mengukuhkan status quo, dengan mereka yang ingin merubahnya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>