Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"In the current study, two experiments are reported that investigated the effects of simple white noise and mixture of white noise and other sounds on perception of speech. In both experiments, university students were recruited to listen to short sentences under various sound masking conditions. Experiment 1, where standard sets of speakers were used for both speech and masking stimuli, has shown that, compared to baseline where there was no masking sound, the participants had significantly greater difficulties in understanding the sentences where the average level of understanding was 28% for the white noise condition and 20% for the mixed noise condition in which white noise was mixed with pink noise and sounds of running water. In Experiment 2, a test model of the specially designed sound masking speaker was used to present the masking noise. Further, sounds of tweeting birds and healing music were added to the mixed noise from Experiment 1 to create the three masking noise conditions. The average level of understanding for the mixed noise condition was 14%, while that for the bird and music conditions were 24% and 30% respectively. The higher understanding rates for the latter conditions were due to lower volume of the mixed white noise in order to keep the overall volume including the birds and music at 55dB. There were also significant effects of sentence type and reading voice gender, suggesting that auditory legibility does not solely depend on the speech-to-noise sound level ratio, but also on other variables, such as, predictability of the sentences, and clarity of the speech. Feedback at the end of the sessions revealed that the participants found mixed noise less irritating than pure white noise, and they preferred mixed noise with bird tweeting or music even better. Thus, it was concluded that mixed noise with occasional sounds of tweeting birds, was the most suitable masking sound for commercial use, being efficient and not unpleasant."
WAGLFOR
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New York: IEEE Press, c1979
621.381 9 AUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lea, Wayne A.
:Englewood Cliffs, NJ : Prentice-Hall, 1980
621.380 412 LEA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mary, Leena
"This updated book expands upon prosody for recognition applications of speech processing. It includes importance of prosody for speech processing applications; builds on why prosody needs to be incorporated in speech processing applications; and presents methods for extraction and representation of prosody for applications such as speaker recognition, language recognition and speech recognition. The updated book also includes information on the significance of prosody for emotion recognition and various prosody-based approaches for automatic emotion recognition from speech."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502221
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Saferman
"

Selama masa pandemi COVID-19, teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) menjadi salah satu fitur yang sering digunakan pada komputer untuk mencatat di kelas online secara realtime. Teknologi ini akan bekerja dimana setiap suara yang muncul akan langsung dikenali dan dicatat pada halaman terminal. Dalam penelitian ini, model ASR Wav2Letter akan digunakan menggunakan CNN (Convolution Neural Network) dengan loss function CTC (Connectionist Temporal Classification) dan ASG (Auto Segmentation Criterion). Selama proses pembuatannya, berbagai hyperparameter acoustic model dan language model dari model ASR Wav2Letter terkait dengan implementasi batch normalization¸ learning-rate, window type, window size, n-gram language model, dan konten language model diuji pengaruh variasinya terhadap performa model Wav2Letter. Dari pengujian tersebut, ditemukan bahwa model ASR Wav2Letter menunjukkan performa paling baik ketika acoustic model menggunakan metode ASG dengan learning-rate 9 × 10−5 , window size 0.1, window type Blackman, serta 6-gram language model. Berdasarkan hasil akurasi WER CTC unggul 1,2% dengan 40,36% berbanding 42,11% dibandingkan ASG, namun jika dilihat lamanya epoch dan ukuran file model, loss function ASG memiliki keunggulan hampir dua kalinya CTC, dimana ASG hanya membutuhkan setengah dari jumlah epoch yang dibutuhkan oleh CTC yakni 24 epoch berbanding dengan 12 epoch dan ukuran file model ASG setengah lebih kecil dibandingkan CTC yakni 855,2 MB berbanding dengan 427,8 MB. Pada pengujian terakhir, model ASR Wav2Letter dengan loss function ASG mendapatkan hasil terbaik dengan nilai WER 29,30%. Berdasarkan hasil tersebut, model ASR Wav2Letter dengan loss function ASG menunjukkan perfoma yang lebih baik dibandingkan dengan CTC.


