Ditemukan 97322 dokumen yang sesuai dengan query
"Konsep ?wani ing tata? adalah konsep luhur yang menempatkan wanita sebagai makhluk yang memiliki posisi terhormat dan bermartabat. Dalam sistem matrifokus disebutkan bahwa wanita Jawa sebenarnya adalah wanita perkasa yang mampu mengatur kaum pria maupun lingkungannya. Kata wanita sendiri sebenarnya merupakan status fungsi dari ketiga fungsi yang dijalankan oleh wanita selain halnya ?wanodya? dan ?putri?. Ketiganya menyimbolkan adanya multifungsi peran wanita baik sebagai pengasuh, pendidik, maupun penyeimbang. Hal itu terdapat dalam contoh munculnya Ratu Shima, Tribhuana Tungga Dewi, maupun juga Suhita dalam kepemimpinan Jawa. Dalam hal ini, pula berlaku pula konsep turunan dari ?wani ing tata? yakni ?prameswari? dan juga ?ardhananeswari? untuk menjelaskan kedudukan utama wanita. Adapun prameswari sendiri dapat diartikan sebagai bentuk hadirnya wanita utama sedangkan ardhananeswari sendiri dapat dipahami sebagai bentuk wanita perkasa. Adalah sistem patriaki yang kemudian mereduksi konsep ?wani ing tata menjadi bagian dari sistem patriaki. Konteks ?wani? tidak lagi dimaknai sebagai bentuk aktualisasi diri status perempuan, akan tetapi lebih kepada pemenuhan kepentingan suami. Namun perlahan konsep itu berubah seiring dengan menguatnya patriarki dalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian diwujudkan dalam semboyan kasur, pupur, dan sumur."
390 JP 20:1(2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Stange, Paul
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 1998
306 STA p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
306 PEM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sujanto
Semarang: Dahara Prize, 1992
306.598 Suj r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1999
572.792 KIB
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"Tulisan ini hendak menunjukkan perjumpaan dua tradisi dan budaya perkawinan yang saling menyuburkan internalisasi status perempuan. Keduanya ialah tradisi liturgi perkawinan dalam gereja dan tradisi perkawinan adat Batak Toba. Tradisi gereja dan tradisi adat datang dari dua dunia yang berbeda. Mereka mempunyai perbedaan latar belakang konteks, tetapi sama-sama menstereotipe dan mensubordinasi perempuan. Teks yang sering dipergunakan dalam tradisi liturgi perkawinan menggambarkan perempuan distereotipe dalam ketundukan kepada suami sebagai bentuk ketundukan kepada Tuhan. Teks tradisi liturgi perkawinan yang patriarki itu hadir di tengah-tengah masyarakat Batak yang juga patriarki. Masyarakat ini sangat kental dengan adat. Salah satunya ialah perkawinan adat Batak Toba dengan sinamot yang diartikan sebagai pembayaran perkawinan. Banyak yang menyebut sinamot sebagai tuhor ni boru, arti harafiah ?uang beli perempuan.?"
305 JP 20:1 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
306 PEM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Tari Sang Hyang Dedari dalam upacara keagamaan tidak hanya bertujuan vertikal terhadap Sang Hyang Widhi, tetapi ada tujuan horizontal, untuk merawat suatu struktur dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan lapisan-lapisan yang tersamar, sehingga dapat dipahami secara kritis apa yang dimaksud dengan perempuan Bali. Bahwa dalam diskursus multikultural, perempuan adat merayakan adat dan tradisi sebagai perawatan terhadap akar. Tetapi perlu ada penyegaran pengertian terhadap akar. Akar bukanlah yang absolut, satu dan tunggal, tetapi rhizoma, yang mencuat, menerobos hegemoni hirarki dan melahirkan kuncup-kuncup entitas baru dalam memenangkan kesetaraan atas subordinasi patriarki."
390 JP 20:1(2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Darmanto Jatman, 1942-
Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia, 1999
320 DAR p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ereste, En Jacob
Bandung: Binacipta, 1988
305.43 ERE b
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library