During the COVID-19 pandemic, Automatic Speech Recognition technology (ASR) became one of features that most widely used in computer to note down online class in real-time. This technology works by writing down every word in terminal from voice that is recognized by the system. ASR Wav2Letter model will use CNN (Convolutional Neural Network) with loss function CTC (Connectionist Temporal Classification) and ASG (Auto Segmentation Criterion). While developing Wav2Letter, various hyperparameter from acoustic model and language model is implemented such as batch normalization, learning rate, window type, window size, n-gram language model, and the content of language model are examined against the performance of Wav2Letter model. Based on those examination, Wav2Letter shows best performance when it uses ASG loss function learning rate 9 × 10−5 , window size 0.1, window type Blackman, and 6-gram language model. With that configuration, WER of CTC outplay ASG around 1.2% with 40.36% compare to 42,11%, but another parameter shows ASG are way more superior than CTC with less time epoch training which are 24 epoch for CTC against 12 epoch for ASG and the size of memory model shows CTC has bigger size than ASG with 855.2 MB against 427.8 MB. In the last test, ASR Wav2Letter model with ASG loss function get the best WER value around 29.3%. Based on those results, ASR Wav2Letter Model shows its best performance with ASG loss function than CTC.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asril Jarin
"ABSTRAK
Implementasi sistem pengenalan wicara berbasis jaringan, seperti: Internet, akan mengalami degradasi yang disebabkan oleh kehilangan dan keterlambatan data. Sebagian aplikasi pengenalan wicara lebih memilih keterlambatan data demi ketersediaan seluruh data wicara secara kalimat-per-kalimat. Ketersediaan seluruh data akan membantu sistem pengenalan wicara menjaga kinerja akurasi yang semestinya. Akan tetapi, pengguna biasanya lebih menghendaki batas keterlambatan yang wajar sebagai syarat dari kinerja memuaskan aplikasi.Dalam disertasi ini, sebuah model analitik dikembangkan untuk menginvestigasi batas waktu-tunda wajar sebuah skema aplikasi pengenal wicara berbasis TCP yang menempatkan sebuah pemenggal data wicara di klien. Batas waktu-tunda wajar didefinisikan sebagai keterlambatan maksimal yang diperkenankan dalam pengiriman seluruh data setiap kalimat wicara via TCP. Pengembangan model dilakukan melalui analisis transien berdasarkan kajian model discrete-time Markov dari multi-media streaming via TCP. Selanjutnya, sebuah metode perhitungan dari model distribusi keterlambatan paket aliran TCP pada kondisi steady-state diuji dengan membandingkan hasil-hasil perhitungannya dengan hasil investigasi dari model berbasis analisis transien. Hasil perbandingan menunjukan bahwa analisis transien adalah metode investigasi yang lebih tepat.Pada target penelitian berikutnya, sebuah kerangka kerja menggunakan protokol HTTP/2 plus Server Sent Event SSE diajukan sebagai solusi ketepatan waktu aplikasi pengenal wicara berbasis TCP. Kerangka kerja ini dibangun berdasarkan pada kerangka kerja pengenal wicara full-duplex yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi WebSocket. Berdasarkan pada hasil percobaan, aplikasi menggunakan HTTP/2 plus SSE memiliki angka perbandingan kinerja latensi sebesar 3,6 lebih baik daripada aplikasi menggunakan WebSocket. Walaupun angka ini masih lebih kecil daripada angka kualitatif perbandingan ketepatan waktu yang lebih baik, yakni sebesar 5 , ada beberapa alasan dikemukakan yang berasal dari keunggulan-keunggulan fitur-fitur HTTP/2 dalam mengurangi latensi aplikasi dan juga dari kelemahan WebSocket bila ditempatkan dalam jaringan dengan proxy server, untuk menyimpulkan bahwa kerangka kerja aplikasi menggunakan HTTP/2 plus SSE dapat menjadi alternatif lebih baik daripada kerangka kerja aplikasi dengan WebSocket.

ABSTRACT
Implementation of network based speech recognition, such as Internet, will suffer degradation due to packet loss and delays. Most of network speech recognition applications prefer to tolerate delay in order to receive all speech data completely that is delivered sentence by sentence. The availability of all speech data helps the application to save the expected acuraccy of recognition in case of no packet loss. However, users practically require an acceptable delay to have satisfactory performance of the application.In this research, an analytical model is developed to investigate the acceptable delay of TCP based speech recognition that employs a speech segmenter at the client. The acceptable delay is defined as a maximum allowable delay in sending all data for each speech sentence via TCP. For the purpose of model development, there are two analytical methods, i.e., transient analysis and steady state analysis. In the transient analysis, the investigation model is developed based on the discrete time Markov model of multimedia streaming via TCP, whereas in the steady state analysis, the investigation uses a calculation method of packet delay distribution model. Furthermore, the results of transient analysis experiment are compared with the calculation of packet delay distribution model at the steady state. The comparison shows that the transient analysis is more appropriate method of investigation.Next work, a framework using HTTP 2 protocol plus Server Sent Event SSE is proposed as a real time solution for TCP based speech recognition applications. This framework is developed on the basis of a full duplex speech recognition framework using WebSocket. Based on the experimentation results, the application of HTTP 2 plus SSE has a comparison factor of latency performance in amount of 3.6 better than the application of WebSocket. Although this factor is still smaller than a qualitative factor 5 that can state a better latency performance, there are some reason from the advantages of HTTP 2 features in reducing latency as well as from the limitation of WebSocket in a network with proxy server, to conclude that the framework of HTTP 2 plus SSE is a better alternative than the framework using WebSocket."
2017
D2306
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klevans, Richard L.
London: Artech House, 1997
006.454 KLE v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Salman Alfarisi
"

Salah satu permasalahan yang terdapat pada sistem Automatic Speech Recognition (ASR) yang sudah ada adalah kurangnya transparansi dalam penanganan data suara, yang tentunya membuat adanya keraguan terhadap privasi data tersebut. Di sisi lainnya, untuk mengembangkan sebuah sistem ASR yang memiliki akurasi memadai dan dapat bekerja secara luring membutuhkan jumlah data yang banyak, khususnya data suara yang sudah diiringi dengan transkripnya. Hal ini menjadi salah satu hambatan utama pengembangan sistem pengenalan suara, terutama pada yang memiliki sumber daya minim seperti Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan perancangan sistem pengenalan suara otomatis berbasis model wav2vec 2.0, sebuah model kecerdasan buatan yang dapat mengenal sinyal suara dan mengubahnya menjadi teks dengan akurasi yang baik, meskipun hanya dilatih data dengan label yang berjumlah sedikit. Dari pengujian yang dilakukan dengan dataset Common Voice 8.0, model wav2vec 2.0 menghasilkan WER sebesar 25,96%, dua kali lebih baik dibandingkan dengan model Bidirectional LSTM biasa yang menghasilkan 50% namun membutuhkan jumlah data dengan label 5 kali lipat lebih banyak dalam proses pelatihan. Namun, model wav2vec membutuhkan sumber daya komputasi menggunakan 2 kali lebih banyak RAM dan 10 kali lebih banyak memori dibandingkan model LSTM


One of the main problems that have plagued ready-to-use Automatic Speech Recognition (ASR) Systems is that there is less transparency in handling the user’s voice data, that has raised concerns regarding the privacy of said data. On the other hand, developing an ASR system from scratch with good accuracy and can work offline requires a large amount of data, more specifically labeled voice data that has been transcribed. This becomes one of the main obstacles in speech recognition system development, especially in low-resourced languages where there is minimal data, such as Bahasa Indonesia. Based on that fact, this research conducts development of an automatic speech recognition system that is based on wav2vec 2.0, an Artificial Model that is known to recognize speech signals and convert it to text with great accuracy, even though it has only been trained with small amounts of labeled data. From the testing that was done using the Common Voice 8.0 dataset, the wav2vec 2.0 model produced a WER of 25,96%, which is twice as low as a traditional Bidirectional LSTM model that gave 50% WER, but required 5 times more labeled data in the training process. However, the wav2vec model requires more computational resource, which are 2 times more RAM and 10 times more storage than the LSTM model.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wachid Nafian
"Pada Skripsi ini membahas tentang proses konversi ucapan menjadi tulisan, Speech-to-Text yang merupakan salah satu aplikasi dari speech recognition. Tujuan dari skripsi ini yaitu bagaimana sistem dapat mengenali sedikitnya 30 kata baik kata dasar walaupun kata jadi yang diucapkan oleh seseorang tertentu (speaker dependent) dan melihat performansi (unjuk kerja) dari sistem dengan parameter codebook dan jumlah framing yang berbeda-beda.
Simulasi dibuat dengan menggunakan program Matlab 6.5 dan metode yang digunakan yaitu Hidden Markov Model (HMM). Metode HMM ini telah banyak diapliksikan dalam teknologi speech recognition. Cara yang digunakan dalam simulasi ini yaitu mengenali kata melalui pengenalan terhadap unit katanya yaitu suku kata. Suku kata yang dijadikan sebagai sumber database sebanyak 25 buah, dan dengan menggunakan variabel ukuran codebook dan jumlah training yang berbeda-beda untuk dilihat performansi mana yang memberikan hasil pengenalan terbaik.
Dari hasil percobaan dengan simulai ternyata dengan ukuran codebook dan jumlah training yang lebih besar untuk jumlah label 25 memberikan performansi yang lebih baik dan dapat memberikan perbaikan dari kondisi sebelumnya, dalam hal ini memberikan perbaikan dari keberhasilan 8,36 % pada codebook 32 dan training 5 menjadi 81,09 % dengan menggunkan codebook 1024 dan jumlah training 40. Kata-kata yang berhasil dikenali dengan variasi dari 25 suku kata sedikitnya ada 50 kata."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S39311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukson Rosadi
"Kompresi suara atau yang biasa disebut dengan pengkodean suara (speech coding) merupakan metode untuk mengurangi jumlah informasi yang dibutuhkan untuk mewakilkan sinyal suara. Teknologi speech coding untuk kompresi sinyal speech dilakukan untuk memperbaiki (menghemat) kinerja bandwidth yang terbatas dan untuk mendukung privasi komunikasi (enkripsi data/pesan). Code Excited Linear Prediction (CELP) yang merupakan pengembangan dari Linear Predictive Coding (LPC) menggunakan metode linear prediction dalam pengkompresan sinyal speech.
Linear prediction adalah suatu metode yang memprediksi sampel ke-n dari suatu sinyal, s(n), dengan membentuk kombinasi linear dari p sampel s(n) sebelumnya. Kombinasi linier umumnya dioptimalkan dengan meminimalkan kuadrat dari prediction error (Mean Square Error, MSE). Suatu encoder CELP (Code Excited Linear Prediction) mempunyai model vocal tract yang sama dengan encoder LPC. Sebagai tambahannya, pada CELP menghitung error yang terjadi antara input data speech dengan model yang dibangkitkan dan mentransmisikan parameter-parameter dari model tersebut dan representasi error-nya.
Dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh bahwa model yang memiliki nilai MSE terkecil terhadap sinyal asli adalah yang memiliki jumlah koefisien linear prediction sebanyak 15 buah. Dengan demikian, model yang akan dikirimkan adalah yang memiliki koefisien linear prdiction sebanyak 15 buah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>